Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
BAB II URAIAN PROSES
II.1. Macam Proses Pembuatan
Gliserol dapat diproduksi melalui beberapa metode proses Penggolongan ini didasarkan pada perbedaan bahan baku yang digunakan.
Ketiga cara itu antara lain yaitu :
Gambar II.1 Blok Diagaram Proses Produksi Gliserol
1. Proses Saponifikasi
Saponifikasi lemak dengan NaOH, menghasilkan gliserol dan sabun. R1-COO- CH2
CH2OH R2-COO-CH + 3NaOH
3R-COONa + CHOH
R3-COO- CH2 CH2OH
Trigliserida Sodium hidroksida Sabun Gliserol
Gambar II.2 Blok Diagaram Proses Saponifikasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
Proses saponifikasi ini berada dengan proses yang lain, dimana dalam proses ini dilakukan dengan beberapa tahap yang
dirancang untuk saponifikasi lemak, Gliser o l yan g d id ap at u ntu k p ro ses ini han ya 1 2 -25 sehin gga m as ih memerlu kan ta hap
p emu rnian gliser o l sehing ga kad ar ya ng d id ap at m aks ima l ad alah 9 0 .
2. Proses Fat Spliting
A. Proses Twitchell
Gambar II.3 Blok Diagaram Proses Twitchell
Proses twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada pemisahan asam lemak. Proses ini menggunakan cara yang relatif
sederhana, disebabkan murah dan kemudahan dari instalasi dan operasinya. Tetapi secara umum proses ini memutuhkan konsumsi energi
yang besar serta kualitas produk yang relatif rendah. Proses pemisahan menggunakan reagent twitchell dan H
2
SO
4
seagai katalis. Reagentnya adalah campuran oleic atau asam lemak lainnya dengan naphtha
tersulfonasi. Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan kondisi asam. Kandungan lemak yang tercampur dengan air yang
jumlahnya lebih kurang ½ dari jumlah lemak. H
2
SO
4
dengan jumlah 1-2 dan reagent twitchell 0,75–1,25 , dipanaskan pada tekanan atmosfer
selama 36 – 48 jam, dengan menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi 2 sampai 4 kali, pada tiap tahap menghasilkan gliserin
dan air. Pada tahap akhir air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga mendidih guna mencuci asam yang tertinggal. Pada
periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan makin tinggi dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
diskolorasi asam lemak terjadi tidak merata, dan pemakaian proses ini relatif kurang menguntungkan kadar maksimal yang dicapai 85-90.
B. Proses Enzimatis
Gambar II.3 Proses Spliting Enzimatis
Proses hidrolisa
minyak nabati
dengan menggunakan
biokatalis enzim lipase memerlukan waktu selama 5 hari. Laju hidrolisis tidak berubah pada rentang suhu 24- 46
C dan optimum pada rentang pH 4,8-7,2 sedangkan enzim menjadi kurang aktif pada suhu
diatas 50
o
C. kelemahan dari proses ini adalah untuk berekasi sempurna enzim memerlukan waktu 5 hari untuk proses. Gliserol yang awal yang
didapat adalah sekitar 9-12 setelah berlanjut ketahap selelanjutnya gliserol hanya maksimal sampai 87-90 .
C. Proses Batch Autoclave
Gambar II.2 Proses Spliting Autoclave
Proses hidrolisa
minyak nabati
dengan menggunakan
penambahan air sebanyak 30-60 dari volume minyak nabati dan menambahkan katalis CaO,MgO,BaO dan ZnO memerlukan waktu
selama 5-10 jam. Laju hidrolisis berjalan rentang suhu 230-240 C dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
optimum menggunakan steam dengan suhu 150-175 C . kelamahan dari
proses ini adalah untuk berekasi sempurna memerlukan jumlah dan beberapa macam katalis selain itu juga reactor yang digunakan harus berbahan
stailesscopper yang harganya mahal mengingat adanya penambahan katalis yang menyebabkan korosif. Proses ini gliserol yang dicapai hanya maksimal
sampai 95-98 .
D. Proses Kontinue
Gambar II.2 Proses Spliting Kontinue
Proses kontinu counter current dilakukan dengan menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi. Hidrolisis lemak peran suhu dan tekanan
dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi. Aliran counter current penuh dari minyak dan air guna menghasilkan suatu derajat pemanasan
yang maksimal, tanpa memerlukan katalis.Menara pemanasan merupakan alat utama. Kebanyakan dari menara pemisah mempunyai konfigurasi sama
dan dioperasikan dengan cara sama, tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pada diameter 508 – 1220 mm dengan tinggi 18 – 25 m, yang
terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja steanless 316 Suatu rancangan pemisahan lurgi counter current single stage, lemak
terdegradasi pada sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1 m dari dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada bagian atas
dengan perbandingan 0 – 50 dari berat lemak. temperatur pemisah yang tinggi 250 – 260 C cukup menjamin penghancuran fase air pada lemak.
Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah lewat sebagai fase yang bersentuhan dari dasar atas menara, sementara
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
cairan lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi dalam bentuk campuran. Lemak dan asam. Gliserol awal yang diperoleh antara 10-25
sehingga apabila diproses selanjutnya derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99 .
Pada proses
pemecahan lemak
dan minyak
selanjutnya menggunakan tekanan tinggi, lebih efisiendibandingkan proses lain dengan
waktu reaksi 2–3 jam. Penghilangan zat asam yang mengandung lemak punterjadi. Sebagai hasil dari pertukaran panas yang efisien proses ini
diusahakan memakai panas yang tinggi. Pada perancangan pabrik gliserin, biasanya menggunakan proses kontinu ini sebagai metode hidrolisis,dan
kami pun telah menetapkan proses ini merupakan proses yang dipakai, pemilihan proses ini berdasarkan pertimbangan:
1. konversi produk lebih tinggi
2. waktu reaksi lebih singkat
3. biaya operasi lebih murah
3. Proses Transifikasi
Gambar II.2 Proses Transifikasi
Alkoholis minyak dan lemak dengan alkohol mono hidroksi alifatik seperti methanol dapat dikatalisa dengan asam atau alkali akan
tetapi reaksi dengan katalis alkali misalnya sodium pada umumnya laju reaksinya lebih cepat, lebih sempurna dan temperaturnya lebih rendah.
Gliserol dapat dihasilkan dengan cara interesterifikasi trigliserida dengan methanol yang mengikut i persamaan berikut:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
Gliserol yang dihasilkan dari hidrolisa lemak atau minyak pada unit fat Splitting ini mengandung air manis sweet water dengan kadar 10-
12. Kandungan air biasanya diuapkan untuk mendapatkan gliserol murni kadar maksimum yang diperoleh adalah 85-90. Selain itu juga perlu
adanya biaya tambahan untuk methanol yang harganya lebih mahal. Tidak sebanding dengan kadar yang didapat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim
II.2. Pemilihan Proses