2.6. Faktor Resiko Diare pada Balita 2.6.1. Faktor Gizi
Sutoto 1992 menjelaskan bahwa interaksi diare dan gizi kurang merupakan “lingkaran setan”. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang
tepat dan cukup merupakan komponen utama pengelolaan klinis diare dan juga pengelolaan di rumah. Berat dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi
panderita, anak dengan kekurangan gizi lebih berat jika dibandingkan dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan status gizi kurang keluaran
cairan dan tinja lebih banyak sehingga anak akan menderita dehidrasi berat. Bayi dan balita yang kekurangan gizi, sebagian besarnya meninggal
karena diare. Hal ini dapat disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Almastsier S, 2009.
2.6.2. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare berasal dari
keluarga yang besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan,
pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan diare Notoadmodjo, 2003.
2.6.3. Faktor Pendidikan
Tingginya angka kesakitan dan kematian morbiditas dan mortalitas karena diare di Indonesia disebabkan oleh faktor kesehatan lingkungan yang
belum memadai, keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi keadaan penyakit diare Notoadmodjo, 2003. Kelompok ibu dengan status pendidikan sekolah menengah pertama ke
atas mempunyai kemungkinan 1,6 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan
sekolah dasar ke bawah Notoadmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.6.4. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta rata-rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja
sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya
diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit diare Notoadmodjo, 2003.
2.6.5. Faktor Umur Balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia dua tahun. Didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare dua
kali dibandingkan anak umur 25-59 bulan. Diare memang sering menyerang anak bayi dan tidak memandang usia. Bayi diare disebabkan karena pencernaannya
memang sedang beradaptasi dengan berbagai makanan dan minuman yang masuk. Oleh sebab itu, makanan dan minuman bisa menjadi salah satu penyebab diare.
Makanan yang terlalu asam, terlalu manis atau asin bisa menyebabkan anak bayi terkena diare. Selain itu, bisa saja anak memang memiliki alergi
terhadap makanan tertentu seperti telur dan ikan. Penyebab bayi diare lainnya berkaitan dengan laktosa yang terkandung di dalam susu. Anak bayi yang
mengonsumsi susu formula secara berlebihan bisa terkena diare. Bayi membutuhkan laktose yakni suatu enzim yang digunakan untuk mencerna laktosa.
Jika bayi tidak bisa memproduksi enzim laktose dalam jumlah yang cukup maka bayi tidak bisa mentoleransi makanan yang mengandung laktosa dan kemudian
mengalami diare. Depkes RI, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.6.6. Faktor ASI