Memahami Bias Media KAJIAN PUSTAKA

bahkan politis. Misalnya, kasus video mesum politikus Golkar Yahya Muhaimin dengan penyanyi Maria Eva yang sempat menggemparkan bangsa Indonesia atas sikap wakil rakyat yang seharusnya bertingkah laku baik.

2.3. Memahami Bias Media

Pada dasarnya bias media terjadi karena media massa tidak berada diruang yang vakum media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser 19971, dalam Al-Zastrouw,2000 menulis bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi Sobur, 2001:29. Media massa sebagaiana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yan bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa ideological states apparaturs. Media pers acapkali disebut sebagai tehe fourth estate kekuatan keempat dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dimainkan oleh media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial –ekonomi dan politik masyarakat Sobur, 2001:30. Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opinni publik, antara lain, karena media juga berkembang menjadi kelompok penekanan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang direpresentasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris. Sehubungan dengan hal tersebut, sebenarnya media berada pada posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa media dapat memberikan pengaruh- pengaruh positif maupun negatif, bergantung pada dimensi kepentingan yang diwakili Sobur, 2001:31. Media kerap dituduh bias dalam memilih informasi untuk dipublikasikan dalam pengolahan informasi mereka. Bias media merupakan salah satu isu yang paling menganggu mengenai media massa di masyarakat. Psikolog menjelaskan bahwa kita masing-masing men-decode informasi secara berbeda dengan memilih kata dan merefleksikan arti yang ingin kita sampaikan. Tetapi orang yang menerima informasi itu mungkin menerjemahkan dan mengartikan berbeda. Bias, menurut Macnamara, terjadi karena berbagai alasan. Kadang terjadi dengan sengaja karena wartawan atau editor memproyeksikan pandangan pribadi mereka dalam cerita atau pandangan yang ditunjukkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kepada mereka. Menurut Al-Zastrow dalam Winrko, 2000:xi, meski media massa mengandung bias, namun derajatnya berbeda-beda. Ada media yang derajat biasnya rendah sehingga cenderung objektif, dan ada pula yang bobot biasnya amat tinggi, sehingga berita dan analisis yang disajikan justru berbeda jauh, atau bahkan bersebrangan dengan fakta yang sebenarnya. Derajat bias media ini, kata Al-Zastrouw, setidaknya dipengaruhi oleh tiga hal : kapasitas dan kualitas pengelola media, kuatnya kepentingan yang sedang bermain dalam realitas sosial, serta taraf kekritisan dari masyarakat Sobur, 2001:34. Fakta peristiwa umumnya disajikan lewat bahasa berita dan bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Bahasa tidak netral, dan uniknya tidak tidak pula sepenuhnya dalam kontrol kesadaran. Para reporter dan editor berkuasa penuh atas pilihan kata yang hendak dipakainya Sobur, 2001: 35. Oleh sebab itu, para reporter yang bertugas sebagai pencari berita, pengolah dan penyampai berita sekurangnya menghadapi dua tantangan Strenz, 1993:25. Pertama, reporter harus menahan godaan untuk menjadi bagian dari peristiwa berita dengan mengorbankan tanggung jawab kepada khalayak berita. Kedua, reporter tersebut harus mengikuti seleksi sumber berita dan persoalann yang diajukannya, dan bukan hanya akan mempenagaruhi kisah itu sendiri, melainkan juga membentuk hasil isue apapun yang dilaporkan. Pokok dari kedua butir ini adalah pemahaman bahwa tanggung jawab reporter terutama kepada khalayak berita, bukan kepada sumber berita. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4. Objektivitas Berita