KEJUJURAN LAPORAN TENTANG KONFLIK DI AMBON INTERSOCIETY (Studi Deskriptif Konten Analisis Tentang Objektivitas Laporan Pada Konflik Antara Batumerah Dalam, dan Kampung Batumerah Residen di Ambon Daily Express 12 & 14 Juli 2010 Editions).

(1)

Analysis About Report Objectivity On Conflict Between Batumerah Dalam and Kampung Batumerah Resident on Ambon Express Daily 12 & 14 July 2010 Editions).

This study is based to revealed mass media prejudice for in doing report about conflict. This study is focusing on reporting objectivity that's appeared by Ambon Express as famous mass media in Maluku. This news derived from intersociety conflict in the two villages resident that swallowed one victim dead. This conflict between two villages is often happen, in the last month has four times happen. This study is in order to knowing how Ambon Express prejudice for in reporting conflict between Batumerah Dalam and Kampung Batumerah Resident.

Using methode is quantitative content analysis with descriptive study type. This study is using objectivity theory that's expressed by Rachma Ida, who dividing objectivity in the categorisation, accurate, fairness and validity. Data in this study is primary data, there's content communication directly studied from Ambon Express daily 12 & 14 July 2010 editions. News that's connected with Batumerah resident conflict has documenting, afterwards then analysing.

This study is showing that Ambon Express daily generally has according to objectivity category. But, there's a few report that not accomplished objectivity category, accurate category was objective, but there's report that not accomplished objectivity, two reports in the using of supporting data category, not giving supporting data in that news. In fairness category, not yet accomplished objectivity, there's two reports are not objective in the view from news source using and widely columns that's used. In the validity category is not objective, in the view from competency of news source.

Keywords : Objectivity, reporting, intersociety conflict in Ambon, Ambon

Express Daily.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Menyimak jurnalistik dari makna etimologis maupun sejarahnya, seakan persoalan jurnalistik hanya terbatas pada bagaimana suatu informasi dicari, dikemas dan kemudian dipublikasikan. Jurnalistik berasal dari kata journalistiek (bahasa Belanda) atau journlalism dari bahasa Inggris. Keduanya bersumber dari bahasa latin diurnal yang berarti harian atau setiap hari. Sedangkan jurnalistik sendiri berarti kegiatan mengumpulkan bahan berita, mengolahnya sampai menyebarluaskannya kepada khalayak (Tebba, 2005:9). Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dan sebagainya. Namun meluas menjadi media elektronik seperti radio maupun televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).

Saat ini informasi dan penyampai berita telah manjadi bisnis yang semakin berkembang dari hari ke hari. Hal itu ditandai oleh semakin tingginya tingkat persaingan media massa, baik cetak, elektronik maupun media interaktif dalam menyampaikan informasi yang dimilikinya. Masing-masing media berusaha untuk menunjukkan aktualitas informasi yang dimilikinya. Fenomena ini menuntut pengusaha atau konglomerat media massa khususnya pers mengemas produk informasinya lebih baik dan kreatif serta imajinatif. Dapat dilihat pada


(3)

surat kabar, televisi dan radio, isinya tidak lagi sekedar straight news, tetapi sudah merambah depth news, investigative news dan lain sebagainya. Ditambah dengan kehadiran internet yang memungkinkan penggunanya untuk memperoleh informasi yang diinginkan serta dapat melakukan komunikasi dengan pihak lain seperti berhadapan langsung (face to face).

Media massa merupakan sub-sistem dari sistem komunikasi di suatu negara yang akan mencerminkan falsafah, ideologi dan politik negara yang bersangkutan. Sebagai bagian dari sebuah sistem di dalam suatu negara maka kepentingan nasional atau negara yang dirumuskan oleh kalangan pembuat kebijakan akan menentukan mekanisme operasionalisme media massa dalam menjalankan fungsi dan tujuannya. Misalnya pihak pemerintah menginginkan agar media massa berfungsi sebagai sarana pemeliharaan integritas bangsa dan negara, sarana kestabilan politik dan lain-lain sementara pihak khalayak atau masyarakat mengharapkan media massa berfungsi sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan penyebaran budaya nasional. Untuk itu dalam menjalankan perannya, sebuah media massa berhak menyeleksi, mensistematisasi, dan menyunting sebuah berita yang disuguhkannya, agar informasi atau berita yang disuguhkan oleh media massa tersebut dapat menampilkan fakta yang akurat dan dapat dipercaya oleh khalayaknya.

Media massa dalam perkembangannya saat ini, telah berubah menjadi alat yang paling vital dan penting dalam proses suatu penyampaian berita dan informasi kepada khalayak. Media mempresentasikan segala peristiwa atau


(4)

realitas kehidupan yang terjadi secara terbuka pada khalayak. Media massa dalam hal ini lebih dikenal dengan sebutan pers. Masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang disajikan oleh media massa, karena munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi tersebut. Mengikuti pola budaya yang sudah mendahuluinya baik dalam lingkup global maupun nasional. Kesadaran masyarakat semakin memberikan sumber energi tersendiri bagi perkembangan informasi baik dari segi bentuk, tema maupun media informasi telah menjadi kebutuhan secara psikologis dan fungsinya menjadi lebih spesifik, bergantung pada jenis dan bentuk informasinya, serta siapa konsumen atau audiencenya. Hal yang juga berpengaruh adalah permasalahan eksternal semacam strata sosial, budaya, pola ekonomi maupun sistem-sistem lain akan sangat mempengaruhi individu atau kelompok menjadi lebih ekslusif setara dengan kebutuhan informasinya. Untuk memberikan pelayanan informasi kepada khalayak, media massa diharapkan mampu mencerdaskan masyarakat melalui muatan informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan dan manfaat untuk masyarakat. Apapun informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik (to educate). Inilah antara lain yang membedakan pers sebagai lembaga kemasyarakatan dengan lembaga kemasyarakatan yang lain (Sumandiria, 2004:109).

Sebagai pembaca, pendengar, atau pemirsa televisi, kita seringkali dibuat bingung kenapa peristiwa yang satu diberitakan sementara peristiwa lain tidak diberitakan. Kenapa kalau ada dua peristiwa yang sama, pada hari yang sama, media lebih sering memberitakan peristiwa yang satu dan melupakan yang lain.


(5)

Deretan pertanyaan tersebut dapat diperpanjang. Media bukanlah saluran yang bebas. Media bukanlah seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya, cermin dari realitas. Tidak mengherankan jikalau kita tiap hari secara terus menerus menyaksikan bagaimana peristiwa yang sama bisa diperlakukan secara berbeda oleh media. Ada peristiwa yang diberitakan, ada yang tidak diberitakan. Ada yang menganggap penting, ada yang tidak menganggap berita. Ada berita yang dimaknai secara berbeda, dengan wawancara dan orang yang berbeda, dengan titik perhatian berbeda. Semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subjektifnya media.

Dalam masyarakat modern, media memainkan peran penting untuk perkembangan politik masyrakat. Mereka bisa memberitakan suatu berita yang bernilai kecil dengan cara yang besar, sehingga publik akan menerimanya sebagai berita yang besar. Begitu pula sebaliknya. Berita yang dipandang mempunyai nilai lebih akan diberitakan lebih sering dan lebih besar sehingga publik akan menilai kalau berita tersebut benar-benar besar.

Memang benar informasi media massa dapat mempengaruhi masyarakat. Informasi religi akan mempengaruhi khalayak lebih beriman. Informasi kejahatan konon mendidik khalayak menjadi penjahat (Ashadi, 2006:22).

Meskipun sikap independen dan objektif menjadi kiblat setiap jurnalis pada kenyataannya sering kali didapatkan suguhan berita yang beraneka warna dari sebuah peristiwa yang sama. Berangkat dari sebuah peristiwa yang sama, media tertentu mewartakan dengan cara menonjolkan sisi atau aspek tertentu.


(6)

Sedangkan media lainnya meminimalisir, memelintir, bahkan menutup sisi aspek tersebut, dan sebagainya. Ini semua menunjukkan bahwa di balik jubah kebesaran independensi dari objektivitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedi, dan bahkan ironi.

Dengan membandingkan beberapa pemberitaan di media. Sangat mungkin akan ditemukan kesimpulan yang setara, bahwa media apapun tidak bisa lepas dari bias-bias, baik yang berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama. Tidak ada satupun media yang memiliki sikap independensi dan objektivitas yang absolute. Tanpa adanya kesadaran sepert ini, mungkin saja kita menjadi bingung, merasa terombang-ambing, dan dipermainkan oleh penyajian media.

Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers sebagai penghubung antara komunikator dan komunikan, mempunyai peran penting dalam usaha mencerdaskan dan memberi pencerahan kepada bangsa serta membangun dirinya sebagai pers yang sehat melalui informasi yang disajikan. Kebebasan media dilindungi oleh undang-undang yang menjamin kebebasan beropini dan kebebasan memberi informasi kepada masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengungkap keberpihakan media massa dalam melakukan pemberitaan terhadap sebuah konflik. Peneliti menelaah lebih jauh mengenai berita bentrok antar warga di Ambon dengan menggunakan analisis isi media massa. Berita mengenai bentrok


(7)

antar warga ini mengacu pada dampak yang terjadi pasca bentrok antar warga di Ambon dan apa yang menyebabkan terjadinya bentrok antar warga. Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui seberapa objektifkah media massa melakukan pemberitaan terhadap bentrok antar warga.

Dalam hal ini peneliti akan mempresentasikan berita tentang bentrok antar warga Batumerah Dalam dan Batumerah Kampung di Ambon yang dimuat media cetak surat kabar. Karena media cetak surat kabar telah berfungsi sebagai social control terhadap khalayak serta dapat menjangkau masyarakat secara luas dan heterogen, maka surat kabar tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga dapat menjadi suatu bentuk persuasif (Hikmat & Purnama, 2005:7). Surat kabar tidak hanya mempunyai fungsi sebagai media informasi, tetapi juga dapat berfungsi mengajak khalayak untuk mengambil sikap tertentu agar berbuat sesuatu atau sebaliknya.

Peneliti tertarik untuk memilih objek penelitian tentang Pemberitaan Bentrok Antar Warga di Ambon yang pernah terbit dalam dua edisi penerbitan Ambon Ekspres. Peneliti memilih Ambon Ekspres sebagai subjek penelitian karena media ini berlokasi di Ambon, hal ini tentu ada kedekatan geografis dan psikologis antara Ambon Ekspres dan kasus bentrok antar warga ini dalam cara penyajian pemberitaannya. Berita ini berawal dari puncak bentrok antar warga kedua desa ini yang menelan satu korban jiwa. Bentrok antar warga kedua desa ini sangat sering terjadi, dalam sebulan terakhir sudah empat kali terjadi bentrokan antar warga kedua desa.


(8)

Berita ini menarik untuk diteliti karena menyangkut stabilitas keamanan di Kota Ambon. Bagaimana pemerintah maupun masyarakat setempat menjaga keamanan kota Ambon pasca konflik SARA yang pernah terjadi 11 tahun silam. Peristiwa tersebut terjadi pada 10 Juli pukul 23.00 WIT di jembatan Batumerah yang memisahkan kedua desa tersebut. Peristiwa disebabkan adanya aksi saling lempar antar kedua kelompok warga hingga tujuh rumah di batu merah dalam hangus terbakar.

Dalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 3 disebutkan bahwa wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Ada beberapa karya jurnalistik yang bersifat persuasif, artinya ada sikap subjektif didalam pemberitaan tersebut, karena latar belakang seorang wartawan seringkali mewarnai karya jurnalistiknya. Peneliti melihat pemberitaan yang diteliti oleh peneliti masih ada yang belum objektif dari segi Akurasi, fairness dan validitas.

Akurasi mengindikasi perlunya verifikasi terhadap fakta/informasi yang meliputi pertama, kesesuaian judul dengan isi berita yang menyangkut aspek relevansi kedua, pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa untuk melihat akurasi fakta atau opini ketiga, data pendukung merupakan kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan keempat, fakualitas menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan.


(9)

Fairness menyangkut keseimbangan penulisan berita meliputi pertama, ketidakberpihakan dilihat dari sumber berita yang digunakan kedua, ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik kolom yang dipakai.

Validitas merupakan keabsahan berita yang meliputi pertama, atribusi atau pencantuman sumber berita secara jelas kedua, kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita.

Peneliti melihat adanya kejanggalan dalam penyajian pemberitaan peristiwa Bentrok Antar Warga. Ambon Ekspres dalam beritanya edisi pertama 12 Juli 2010 yang berjudul “Bentrokan Berdarah, Batumerah Masih Tegang”. Mereka yang mengalami luka-luka, adalah Erwin Rozaldy Lessy (26) PNS pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Maluku. Ia mengalami luka lecet di kepala bagian kiri karena terkena benda tumpul, Muis Sangadji (35) mengalami luka lecet pada kepala bagian belakang, juga akibat terkena benda tumpul. Ade Tuhulelu (24) mengalami luka lecet pada bagian perut sebelah kiri. Dalam berita yang dimuat Ambon Ekspres disebutkan korban yang bernama Erwin Rozaldy Lessy (26) mengalami luka lecet di bagian kepala sebalah kiri. Berita yang disajikan Ambon Ekspres berbeda dengan kenyataan yang ada, pada 13 Juli 2010 pukul 19.00 berita yang sama disajikan oleh Headline News Metro TV dan memperlihatkan kondisi korban yang sebenarnya terkena luka tembak di bagian kepala sebelah kiri. Informasi yang dihimpun Ambon Ekspres belum lengkap dalam menggambarkan kondisi korban. Kesalahan informasi Ambon Ekspres pada kategorisasi objektivitas termasuk dalam kategori validitas, dalam sub kategori kejelasan sumber berita. Ini menandakan wartawan yang meliput


(10)

peristiwa tersebut tidak menggali informasi dengan baik, tidak menghubungi sumber-sember berita yang kompeten dan terkait dengan peristiwa yang akan diberitakan. Wartawan tidak boleh mengandalkan satu sumber berita, karena hasilnya akan tidak berimbang, sepihak, sehingga tidak memuaskan khalayak (Tebba, 2005:34)

Dengan demikian, Ambon Ekspres sebagai media informasi dikatakan menghadapi situasi yang “kontradiktif” dalam penyajian beritanya. Kontradiktif itulah yang menarik peneliti untuk dapat melakukan penelitian ini, peneliti berusaha menganalisis dengan megetahui Objektivitas Ambon Ekspres.

Tiga berita yang menjadi headline dan juga berita sampingan yang diterbitkan Ambon Ekspres antara lain pertama, bentrokan berdarah Batumerah yang menewaskan satu orang dan melukai empat lainnya mengarah pada tindakan anarkis warga kedua desa yang bertikai. Tujuh rumah warga Batu Merah Dalam hangus dibakar massa. Kedua, MUI Prihatin konflik Batumerah. Ketua MUI Maluku Idris Toekan menyesalkan peristiwa tersebut, ia menilai itu perosalan sepele, karena bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Menurutnya, kedamaian yang tercipta di Maluku terutama Kota Ambon, saat ini harus terus dipertahankan sehingga kedamaian yang didambakan seluruh masyarakat Maluku dapat terjaga dengan baik. Ketiga, polisi telah menetapkan tersangka peristiwa bentrok antar warga Batumerah. Kepolisian mulai melakukan penyelidikan terkait peristiwa ini dan mencari tahu penyebab peristiwa yang menelan seorang korban tewas. Peristiwa bentrok antar warga ini sudah sangat sering terjadi, dalam sebulan terakhir sudah empat kali terjadi bentrok antar warga kedua desa. Namun


(11)

puncaknya pada 10 Juli 2010 yang menyebabkan Arman Syukur (21) tewas dalam pertikaian dua kelompok warga. Berita disajikan Ambon Ekspres sudah layak untuk dimuat, karena sudah mengandung unsur terpenting sebuah berita yaitu 5W+1 H. Foto yang menjadi pelengkap sebuah berita juga sudah sesuai penempatannya dengan peristiwa yang terjadi. Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005: 67) berikut ini. Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita, proses wawancara, pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik, partisipasi dalam peristiwa.

Ambon Ekspres sebagai media massa cetak tebesar di Maluku dengan oplah 20.000 eksemplar perhari juga tergabung dalam Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, yang memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia dalam artian berita ini menjadi berita berskala nasional berfungsi memberikan informasi kepada khalayak dan harus menyajikan berita yang objektif, sesuai dengan fakta yang terjadi di masyarakat pembaca, serta didukung oleh narasumber-narasumber yang relevan untuk dimintai keterangan dalam setiap peristiwa yang terjadi. Agar seluruh masyarakat yang membaca berita tersebut mengerti serta memahami apa yang sedang terjadi maupun yang ramai dibicarakan.


(12)

Dari latar belakang masalah diatas, peneliti menggunakan Analisis isi kuantitatif perpaduan mengkaji objektivitas dengan memahami produk isi media dan menghubungkannya dengan realitas yang terjadi. Pemberitaan media yang harus cover both side, pers harus menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah khalayak menilai dan menemukan kebenaran.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah objektivitas pemberitaan Bentrok antar warga Batumerah Dalam dan Batumerah Kampung pada Harian Ambon Ekspres”.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya objektivitas yang tercipta dari pemberitaan bentrok antar warga Batumerah Dalam dan Batumerah Kampung pada Harian Ambon Ekspres. Mengetahui bagaimanakah keberpihakan Ambon Ekspres dalam pemberitaan bentrok antar warga Batumerah Dalam dan Batumerah Kampung.

1.4 Kegunaan Penelitian


(13)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada kajian komunikasi massa dalam bentuk surat kabar yang berarti pada perkembangan dan pendalaman studi Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan Analisis isi media massa.

2. Secara Praktis

a. Bagi media bersangkutan diharapkan menjadi referensi dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi maupun berita.

b. Bagi khalayak pembaca, diharapkan hasil penelitian iini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta cara pandang dalam melihat suatu pemberitaan mengenai permasalahan yang terjadi di masyarakat.

c. Bagi mahasiswa, memberikan bahan maupun ide penelitian untuk dikembangkan lebih lanjut dalam situasi dan kondisi lain khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi.


(14)

Komunikasi massa merujuk ke keseluruhan institusinya yang merupakan pembawa pesan Koran, majalah, stasiun pemancar yang mampu menyampaikan pesan-pesan ke jutaan orang secara serentak. Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, yakni pertama, komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk massa . Namun, dari sekian banyak definisi dapat ditarik benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication. Massa menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa Komunikasi massa mempunyai pengertian proses penyampaian pesan maupun informasi kepada khalayak melalui media massa cetak, elektronik maupun online, dengan tujuan untuk mengubah pemikiran dan perilaku khlayak pembaca atau pemirsa.

Menurut Jay Back dan Frederick C.Whitney dalam bukunya Introduction to Mass Communication (1988) dikatakan bahwa Mass Communication lebih menunjuk pada media massa dalam proses komunikasi massa. Sementara itu, mass communications lebih menunjuk pada teori atau proses teoritik (Nurudin, 2007 : 4-5).

Hubungan antara pengirim dengan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Komunkasi massa sering kali mencakup skontak secara serentak antara satu pengiriman dengan banyak penerimaan, menciptakan pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang serentak


(15)

Berikut karakteristik komunikasi massa (Rivers, 2007 : 19) :

1. Komunikasi massa bersifat satu arah, ada televise atau radio yang langsung, namun itu hanya untuk keperluan terbatas.

2. Ada proses seleksi, setiap media memilih khalayaknya, untuk kalangan

menengah keatas maupun menengah kebawah. Dilain pihak khalayak juga menyeleksi media, baik jenis maupun isi siaran dan berita.

3. Media mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetisinya selalu berlangsung ketat.

4. Meraih khalayak sebanyak mungkin, media harus berusaha membidik sasaran tertentu. Koran selalu mengingatkan reporternya untuk mencari berita yang menarik minat orang-orang yang akan menyampaikannya kepada orang lain.

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial, ada interaksi tertentu yang

berlangsung antara media dan masyarakat. Untuk memahami media secara baik, kita harus memahami pula lingkungan atau masyarakat dimana media itu berada.

2.2. Jurnalistik

Jurnalistik berasal dari kata journalistiek (bahasa Belanda) atau journlalism dari bahasa Inggris. Keduanya bersumber dari bahasa latin diurnal yang berarti harian atau setiap hari. Sedangkan jurnalistik sendiri berarti kegiatan mengumpulkan bahan berita, mengolahnya sampai menyebarluaskannya kepada khalayak (tebba, 2005:9). Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah,


(16)

dan sebagainya. Namun meluas menjadi media elektronik seperti radio maupun televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).

Tujuan utama dari jurnalisme adalah menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada warga masyarakat agar dengan informasi tersebut mereka dapat berperan mambangun sebuah masyarakat yang bebas.

Ada sembilan prinsip jurnalisme menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam bukunya The Elements of Journalism :

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran

Demokrasi tergantung pada warga yang mendapatkan fakta yang akurat dan terpercaya yang diletakkan dalam sebuah konteks yang tepat dan memiliki makna. Kebenaran jurnalistik ini adalah suatu proses yang dimulai dengan disiplin profesional dalam pengumpulan data dan verifikasi fakta. Wartawan kemudian berusaha menyampaikan makna tersebut dalam sebuah laporan yang adil dan terpercaya, berlaku untuk saat ini dan dapat menjadi bahan investigasi lanjutan.

2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat

Prioritas komitmen kepada warga masyarakat ini adalah basis dari kepercayaan sebuah organisasi berita. Media harus mengatakan dan


(17)

menjamin bahwa liputannya bisa dipercaya oleh warga masyarakat. Pada saatnya, sukses ekonomi akan menyusul kemudian.

3. Inti jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi

Verifikasi adalah kedisiplinan wartawan untuk melakukan cek dan ricek, mencari berbagai saksi, bertanya kepada sebanyak mungkin narasumber agar mendapatkan berita yang terpercaya.

4. Para wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang

mereka liput

Kebebasan adalah syarat dasar dari jurnalisme. Ia menjadi sebuah landasan dari kepercayaan . kebebasan jiwa dan pemikiran bukan hanya netralitas adalah prinsip yang dijaga oleh wartawan.

5. Wartawan harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas

terhadap kekuasaan.

Prinsip ini menekankan pentingnya watchdog (anjing penjaga). Wartawan wajib melindungi peran watchdog ini dengan tidak merendahkannya.

6. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar

publik

Diskusi publik ini bisa melayani masyarakat dengan baik jika mereka mendapatkan informasi berdasarkan fakta, dan bukan atas dasar prasangka. Berbagai pandangan dan kepentingan dalam masyarakat harus terwakili dengan baik.


(18)

7. Jurnalisme harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.

Jurnalisme adalah bercerita dengan suatu tujuan. Jurnalisme harus berbuat lebih dari sekedar mengumpulkan audience atau membuat daftar penting. Demi mempertahankan hidupnya sendiri, jurnalisme harus mengimbangi antara apa yang menurut pengetahuan pembaca mereka inginkan, dengan apa yang mereka tidak bisa harapkan tetapi sesungguhnya mereka butuhkan.

8. Wartawan harus menjaga agar berita itu proporsional dan

komperhensif

Menjaga berita agar tetap proporsional dan tidak menghilangkan hal-hal penting yang merupakan dasar dari kebenaran. Menggelembungkan peristiwa demi sensasi. Mengabaikan sisi-sisi yang lain, sterotip atau bersikap negatif secara tidak imbanng akan membuat peta menjadi kurang dapat diandalkan.

9. Wartawan itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya

Setiap wartawan harus memiliki rasa etik dan tanggung jawab moral.

2.2.1. Pengertian Pers

Pers berasal dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Inggris berarti press yang artinya menekan. Jadi secara harfiah kata pers atau press yang mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan


(19)

barang cetakan. Sekarang kata pers atau press digunakan untuk merujuk pada semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak (Muhtadi,1999:25-26).

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti sempit yaitu pers hanya menunjuk kepada media cetak berkala seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Sedangkan dalam arti luas, pers bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media-media elektronik audio visual berkala yakni radio, televisi, film dan media online (Hikmat & Purnama Kusumaningrat, 2005:17).

Pers sendiri memiliki fungsi utama. Dalam berbagai literatur komunikasi dan jurnalistik disebutkan terdapat lima fungsi utama yang berlaku universal. Disebut universal, karena kelima fungsi tersebut dapat ditemukan di setiap negara di dunia yang menganut paham demokratis. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :

1.Fungsi Informasi (to inform)

Fungsi informasi adalah menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteria dasar : faktual, akutual, akurat,


(20)

penting adan menarik, benar, lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan etis.

2. Fungsi Edukasi (to educate)

Informasi yang disebar luaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang, pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru bangsa seperti ditegaskan Wilbur Schramm dalam Messages and Media (1973), bagi masyarakat, pers adalah pengamat, guru, dan forum. Pers setiap hari melaporkan berita, memberikan tinjauan atau analisis atas berbagai peristiwa dan kecenderungan yang terjadi, serta ikut berperan dalam mewariskan nilai-nilai luhur universal, nilai-nilai-nilai-nilai dasar nasional, dan kandungan budaya-budaya lokal dari suatu generasi ke generasi berikutnya secara estafet. Sehingga fungsi mendidik ini memiliki arti kecerdasan masyarakat, menawarkan nilai-nilai etika dan menuntun masyarakat kearah perilaku yang lebih baik.

3. Fungsi Koreksi (to influence)

Kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolute. Dengan fungsi kontrol sosial yang dimilikinya tersebut, pers bisa disebut sebagai institusi sosial yang tak pernah tidur senantiasa bersikap independen atau menjaga jarak yang sama terhadap semua kelompok dan oraganisasi yang ada.


(21)

4. Fungsi Hiburan (to entertain)

Pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana reaksi yang menyenangkan. Produk media berupa tulisan, gambar, foto, mengandung unsur hiburan bagi masyarakat. Hiburan bukan hanya terdapat dalam produk jenis humor ataupun seni, melainkan juga tentang profil, kehidupan langka, petualangan (human interest), dan sebagainya. Hiburan bukan sekedar untuk menghibur saja. Melainkan untuk mendapatkan informasi dan untuk menyegarkan (refreshing).

5. Fungsi Mediasi (to mediate)

Mediasi yang mempunyai arti penghubung. Setiap hari pers melaporkan berbagai peristiwa, dengan kemampuan yang dimilikinya pers telah menghubungkan berbagai peristiwa yang terjadi diberbagai belahan bumi. Karena pers lah seseorang mengetahui aneka peristiwa lokal, nasional, regional, dan internasional. Dengan fungsi mediasi, pers mampu menghubungkan peristiwa satu dengan peristiwa yang lain, tempat satu dengan tempat lain. (Hikmat & Purnama Kusumaningrat, 2005 : 17).


(22)

2.2.2. Pengertian Berita

Berita berasal dari bahasa sansekerta Vrit dalam bahasa inggris disebut Write. Arti sebenarnya adalah “Ada” atau “Terjadi”. Ada juga yang menyebut Vritta yang dalam bahasa Indonesia berarti “Berita” atau “Warta” (Muslimin & Totok, 1999:1).

Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat, kabar, laporan, pemberitahuan, pengumuman (KBBHI, 2001 : 140). Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita. Berita dalam jurnalistik media cetak adalah tulisan tentang peristiwa yang layak untuk disebarluaskan kepada khalayak karena memiliki nilai berita.

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru atau benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar atau media online.(Sumandiria, 2006:7).

Berdasarkan jenisnya, berita dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu elementary, intermediate, advence. Berita elemntary meliputi straight news, depth news report dan comperhensive news report. Berita intermediate meliputi, interpretative news report dan feature story report. Sedangkan berita advance terdiri dari depth reporting, investigative reporting, dan editorial writing (Rivers, 2008:6-7)


(23)

1) Straight News Report

Merupakan laporan langsung mengenai suatu peristiwa, misalnya sebuah sambutan atau pidato. Biasanya berita-berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. Berita memiliki nilai penyajian yang obyektif mengenai fakta-fakta yang akurat. Berita ditulis dengan formula what, who, when, where, why, how (5W + 1H). Adapun formula piramida terbalik, yaitu inti dari sebuah berita terletak pada lead, paragraf yang letaknya semakin kebawah, maka dianggap tidak penting.

2) Depth News Report

Merupakan berita yang mendalam. Reporter menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang lebih menekankan pada unsur why dan how. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta yang nyata masih tetap besar.

3) Comperhensive News

Merupakan laporan tentang fakta-fakta yang bersifat menyentuh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba


(24)

menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dala satu gabungan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.

4) Interpretative News

Pada berita ini reporter menganalisis dan menjelaskan suatu laporan, dan biasanya berita fokus pada sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa yang kontroversial. Laporan interpretative merupakan pertanyaan, apa makna sebenarnya dari suatu peristiwa.

5) Feature Story

Dalam feature, menulis berita mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experience) yang lebih tergantung pada gaya penulis humor daripada pentingnya informasi disajikan.

6) Depth Reporting

Depth Reporting adalah laporan jurnalistik yang mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Dengan membaca laporan secara mendalam, pembaca akan mengetahui dan memahami dengan baik atas perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang. Laporan secara mendalam di dalam tradisi pers sering disajikan dalam rubrik khusus seperti laporan utama, bahasan utama, fokus.


(25)

Laporan mendalam disajikan dalam beberapa judul untuk menghindari kejenuhan pembaca.

7) Investigative Reporting

Berita jenis ini memusatkan pada sejumlah masalah yang kontroversi. Namun pada laporan investigative, wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya dilakukan secara ilegal dan tidak etis.

8) Editorial Writing

Merupakan satu pikiran institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum (Rivers, 1994 : 6-7).

Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna atau yang biasa diterapkan untuk menentukan kelayakan sebuah berita (Luwi, 2005:53-57). Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita adalah yang mengandung :


(26)

1. Aktualitas

Sesuatu yang baru selalu menarik perhatian. Oleh karena itu, sesuatu yang baru layak menjadi berita. Bisa dikatakan berita tak ubahnya seperti ice cream yang mudah meleleh. Bersamaan dengan berlalunya waktu, akurasi sebuah berita akan semakin berkurang.

2. Konflik

Kebanyakan konflik layak untuk diberitakan. Konflik fisik seperti perang atau perkelahian adalah berita yang layak, karena biasanya terdapat kerugian dan memakan korban. Kekerasan itu sendiri membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Demikian pula perkelahian di lapangan sepak bola yang dilanjutkan dengan perusakan-perusakan setelah pertandingan. Konflik seperti, perang, pembunuhan dan kekerasan biasanya mendapat tempat di halaman terdepan. Selain konflik fisik ini, debat-debat mengenai pencemaran, redaktor nuklir dan ratusan isu yang menyangkut kualitas kehidupan mendapat tempat yang penting dalam pemberitaan.

3. Bencana dan Kemajuan

Dari konflik akan disusul kemenangan suatu pihak dan kekalahan pihak lain. Dari perjuangan hidup yang rutin, yang umumnya tidak layak diberitakan, sering muncul keberhasilan yang gemilang. Dari riset dan uji coba mengenai lahirnya sebuah inovasi, teknik pengobatan baru serta


(27)

alat-alat baru. Demikian pula kebakaran dan bencana alam seperti gempa, gunumh meletus, banjir bisa terjadi tiba-tiba. Kerusakan pembangkit listrik tenaga nuklir atau bencana tsunami yang terjadi di Aceh. Begitu pula orang-orang yang kehilangan pekerjaan, para pekerja migran yang menjadi masalah besar negara.

4. Dampak atau Konsekuensi

Suatu peristiwa yang mengakibatkan atau bisa mengakibatkan timbulnya rangkaian peristiwa yang mempengaruhi banyak orang adalah peristiwa yang layak diberitakan. Konsekuensi ini umumnya diterima sebagai nilai berita dan menjadi ukuran penting suatu berita. Contohnya, kampanye sebuah partai politik berdampak kepada penilaian masyarakat terhadap partai politik tersebut.

5. Kemasyuran

Hal-hal yang dialami oleh orang terkenal atau public figure mempunyai daya tarik tersendiri. Khalayak cenderung selalu ingin mengatahui apa yang terjadi terhadap orang-orang penting di Negara mereka.

6. Kedekatan

Peristiwa yang mengandung unsur edekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Stieler dan Lippmann menyebutnya sebagai kedekatan secara geografis. Sebenarnya, unsur kedekatan ini tidak harus dalam pengertian fisik, tetapi juga kedekatan emosional.


(28)

7. Keganjilan

Kejadian yang ganjil atau tidak lazim akan memiliki daya tarik yang kuat untuk dibaca. Selain itu, hal yang ganjil termasuk sesuatu yang baru sehingga memiliki nilai berita yang tinggi.

8. Human interest

Istilah ini berlaku untuk berita-berita yang tidak mengandung unsur lain, ditinjau dari segi kepentingan. Biasanya yang termasuk adalah tentang kemanusiaan. Dibutuhkan keahlian menulisnya agar beritanya dapat menarik. Human interest merupakan apa saja yang mengandung minat insan, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri rasa ingin tahu.

9. Seks

Merupakan unsur berita yang selalu menarik. Berita adalah seks begitu pula sebaliknya seks adalah berita. Segala macam berita tentang seks selalu banyak peminatnya, selalu dinanti bahkan dicari. Seks bisa menyentuh masalah poligami, pencabulan hingga perselingkihan para pejabat maupun selebriti. Seks tampil begitu seronok lewat perilaku penyimpangan remaja sampai masalah hamil diluar nikah. Menjamurnya penerbitan pers yang secara khusus mengangkat isu tentang seks, gender, kehidupan kaum perempuan dengan segala naluri, kebutuhan dan keinginan dan ambisinya terhadap lawan jenis, hal-hal psikologis, bisnis


(29)

bahkan politis. Misalnya, kasus video mesum politikus Golkar Yahya Muhaimin dengan penyanyi Maria Eva yang sempat menggemparkan bangsa Indonesia atas sikap wakil rakyat yang seharusnya bertingkah laku baik.

2.3. Memahami Bias Media

Pada dasarnya bias media terjadi karena media massa tidak berada diruang yang vakum media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser (19971, dalam Al-Zastrouw,2000) menulis bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi (Sobur, 2001:29).

Media massa sebagaiana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yan bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa (ideological states apparaturs). Media (pers) acapkali disebut sebagai tehe fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat


(30)

dimainkan oleh media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial –ekonomi dan politik masyarakat (Sobur, 2001:30).

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opinni publik, antara lain, karena media juga berkembang menjadi kelompok penekanan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang direpresentasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.

Sehubungan dengan hal tersebut, sebenarnya media berada pada posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa media dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif maupun negatif, bergantung pada dimensi kepentingan yang diwakili (Sobur, 2001:31).

Media kerap dituduh bias dalam memilih informasi untuk dipublikasikan dalam pengolahan informasi mereka. Bias media merupakan salah satu isu yang paling menganggu mengenai media massa di masyarakat. Psikolog menjelaskan bahwa kita masing-masing men-decode informasi secara berbeda dengan memilih kata dan merefleksikan arti yang ingin kita sampaikan. Tetapi orang yang menerima informasi itu mungkin menerjemahkan dan mengartikan berbeda.

Bias, menurut Macnamara, terjadi karena berbagai alasan. Kadang terjadi dengan sengaja karena wartawan atau editor memproyeksikan pandangan pribadi mereka dalam cerita atau pandangan yang ditunjukkan


(31)

kepada mereka. Menurut Al-Zastrow (dalam Winrko, 2000:xi), meski media massa mengandung bias, namun derajatnya berbeda-beda. Ada media yang derajat biasnya rendah sehingga cenderung objektif, dan ada pula yang bobot biasnya amat tinggi, sehingga berita dan analisis yang disajikan justru berbeda jauh, atau bahkan bersebrangan dengan fakta yang sebenarnya. Derajat bias media ini, kata Al-Zastrouw, setidaknya dipengaruhi oleh tiga hal : kapasitas dan kualitas pengelola media, kuatnya kepentingan yang sedang bermain dalam realitas sosial, serta taraf kekritisan dari masyarakat (Sobur, 2001:34).

Fakta peristiwa umumnya disajikan lewat bahasa berita dan bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Bahasa tidak netral, dan uniknya tidak tidak pula sepenuhnya dalam kontrol kesadaran. Para reporter dan editor berkuasa penuh atas pilihan kata yang hendak dipakainya (Sobur, 2001: 35).

Oleh sebab itu, para reporter yang bertugas sebagai pencari berita, pengolah dan penyampai berita sekurangnya menghadapi dua tantangan (Strenz, 1993:25). Pertama, reporter harus menahan godaan untuk menjadi bagian dari peristiwa berita dengan mengorbankan tanggung jawab kepada khalayak berita. Kedua, reporter tersebut harus mengikuti seleksi sumber berita dan persoalann yang diajukannya, dan bukan hanya akan mempenagaruhi kisah itu sendiri, melainkan juga membentuk hasil isue apapun yang dilaporkan. Pokok dari kedua butir ini adalah pemahaman bahwa tanggung jawab reporter terutama kepada khalayak berita, bukan kepada sumber berita.


(32)

2.4. Objektivitas Berita

Secara ideal setiap berita yang disajikan dalam suatu media harus memenuhi unsur obyektifitas. Berita yang objektif adalah berita yang disajikan tidak disisipi oleh opini dari penulis berita. Sehingga berita tersebut sesuai kenyataan, berimbang dan tidak megandung keberpihakan.

Media massa yang sarat dengan informasi adalah pers. Pers merupakan cermin realitas karena pers pada dsarnya lebih menekankan fungsi sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Fakta dan realitas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konsep objektifitas. Oleh karena itu, ika terdapat sebuah paradigma yang berkaitan dengan ilmu jurnalistik, pasti ditemukan sebuah paradigma yang mensyaratkan adanya konsep objektifitas dalam penyajian berita.

Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang objektif, yaitu “reporting format that generaly spates from opinion present an emotionally detached view of the news, and strives for fairness and balanced” (DeFleur, 1994:635).

Dalam jurnarnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Mengapa pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai pemeberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran.


(33)

Selain fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila iu memang pendapat, dikutip dari Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003:153-154).


(34)

Dalam skema diatas, Rahma Ida membagi objektivitas ke dalam tiga kriteria, yakni Akurasi, fairness dan validitas. Akurasi bisa diwujudkan jika didukung oleh kesesuaian judul, pencantuman waktu, penggunaan data pendukung dan faktualitas berita. Fairness didukung oleh ketidakberpihakan dari sumber berita dan ketidakberpihakan dari ukuran kolom. Sementara itu, validitas dapat ditegakkan dengan atribusi, kompetensi sumber berita, pelaku lansung dan bukan pelaku langsung.

1. Akurasi

Akurasi mengindikasikan perlunya verifikasi terhadap fakta/informasi. Seluruh informasi yang diperoleh harus diverifikasi sebelum disajikan. Dari sejumlah parameter yang digunakan untuk mengukur akurasi, persoalan verifikasi terhadap fakta dan akurasi penyajian menjadi masalah utama di sejumlah media. Verifikasi terhadap fakta menyangkut sejauh mana berita yang ditampilkan berkorespondensi dengan fakta yang benar-benar terjadi di lapangan (McQuail, 1992: 207).

Akurasi dibagi menjadi empat kategori, antara lain pertama, kesesuaian judul dengan isi berita yang menyangkut aspek relevansi kedua, pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa untuk melihat akurasi fakta atau opini ketiga, data pendukung merupakan kelengkapn informasi atas kejadian yang ditampilkan keempat, faktualitas menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan.


(35)

2. Fairness atau ketidakberpihakan

Fairness menyangkut keseimbangan penulisan berita serta tidak adanya unsur memihak (cover both side) dalam menyajikan sebuah berita. Ada dua kategori fairness pertama, ketidakberpihakan dilihat dari sumber berita yang digunakan kedua, ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik kolom yang dipakai.

3. Validitas

Validitas merupakan keabsahan pemberitaan. Validitas mempunyai dua kategori yaitu pertama, atribusi atau pencantuman berita secara jelas. Kedua, kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita.

Dapat disimpulkan bahwa Objektivitas merupakan gabungan unsur akurasi, fairness dan validitas. Berita ialah laporan tentang suatu kejadian yang aktual dan bermakna. Kejadiannya sendiri merupakan sesuatu yang objektif. Sedangkan bagimana berita itu dipilih menjadi berita atau dilaporkan sebagai berita, jelas sesuatu yang subjektif . Ini bisa terjadi karena adanya sudut pandang yang berbeda antar wartawan, visi media yang mempengaruhi, kemampuan daya tangkap terhadap fakta, daya tafsir, dan selera tentang apa yang harus dilaporkan . Banyak segi yang mempengaruhi objektivitas, tidak ada objektivitas yang apa adanya. Yang ada hanyalah objektivitas yang subjektif. Bagaimanapun juga


(36)

media merepresentasikan banyak kepentingan terhadap suatu fakta, sering kali justru memiliki realitasnya sendiri, yakni realitas media.

2.5. Kerangka Berpikir

Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan wawasannya, serta dapat lebih meningkatkan kedudukan dan perannya dalam masyarakat. Untuk mengetahui setiap peristiwa yang terjadi di sekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran media massa untuk memenuhi semua kebutuhannya akan informasi. Maka hadirlah sarana komunikasi yang dikenal sebagai media massa, meliputi, surat kabar, majalah, televisi, radio maupun internet.

Dalam hal ini, peneliti berusaha menganalisis isi media massa surat kabar, yaitu harian Ambon Ekspres terkait objektivitasnya dalam menyajikan berita.

Objektivitas menurut Quail (1994:130) lebih merupakan tujuan daripada cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Bahkan tidak selamanya diidamkan atau diperjuangkan. Dalam sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber informasi tersebut harus bersaing dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya objektif.

Kesimpulannya, informasi maupun berita telah menjadi kebutuhan pokok bagi khalayak pembaca. Berbagai informasi meliputi, konflik, kedekatan, human interest, bencana, seks, keganjilan maupun aktualitas sebuah informasi. Media massa dituntut


(37)

untuk menyajikan realitas yang objektif dengan memenuhi syarat akurasi pemberitaan, tidak ada keberpihakan dalam pemberitaan (cover both side) dan berita yang disajikan valid agar tidak ada kesangsian terhadap setiap pemberitaan Harian Ambon Ekspres.

2.6. Analisis Isi Kuantitatif

Analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick, 2000:135). Sedangkan menurut Budd (1976), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dengan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku yang terbuka dari komunikator yang dipilih .

Prinsip analisis isi :

1. Prinsip Sistemik

Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset


(38)

Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya berbeda.

3. Prinsip Kuantitatif

Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.

4. Prinsip Isi yang Nyata

Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya suatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun bermula dari analisis terhadap isi yang tampak.


(39)

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan riset kuantitatif yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dalam penelitian ini peneliti dituntut bersikap objektif dan memisahkan diri dari data (Kriyantono, 2006:57).

Sedangkan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif, dengan metode analisis isi. Metode ini digunakan untuk mengetahui objektifitas pemberitaan media massa, artinya peneliti hanya melukiskan atau memaparkan peristiwa (variabel) secara analisis deskriptif dalam statistik (kuantitatif) dan interpretatif (kualitatif).

3.2. Definisi Operasional dan pengukurannya

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam penunjuk pelaksanaan untuk mengukur suatu veriabel (Singarimbun, 1995:46). Pengukuran variabel-variabel penelitian dapat dijelaskan dengan menggunakan indikator-indikator variabel penelitian.


(40)

3.2.1 Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini pokok penelitian difokuskan pada objektivitas berita Bentrok antar warga Batu Merah Dalam dan Batu Merah Kampung. Untuk lebih jelasnya pengukuran dari veriabel-variabel penelitian adalah sebagai berikut :

Objektivitas Berita

Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara utuh dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, dan bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada khalayak. Objektivitas berita menurut Rachma Ida dapat diukur berdasrkan indikator sebagai berikut (Kriyantono, 2006:244-247) :

A. Akurasi, yaitu kejujuran dalam pemberitaan. Meliputi :

1. Kesesuaian judul dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu apakah kalimat judul utama (bukan subjudul) merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. Dengan demikian ada dua kategori :

a. Sesuai, yaitu bila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas dalam isi berita.


(41)

b. Tidak sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau bukan kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita.

2. Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa. Untuk melihat akurasi fakta atau opini. Dengan demikian ada dua kategori :

a. Mencantumkan waktu, yaitu bila berita mencantumkan waktu, tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya sekaligus.

b. Tidak mencantumkan waktu, yaitu bila mencantumkan waktu, bisa tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya sekaligus.

3. Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan, antara lain foto, tabel statistik, gambar. Dengan demikian ada dua kategori :

a. Ada data pendukung, yaitu bila berita dilengkapi salah satu data pendukung, seperti tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar, buku, UU, dan lainnya.

b. Tidak ada data pendukung, yaitu bila berita tidak dilengkapi salah satu data pendukung, seperti tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar, buku, UU, dan lainnya.


(42)

4. Faktualitas berita, menyangkut ada tidaknya percampuran fakta dengan opini wartawan. Ada dua kategori :

a. Ada percampuran, yaitu bila dalam berita terdapat kata-kata opinionative, seperti tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, diperkirakan, diramalkan, mengejutkan, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.

b. Tidak ada percampuran, bila dalam berita tidak terdapat kata-kata opinitative, seperti tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.

B.Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, menyangkut keseimbanagn penulisan berita. Meliputi :

1. Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan, yaitu :

a. Seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya.

b. Tidak seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber beritam dilihat dari jumlah sumber beritanya.


(43)

2. Ketidakberpihakan, dilihat dari ukuran fisik kolom yang dipakai :

a. Seimbang, jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan.

b. Tidak seimbang, jika luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah kesamaan.

C.Validitas keabsahan pemberitaan :

1. Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun konfirmasi atau cek dan recek). Ada dua kategori :

a. Sumber berita jelas, jika dalam berita dicantumkan identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk dikonfirmasi.

b. Sumber berita tidak jelas, jika dalam berita tidak dicantumkan identitas sumber berita seperti nama, pekerjaan atau sesuatu yang memungkinkan untuk dikonfirmasi

2. Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita, apakah berasal dari apa yang dilihat sendiri oleh wartawan atau dari


(44)

sumber berita yang menguasai persoalan atau hanya sekedar edekatannya dengan media yang bersangkutan . Ada tiga kategori :

a. Wartawan, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil pengamatan wartawan sendiri secara langsung, yaitu mengungkap informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar dan diketahui oleh wartawan itu sendiri.

b. Pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang mengalami langsung peristiwa tersebut. Misalnya saksi mata, korban atau orang yang terlibat langsung dengan peristiwa itu sendiri atau berada di lokasi saat peristiwa berlangsung

c. Bukan pelaku langsung, bila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi.s


(45)

Bentrokan berdarah yang menyebabkan Arman Syukur (21) tewas , hingga

kini masih berdampak pada kondisi keamanan di perbatasan dua daerah, Batumerah Kampung dan Batumerah Dalam. Bentrokan berawal dari aksi pemukulan seorang siswa SMAN 11, Jumat (10/7) sore. Insiden ini kemudian berlanjut pada malam hari, berawal dari saling lempar antara beberapa orang pemuda di jembatan yang memisahkan kedua desa. Aksi ini berlanjut dengan melibatkan banyak massa (edisi 12 Juli). Bentrokan antar warga desa Batu Merah Kampung dan Batu Merah Dalam disesalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku. Ketua MUI Maluku, Idrus Toekan menilai itu persoalan sepele karena bisa diselesaikan secara kekeluargaan (edisi 12 Juli).

Setelah mempercepat penyelidikan dan penyidikan, Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Maluku, menetapkan satu tersangka dalam bentrokan berdarah antar warga Batu Merah Dalam dan Batu Merah Kampung berinisial “R”. Tersangka bukan oknum dari institusi atau lembaga tertentu, tetapi diduga adalah warga biasa. pernyataan ini disampaikan menyusul rumor adanya dugaan korban tewas , karena pukulan popor senjata (edisi 14 Juli).

3.3 Unit Analisis

Unit analisis adalah bagian terkecil dari objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah setiap dimensi dari variabel objektivitas berita yaitu


(46)

teks, unsure berita (5W+1H) dan kategorisasi objektivitas meliputi, akurasi, fairness dan validitas.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah berita yang ada di halaman utama mengenai “Bentrok Antar Warga Batu Merah di Ambon” edisi 12 dan 14 Juli 2010 yang dimuat Harian Ambon Ekspres.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu sampel diambil secara keseluruhan dari jumlah populasi yang didasarkan pada keseluruhan unit populasi, yakni berita “Bentrok Antar Warga Batu Merah di Ambon” pada Harian Ambon Ekspres yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Jumlah berita yang diperoleh sebanyak dua berita edisi 12 Juli dan 14 Juli 2007. Jadi sampel yang diambil adalah dua berita sesuai dengan jumlah populasi yang diperoleh memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.


(47)

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data dengan perhitungan yang satu dengan yang lain saling melengkapi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu isi komunikasi yang diteliti data yang secara langsung diambil dari Harian Ambon Ekspres. Kemudian didokumentasikan berita-berita yang berkaitan dengan peristiwa bentrok antar warga Batu erah. Dilengkapi dengan studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan memepelajari literatur yang dapat digunakan sebagai pendukung penelitian ini, dengan mengutip beberapa teori yang berkaitan dengan bahasan masalah.

3.6. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis isi kuantitatif, yaitu suatu analisis dengan menggunakan angka atau persamaan matematis yang selanjutnya dideskripsikan dalam uraian kalimat. Kemudian hasil analisis data pada masing-masing item berita akan diberi penilaian berdasarkan jumlah poin objektivitas yang terpenuhi, yaitu memenuhi masing-masing kategori objektivitas apabila setiap item berita memenuhi seluruh sub kategori dari masing-masing kategori yang telah dirumuskan sebelumnya.


(48)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Harian Ambon Ekspres

Harian Ambon Ekspres didirikan pada tanggal 12 Juli 1999. Harian Pagi Ambon Ekspres sebagai salah satu media cetak terbesar di Ambon berusaha tampil memenuhi kebutuhan khalayak, tidak hanya menyajikan berita, namun juga hiburan ataupun pengetahuan. Dalam hal ini kehadiran Ambon Ekspres yang terbit 16 halaman dengan menyajikan beragam rubrik.

Harian Ambon Ekspres bernaung di bawah payung Jawa Pos Group dengan CEO Harian Fajar, Makassar. Para perintis harian Ambon Ekspres sebelumnya adalah karyawan Harian Suara Maluku yang juga merupakan anak perusahaan Jawa Pos Group. Karena terjadi kerusuhan pada 19 Januari 1999 di Maluku, menyebabkan sebagian karyawan tidak dapat bekerja, maka Harian Fajar Makassar sebagai CEO dari Jawa Pos mengambil kebijakan dengan membentuk sebuah media (Ambon Ekspres) untuk mewadahi para karyawan tersebut di bawah manajemen PT. Ambon Press Intermedia. Berawal sebagai Surat kabar mingguan selama setahun lebih, Ambon Ekspres menjadi Surat kabar harian di penghujung tahun 2000.

Visi dan Misi Ambon Ekspres yaitu Memberikan informasi secara faktual kepada masyarakat Maluku dengan menjadi pusat informasi di Maluku serta dapat menangkap berbagai fenomena dan perkembangan masyarakat Maluku. Dapat Menjalankan fungsi media sebagai alat control sosial dengan semangat yang


(49)

positif, inspiratif dan membangun harapan. Menyajikan informasi mutakhir yang akurat, jujur dan berimbang.

Ambon Ekspres memiliki beragam rubrik, antara lain, dalam rubrik Ambon Ekspres pada halaman utama yaitu, World Sport, Politik, Ekonomi, Opini, Olahraga. Kemudian rubrik berikutnya Metro manise terdapat dua kolom yaitu, Lintas pulau Internasional Hiburan. Pada rubrik Amboina terdapat dua kolom yaitu, Pelayanan dan Aspirasi.

Setiap hari Ambon Ekspres mengoplah 20.000 eksemplar surat kabar. Angka ini cukup besar, menginggat Ambon adalah Kota kecil dan mempunyai lebih dari sepuluh surat kabar harian yang penuh dengan persaingan. Untuk produksi Koran biasanya tidak semuanya habis terjual. Koran yang tidak terjual tersebut dinamakan Retur yang rata-rata adalah sekitar 15-20 persen dari total produksi. Kurun waktu tahun 2000 sampai 2007 manajemen pemasaran harian Ambon Ekspres memberlakukan sistim retur kepada para Agen, yang mana agen hanya menyetor hasil penjualan sesuai jumlah terjual bukan jumlah yang diorder. Namun karena kebijakan retur ini dianggap merugikan perusahaan, di awal tahun 2008 sistim ini dihapus. Sebagai gantinya, para agen dikenakan diskon 15 persen dari jumlah order. Contohnya: Agen A mengorder 1000 eksemplar. Karena mendapat diskon 15 persen, maka Agen A berkewajiban menyetor hasil penjualan Koran sebanyak 85 persen atau 850 eks dikalikan harga dasar koran. Jadi Agen A akan sangat diuntungkan bila Koran terjual habis, dan bila Koran terjual di bawah target maka Agen A tetap harus menyetor senilai 85 persen dari orderannya. Hal ini merupakan strategi ganda dari Divisi Pemasaran dimana akan meminimalisasi


(50)

tingkat kerugian perusahaan serta mengetahui secara pasti daya jual dari para Agen. Jadi dapat disimpulkan, dengan strategi yang diterapkan sekarang maka dipastikan Koran tidak terjual hanya sekitar 15 persen dari total produksi.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data

Berikut adalah data yang diperoleh penulis dari sample berita Bentrok Antar Warga Desa Batu Merah Dalam dan Batu Merah Kampung edisi 12 dan 14 Juli 2010 yang diukur dengan menggunakan kategorisasi Obyektivitas Pemberitaan.

4.2.1 Objektivitas Pemberitaan

Objektivitas dalam penyajian berita merupakan salah satu nilai yang harus dipenuhi oleh jurnalis dalam rangka pemenuhan informasi serta penyampaian informasi yang benar kepada khalayak ataupun masyarakat. Teori ini didasari atas pandangan bahwa sebuah kebenaran di media massa tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak saja, namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain.

Inilah mengapa pemberitaan disurat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness. Objektivitas yang juga sering disebut sebagai pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong,

Hanya belakangan ini, muncul suatu wacana yang memandang objektivitas objektif dibandingkan media massa yang lain dalam hal keakurasian


(51)

pemberitaan, validitas narasumbernya dan ketidakberpihakan pada pihak manapun.

Walaupun tidak ada salah satu media yang benar-benar telah menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme objektif, tapi paling tidak media tersebut dianggap mampu untuk memisahkan fakta daripada opini dan dinilai cenderung untuk tidak melakukan provokasi massa. Berangkat dari pertimbangan yang didasari pada pandangan/paradigma klasik dimana para jurnalis dalam menyajikan berita selalu mengacu pada fakta dan selalu bersifat objektif dalam menyajikan liputan menjadi sebuah berita, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kategorisasi yang dibuat dan digunakan oleh Rachma Ida.

Rachma Ida menggunakan prinsip objektivitas dalam meneliti berita politik di harian surat kabar nasional yang bertiras 100.000 eksemplar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Harian Ambon Ekspres sebagai subjek penelitian dengan berita Bentrok Antar Warga di Ambon pada Harian Ambon Ekspres edisi 12 dan 14 Juli 2010.

Berita yang beredar di masyarakat ini adalah peristiwa Bentrok Antar Warga yang terjadi di Ambon. Warga kedua desa yaitu Batu Merah Dalam dan Batu Merah Kampung terlibat bakuhantam yang berujung pada tewasnya satu orang warga desa Batu Merah Kampung. Dalam sebulan terakhir sudah terjadi empat kali bentrok antar warga kedua desa, bentrokan diawali dengan aksi saling lempar batu antar pemuda dua desa tersebut pada 10 Juli 2010 dan akhirnya melebar sampai pada pembakaran dan penganiayaan. Namun puncaknya pada


(52)

dini hari 11 Juli 2010 yang menelan seorang korban dan melukai empat korban lainnya.

Pihak kepolisian Polres Ambon berusaha untuk menemukan tersangka maupun pihak-pihak yang berusaha memprovokasi warga kedua desa tersebut. Kapolres Ambon melalui Kabag Operasional mengungkapkan, bentrokan antar warga desa Batu Merah ini terjadi karena diduga ada dendam lama, lalu ketika mengalami sedikit salah paham akan menimbulkan konflik. Aparat kepolisian telah melakukan penyelidikan secara intensif terkait bentrokan tersbut. Dengan mengunpulkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Kepolisian juga telah mencari saksi-saksi yang akan dimintai keterangan mengenai bentrok antar warga kedua desa ini.

Bentrokan antar warga Desa Batu Merah Kampung dan Batu Merah Dalam ini sangat disesalkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku. MUI perihatin atas peristiwa yang menelan satu korban tersebut. Melalui Ketua MUI Maluku disampaikan bahwa masalah kecil antar kedua warga desa tersbut bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan, sehingga tidak perlu sampai menimbulkan konflik yang lebih besar. MUI berujar kedamaian yang tercipta di Maluku saat ini harus dipertahankan, agar kedamaian yang didambakan seluruh masayarakat Maluku dapat terjaga dengan baik.

Kapolda Maluku yang telah melakukan koordinasi dengan warga kedua desa yaitu Batu Merah Kampung dan batu Merah Dalam untuk melakukan kesepakatan menghentikan seluruh peritikain yang ada. Kapolda juga menghimbau kepada masyarakat yang berdomisili di Desa Batu Merah untuk


(53)

tidak terprovokasi dengan isu-isu yang menyesatkan terkait bentrokan tersebut. Pihaknya meminta kepada warga kedua desa agar menyerahkan sepenuhnya kasus Iini kepada aparat kepolisian.

Melalui latar belakang diatas, penulis merasa perlu untuk diadakannya sebuah penelitian yang dapat menggambarkan isi komunikasi yang nampak dari pemberitaan-pemberitaan yang ada di media massa. Khususnya berita mengenai Bentrok Antar Warga di Ambon yang dimuat pada Harian Ambon Ekspres. Pemberitaan ini cukup menarik perhatian masyarakat untuk mengetahuinya, karena sempat disebutkan beberapa media bahwa Bentrokan tersebut terjadi karena adanya aksi saling ejek antar supporter bola pada liga champion.

Dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif terhadap pemberitaan bentrok antar warga di Ambon, mengingat berita ini memiliki news value yang tinggi dalam mempengaruhi opini public. Penelitian dilaksanakan dengan meganalisis dimensi-dimensi yang ada pada objektivitas pemberitaan yakni akurasi pemberitaan, fairness atau ketidak berpihakan dalam menyajikan sumber berita dalam sebuah pemberitaan dan validitas pemberitaan pada berita Bentrok Antar Warga Desa Batumerah Dalam dan Batumerah Kampung pada Harian Ambon Ekspres edisi 12 dan 14 Juli 2010.

Melalui dimensi akurasi didapatkan sub dimensi kesesuaian judul berita dengan isi berita. Dikatakan bahwa sebuah judul berita sesuai dengan isi berita bilamana dalam isi pemberitaan ditemukan kata-kata yang sama seperti judul ataupun kata-kata yang menerangkan dari judul berita.


(54)

Ada tidaknya pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa yang diberitakan dapat berupa angka maupun kata-kata yang menunjuk pada tanggal peristiwa. Penggunaan data pendukung yang dapat berbentuk daftar tabel, foto pendukung berita, ilustrasi gambar serta data-data lain dari sumber yang terkait dengan peristiwa yang diberitakan. Yang terakhir adalah ada tidaknya pencampuaran antara fakta dan opini.

Melalui dimensi fairness atau ketidak berpihakan didapatkan sub dimensi sisi ketidak berpihakan yang dilihat dari jumlah sumber berita yang digunakan dan sisi ketidak berpihakan yang dilihat dari penggunaan luas kolom pemberitaan.

Melalui dimensi validitas didaptkan sub dimensi atribusi yakni kejelasan data dan identitas terhadap sumber berita yang digunakan sebagai sumber pemberitaan dan sub dimensi tingkat kompetensi sumber berita yang diguakan.


(55)

4.2.1.1 Akurasi Pemberitaan

Tabel 4.1

Kategorisasi Akurasi Pemberitaan

Jumlah No Akurasi Berita Bentrok antar Warga di

Ambon Pada Harian Ambon Ekspres F %

Kesesuaian Judul berita dengan isi Berita

Sesuai 3 100

Tidak Sesuai -

1.

Jumlah 3 100

Pencantuman Waktu Terjadinya Peristiwa

Dicantumkan Waktu 3 100

Tidak Dicantumkan Waktu - 2.

Jumlah 3 100

Penggunaan Data Pendukung, Kelengkapan Informasi atas Kejadian yang Ditampilkan

Ada Data Pendukung 1 33,3 Tidak Ada Data Pendukung 2 66,7 3.

Jumlah 3 100

Faktualitas Berita

Ada Pencampuran Fakta dan Opini 1 33,3 Tidak ada Pencampuran Fakta dan Opini 2 66,7 4.

Jumlah 3 100

Sumber : Data Primer

Akurasi pemberitaan yang ditampilkan terkait Berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon pada Harian Ambon Ekspres sudah memenuhi kategori akurat. Akurasi tersebut disimpulkan dari hasil penelitian yang menunjukkan sebanyak 100% sudah menggunakan pola adanya kesesuaian antara judul berita dengan isi berita, ditunjukkan dengan relevansi yang tinggi diantara keduanya telah dirasa penting oleh jurnalis Ambon Ekspres dalam menyusun berita.


(56)

Perbandingan dengan jumlah sampel dari total 3 sampel telah menyadari akan nilai kejujuran para jurnalis yang tidak hanya membuat sebuah judul berita yang bombastis agar menarik pembaca. Dengan sub kategori kesesuaian antara judul berita dengan isi berita, jurnalis Harian Ambon Ekspres dalam pencarian berita hingga penyajian berita Bentrok Antar Warga Batumerah Dalam dan Batumerah Kampung di Ambon, jurnalis menjadi terpacu untuk mencari materi pemberitaan yang bermutu dan memiliki news value yang tinggi, agar pemberitaannya dapat dinilai berhasil. Bukan melalui jalan pintas yang melanggar Kode Etik Jurnalistik.

Tabel 4.2

Akurasi dalam Sub Kategori Kesesuaian Judul Berita dengan Isi Berita

Berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon

Kesesuaian Judul Berita dengan Isi Berita

Kode Judul Berita Sesuai Tidak

Sesuai % 1 Bentrokan Berdarah,

Batumerah Masih Tegang √ -

2 MUI Prihatin Konflik

Batumerah √ -

3 Polisi Tetapkan Tersangka

Bentrokan Batumerah √ -

JUMLAH 3 - 100

Sumber : Data Primer

BERITA 1

Bentrokan Berdarah, Batumerah Masih Tegang

Bentrokan berdarah yang menyebabkan Arman Syukur (21) tewas, hingga kini masih berdampak pada kondisi keamanan di perbatasan dua daerah, Batumerah

  100 


(57)

Kampung dan Batu Merah Dalam. Ratusan aparat keamanan berpakaian seragam lengkap dan preman sampai tadi malam masih terlihat siaga penuh.

BERITA 2

MUI Prihatin Konflik Batumerah

“Selaku pimpinan umat Islam di Maluku kami sangat prihatin atas peristiwa yang menelan korban jiwa itu” ujar Ketua MUI Maluku Idrus Toekan.

BERITA 3

Polisi Tetapkan Tersangka Bentrokan Batumerah

Kemarin Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Maluku, menetapkan satu tersangka dalam bentrokan berdarah antar warga Batu Merah Dalam dan Batu Merah Kampung. Pria berinisial ‘R’, diduga sebagai pelaku penganiayaan terhadap Arman Syukur (21).

Kesesuaian judul yang ada pada berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon. Telah mengacu pada aspek relevansi, yakni kalimat yang dijadikan judul berita merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau pada isi terdapat penjelasan dari judul dengan inti yang sama.

Selain itu dalam judul atau isi berita, apakah terdapat penggunaan kata atau kalimat denotative serta pengguanaan tanda baca yang mengesankan makna ganda. Ketepatan mengacu pada judul utama headline, bukan sub judul.


(58)

Tabel 4.3

Akurasi Pemberitaan dalam Sub Kategori Pencantuman Waktu Terjadinya Peristiwa

Pencantuman Waktu Terjadinya Peristiwa Jumlah

Akurasi

Pemberitaan Dicantumkan Tidak Dicantumkan F %

Akurat 3 - 3 100

Tidak Akurat - - -

Jumlah 3 100

Sumber: Data Primer

BERITA 1

Bentrokan Berdarah, Batumerah Masih Tegang

Sementara Bentrokan, Jumat (10/7) hingga Sabtu (11/7) dini hari, merupakan rentetan pertikaian sebelumnya, antara Batumerah Kampung dan Batumerah Dalam. Dalam satu bulan terakhir, bentrokan sudah terjadi sebanyak empat kali, puncaknya dengan tewasnya Arman Syukur.

BERITA 2

MUI Prihatin Konflik Batumerah

“Selaku pimpinan umat Islam di Maluku kami sangat prihatin atas peristiwa yang menelan korban jiwa itu,” ujar Ketua MUI Maluku, Idrus Toekan kepada pers di ruang kerjanya, Sabtu (10/7)

BERITA 3

Polisi Tetapkan Tersangka Bentrokan Batumerah

“Penetapan ‘R’ sebagai tersangka ini, setelah kita memeriksa beberapa orang saksi secara marathon,” ungkap Direskrim Polda Maluku, Kombes Pol Jhony Siahaan kepada pers di Mapolda Maluku, Selasa (13/7).

Dicantumkan waktu, yaitu apabila dalam tulisan mencantumkan tanggal, pencantuman kata-kata atau pernyataan waktu atau keduanya, yaitu mencantumkan tanggal atau dengan kata-kata yang menunjukkan adanya tanggal kejadian dan peristiwa.


(59)

Pada pencantuman waktu terjadinya peristiwa, sebanyak 100% telah memenuhi kategorisasi objektivitas dengan mensyaratkan adanya pencatatatan waktu kejadian dalam berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon. Pada Harian Ambon Ekspres waktu kejadian ditunjukkan dengan format angka “(10/7), (11/7)”.

Pencantuman waktu kejadian adalah konsep untuk melihat akurasi fakta atau opini, yaitu apakah mencantumkan tanggal atau adanya kata-kata yang menunjukkan waktu terjadinya peristiwa atau wawancara. Seperti pada contoh yang menggunakan waktu kejadian.

Tabel 4.4

Akurasi Pemberitaan dalam Sub Kategori Penggunaan Data Pendukung

Berita Bentrok antar Warga Batumerah

di Ambon Data Pendukung

Kode Judul Berita Ada Tidak Ada %

1 Bentrokan Berdarah,

Batumerah Masih Tegang Foto - 33,3

2 MUI Prihatin Konflik

Batumerah - √

3 Polisi Tetapkan Tersangka

Bentrokan Batumerah -

JUMLAH 1 2 100

Sumber: Data Primer

BERITA 1

Bentrokan Berdarah, Batumerah Masih Tegang

Dalam berita ini terdapat data pendukung berupa foto. Dikatakan ada data pendukung, bila berita tersebut dilengkapi dengan salah satu data pendukung, seperti tabel, foto, ilustrasi gambar, UU, dan lainnya.


(60)

BERITA 2

MUI Prihatin Konflik Batumerah

Dalam berita ini tidak ada data pendukung. Karena dalam berita ini tidak terdapat data pendukung, seperti tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar, UU dan lainnya.

BERITA 3

Polisi Tetapkan Tersangka Bentrokan Batumerah

Dalam berita ini tidak ada data pendukung. Karena dalam berita ini tidak terdapat data pendukung, seperti tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar, UU dan lainnya.

Penggunaan data pendukung dalam berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon pada Harian Ambon Ekspres belum menampilkan penyajian berita yang objektif. Sebanyak 66,7 % berita yang menjadi sampel penelitian tidak menggunakan data pendukung, antara lain, foto, statistik, tabel, UU dan lainnya. Hanya 33,3 % yang menggunakan data pendukung berupa foto dalam penyajian berita Bentrok antar Waga Batumerah di Ambon.

Tabel 4.5

Akurasi Pemberitaan dalam Sub Kategori Faktualitas Berita

Berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon

Pencampuran Fakta dan Opini Wartawan

Kode

Judul Berita Ada Kata-kata

Opininative Tidak Ada %

1 Bentrokan Berdarah,

Batumerah Masih Tegang √ 33,3

2 MUI Prihatin Konflimk

Batumerah √

3 Polisi Tetapkan Tersangka

Bentrokan Batumerah √

JUMLAH

1 2 100

Sumber: Data Primer


(61)

BERITA 1

Bentrokan Berdarah, Batumerah Masih Tegang

Hingga kemarin polisi telah sedikit melakukan proses hokum terhadap kasus ini. Pasalnya, mereka masih fokus pada penyelesaian bentrokan dengan menggunakan jalur persuasif.

Dalam beberapa menit, api mulai memebesar dan menghanguskan sejumlah rumah. Sedikitnya tujuh rumah hangus terbakar.

BERITA 2

MUI Prihatin Konflik Batumerah

Dalam berita ini tidak ada pencampuran fakta dan opini, karena dalam berita tidak terdapat kata-kata opinionative seperti : tampaknya, diperkirakan, pasalnya, terkesan, seakan-akan, agaknya, seolah-olah, diramalkan, mengejutkan, maneuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.

BERITA 3

Polisi Tetapkan Tersangka Bentrokan Batumerah

Dalam berita ini tidak ada pencampuran fakta dan opini, karena dalam berita tidak terdapat kata-kata opinionative seperti : tampaknya, diperkirakan, pasalnya, terkesan, seakan-akan, agaknya, seolah-olah, diramalkan, mengejutkan, maneuver, sayangnya, dan kata-kata opinionative lainnya.

Dalam dimensi faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan dalam menulis berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon pada Harian Ambon Ekspres indikatornya pencmpurann fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel berita itu terdapat kata-kata opinionative, seperti : tampaknya, agaknya, seolah, sayangnya, maneuver, diramalkan, dan kata-kata opinionative lainnya.


(62)

Penggunaan kata opinionative memegang peran penting akan keberadaan sebuah berita. Karena syarat berita yang haruslah faktual, faktualitas ini akan otomatis terpatahkan dengan adanya kata-kata opinionative yang menjadikan nilai berita yang dikandung menjadi hilang.

Perlu untuk selalu diingat, yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya adalah pada ada atau tidaknya opini. Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari suatu fakta sedangkan opini berangkat daris sebuah pemikiran. Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide.

4.2.1.2. Fairness

Tabel 4.6

Frekuansi Kategorisasi Fairness atau Ketidakberpihakan Pemberitaan

Jumlah No Fairness atau ketidakberpihakan Berita

Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon

F % Penggunaan Sisi Sumber Berita

Seimbang 1 33,3

1.

Tidak Seimbang 2 66,7

Penggunaan Luas Kolom

Seimbang - -

Tidak Seimbang 3 100

2.

Jumlah 3 100


(63)

Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan yang menyangkut keseimbangan penulisan berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon pada Harian Ambon Ekspres diperoleh hasil berita yang disajikan belum mencapai tingkat Objektivitas. Sebesar 66,7 % dari sampel penelitian telah menunjukkan ketidakseimbangan dalam memberi porsi yang sama pada masing-masing pihak yang diberitakan. Karena sumber berita hanya dari satu pihak saja atau hanya menggunakan sumber berita dari yang berasal hanya dari satu sisi saja. Permintaan untuk selalu cover both side seharusnya telah menjadi rujukan yang pakem bagi para pelaku jurnalistik. Seharusnya Harian Ambon Ekspres mampu sebagai media massa cetak yg terkemuka di Kota Ambon untuk lebih berhati-hati dalam hal penggunaan narasumber yang berkompeten untuk tetap menjaga kredibilitasnya dimata khalayak pembacanya.

Terdapat 33,3 % dari total sampel berita seputar Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon pada Harian Ambon Ekspres sudah seimbang. Dilihat dari adanya penggunaan sumber berita dengan diberinya porsi yang sama antara masing-masing pihak yang diberitakan. Hasil ini masih sangat jauh dengan yang harus dilakukan oleh para wartawan dengan menyajikan berita yang objektif juga narasumber yang kredibel dan berkompeten.


(64)

Tabel 4.7

Fairness dalam Sub Kategori Sisi Sumber Berita

Berita Bentrok antar Warga Batumerah

di Ambon Penggunaan Sumber Berita Kode Judul Berita Tidak

Seimbang Seimbang %

1 Bentrokan Berdarah, Batumerah Masih Tegang

Hanya ada sumber dari

Kepolisian

33,3

2 MUI Prihatin Konflik Batumerah

Ada pernyataan dari perwakilan MUI dan Kapolda

Maluku

33,3

3 Polisi Tetapkan Tersangka Bentrokan Batumerah

Hanya ada pernyataan dari

kepolisian

33,3

JUMLAH 2 1 100

Sumber : Data Primer

BERITA 1

Bentrokan Berdarah, Batumerah Masih Tegang

Tidak seimbang, yaitu apabila masing-masing pihak yang diberitakan tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya. Dalam berita ini tidak seimbang, karena seumber berita hanya dari Kapolda Maluku Brigjen Totoy Herawan Indra.

BERITA 2

MUI Prihatin Konflik Batumerah

Seimbang, yaitu bila masing-masing pihak yang diberitakan diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari sumber beritanya. Dalam berita ini telah seimbang, sumber berita dari kedua belah pihak yaitu Ketua MUI Maluku Idrus Toekan dan Kapolda Maluku Brigjen Totoy Herawan Indra.


(1)

71   

peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi maka dijadikan narasumber. Misalnya, petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi. Dalam berita ini Ketua MUI Maluku Idrus Toekan dan Kapolda Maluku Brigjen Totoy Herawan Indra bukan pelaku langsung. Karena mereka tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

BERITA 3

Polisi Tetapkan Tersangka Bentrokan Batumerah

Bukan pelaku langsung, bila peritiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara wartawan dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi maka dijadikan narasumber. Misalnya, petugas humas, juru bicara, dan lainnya yang tidak berada di lokasi saat peristiwa terjadi. Dalam berita ini Direskrim Polda Maluku, Kombes Pol Jhony Siahaan bukan pelaku langsung. Karena beliau tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.

Sebanyak 100% total sampel berita seputar Bentrokan antar Warga Batumerah di Ambon menujukkan kompetensi pihak sumber berita tidak valid. Karena wartawan menggali informasi mengenai kejadian tersebut melalui pihak-pihak yang tidak mengalami langsung kejadian tesebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita.

Dikarenakan Brigjen Totoy Herawan Indra (Kapolda Maluku), Kompol Mansura Manurung (Kabag Operasional Polres Ambon), Idrus Toekan (Ketua MUI Maluku), Jhony Siahaan (Direskrim Polda Maluku), bukan pelaku langsung yan tidak mengalami langsung peristiwa tersebut dan dapat digolongkan sebagai sumber berita yang kurang valid. Ini harus menjadi catatan penting untuk setiap wartawan, khususnya wartawan Ambon Ekspres agar menggali informasi harus dari sumber berita yang kompeten.


(2)

(3)

73   

Dari tabel rangkuman Objektivitas Berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon Pada Harian Ambon Ekspres secara umum sudah memenuhi kategorisasi objektivitas. Namun, masih ada yang belum memenuhi kategori objektivitas, antara lain, pada kategorisasi akurasi sudah objektif, namun masih ada berita yang tidak memenuhi objektivitas, antara lain dua berita dalam kategori penggunaan data pendukung, tidak menyajikan data pendukung dalam berita tesebut. Pada kategorisasi Fairness, masih belum memenuhi objektivitas, antara lain ada dua berita yang tidak objektif dilihat dari sumber berita yang digunakan dan luas kolom yang dipakai. Dalam kategorisasi validitas masih ada yang tidak objektif, dilihat dari kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita.


(4)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis objektivitas terhadap berita Bentrokan antar Warga Batumerah di Ambon pada Harian Ambon Ekspres edisi 12 dan 14 Juli 2010, maka dapat diambil kesimpulan secara umum Ambon Ekspres sudah memenuhi kategorisasi objektivitas, namun masih ada berita yang belum objektif, antara lain:

1. Akurasi pemberitaan Harian Ambon Ekspres dalam menyajikan berita

Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon, masih terdapat tidak adanya data pendukung dalam penyajian berita dan adanya pencampuran fakta dan opini pada berita.

2. Fairness (ketidakberpihakan) pemberitaan Bentrok antar Warga Batumerah di

Ambon pada Harian Ambon Ekspres masih belum tergolong memenuhi kategori Objektivitas. Karena ada dua berita yang tidak seimbang dalam penggunaan sisi sumber berita. Luas kolom yang digunakan dalam meberitakan suatu peristiwa masih belum cover both side. Ada dua berita yang disajikan luas kolomnya menunjukkan adanya ketidakseimbangan.

3. Validitas (keabsahan) berita yang ditulis seputar Bentrokan antar Warga

Batumerah di Ambon pada Harian Ambon Ekspres, dalam kejelasan data sumber berita sudah sangat jelas. Namun, pada kompetensi sumber berita


(5)

75   

tidak ditemukan adanya validitas kompetensi sumber berita. Dari total tiga berita dinyatakan tidak valid, karena wartawan tidak menggali informasi dari bukan pelaku langsung.

4. Pemberitaan mengenai peristiwa Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon

pada Harian Ambon Ekspres sudah memenuhi kategori Objektivitas. 5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil analisis isi terhadap Objektivitas berita Bentrok antar Warga Batumerah di Ambon pada Harian Ambon Ekspres Edisi 12 dan 14 Juli 2010 maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi pangembangan

konsep objektivitas pemberitaan pers, mulai dari bagaimanana mengukurnya dan apa kaitannya dengan konsep-konsep akurasi, fairness dan validitas.

2. Mengingat dalam setiap dimensi akuarsi, fairness dan validitas masih banyak

yang tidak memenuhi teori objektivitas, melalui jurnalis maupun editor, Ambon Ekspres harus meningkatkan kualitas penyajian beritanya. Sekaligus mengoreksi berita yang akan disajikan kepada khalayak agar tetap menjadi Harian yang kredibel.

3. Ambon Ekspres perlu memperhatikan kredibilitasnya sebagai Harian

Terkemuka di Maluku dengan menyajikan berita-berita yang objektif dan menggali informasi dari sumber-sumber yang kompeten.


(6)