dilakukan penjadwalan ulang kebijakan larangan ekspor menjadi pajak ekspor melalui SK No. 534KMK.0131992. Akan tetapi, permintaan untuk rotan
mentah dari luar negeri masih cukup tinggi, sehingga mengundang terjadinya penyelundupan rotan mentah. Dari Kalimantan Timur, rotan mentah ini umumnya
diselundupkan melalui Pelabuhan Tarakan di perbatasan dengan Malaysia. Menurut penuturan sejumlah informan, penyelundupan ini cukup menguntungkan
bagi pelaku-pelakunya karena harga yang diperoleh dari ekspor ilegal ini hampir empat kali lipat dari harga di dalam negeri. Dari tiga kali pengiriman, apabila
tertangkap sekali, pelakunya masih dapat mengantongi keuntungan dari pengiriman-pengiriman yang lolos. Apalagi menurut salah satu informan,
penangkapan atau penggrebekan aparat ini biasanya lebih merupakan upaya aparat mengingatkan pelaku yang bersangkutan untuk membayar uang suap.
Dengan membayar suap pada aparat, maka bisnis-bisnis ilegal pengangkutan hasil hutan dapat dijalankan terus oleh pelakunya.
Munculnya praktik premanisme di dalam hubungan-hubungan perdagangan ini dimungkinkan karena terjadi penyelewengan fungsi-fungsi oleh institusi yang
seharusnya menjaga aturan main dan hubungan perdagangan yang adil. Aparat keamanan -- kepolisian dan tentara – seharusnya menjadi pengaman bagi
masyarakat, termasuk di dalamnya pelaku bisnis, akan tetapi fungsi tersebut diselewengkan, sehingga aparat itu sendiri menjadi sumber ketidakamanan bisnis,
kecuali jika pelaku usaha dapat membayar suap. Menilik pelaku mafia yang umumnya berasal dari lingkaran aparat keamanan, dapat disimpulkan bahwa
sumber kekuatan mafia ini adalah dari kekuatan yang diberikan posisi politik mereka di dalam struktur masyarakat dan negara. Aparat keamanan adalah
aparat negara dan berfungsi menjaga kepentingan negara dan publik. Pemanfaatan posisi politiknya untuk memperkaya diri sendiri merupakan
penyimpangan kekuatan yang dimiliki. Era reformasi yang telah berjalan selama
POLA-POLA EKSPLOITASI TERHADAP USAHA KECIL 103
Dalam penjadwalan ulang kebijakan ini, ditetapkan bahwa rotan mentah dikenai pajak sebesar US 15kg, sedangkan rotan setengah jadi dikenai pajak sebesar US 10kg.
1
1
lima tahun belum mampu menghilangkan praktik-praktik mafia di dalam dunia ekonomi kita, bahkan pada sejumlah kasus makin bertambah jumlah pelakunya.
3.2.3 Kekuatan Informasi dan Modal
Penguasaan dan penutupan akses terhadap informasi dan modal menjadi salah satu sumber kekuatan pelaku-pelaku eksploitasi. Bentuk-bentuk semacam ini
terutama terlihat dalam pola-pola hubungan subkontrak dan rantai pemasaran pada industri mebel rotan dan jati.
Subkontrak merupakan salah satu bentuk desentralisasi produksi yang menyerahkan produksi kepada unit-unit produksi yang terpisah-pisah. Secara
prinsip, subkontrak ditandai dengan adanya penyerahan atau pengalihan baik sebagian maupun seluruh proses produksi dari pihak prinsipal pemesan kepada
pihak-pihak subkontraktor penerima pesanan. Penyerahan atau pengalihan ini dilakukan melalui perjanjianpesanan bahwa pihak subkontraktor akan
melakukan sesuatu untuk pihak prinsipal dengan imbalan yang sudah ditentukan sebelumnya Rustiani dan Maspiyati, 1996:13. Dalam hubungan tersebut secara
umum terdapat dua pihak yang saling berhubungan, yaitu prinsipal sebagai pihak yang memberikan order dan subkontraktor sebagai pihak yang diberikan order.
Secara teoretis, hubungan subkontrak seharusnya memberikan manfaat kepada kedua pelaku tersebut. Bagi prinsipal, keuntungan yang diraih dari hubungan
subkontrak adalah mengurangi kebutuhan prinsipal untuk melakukan investasi dalam bentuk pengembangan atau pendirian pabrik. Hubungan subkontrak juga
meningkatkan derajat fleksibilitas prinsipal untuk mengurangi produksi yang dilakukan di dalam pabrik. Hal yang juga penting adalah, dengan hubungan ini,
prinsipal sampai pada titik tertentu dapat menghindarkan risiko dan biaya produksi yang kemudian ditanggung oleh subkontraktor. Sementara bagi
subkontraktor, manfaat yang diharapkan dari hubungan subkontraktor adalah adanya kepastian akan pasar serta adanya harapan dapat meraih sebagian
surplus yang tercipta dari proses produksi Rustiani dan Maspiyati, ibid. hal 22.
104 POLA-POLA EKSPLOITASI TERHADAP USAHA KECIL
Meningkatnya kecenderungan terjadinya pergeseran hubungan kerja ke arah hubungan-hubungan subkontrak selain memberikan manfaat juga dapat
membawa persoalan bagi subkontraktor. Dicken 1987:189-190 mengemukakan bahwa persoalan muncul bila hubungan subkontrak yang terjadi
antara unit usaha kecil dengan perusahaan besar tidak seimbang, khususnya dalam relasi kekuasaan antara keduanya. Dalam situasi tersebut unit usaha kecil
subkontrak cenderung dapat ditambah atau pun dihilangkan sesuai dengan kebutuhan prinsipal. Lebih jauh, hubungan ini akan menimbulkan masalah bagi
subkontraktor jika pekerjaan yang dilakukan untuk prinsipal tertentu merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan total produksi yang dihasilkan
subkontraktor. Sebagai akibatnya, subkontraktor kemudian menjadi bagian yang terintegrasi secara vertikal dari proses produksi, tetapi tidak mendapatkan manfaat
penuh dari keterlibatan tersebut. Kebebasan subkontraktor untuk beralih ke produk atau pasar lain kemudian menjadi lebih terbatas. Persoalan lain dalam
hubungan subkontrak adalah ketika prinsipal memberikan order dengan detil yang spesifik dan subkontraktor bergantung pada prinsipal dalam hal
pengembangan proses dan produknya, sehingga subkontraktor sulit untuk mengembangkan produk-produknya. Secara ringkas, hubungan subkontrak
dapat menjadi hubungan yang eksploitatif ketika informasi-informasi tentang teknologi maupun pasar dikuasai oleh prinsipal.
Hubungan subkontrak akan menguntungkan kedua belah pihak apabila keduanya melihat kesinambungan produksi dalam jangka panjang menjadi target
utama dari pencarian keuntungan. Dengan target untuk menjaga produksi dalam jangka panjang, maka kualitas produk yang dihasilkan menjadi pertimbangan
utama dibandingkan dengan marjin keuntungan yang besar tetapi dalam jangka pendek. Apabila prinsipal mementingkan pasar yang sinambung dan stabil, maka
prinsipal akan cenderung menjaga hubungan agar subkontraktor tidak lari darinya.
POLA-POLA EKSPLOITASI TERHADAP USAHA KECIL 105