Akumulasi Modal di antara Pelaku
tingkat pertama. Order diberikan berdasarkan kepercayaan yang sudah terbangun antara eksportir
dan pengesub. Ketepatan waktu penyelesaian order dan pemenuhan kualitas sesuai kesepakatan di dalam kontrak merupakan penilaian yang diberikan
eksportir di dalam menentukan pengesub mana yang akan diberi order. Selain itu, penentuan pemberian order juga didasarkan penawaran harga yang diberikan
pengesub kepada eksportir. Biasanya eksportir menunjukkan desain dan kualitas mebel yang diinginkannya dan masing-masing pengesub menawarkan harga
berdasarkan perhitungan biaya produksi dan mengambil 5 kelebihan yang dianggap sebagai keuntungan.
Bentuk penawaran order ini menjadi salah satu cara eksportir dan pedagang lokal untuk menekan pengesub. Eksportir sangat mengetahui harga bahan baku di
Tegalwangi sehingga dapat menekan pengesub untuk memberikan penawaran harga serendah mungkin. Eksportir pun biasanya membagi order yang diperoleh
dari buyer kepada beberapa pengesub atau membagi order ke dalam beberapa tahapan pekerjaan yang masing-masing dikerjakan oleh pengesub yang
berlainan. Dalam hal ini, eksportir tidak hanya dapat memenuhi target waktu penyelesaian tetapi juga menekan biaya produksi. Dengan membagikan order
kepada beberapa pengesub, eksportir mendapatkan variasi harga dari setiap pengesub yang nantinya akan dimanfaatkan untuk menekan pengesub pada
penawaran order berikutnya.
30 POLA-POLA EKSPLOITASI TERHADAP USAHA KECIL
POLA-POLA EKSPLOITASI TERHADAP USAHA KECIL 31
Konsumen Akhir KulakanEceran
PMA Eksportir Lokal Asing
Eksportir Lokal Pengesub tingkat I
Konsumen Akhir Pedagang Lokal
Pasar Lokal
Pedagang Bes
ar Pasar
Eksport
Pedagang Rotan JakartaSurabaya
BrokerPerantaraMitra PengumpulPedagang Antar Pulau
Pengumpul di Tingkat Kecamatan Pengumpul di Tingkat Desa
Industri Lampit di Kalimantan Selatan
Eksportir rotan mentah legalilegal
Pengrajin Anyaman Petani
Gambar 2.2 Eksploitasi pada Rantai Industri Mebel Rotan
Keterangan:
Penekanan Harga
Pengesub tingkat II
Pedagang Rotan Cirebon AKUMULASI MODAL DAN POLA-POLA EKSPLOITASI
Pengesub dapat menolak atau menerima order ini tergantung dari besarnya marjin keuntungan yang bisa diambil dari harga yang ditawarkan atau tergantung dari
kemungkinan mereka melakukan strategi untuk menekan biaya produksi. Apabila keuntungan yang bisa diambil sangat rendah kurang dari 5, pengesub
biasanya menolak. Akan tetapi dalam kondisi sepi order, pengesub sering harus menerima harga yang ditawarkan prinsipal.
Pada akhirnya, marjin yang diperoleh pengesub rata-rata 5 sama dengan biaya tenaga kerja yang tidak diperhitungkan--yaitu tenaga pengesub dan keluarganya
yang tidak dibayar. Dalam melakukan penawaran, pengesub biasanya hanya memperhitungkan biaya pembelian bahan baku dan biaya upah buruh di luar
keluarga, tanpa memperhitungkan penggunaan alat-alat produksi yang sepenuhnya merupakan milik pengesub.
Pada prinsipnya pengesub bebas memilih prinsipal dan dapat menerima order dari beberapa prinsipal sekaligus. Akan tetapi, eksportir yang sudah memiliki
permintaan tetap akan mengikat pengesub yang menjadi subkontraktornya untuk tidak mengambil order dari eksportir lain. Di lain pihak, eksportir semacam ini
relatif selalu memiliki order bagi pengesub-nya sehingga pengesub yang bersangkutan dapat menjaga kelangsungan usaha sepanjang tahun. Dalam
hubungan subkontrak demikian, eksportir dan pengesub sudah memiliki standar harga sehingga tidak perlu dilakukan tawar-menawar setiap kali melakukan
transaksi pemberian kerja disebut Surat Perintah KerjaSPK.
Kondisi ini berbeda bagi pengesub dan eksportir lain yang tidak memiliki permintaan tetap sepanjang tahun. Secara umum, lebih banyak eksportir yang
tidak memiliki permintaan tetap sepanjang tahun sehingga lebih banyak terjadi sistem tawar-menawar setiap kali ada permintaan dari eksportir. Akibatnya, terjadi
fenomena banting harga di tingkat pengesub. Eksportir memberikan order kepada pengesub yang dapat memberikan harga terendah, dan selanjutnya
menggunakan harga terendah tersebut sebagai patokan dalam memberikan order kepada pengesub lainnya.
32 POLA-POLA EKSPLOITASI TERHADAP USAHA KECIL
Untuk mempertahankan marjin keuntungan, pengesub melakukan penekanan biaya produksi dengan menggunakan bahan baku berkualitas lebih rendah atau
bahan baku afkiran bahan baku yang dijual murah oleh pedagang karena merupakan stok lama pada bagian-bagian yang tertutup. Dengan strategi
tersebut, pengesub dapat memperoleh marjin keuntungan sekitar 10, tetapi belum termasuk biaya upah buruh keluarga yang tidak dibayar. Strategi akalan-
akalan semacam ini biasanya diketahui oleh staf pemeriksa kualitas quality control -QC dari pabrik, tetapi selama dapat dianggap tidak keterlaluan, staf QC
biasanya meloloskannya dengan pertimbangan rasa kasihan.
Tekanan eksportir dan pedagang lokal kepada pengesub diakibatkan oleh persaingan di antara sesama eksportir dan pedagang lokal dalam memperoleh
order dari buyer. Fenomena ini lebih tampak pada mebel-mebel yang berorientasi pasar ekspor dibanding pada pasar lokal. Dalam upaya memperoleh order,
eksportir pun seringkali melakukan banting harga.
Di kalangan eksportir sendiri terdapat beberapa variasi hubungan dengan buyer yang mempengaruhi hubungan subkontrak eksportir dengan pengesub. Eksportir
yang tidak mempunyai permintaan yang kontinu dengan buyer biasanya lebih sering melakukan penekanan harga kepada pengesub demi menjaga marjin
keuntungan yang ingin diperolehnya, yaitu rata-rata 30 dari total biaya produksi dan pengiriman barang. Eksportir dengan volume ekspor kecil di bawah 30
kontainer per bulan dan sedang 30-100 kontainer per bulan dengan kualitas produk yang sedang adalah kelompok eksportir yang paling sering melakukan
banting harga.
Eksportir yang mempunyai standar produk tinggi, meskipun volumenya mungkin tidak terlalu besar rata-rata 30 kontainer per bulan, tidak melakukan penekanan
harga kepada pengesub-nya. Tipe eksportir ini menghitung biaya produksi yang dibutuhkan pengesub dan menambahkan komponen fee sebesar 10 kepada
pengesub sebagai marjin keuntungannya. Eksportir ini juga tidak mengizinkan
POLA-POLA EKSPLOITASI TERHADAP USAHA KECIL 33