Hubungan Eksploitasi Usaha Kecil Sebagai Harapan Pemulihan Ekonomi Indonesia dan Persoalan-persoalannya
adanya pemisahan keuangan usaha dan rumah tangga serta penggunaan anggota keluarga sebagai tenaga kerja, baik dibayar maupun tidak. Oleh karena
itu, investasi tersebut bisa jadi dilakukan tidak dalam pengembangan unit usaha, melainkan di dalam unit rumah tangga usaha yang bersangkutan. Bentuk yang
paling mungkin dari akumulasi modal di tingkat keluarga adalah investasi sumber daya manusia, terutama dalam bentuk pendidikan bagi anak. Tetapi, dampak
yang diharapkan dari investasi di tingkat rumah tangga tersebut sama dengan investasi di tingkat usaha, yaitu untuk memperluas asetnya, mengurangi
kerentanan usaha, atau sebagai jaminan masa depan. Di tingkat rumah tangga, akumulasi modal ditandai dengan ditanamkannya keuntungan hasil usaha pada
bentuk-bentuk:
Adanya kelompok-kelompok yang tidak mampu melakukan salah satu dari berbagai bentuk akumulasi modal di atas mengindikasikan bahwa kelompok
tersebut tidak mempunyai keuntungan atau sisa pendapatan yang cukup untuk diputarkan kembali. Keuntungan atau pendapatan yang diperolehnya habis atau
bahkan terkadang tidak cukup untuk membiayai penghidupannya sehari-hari. Tidak adanya sisa keuntungan atau pendapatan yang dapat diputar kembali ini
POLA-POLA EKSPLOITASI TERHADAP USAHA KECIL PENDAHULUAN
13
pendidikan di tingkat-tingkat yang mampu membawa keluarga pengusaha ke status ekonomi maupun sosial yang lebih tinggi, misalnya pendidikan
sampai pada tingkat universitas. penarikan anggota keluarga besar baik sebagai tenaga kerja dibayar
maupun sebagai pengelola usaha-usaha yang bersangkutan. Penarikan anggota keluarga ini merupakan bentuk umum dari pembagian
kesejahteraan pada masyarakat-masyarakat yang masih kuat ikatan kekerabatannya. Fenomena ini dapat kita lihat misalnya pada kelompok
pedagang yang sangat kuat didominasi suku atau ras tertentu, seperti perdagangan warung Tegal, rantai perdagangan barang bekas yang
dikuasai orang-orang dari suku Madura, atau pedagang-pedagang bakso keliling yang dikuasai orang-orang dari Solo dan sekitarnya.
pembelian aset-aset yang diputar kembali di tingkat rumah tangga, misalnya pembelian sawah di tempat asal.
kemudian menjadi indikasi untuk melakukan penelusuran apakah sebagian keuntungan kelompok-kelompok yang tidak mampu melakukan akumulasi modal
tersebut diambil oleh pihak yang lebih kuat, yang menjadi ciri dari hubungan- hubungan eksploitatif. Kepastian ini harus diperoleh dengan melihat bentuk-
bentuk interaksi yang terjadi antara kelompok pelaku yang tidak mampu mengakumulasi modal dengan kelompok yang mampu, karena proses akumulasi
modal sendiri belum tentu dilakukan dengan mengeksploitasi pihak lain. Mengacu pada terminologi yang umum digunakan dalam Marxisme, belum tentu
terjadi pengambilan nilai lebih value added dari kelompok tertentu oleh pihak lain yang lebih kuat.