Pola Asuh Orang Tua

Penggolongan jenis persepsi cenderung didasari oleh objek dan stimulus yang diterima. Objek dan stimulus mendorong seseorang untuk memunculkan suatu persepsi baik itu persepsi positif maupun negatif. Jenis persepsi tersebut dapat dimaksudkan sebagai balikan dari penginderaan yang muncul sehingga mendorong seseorang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kehendak dari persepsi yang mereka yakini. Jadi, persepsi adalah cara pandang dari pemikiran seseorang dalam menilai suatu kejadian atau objek tertentu sehingga didapatkan kesimpulan melalui penginderaan.

b. Pola Asuh Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, atau bentuk struktur yang tetap. Ketika pola diberi arti bentuk struktur yang tetap dan dilakukan secara berulang-ulang, maka hal itu semakna dengan istilah kebiasaan. Asuh berarti mengasuh. Mengasuh adalah satu bentuk kata kerja yang bermakna menjaga merawat dan mendidik anak kecil, membimbing membantu, melatih, dan sebagainya supaya dapat berdiri sendiri, memimpin mengepalai, menyelenggarakan suatu badan kelembagaan. Pengasuh berarti orang yang mengasuh; wali orang tua, dan sebagainya. Pengasuhan berarti proses, perbuatan, cara pengasuhan. Kata asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat. Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ayah ibu kandung, orang tua-tua orang yang dianggap tua cerdik pandai, ahli, dan sebagainya; orang-orang yang dihormati disegani di kampung. Dalam konteks keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah dan atau ibu kandung dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga. Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu, dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam keluarga. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Membimbing dengan cara membantu, melatih, dan sebagainya. Tafsir Djamarah, 2014 mengartikan bahwa pola asuh adalah pendidikan maka pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga, membimbing, dan mendidik anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah bahwa pola asuh orang tua merupakan cara didik yang diterapkan oleh orang tua untuk membentuk karakter dan kebiasaan yang khas pada anak sehingga karakter dan kebiasaan tersebut melekat dalam diri anak pada proses tumbuh kembangnya dari setiap waktu ke waktu. Pola asuh tentu menjadi dasar orang tua dalam membimbing anak agar dapat berperilaku baik, maka akan lebih tepat jika pola asuh orang tua diterapkan dengan melihat usia dan karakteristik masing-masing anak. 1 Teknik Pendisiplinan pada Pola Asuh Disiplin adalah metode pembentukan karakter serta bentuk pengajaran sebagai kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang anak berkembang sesuai usianya. Teknik pendisiplinan tersebut dapat menjadi alat yang baik untuk sosialisasi terhadap anak dengan tujuan mengembangkan disiplin diri dengan memberikan perilaku yang dianggap pantas yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anaknya. Berikut adalah bentuk-bentuk disiplin sebagai pendisiplinan dalam pola asuh menurut Isabel Allende Papalia, Olds, Fieldman, 2009: a Penguatan dan Hukuman Penguatan reinforcement eksternal bisa berupa penguatan yang dapat diukur uang, permen, mainan, atau binatang atau tidak dapat diukur senyuman, pujian, pelukan, perhatian lebih, atau perlakuan spesial. Apapun bentuk imbalan, anak harus melihatnya sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan dan menerimanya dengan cukup konsisten setelah memperlihatkan perilaku yang diinginkan. b Hukuman Fisik Corporal Punishment Hukuman fisik corporal punishment didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan agar anak merasakan rasa sakit tetapi tidak mencederai. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki perilaku dan mendisiplinkan anak. Hukuman fisik dianggap lebih efektif dibandingkan tindakan lain dan tidak berbahaya jika dilakukan secara tidak berlebihan, namun dapat pula memberi pengaruh negatif jika kurang benar dalam penerapannya. c Penonjolan Kekuasaan Power Assertion Penonjolan kekuasaan power assertion ditujukan untuk menghentikan atau menekankan perilaku yang tidak diinginkan melalui kontrol orang tua yang dilakukan secara verbal atau fisik; dalam hal ini termasuk meminta, ancaman, penarikan hak-hak, memukul, atau bentuk hukuman lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar anak menyadari peran orang tua untuk mengawasi mereka. d Teknik Induktif Inductive Techniques Teknik induktif inductive techniques dirancang untuk mendorong perilaku yang diinginkan atau menekan perilaku yang tidak diinginkan melalui argumen dengan anak; dalam hal ini termasuk penetapan batasan, menunjukkan konsekuensi logis dari sebuah tindakan, memberikan penjelasan, berdiskusi dan memperoleh ide dari anak mengenai hal yang dianggap adil. e Penarikan Kasih Sayang Withdrawal of Love Penarikan kasih sayang withdrawal of love dapat berbentuk pengabaian, isolasi, atau menunjukkan ketidaksukaan pada anak sehingga anak mendapat perlakuan acuh tak acuh dari oang tua. f Agresi Psikologi Psychological Aggression Agresi psikologi psychological aggression adalah serangan verbal yang dapat menyebabkan kerugian psikologis, seperti berteriak bentuk yang paling umum, mengumpat, mengejek, mengancam akan memukul, atau mengancam dan mengusir anak. Tindakan-tindakan di atas bertujuan untuk menanamkan sikap disiplin diri pada anak sejauh penerapannya masih dengan adanya pertimbangan- pertimbangan yang matang, terlebih agar anak dapat dikontrol sehingga terarah untuk menjadi anak yang berakhlak dan bernurani. Tindakan tersebut juga dimaksudkan untuk memberi efek jera pada anak sehingga anak tidak mengulangi perilaku-perilaku yang kurang baik kembali. 2 Tiga Tipe Pola Asuh Orang Tua Sebagai seorang pemimpin, orang tua dituntut mempunyai dua keterampilan, yaitu keterampilan manajemen managerial skill maupun keterampilan teknis technical skill. Sedangkan kriteria kepemimpinan yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu kemampuan memikat hati anak, kemampuan membina hubungan yang serasi dengan anak, penguasaan keahlian teknis mendidik anak, memberikan contoh yang baik kepada anak, memperbaiki jika merasakan ada kesalahan dan kekeliruan dalam mendidik, membimbing, dan melatih anak Djamarah, 2014. Diana Baumrind meneliti sebanyak 103 anak prasekolah dari 85 keluarga. Beliau melakukan wawancara, pengetesan, dan melihat pembelajaran selama di rumah untuk mengukur bagaimana anak berfungsi, mengidentifikasi tiga pola asuh orang tua, dan menggambarkan pola perilaku umum dari anak yang dibesarkan dengan masing-masing cara. Berikut adalah tipe pola asuh orang tua menurut Diana Baumrind dalam Papalia, Olds, Fieldman, 2009: a Orang tua yang otoritarian authoritarian Orang tua yang otoritarian adalah orang tua yang menghargai kontrol dan kepatuhan tanpa banyak tanya. Orang tua berusaha membuat anak mematuhi set standar perilaku dan menghukum mereka secara tegas jika melanggarnya. Orang tua lebih mengambil jarak dan kurang hangat dibanding orang tua yang lain sehingga anak cenderung menjadi lebih tidak puas, menarik diri, dan tidak percaya terhadap orang lain. Anak dibiasakan mengikuti semua aturan yang sudah dibuat oleh orang tuanya. b Orang tua yang permisif permissive Orang tua yang permisif adalah orang tua yang menghargai ekspresi diri dan pengaturan diri. Orang tua hanya membuat sedikit permintaan dan membiarkan anak memonitor aktivitas mereka sendiri sedapat mungkin. Ketika membuat aturan, orang tua menjelaskan alasannya kepada anak. Orang tua berkonsultasi dengan anak mengenai keputusan kebijakan dan jarang menghukum. Orang tua bersikap hangat, tidak mengontrol, dan tidak menuntut. c Orang tua yang otoritatif authoritative Orang tua yang otoritatif adalah orang tua yang menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan batasan-batasan sosial. Orang tua percaya akan kemampuan dalam memandu anak, tetapi juga menghargai keputusan mandiri, minat, pendapat, dan kepribadian anak. Orang tua menyayangi dan menerima, tetapi juga meminta perilaku yang baik, tegas dalam menetapkan standar, dan berkenan untuk menerapkan hukuman yang terbatas dan adil jika dibutuhkan dalam konteks hubungan yang hangat dan mendukung. Orang tua menjelaskan alasan dibalik pendapatnya dan mendorong komunikasi verbal timbal balik sehingga anak merasa aman karena mengetahui mereka dicintai, tapi juga diarahkan dengan tegas. Dari teori-teori di atas, ada tiga tipe pola asuh orang tua yaitu otoritarian authoritarian, permisif permissive, dan otoritatif authotitative yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri dalam penerapannya. Kesimpulan dari tiga tipe pola asuh menurut Diana Baumrind adalah bahwa pola asuh otoritarian adalah pola asuh yang menekankan adanya peraturan yang mengikat sehingga anak harus tunduk dan patuh pada peraturan yang ditetapkan. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan kekeluasaan sebebas- bebasnya pada anak untuk bertindak dan berperilaku. Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang memberikan batasan dengan adanya keleluasaan dan penerimaan sehingga keberadaan anak sering diikutkan dalam diskusi keluarga.

2. Hasil Penelitian yang Relevan