Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua : studi kasus di SD Shanta Maria 1, Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Erawati, Endika Elshanta. (2014). Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua: Studi Kasus di SD Shanta Maria 1, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Kata kunci: Persepsi, Pola Asuh.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap pola asuh orang tua. Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua anak perempuan kelas V usia 11 tahun siswi SD Shanta Maria 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara pola asuh orang tua dan lembar observasi pola asuh orang tua. Komponen-komponen yang ada pada pedoman wawancara dan lembar observasi adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkemabang sesuai usianya). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Analisis data dengan cara memberi kode pada setiap jawaban dari narasumber.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kedua anak sudah dapat merasakan akan kesibukan dari orang tua mereka dalam bekerja. Anak setelah merasakan akan kesibukan orang tua dalam bekerja, maka anak bisa menyampaikan persepsi terhadap pola asuh orang tua mereka. Anak memiliki kebiasaan dari orang tua dalam memberikan pola asuh secara authoritative (Otoritatif).


(2)

ABSTRACT

Erawati, Endika Elshanta. (2014). Perceptions Of Parenting Children Parents: Case Study at SD Shanta Maria 1, Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords : Perceptions, Parenting

This study wasa qualitative study based on case study. The purpose of this study wasdetermine children’s perception regarding the parenting model of the parents. The research subjects were two of 11-years-old girls. They are fifth-grade students of SD Shanta Maria 1 Yogyakarta Elementary School Academic Year 2014 / 2015.

The research instruments used wereinterview guidelines and observation sheets of the parenting model of the parents. The components of the interview guidelines and observation sheets arethe parental control of the children, communication, and parents’ desire that their children can develop their abilities according their age. The techniques of data collections used were interviews and observation. The analysis of data was by giving a code on every answer of question given to the informant.

The results of the study showed that the children were able to feel the busyness of their parents in their work. And then, the children were able to convey their perceptions of the parenting model of their parents. The children would have a daily habit due to the parenting model of the parent authoritatively.


(3)

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Endika Elshanta Erawati NIM: 111134233

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

i

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Endika Elshanta Erawati NIM: 111134233

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus karena cintakasih dan berkat-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugasakhir.

Para dosen PGSD Universitas Sanata Dharama yang telah memberibimbingan kepada peneliti.

Keluarga kecilku untuk kedua orang tua yang selalu memberi dukungan moral maupun spiritual :

Didik Arwanto Endang Sri Lestari

Keluarga Besar S. Hadi Wiryono Teman istimewaku:

Devri Riza Setyawan

Kakakku yang selalu memberi solusi dan dukungan Putri Sundari

Sahabat terbaiku: Yovita Siska Febriana

Semua teman-teman PGSD angkatan 2011 yang telah memberikan banyak cerita selama proses belajar menjadi

calon pendidik.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Thanks for everything


(8)

v

MOTTO

Di manaadakehendak di situ adajalan.

Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea,

kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah

mahakarya, gelarsarjana kuterima, orang tua pun

bahagia.

Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya

revisi dan saya menang.

Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil

menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai

sambil membawa berkas-berkasnya.

Mazmur 126:6-


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan pada daftar pustaka, sebagai mana layaknya karyailmiah.

Yogyakarta, 18 Desember 2014 Penulis,


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Santa Dharma: Nama : Endika Elshanta Erawati

NIM : 111134233

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah yang berjudul: PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bilaada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 4 Desember 2014 Yang menyatakan,


(11)

ABSTRAK

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA

Oleh:

Endika Elshanta Erawati NIM: 111134233 Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap polaasuh orang tua.Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua anak perempuan kelas V usia 11 tahun siswi SD Shanta Maria 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara pola asuh orang tua dan lembar observasi pola asuh orang tua. Komponen-komponen yang ada pada pedoman wawancara dan lembar observasi adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkemabang sesuai usianya).Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.Analisis data dengan cara memberi kode pada setiap jawaban dari narasumber.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kedua anak sudah dapat merasakan akan kesibukan dari orang tua mereka dalam bekerja. Anak setelah merasakan akan kesibukan orang tua dalam bekerja, maka anak bisa menyampaikan persepsi terhadap pola asuh orang tua mereka. Anak memiliki kebiasaan dari orang tua dalam memberikan pola asuh secara authoritative (Otoritatif).


(12)

ix

ABSTRACT

PERCEPTIONS OF PARENTING CHILDREN PARENTS

By:

Endika Elshanta Erawati Student Number: 111134233

Sanata Dharma University

This study wasa qualitative study based on case study. The purpose of this study wasdetermine children’s perception regarding the parenting model of the parents. The research subjects were two of 11-years-old girls. They are fifth-grade students of SD Shanta Maria 1 Yogyakarta Elementary School Academic Year 2014 / 2015.

The research instruments used wereinterview guidelines and observation sheets of the parenting model of the parents. The components of the interview guidelines and observation sheets arethe parental control of the children, communication, and parents’ desire that their children can develop their abilities according their age. The techniques of data collections used were interviews and observation. The analysis of data was by giving a code on every answer of question given to the informant.

The results of the study showed that the children were able to feel the busyness of their parents in their work. And then, the children were able to convey their perceptions of the parenting model of their parents. The children would have a daily habit due to the parenting model of the parent authoritatively.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA” dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan kelengkapan dan pemenuhan dari salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk melatih mahasiswa agar dapat menghasilkan suatu karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.

Peneliti dalam menyelesaikan penelitian dan laporan Tugas Akhir ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, semangat, dorongan serta sumbangan pemikiran yang peneliti butuhkan dalam menyelesaikan skripsi.

3. Theresia Yunia Setyawan,S.Pd.,M.Hum. selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan masukan, saran, kritik, sumbangan pemikiran serta


(14)

xi

bimbingan yang sangat bergunakan selama proses penelitian sampai penulisan skripsi.

4. Dosen-dosen Program Studi Guru Sekolah Dasar Universitas Santa Dharama yang telah memberikan pengalaman dan bekal selama proses menjadi seorang guru.

5. Mawar dan Melati yang telah bersedia menjadi narasumber salama proses penelitian.

6. Teman-teman peneliti yang memberikan arahan, saran, dan sharing dalam mengerjakan skripsi.

7. Pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa penelitia dan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga suatu saat nanti penulis dapat memberikan karya yang lebih baik lagi.

Akhir kata peneliti meminta maaf bila ada kesalahan dalam penyusunan laporan maupun menulis dalam skripsi ini. Semoga penelitian dan laporan skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Yogyakarta, 10 Desember 2014 Peneliti


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN MOTTO...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR BAGAN ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ………... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Persepsi ... 10

2. Pola Asuh ... 13

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian ... 31

C. Instrume Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 50

F. Jadwal Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58


(16)

xiii

C. Implikasi ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Keterbatasan Penelitian ... 105

C. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... ……. 107

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Identitas Narasumber ... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara ... 34

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi ... 40

Tabel 3.3 Kode Transkip Wawancara ... 50

Tabel 3.4 Rekapitulasi Penilaian Validitas Wawancara ... 51

Tabel 3.4 Rekapitulasi Penilaian Validitas Observasi ... 51

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Proses Persepsi ... 12

Gambar 1.2 Stimulus Alat Indera ... 13

DAFTAR BAGAN Bagan 1.3 Literature Map ... 27


(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Penelitian ...109

Lampiran Hasil Wawancara Melati .………110

Lampiran Hasil Wawancara Mawar .………...118

Lampiran Surat Kepada Validator ...172

Lampiran Lembar Penilaian Validasi ...173

Lampiran Kisi-kisi Wawancara...175

Lampiran Lembar Wawancara ...179

Lampiran Kisi-kisi Observasi...182


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi oprasional.

A.Latar Belakang

Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan sebuah proses pendidikan adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang secara langsung mempengaruhi individu. Sebagai tempat terkecil dalam masyarakat, kebiasaan dan bentuk keluarga menjadi bagian dalam mewarnai individu secara menyeluruh. Kehidupan berkeluarga harus memiliki perencanaan, penataan, peningkatan serta evaluasi, hal tersebut termasuk dalam pengasuhan terhadap anak.

Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama yang secara langsung mempengaruhui individu, hal ini disebabkan karena dalam lingkungan inilah anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Pendidikan dalam keluarga lebih mengarah pada proses pembentukan sikap dan pemberian motivasi bagi anak, bukan pada aspek materi pelajaran sebagaimana diajarkan di sekolah. Nilai-nilai yang merupakan karakter dari dalam diri yang harus ada dan diberikan oleh anak. Karakter yang harus ada pada anak sekolah dasar mempunyai semangat belajar di sekolah maupun di rumah anak


(19)

tidak mudah menyerah untuk melakukan kegiatan tersebut (H. Abu Ahmadi, 2005).

Aggota keluarga yang dimaksudkan peneliti yaitu meliputi orang tua, kakak, adik, nenek, kakek, tante, om dan saudara yang lainnya. Peran anggota keluarga sangat dibutuhkan oleh anak, karena dalam belajar dipengaruhi faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi jasmani, psikologis, dan non intelektual sedangkan faktor dari luar meliputi sosial dimana anggota keluarga merupakan salah satu faktor (Djamarah, 2009).

Berdasarkan anggota keluarga yang telah peneliti sebutkan diatas, anggota keluarga yang paling utama dalam memantau anak saat belajar di rumah yaitu orang tua. Sesibuk-sibuknya orang tua harus bisa meluangkan waktu untuk menemani belajar anak, guna untuk mendukung pendidikan anak . Orang tua selain memantau dan menemani anak, orang tua juga mempunyai kewajiban untuk memberikan pengasuhan yang sesuai usia anak sekolah dasar. Pengasuhan yang sesuai usia anak, dapat membuat pertumbuhan anak menjadi baik secara rohani maupun jasmani. Pola pengasuhan yang diterapkan orang tua pada anak ada beberapa macam, diantaranya pola asuh otoriter (otoritarian), pola asuh mengabaikan dan pola asuh yang menuruti (permisif), pola asuh demokratis (otoritatif) (Papalia, 2009).

Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan otoriter (otoritarian) biasanya anak cenderung tidak senang, menarik diri, dan tidak percaya. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan mengabaikan dan pola asuh yang menuruti (permisif) biasanya anak cenderung menjadi kurang dewasa, kurang dapat


(20)

mengontrol diri, dan kurang bereksplorasi. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan demokratis (otoritatif) anak cenderung menjadi mandiri dan mengandalkan diri sendiri, memiliki kontrol diri, dan eksploratif (Papalia, 2009).

Pendidikan yang anak dapatkan di rumah lebih memiliki dampak yang sangat besar dalam kebiasaan sehari-hari. Karena kehidupan sehari-hari di rumah anak lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas dibandingkan pendidikan yang anak dapatkan di sekolah. Maka dari itu anak sekolah dasar merupakan jenjang yang paling awal guna untuk menempuh pendidikan formal. Pada umumnya siswa sekolah dasar masuk dibangku kelas 1 berusia 7 tahun dan usia 12 tahun dibangku kelas VI, usia ini anak lebih bisa bersosialisasi dibandingkan pada masa kanak-kanak yang bergantung pada orang lain. (Piaget&inhelder, 2010:131).

Anak pada usia 11 tahun duduk dibangku kelas V sekolah dasar mempunyai pemikiran yang luas dan kosakata yang banyak (Syamsu, 2010). Hal ini peneliti ketahui saat melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) ada dua anak yang bercerita tentang kebiasaan di sekolah dan dirumah. Anak-anak yang bercerita pada peneliti juga menyampaikan keluh kesah saat mendapatkan tugas dari sekolah baru bisa mengerjakan di malam hari, karena pulang sekolah sore dan merasa capek terkadang jengkel juga harus menunggu jemputan dari orang tua lama. Hal ini dikarenakan orang tua jika menjemput anak sering molor hingga 2 jam dari jam anak pulang sekolah.

Pada saat peneliti melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL), ada dua anak yang sering bercerita tentang kondisi kehidupan sehari-hari.


(21)

Peneliti melakukan obrolan mengenai kebiasaan anak di rumah bersama orang tua, dua anak tersebut bercerita bahwa mempunyai orang tua yang memiliki kesibukan dalam bekerja sampai terlambat menjemput pulang sekolah itu tidak menyenangkan, dan saat aktivitas belajar di malam hari kedua anak tersebut tidak di dampingi belajar oleh orang tuanya karena orang tuanya merasakan kondisi fisik capek setelah pulang bekerja.

Melalui permasalahan yang peneliti temukan tersebut, peneliti mempunyai keiginan untuk mengadakan penelitian mengenai pola asuh orang tua. Dimana peneliti melakukan observasi pada kedua anak tersebut, masing-masing anak kedua orang tuanya memiliki pekerjaan yang menetap setiap pagi jam 07.00 sampai jam 17.00 baru pulang dari bekerja. Hal ini peneliti temukan saat kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Shanta Maria 1. Orang tua dari kedua anak tersebut salah satu dari orang tuanya memiliki pendidikan lulusan sarjana dan bekerja sebagai PNS serta swasta. Dengan kesibukan orang tua terkadang tidak bisa menemani anak dalam belajar di rumah dan kurang bisa mengetahui aktivitas anak sehari-hari saat di rumah sebelum orang tua pulang dari bekerja.

Kegiatan anak di rumah saat belajar tidak bisa dihindari dari pantauan orang tua, hal ini dikarenakan pada anak usia sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari anggota keluarga. Peneliti selain dua anak yang memberikan inspirasi dalam pemikiran utama yang akan dipakai penelitian, juga menemukan anak-anak yang setiap pulang dari sekolah harus menunggu jemputan orang tua hingga ada yang lebih dari 2 jam dari jam pulang sekolah. Selain itu di SD Shanta


(22)

Maria 1 anak berdominan kurang adanya pendampingin yang evektif dalam kegiatan belajar saat berada di rumah. Anak-anak SD Shanta Maria 1 dalam karakter kepribadian kurang terbentuk sesuai usianya. Maka dari itu, dibutuhkan peran anggota keluarga guna untuk meningkatkan kualitas dan karakter anak saat menempuh pendidikan di bangku sekolah dasar. Hal ini peneliti ketahui saat melakukan observasi di SD tersebut.

Hasil pengamatan dan observasi yang telah dibahas di atas, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas V dan mendapatkan fakta bahwa kebanyakan anak di SD Shanta Maria 1 memiliki masalah keluarga. Anak-anak cenderung masih sulit dan takut menyampaikan pendapat pada orang tua, merasa tidak didengarkan apa yang menjadi cerita dan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari anak. Hal ini tampak dari sebagian siswa yang sering datang pada guru kelas untuk berbagi permasalahan mengenai hubungan anak dengan orang tuanya saat berada di rumah. Peneliti memiliki pemikiran bahwa setiap anak akan mempunyai persepsi yang berbeda-beda pada setiap waktu. Alasan inilah yang membuat peneliti untuk membuktikan secara ilmiah bagaimana sesungguhnya persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua mereka.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih lanjut apakah pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan anak dan karakter pribadi anak. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang : Persepsi Anak terhadap Pola Asuh Orang Tua.


(23)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan menyusun rumusan masalah: “ Bagaimana persepsi anak terhadap pola asuh orang

tua?”

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah sesuai judul : Pesepsi Anak terhadap Pola Asuh Orang Tua, yang telah diajukan.

Dalam penelitian tersebut yang dipakai subyek penelitian ada dua anak yang bernama Mawar dan Melati. Meraka sama-sama duduk di bangku sekolah dasar kelas V. Peneliti melakukan penelitian tersebut di SD Shanta Maria 1.

Peneliti sebelum memastikan anak tersebut sebagai narasumber untuk fokus penelitian, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas. Setelah itu peneliti memutuskan untuk mengambil fokus penelitian pada dua anak tersebut karena kedua orang tua mereka sama-sama bekerja dan anak bisa bertemu dengan orang tua di sore hari, maka tepat pada judul peneliti yang nantinya anak bisa melihat dan merasakan adanya pola asuh yang diterima dari orang tua.

D.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui persepsi anak terhadap pola asuh orang tua.


(24)

E.Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menambah wawasan luas serta pengalaman tentang pola asuh orang tua terhadap anak.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang Tua

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran orang tua dalam mengasuh anak, sehingga dapat memberikan informasi dan motivasi pada anak dalam kebutuhan sekolah maupun kebutuhan kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Guru

Hasil peneletian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi SD Shanta Maria 1 khususnya bagi guru, sehingga dapat memberi motivasi pada anak didik yang dalam kebutuhan sekolah dan kebutuhan kehidupan sehari-hari belum tercukupi oleh orang tuanya.

c. Bagi Anak

Penelitian ini memberikan tambahan informasi kepada anak terhadap pola asuh orang tua yang dalam kebutuhan sekolah dan kebutuhan kehidupan sehari-hari sudah tercukupi maupun belum tercukupi. Dalam perkembangan akademis anak bisa mengembangkan kemampuan akademis dengan cara belajar bersama teman jika orang tua tidak bisa mendampingi belajar setiap harinya. Bagi


(25)

anak yang setiap hari orang tua bisa mendampingi belajar maka dapat menggunakan pendampingan yang dari orang tua dengan baik.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memberikan tambahan informasi kepada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma sebagai calon pendidik hal-hal yang berkaitan tentang persepsi anak terhadap pola asuh orang tua.

F. Definisi Oprasional

Menghindari kemungkinan terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud utama peneliti dalam menggunakan kata atau istilah pada judul skripsi tersebut, maka peneliti perlu menjelaskan beberapa istilah maupun kata-kata yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Persepsi

Persepsi adalah pandangan atau penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu obyek. Penilaian pribadi seseorang untuk sebuah obyek yang sama bisa jadi berbeda tergantung dari kecakapan dan kepribadian masing–masing. Adanya persepsi tentang suatu obyek akan mempengaruhi tindakan yang diambil seseorang dalam menghadapi suatu keadaan.

2. Pola Asuh

Pola asuh adalah interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.


(26)

3. Orang Tua

Orang tua adalah individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari, bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu


(27)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini, diuraikan landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Pembahasan tentang landasan teori terdiri dari tiga bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

A. Kajian Pustaka 1. Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Berkenaan dengan perkembangan fungsi kognitif pada anak, bahwa struktur sensori-motorik membentuk sumber bagi operasi-operasi penalaran selanjutnya (Inhelder, 2010).

Leavitt (1978) preseption dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, preseption adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.


(28)

Chaplin (2002) mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra.” Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris (Walgito, 2005).

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (THOHA, 2005). Inti dalam memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.

Walgito (2004:70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.


(29)

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :

a. Obyek yang dipersepsi, objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat b. indera atau reseptor.

c. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf, alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Selain itu harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Alat yang untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

d. Perhatian untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai indera atau reseptor. Stimulus yang diterima oleh reseptor dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Kemudian otak memproses stimulus tersebut sehingga individu dapat menyadari dan memaknai apa yang ia terima sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya Bimo Walgito (2004).

Proses terjadinya persepsi akan lebih jelas terlihat melalui bagan di bawah ini :

Bagan Proses Persepsi Gambar 1.1

OBYEK/PERISTIWA STIMULUS RESEPTOR

SYARAF

SENSORIS OTAK


(30)

Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang sedang dilihat, atau apa yang sedang didengar, apa yang sedang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Secara sekematis hal tersebut dapat dapat dikemukakan sebagai berikut :

L ---- S ---- R Gambar 1.2 L : Lingkungan

S : Stimulus

R : Respon atau reaksi

Skema tersebut terlihat bahwa organisme atau individu tidak berperan dalam memberikan respon terhadap stimulus yang mengenainya (Weiner, 1972).

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

2. Pola Asuh

Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, system, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi artibentuk atau struktur yang tetap, maka hal tersebut sama artinya dengan istilah kebiasaan.


(31)

Asuh yang berarti mengasuh, satu bentuk kata kerja yang bermakna menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri, memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Kata asuh mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.

Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ayah ibu kandung, (orang tua-tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya); orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung. Dalam konteks keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah atau ibu kandung dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga.

Piaget maupun Kohlberg berpendapat bahwa orang tua tidak menyediakan masukan yang unik atau esensial bagi perkembangan moral anak. Mereka berpendapat bahwa orang tua memiliki kewajiban memberikan kesempatan untuk pengambilan peran dan mengalami konflik kognitif, namun mereka menyediakan peran primer dalam perkembangan moral bagi kawan-kawannya (Santrock, 2007).

Tafsir (dalam Djamarah, 51) pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian, pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konisten dari waktu ke waktu.


(32)

Pengaruh keluarga memberi dampak yang cepat bagi perkembangan anak dalam usia sekolah dasar. Anak sekolah dasar dalam tingkat perkembangan pribadinya masih menirukan apa yang seringkali dilakukan oleh orang tua saat berada di rumah. Meskipun demikian, ketika anak berangsur-asur menjadi diri sendiri, pengasuhan terhadap mereka dapat menjadi hal yang menentang. Orang tua harus berhadapan dengan seseorang yang memiliki keinginan dan pikiran sendiri, tetapi masih harus belajar banyak mengenai perilaku yang sesuai dalam masyarakat. Lebih dari itu, setiap anak berada dan karakteristik individual ini mempengaruhui tipe pola asuh yang diterima anak. (Diane E. Papalia, 2009 : 404).

Pola asuh orang tua memiliki dalam hal disiplin yaitu metode pembentukan karekter anak serta mengajarkan mereka untuk melakukan kontrol diri dan melakukan kontrol diri dan melakukan perilaku yang dapat diterima. Hukuman fisik didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan agar anak merasakan rasa sakit tetapi tidak menciderai, untuk memperbaiki atau mengontrol perilaku anak. Penonjolan kekuasaan ditujukan untuk menghentikan atau menekankan perilaku yang tidak diinginkan melalui kontrol orang tua yang dilakukan secara verbal atau fisik. Agresi psikologis serangan verbal terhadap anak, dapat mengakibatkan kerugian psikologis (Papalia, 2009 : 404 – 407).

Pola pengasuhan orang tua dalam mendidik anak dapat bervariasi, setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh anak. Dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada tiga tipe pola pengasuhan anak menurut


(33)

Papalia (2009) yaitu : otoriter, permisif, dan otoritatif. Ketiga tipe pola pengasuhan orang tua tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut :

a. Pola Asuh Otoriter (authoritarian)

Pola asuh otoriter cara ini menekankan pada kontrol dan kepatuhan yang tidak boleh dipertanyakan oleh anak, orang tua berusaha membuat anaknya melakukan rangkaian standar yang sudah dibuat dan menghukum mereka semena-mena dan dengan paksa jika anak melanggar. Orang tua cenderung terpisah dengan anak dan kurang hangat daripada orang tua lainnya. Anak mereka cenderung menarik diri, tidak percaya, dan tidak berkomunikasi dengan orang tua. Anak cenderung tidak senang, menarik diri, dan tidak percaya. Hal tersebut, pada inti pola asuh otoriter yaitu pola asuh orang tua yang menekankan pada kontrol dan keputusan. (Papalia, 2014:294).

Yusuf (2010:51) pola asuh otoriter yaitu dimana orang tua memiliki sikap yang rendah hati namun dengan kontrol pengawasan yang tinggi. Orang tua yang memiliki kebiasaan dalam mengasuh anak dengan pola asuh otoriter sukanya menghukum anak secara fisik, dengan contoh orang tua memukul anak, orang tua bersikap pada anak dengan mengomando untuk mengatur anak melakukan hal yang diinginkan orang tua namun anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Pola asuh otoriter menurut Hartono (2009:28-29) pola asuh otoriter sama dengan pola asuh orang tua yang “tidak menyetujui”, dalam pola asuh tersebut orang tua memiliki kecenderungan untuk meremehkan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter pada anak seperti ini, yang sering memberi hukuman hal ini dilakukan


(34)

terkadang anak tidak melakukan keselahan. Widyarini (2009:11) memiliki pemikiran tentang pola asuh otoriter yaitu orang tua berusaha untuk mengendalikan serta memberi evaluasi pada perilaku anak berdasarkan nilai-nilai kepatuhan yang sudah menjadi keputusan oleh orang tua.

Gunarsa (2004:280) perpendapat bahwa orang tua dengan pola asuh otoriter juga tidak melakukan komunikasi yang baik dengan anak. Komunikasi yang terjadi hanyalah komunkasi satu arah, yaitu dari orang tua ke anak. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak menyebabkan ketrampilan komunikasi anak menjadi kurang. Salin hal tersebut Gunarsa (2004:280) menambahkan bahwa pola asuh otoriter ini sering kali membuat anak meberontak. Anak akan bersikap bermusuhan kepada orang tua serta seringkali menyimpan perasaan tidak puas terhadap dominasi orang tua bila orang tuanya keras, tidak adil, dan tidak menunjukan afeksi.

Uraian yang terdapat di atas pola asuh otoriter memiliki ciri menuntut anak untuk menerima aturan dan standar yang ditetapkan orang tua tanpa mempersoalkannya, membuat peraturan untuk mengendalikan perilaku anak, membatasi keterlibatan anak dalam membuat keputusan, dan berusaha mengendalikan perilaku, sikap anak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Pola asuh otoriter tersebut pola asuh dimana orang tua memiliki sikap tegas dan disiplin. Hal ini dilakukan oleh orang tua supaya apa yang menajadi harapan untuk anak dapat memenuhi keinginan orang tua serta membiasakan adanya perdebatan secara verbal.


(35)

b. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif menekankan pada pengekspresian diri dan regulasi diri. Orang tua membuat sedikit permintaan dan memberikan anak untuk memonitor aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Ketika orang tua harus membuat aturan, mereka akan mendiskusikan dengan anaknya, menjelaskan alasannya. Orang tua berdiskusi dengan anak mengenai pengambilan keputusan dan jarang menghukum anak. Mereka cenderung hangat, tidak terlalu mengontrol, dan tidak terlalu menuntut. Anak prasekolah mereka cenderung menjadi kurang dewasa-kurang dapat mengontrol diri, dan kurang bereksplorasi. Hal tersebut, pada inti pola asuh permisif yaitu pola asuh yang menekankan ekspresi diri dan regulasi diri (Diane: 2014).

Gunarsa (2004: 281) berpendapat bahwa pola asuh permisif menyebabkan anak tidak memiliki kontrol diri yang baik, anak menjadi egois, selalu memaksa kehendaknya sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Menurut Hartono (2009:27-28) pola asuh permisif merupakan pola asuh yang mana orang tua tidak mementingkan perasaan yang sedang dirasakan oleh anak, dan tidak mau merespon apa yang dilakukan oleh anak. Hal ini dikarenak orang tua tidak nyaman dengan apa yang sedang dilakukan oleh anak, dan orang tua merasa kurang bisa mengondisikan emosi yang sedang anak miliki.

Ciri-ciri pola asuh permisif yaitu : memberi kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk berbuat semaunya tanpa ada pengendalian, dan cenderung menerima dan pasif dalam membiasakan disiplin.


(36)

Berdasarkan penjelasan di atas dalam pola asuh permisif orang tua cenderung membebaskan anak untuk melakukan apapun yang mereka inginkan dan bersikap kurang tegas. Pola asuh permesif juga cenderung menempatkan orang tua pada posisi pasif, dalam arti orang tua cenderung membiarkan anak bersikap tanpa batas, aturan, dan larangan yang jelas.

c. Pola Asuh Demokratis (authoritative)

Pola asuh otoritatif menekankan pada individualitas anak, tetapi juga tidak meninggalkan aturan sosial. Orang tua memeliki keprcayaan diri pada kemampuan mereka untuk mengarahkan anak, tetapi otang tua juga menghargai apa yang menjadi keputusan, keinginan, opini, dan pribadi anak. Hal tersebut, pada inti pola asuh otoritatif yaitu pola asuh yang memadukan penghargaan anak secara individu dengan usaha untuk tetap sesuai dengan nilai sosial (Papalia: 2014).

Hartono (2009:30-31) pola asuh otoritatif merupakan pola asuh di mana orang tua menjadi pelatih emosi anak. Orang tua otoritatif dalam hal tersebut merupakan orang tua yang memiliki kepribadian sabar, berempati dengan semua yang dikatakan maupun yang sedang dirasakan, membantu anak untuk menyelesaiakan yang permasalahan yang sedang di alami serta memberikan nasehatan pada anak atas kesalahan yang sedang dialami oleh anak.

Pendapat yang terdapat pada Widyarini (2009:11) pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang mana orang tua berusaha mengarahkan anaknya secara rasional, menghargai komunikasi yang sedang terjadi antara anak dengan orang tua maupun dengan orang lain, serta memberi kesempatan pada anak untuk


(37)

mengutarakan apa yang menjadi keinginannya. Yusuf (2010:52) memiliki pemikiran dalam pola asuh otoritatif merupakan pola asuh di mana orang tua memiliki sikap yang responsif atas apa yang dibutuhkan oleh anak, membantu anak supaya mampu mengungkapkan pendapat maupun hal-hal yang ingin anak ketahui, serta orang tua memberikan penjelasan pada anak mengenai akibat dari perbuatan baik maupun kurang baik.

Berdasarkan penejelasan di atas pola asuh Otoritatif memiliki ciri menghargai anak sebagai pribadi yang mandiri, bekerjasama dalam membuat keputusan, mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima, dan mendukung serta bertanggung jawab dalam mempertimbangkan berbagai alternatif tetapi tidak mendominasi dari sudut pengertian orang tua.

Dari penjelasan di atas pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, perlindungan, dan lain-lain), serta sosilaisasi norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangkan pendidikan karakter anak.

Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan cara-cara orang tua dalam mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai pola pengasuhan. Interaksi anak dengan orang tua, anak cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak. Disinilah letaknya terjadi beberapa perbedaan dalam pola asuh. Disatu sisi orang tua harus bisa menetukan


(38)

pola asuh yang tepat dalam mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak seseorang yang dicita-citakan yang tentunya lebih baik dari orang tuanya.

B. Penelitian yang Relevan

Sodiyah dan Sucahyono (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pola Pengasuhan Orang Tua bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistic dan Sosial Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun)” di Dusun Plabuhan Desa Plabuhan Rejo Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Subjek permasalahanya pola pengasuhan yang diterapkan orang tua di Dusun Plabuhan, Desa Plabuhan Rejo, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan dengan seting masyarakat pedesaan yang mayoritas profesi utamanya sebagai petani dengan latar belakang pendidikan rendah yang berada dilingkungan keluarga luas adalah pola pengasuhan permisif dan otoriter. Perkembangan bahasa anak yang di asuh dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter memiliki pencapaian perkembangan ketrampilan mendengar dan berbicara yang sama. Perkembangan bahasa anak sesuai dengan tahapan usianyan. Akan tetapi, ketika berbicara anak seringkali menggunakan kata-kata kasar dan tidak sopan. Hal ini dikarenakan orang tua dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter memberikan kebebasan kepada anak untuk berbicara sebanyak yang mereka inginkan tanpa adanya batasan waktu dan kontrol yang diberikan sangat rendah. Perkembangan sosial emosional anak usia 0-3 tahun yang diasuh dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter memiliki kesamaan. Pencapaian perkembangan sosial emosional anak kurang maksimal. Karena pada


(39)

masa ini harusnya anak dapat berbagi tanpa harus membujuk, akan tetapi anak dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter mengalami kesulitan untuk berbagi. Anak hanya mau berbagi apabila dibujuk. Secara emosional anak memang sudah sesuai dengan tahapan usianya. Akan tetapi, pengungkapan emosi anak ketika marah berlebihan seperti menangis, menjerit, membanting badannya, memukul, dan tidak mau dipegang orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pola pengasuhan orang tua bagi perkembangan kecerdasan linguistik anak usia (0-3 tahun), dan (2) mendeskripsikan pola pengasuhan orang tua bagi perkembangan sosial emosional anak usia (0-3 tahun). Adapun populasi orang tua anak usia dini yaitu ayah dan ibu, anak usia 0-3 tahun, dan anggota keluarga yang tinggal bersama dengan anak usia 0-3 tahun. Jumlah keluarga yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah empat keluarga. dilakukan di Dusun Plabuhan, Desa Plabuhan Rejo, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi. Untuk uji keabsahan data peneliti menggunakan kredibilitas dengan triangulasi dan member check, disamping itu juga dilakukan, dependabilitas, konfirmabilitas dan transferabilitas terhadap proses dan hasil penelitian.

Sejalan dengan penelitian di atas Nurhidayah, S. (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ibu Bekerja dan Peran Ayah dalam Coparenting terhadap Prestasi Belajar Anak. Bekasi : Universitas Islam 45


(40)

Bekasi” Subjek permasalahanya Berdasarkan paparan hasil pe-nelitian, dapat dirumuskan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ibu bekerja dan peran ayah dalam coparenting terhadap rendahnya prestasi belajar anak. Hal yang terjadi justru sebaliknya, peran orang tua terutama ayah dalam coparenting berperan penting dalam memotivasi anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Meskipun ibu banyak menghabiskan waktunya dengan bekerja di luar rumah, akan tetapi seorang ayah dapat berperan lebih dalam pengasuhan anak dengan melibatkan diri sepenuhnya dalam coparenting dengan model atau bentuk pola asuh yang disesuaikan dengan perkembangan anak.

Hal yang terdapat di atas menunjukkan bahwa sebagai orang tua, ayah dan ibu tetap memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya. Mengingat besarnya permasalahan yang dihadapi anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya maka sudah sewajarnya jika para orang tua memberikan perhatian, bimbingan, dan pengawasan yang lebih optimal kepada anak-anaknya. Langkah per-tama yang sebaiknya dilakukan para orang tua dalam menerapkan pola asuh dan membantu pencapaian prestasi akademik anak dalam belajar adalah mencari dan menemukan data sebanyak-banyaknya tentang berbagai hal yang dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam menerapkan pola asuh dan bimbingan kepada anak, sehingga mereka benar-benar akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan berprestasi serta memiliki tanggung jawab untuk dirinya dan lingkungannya.


(41)

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana pengaruh ibu bekerja dan peran ayah dalam coparenting terhadap prestasi belajar anak? Pertanyaan tersebut menjadi dasar adanya sebuah asumsi yang menyatakan bahwa dampak dari ibu-ibu yang bekerja di luar rumah memiliki korelasi terhadap peran ayah dalam coparenting yang salah satunya ditandai dengan menurunnya prestasi akademik anak-anak di sekolah. Hal ini berarti bahwa dengan bekerjanya ibu di luar rumah, di samping prestasi belajar anak di sekolah akan menjadi lebih rendah juga berdampak pada bergesernya peran ayah dalam pengasuhan yang pada kelanjutannya akan berpengaruh pula pada perkembangan prestasi belajar anak di sekolah. Adapun populasi yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah para ibu dan ayah yang beradab di Kota Bekasi. Sebagai subyek penelitian-nya, peneliti menggunakan sampling para ibu dan ayah serta pasangan suami isteri yang bekerja di Universitas Islam ”45” (UNISMA) Bekasi dengan ketentuan telah memiliki putra/putri yang telah atau sedang menempuh pendidikan for-mal minimal tingkat sekolah dasar. 27 orang yang memenuhi syarat dan dibulatkan menjadi 25 orang yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Adapun alat yang digunakan untuk mengumpul-kan data tersebut, di samping dengan melakukan pengamatan atau obser-vasi juga dilakukan melalui deep interview. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif karena bersifat fenomenologis, yaitu berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun perilaku-nya.

Vuorinen (2010) melakukan penelitian dengan judul “Supporting Parents in their Parental Role – Approaches Practiced by Preschool Teachers in


(42)

Preschool. Mälardalen: University Vasteras, Sweden. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk menganalisis dan mendiskusikan guru prasekolah untuk mendukung setiap orang tua dalam profesi mereka. Pertanyaan ditangani adalah; apa jenis pendekatan yang mendukung guru-guru prasekolah berlatih untuk memperkuat orang tua dalam peran orang tua? kerangka teoritis guru prasekolah digunakan saat mendukung orang tua dalam peran orang tua mereka? Hasil, berdasarkan wawancara dengan 30 guru prasekolah di Swedia, menunjukkan bahwa guru prasekolah berpartisipasi berbagi ambisi untuk mendukung dan memperkuat orang tua dalam peran mereka. Untuk melakukan praktek guru prasekolah dan penggunaan pendekatan yang berbeda - teambuilding- tersebut, reflective- itu, Expert-, delimited- dan pendekatan personal. Pendekatan yang digunakan dalam praktek bagaimanapun selalu melayani tujuan mereka, tetapi sebaliknya, guru prasekolah dapat melemahkan orang tua 'self-efficacy. Pendekatan yang berbeda juga menunjukkan bahwa guru prasekolah tidak selalu "memberitakan karena mereka mengajar", menggunakan perspektif teoritis yang berbeda dalam kolaborasi mereka dengan orang tua seperti yang mereka lakukan di praktek mereka sendiri di prasekolah. Hasil dari penelitian ini adalah penting untuk mencapai yang lebih dalam memahami faktor-faktor yang mendasari, seperti pandangan yang berbeda dari anak-anak, di prasekolah dan Kolaborasi rumah.

Kemudian Dewi (2009) melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Anak Mengenai Keluarga di Surakarta”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah persepsi anak mengenai keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif.


(43)

Subyek dalam penelitian ini adalah 55 anak dengan usia sekolah dasar. Pengambilan data menggunakan metode proyektif dengan teknik konstruksi yang menghasilkan cerita dan kuesioner terbuka. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis isi.

Dengan demikian Maryaningtyas (2013) melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Anak Mengenai Orangtua dan Keluarga dari Orangtua Bercerai”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tujuan ini bertujuan untuk mengetahui persepsi anak mengenai orangtua dan keluarga dari orangtua bercerai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode proyektif. Subjek dalam penelitian ini adalah 9 anak yang berada pada masa pertengahan dan akhir anak-anak. Pengambilan data menggunakan laporan CTA dengan teknik analisis tematik.

Lima jenis penelitian yang relevan dengan skripsi peneliti, analisa mengenai kelima penelitian dan hubungannya dengan penelitian ini, keterkaitannya dengan topik pada penelitian tersebut terdapat pada pola asuh orang tua dan kondisi anak saat orang tua memberi kebiasaan dalam mengasuhnya. Pada dasarnya anak untuk dapat berkembang sesuai dengan usianya, maka orang tua harus memahami pola asuh yang seperti apa yang cocok untuk diterapkan pada anak. Perkembangan akademik dan non akademik anak dalam kehidupan sehari-hari lebih tergantung pada orang tua dibandingkan dengan guru, karena orang tua waktu untuk bertemu dengan anak lebih banyak sedangkan guru bertemu dengan anak waktu hanya sedikit dan itupun dibatasi. Maka dari itu orang tua dengan guru sekolah harus saling aktif memberi kabar dan


(44)

bertanya mengenai kondisi anak dan perekembangan anak. Anak sekolah dasar harus mendapatkan perhatian yang utuh dari orang tua, karena anak sekolah dasar masih membutuhkan kehadiran orang tua dalam setiap perkembangan dan kebutuhan sehari-hari pada dirinya.

Berikit adalah bagan literature map dari penelitian-penelitian yang relevan bagan 1.3

C. Kera

C. Kerangka Berpikir

Ketika seseorang telah mencapai usia dewasa kemudian dia memutuskan untuk menikah maka akan terjadi perubahan peran dari seorang anak berubah menjadi suami atau istri. Ketika sepasang suami istri memiliki anak maka peran mereka pun berganti menjadi orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk mengasuh, merawat, dan mendidik anak agar anak berkembang sesuaui usianya. Orang tua juga harus memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya. Hal ini disebabkan orang tua khususnya, dalam ruang lingkup keluarga merupakan media awal dari satu proses sosialisasi, sehingga dalam proses sosialisasi tersebut orang tua mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia baik. Teori besar yang melandasi penelitian tesebut dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang

Sodiyah dan Sucahyono (2013) “Pola

Pengasuhan Orang Tua bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistic dan Sosial Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun)”.

Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh

Orang Tua.

Nurhidayah, S. (2008) “Pengaruh Ibu Bekerja dan Peran Ayah dalam Coparenting terhadap Prestasi Belajar Anak”.

Vuorinen (2010) “Supporting Parents in their

Parental Role – Approaches Practiced by

Preschool Teachers in Preschool”.

Vuorinen (2010) “Supporting Parents in their Parental

Role – Approaches Practiced by Preschool Teachers in

Preschool”. Dewi (2010) “Persepsi Anak


(45)

bisa dipilih oleh orang tua. Pengasuhan atau sering disebut pola asuh berarti bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Djamarah, 2014).

Hasil pembahasan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka peneliti berpendapat mengenai pola asuh orang tua memberikan dampak yang baik untuk perkembangan anak dalam akademik maupun non akademik. Orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak sekolah dasar dalam pembentukan karakter anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda beda, dan hal ini akan menentukan hasil akhir dari karakter anak. Ada beberapa orang tua yang senang memaksakan kehendaknya mereka cenderung otoritarian dan membatasi gerak anak, anak tidak bebas memilih harus sesuai pilihan orang tua. Ada juga orang tua yang cenderung permisif atau terlalu membebaskan anak, anak cenderung seenaknya namun menjadi kurang bertanggung jawab. Ada pula yang lebih otoritatif, yaitu orang tua menggabungkan antara pola asuh otoritarian dan permisif yang biasa disebut dengan pola asuh otoritatif. Disini orang tua tidak terlalu mengekang dan tidak terlalu membebaskan. Anak diberi kebebasan namun tetap diawasi dan diberi tanggung jawab. Anak bisa menentukan pilihannya namun tetap didiskusikan dengan orang tua dan dicarikan jalan yang terbaik.

Relasi antara orang tua dan anak yang baik akan menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri anak tentang orang tua mereka. Anak sekolah dasar yang


(46)

memiliki persepsi terhadap orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif, maka akan merasa dirinya diterima dan dihargai oleh orang tuanya yang tidak sekedar menutut atau memaksakan kehendak namun lebih mengakui hak-hak mereka sebagai anak. Dengan demikian anak ketika sudah memiliki pemikiran yang positif terhadap pola asuh orang tua, maka anak pun akan merasa nyaman saat orang tua mengasuh kehidupan sehari-hari dan anak juga tidak merasa dibatasi akan mengembangkan apa yang menajadi perkembangan karakter anak pada setiap usiannya. Dari uraian di atas jelas terdapat relasi antara persepsi terhadap pola asuh dalam mendampingi anak pada kehidupan sehari-hari.


(47)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian yang digunakan yaitu : jenis penelitian, setting penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan desain penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif tipe studi kasus. Penelitian kulitatif studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Peneliti dalam berproses melakukan penelitian dengan jenis kualitatif tipe studi kasus tersebut mendalami pada individu yang sedang digunakan sebagai subyek (Gunawan, 2013).

Penelitian ini menggunakan tipe studi kasus dengan tujuan untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah hasil observasi dan wawancara tentang persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua. Studi kasus mengetahui data selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip (Creswell. 2009).


(48)

B. Setting Penelitian 1. Narasumber

Objek penelitian adalah fokus atau sasaran penelitian. Dalam skripsi ini

yang menjadi fokus penelitian yaitu “Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang

Tua”. Subyek penelitian dengan jumlah dua anak berusia 11tahun. Jenis kelamin anak perempuan, dan anak kelas V SD Shanta Maria 1 (SD Samaran).

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil responden anak berusia 11 tahun pada kelas lima sekolah dasar, dengan jumlah dua anak yang kedua orang tuanya sama-sama bekerja dan kurang mempunyai waktu untuk berkumpul dengan anak.

Anak yang menjadi subyek penelitian bernama Mawar dan Melati, mereka memiliki masing-masing karakteristik yang berbeda. Mawar memiliki karakteristik tegas dalam menanggapi percakapan dengan orang lain, dalam bidang akademik Mawar termasuk siswa di kelas V pandai, karena setiap penerimaan rapor dia mendapatkan peringkat I, dalam segi Bahasa Mawar lebih bisa menerapkan etika ketika berbicara dengan teman dan orang yang lebih dewasa. Sikap sehari-hari saat di sekolah cenderung pendiam. Sedangkan Melati memiliki karakteristik lembut dalam menanggapi percakapan dengan orang lain, dalam bidang akademik Melati termasuk siswa di kelas V pandai, karena setiap penerimaan rapor dia mendapatkan peringkat II, dalam segi Bahasa Melati lebih bisa menerapkan ketika berbicara dengan teman dan orang yang lebih dewasa. Sikap sehari-hari saat di sekolah cenderung aktif. Mawar dan Melati pada bidang akademik setiap penerimaan rapor mereka berdua dalam mendapatkan peringkat


(49)

selalu bersaing. Mawar dan Melati kedua orang tuanya sam-sama bekerja berangkat pagi pulang di sore hari.

Penelitian di lakukan di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) Catur Tunggal, Depok Seleman, karena berdominan orang tua sama-sama sibuk dengan pekerjaannya, berangkat pagi dan pulang sore. Hal tersebut dikarenakan model bekerja orang tua mengenal kerja model target. Berdasarkan hasil survey, dapat dilihat bahwa sebenarnya anak di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) ini, jika setiap hari ada waktu untuk berkumpul dengan orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak merasa ada yang menemani disaat anak membutuhkan waktu bersama orang tua.

Peneliti memilih SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) sebagai tempat penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, karena peneliti melihat dengan kasat mata bahwa berdominan orang tua sama-sama sibuk dengan pekerjaannya dan berangkat pagi bisa saja pulang sore, hal ini dapat dilihat ketika orang tua menjemput anak terlambat dan anak sering bercerita dengan peneliti ketika ditanya kenapa harus menunggu jemputan orang tua sampai lama. Kedua, peneliti telah melakukan wawancara dengan guru kelas V mengenai kondisi siswa dan hubungan keluarga. Ketiga, peneliti terlibat secara langsung dalam bertanya kepada dua anak yang digunkan untuk fokus penelitian tersebut.

Pertimbangan yang digunakan oleh peneliti dalam menentukan dua anak yaitu Mawar sama Melati dari sekian teman yang ada di kelas V, mereka berdua sudah mampu merefleksikan pola pengasuhan orang tua mereka, hal tersebut


(50)

peneliti mengambil keputusan bersama guru kelas V bahwa Mawar dan Melati sudah mampu merefleksikan pola pengasuhan dari masing-masing orang tuanya.

2. Waktu dan lokasi penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 s/d Oktober 2014. b. Lokasi Penelitian

a) Penelitian dilakukan di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) Catur Tunggal, Depok Seleman.

b) Rumah subyek pertama tepatnya di Jalan Bango Selatan, Jomogaten No.400. c) Rumah subyek kedua tepatnya di jalan Merah, Blok i, No.200 a, Catur

Tunggal Sleman.

3.1 Identitas Narasumber

Nama Kelas Usia

Mawar Gloria Deo V 11 tahun

Melati Merry Sedayu V 11 tahun

C. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang dimaksud adalah alat yang dipakai oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Alat yang dipakai antara lain alat perekam handphone untuk wawancara langsung, kamera untuk mengambil suara


(51)

Melati dan Mawar, lembar pengamatan observasi dan lembar pedoman wawancara.

Handphone peneliti gunakan saat melakukan wawancara dengan anak. Kamera digunakan untuk mengambil gambar saat peneliti melakukan observasi di rumah anak. Sedangkan lembar pengamatan observasi peneliti gunakan sebagai pedoman supaya terarah saat peneliti melakukan observasi di rumah anak. Lembar pedoman wawancara peneliti gunakan saat melakukan wawancara dengan anak supaya pertanyaan yang peneliti gunakan anak tidak bingung dan pertanyaan yang disampaikan peneliti pada anak terarah dengan baik.

Panduan pola asuh orang tua yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).Teori tersebut mengatakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui pola asuh orang tua terhadap anak. Cara-cara tersebut adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi antara orang tua dan anak, serta tuntutan orang tua terhadap anak agar menjadi matang. Berikut adalah panduan wawancara yang disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).

Kisi-Kisi Wawancara untuk Anak tentang Pola Asuh Orang Tua Tabel 3.1

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan

Kontrol Orang Tua terhadap Anak

Disiplin Metode pembentukan karakter serta

pengajaran kontrol

Apa yang kamu lakukan di pagi hari setelah bangun tidur?


(52)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan diri dan perilaku

yang dianggap pantas.

Kegiatan apa saja yang kamu lakukan setelah pulang dari sekolah?

Apa yang dilakukan orang tuamu ketika kamu melakukan kesalahan?

Apa yang orang tuamu lakukan saat kamu belajar?

Hukuman fisik

Penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan agar anak merasakan rasa sakit untuk memperbaiki atau mengontrol perilaku anak tetapi tidak mencederai.

Bagaimana reaksi orang tuamu ketika kamu lupa untuk merapikan tempat tidur?


(53)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan Penonjolan

kekuasaan

Menghentikan atau menekankan perilaku yang tidak diinginkan melalui kontrol orang tua yang dilakukan secara verbal atau fisik; dalam hal ini termasuk meminta, ancaman, penarikan hak-hak, memukul, atau bentuk hukuman lainnya.

Ketika kamu mendapatkan nilai yang tidak bagus, apa yang dilakukan orang tuamu?

Agresi psikologis

Serangan verbal yang dapat menyebabkan kerugian psikologis, seperti berteriak (bentuk yang paling umum), mengumpat, mengejek,

mengancam akan memukul, atau

Apa yang diucapkan oleh orang tuamu saat kamu berkata bohong?


(54)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan mengancam

mengusir anak.

Komunikasi Pemberian kasih sayang

Dapat berbentuk mengabaikan isolasi, atau menunjukan ketidaksukaan kepada anak.

Apa pekerjaan orang tuamu?

Apa pendapatmu tentang pekerjaan orang tua?

Apa saja yang

dilakukan orang tuamu ketika berada di

rumah?

Siapa yang memenuhi kebutuhan sehari-harimu?

Apakah yang

dilakukan orang tuamu saat kamu tidak mau


(55)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan belajar?

Bagaimana cara orang tuamu mengingatkan agar kamu belajar?

Siapa yang membantumu

mengerjakan PR jika kamu merasa kesulitan untuk menjawabnya?

Apa yang dilakukan oleh orang tuamu saat kamu berhasil atau mendapatkan nilai baik?

Kegiatan apa saja yang kamu lakukan di luar rumah?

Apakah kamu bercerita pada orang tua tentang


(56)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan pengalaman sehari-harimu? Bagaimana perasaanmu ketika menceritakan hal tersebut?

Apakah kamu memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluargamu setiap hari? Tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkembang sesuai usianya) Teknik Induktif Teknik pendisiplinan yang didesain untuk menumbuhkan perilaku yang diinginkan dengan merangsang rasa keadilan dan penalaran anak. Bagaimana sikapmu saat bertemu dengan orang lain di

lingkungan sekitar? Bagaimana sikap orang tuamu ketika melihat kamu melakukan hal yang kurang baik terhadap teman-teman dan tetangga di


(57)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan Aturan-aturan apa saja yang diterapkan di rumahmu?

Bagaimana tanggapan orang tuamu ketika kamu pergi tanpa izin? Panduan pola asuh orang tua yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).

Teori tersebut mengatakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui pola asuh orang tua terhadap anak. Cara-cara tersebut adalah kontrol orang tua terhadap anak, kejelasan komunikasi antara orang tua dan anak, serta tuntutan orang tua terhadap anak agar menjadi matang. Berikut adalah panduan obserrvasi yang disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).

Tabel Kisi-Kisi Observasi untuk Anak tentang Pola Asuh Orang Tua Tabel 3.2

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi

Kontrol Orang Tua terhadap Anak

Disiplin Metode pembentukan karakter serta

pengajaran kontrol diri dan perilaku yang dianggap

Kegiatan yang

dilakukan di pagi hari setelah bangun tidur.

Kegiatan yang


(58)

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi

pantas. pulang sekolah.

Perilaku yang dilakukan orang tua ketika anak melakukan kesalahan.

Perilaku yang

ditunjukkan oleh orang tua saat anak belajar..

Hukuman fisik

Penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan agar anak merasakan rasa sakit untuk memperbaiki atau mengontrol perilaku anak tetapi tidak mencederai.

Reaksi orang tua ketika anak lupa merapikan tempat tidur.

Penonjolan kekuasaan

Menghentikan atau menekankan perilaku yang tidak diinginkan melalui kontrol orang tua yang dilakukan

Sikap orang tua ketika anak mendapatkan nilai yang tidak bagus.


(59)

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi secara verbal atau

fisik; dalam hal ini termasuk meminta, ancaman, penarikan hak-hak, memukul, atau bentuk hukuman lainnya.

Sikap orang tua ketika mengetahui anak berkata bohong. Agresi

psikologis

Serangan verbal yang dapat menyebabkan kerugian psikologis, seperti berteriak (bentuk yang paling umum), mengumpat, mengejek,

mengancam akan memukul, atau mengancam mengusir anak.

Komunikasi Pemberian kasih sayang

Dapat berbentuk mengabaikan isolasi, atau menunjukan

Pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan orang tua.


(60)

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi ketidaksukaan

kepada anak.

Kegiatan yang dilakukan orang tua ketika berada di rumah.

Orang tua memenuhi kebutuhan sehari-harimu.

Tindakan yang

dilakukan orang tua saat anak tidak mau belajar.

Cara orang tua

mengingatkan agar anak belajar.

Orang yang membantu mengerjakan PR jika anak merasa kesulitan untuk menjawabnya.

Sikap dan tindakan yang dilakukan orang tua jika anak berhasil atau


(61)

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi mendapat nilai baik.

Kegiatan anak di luar rumah.

Anak bercerita pada orang tua tentang pengalaman sehari-harimu dan perasaan anak ketika

menceritakan hal tersebut.

Waktu untuk berkumpul bersama keluarga setiap hari. Tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkembang Teknik Induktif Teknik pendisiplinan yang didesain untuk menumbuhkan perilaku yang diinginkan dengan merangsang rasa keadilan dan

Sikap anak saat bertemu dengan orang lain di lingkungan sekitar. Sikap orang tua ketika melihat anak melakukan hal yang kurang baik terhadap teman-teman


(62)

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi sesuai

usianya)

penalaran anak. dan tetangga di lingkungan sekitar.

Aturan-aturan yang diterapkan di rumah. Tanggapan orang tua ketika anak pergi tanpa izin.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi, subyek maupun obyek yang sedang dipakai untuk pengamatan, baik dalam situasi khusus maupun dalam situasi yang dalam pembahasan peneliti.

Metode ini peneliti lakukan dengan cara bertemu secara langsung pada anak dan minta izin pada orang tua yang bersangkutan yang sedang dijadikan fokus penelitian, mengamati, aktivitas anak saat berada di rumah dari pulang sekolah sampai sore hari ketika orang tua anak pulang dari kerja. Tidak lebih dari delapan jam selama empat hari peneliti mengamati aktivitas anak saat berada di rumah.


(63)

2. Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara adalah sebuah percakapan langsung (face to face) antara peneliti dan informan, dalam proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab.

Penelitian tersebut peneliti menggunakan metode Interview atau wawancara dengan jenis tertutup. Jadi, yang dimaksud tertutup anak yang akan dipakai peneleti untuk melakukan tanya jawab tidak mengetahui pertanyaanya. Pedoman wawancara dengan jenis tertutup tersebut pertanyaan yang akan disampaikan pada anak terarah dengan runtutan pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti. Peneliti memilih jenis pedoman wawancara tertutup, karena sebelum peneliti melakukan wawancara terlebihi dahulu peneliti membuat daftar pertanyaan dan divalidasi pada pihak yang memiliki latar belakang dalam bidang perkembangan psikologi. Peneliti mempunyai alat pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan demikian cara yang akan peneliti gunakan untuk penyampaiannya tidak terkait secara kaku dengan pedoman wawacara, melainkan peneliti mengikuti jawaban anak untuk melanjutkan pertanyaan peneliti selanjutnya.

Wawancara tersebut peneliti lakukan satu hari sebelum melakukan wawancara untuk memberi tahu anak mengadakan kesepakatan hari, tanggal, tempat dan waktu. Hal tersebut peneliti lakukan di siang hari sepulang dari sekolah, supaya anak juga tidak merasa terganggu akan kegiatan belajar saat berada di sekolah. Pada dua metode yang dilaksanakan bersamaan oleh peneliti tersebut sangat memberikan arti pada kebutuhan peneliti dalammendapatkan


(64)

sebuah informasi dari anak yang sudah ditetepkan untuk menjadi subyek penelitian. Kedua hal tersebut yaitu observasi dan wawancara saling melengkapi proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Pada dasarnya kedua metode saling melengkapi karena bisa dilihat secara langsung bahwa dari observasi bisa memperoleh keterangan melalui wawancara yang akan digunakan untuk mendapatkan informasi secara mendalam pada anak. Dengan demikian sebelum melakukan wawancara peneliti mengadakan pengamatan (observasi) untuk mengetahui kegiatan anak dalam kehidupan sehari hari.

3. Dokumentasi

Dokumetasi adalah mencari data tentang hal-hal atau variMelati yang berupa catatan, transkip, biodata, hasil suara dari wawancara. Catatan digunakan peneliti untuk mencatatan hasil dari sebuah observasi yang telah dilakukan. Transkip digunakan untuk memindahakan hasil wawancara melalui rekaman secara tertulis dan untuk memindahkan hasil observasi dari catatan sederhana pada tulisan yang lebih ada penjelasan secara utuh. Biodata digunakan untuk mendapatkan identitas dari subyek yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian, hal tersebut didasarkan supaya tidak terjadi kesalah pahaman dalam peneliti melakukan proses penelitian sampai mendapatkan bukti data yang nyata.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti di atas, maka bisa menjadikan konsep sederhana yang dapat dilihat bahwa proses penelitian tersebut menekankan pada teknik analis data kualitatif, karena obyek yang digunakan penelitian bersifat analis non statistik. Proses penelitian tersebut pada


(65)

dasarnya dalam menganalisis data yang terkumpul dan teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data tidak menggunakan angka melainkan menggunakan kalimat untuk menjelaskan data yang diperoleh dari studi kasus yang digunakan oleh peneliti.

E. Teknik Analisis Data Langkah-langkah analisis data : 1. Mengorganisir informasi.

2. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.

3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.

4. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori. 5. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi

natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.

6. Menyajikan secara naratif.

Proses dalam menganilis data yang telah terkumpul peneliti menggunakan metode teknik analisis data kualitatif (non statistik). Teknik analis data kualitatif non statistik tersebut digunakan untuk mengolah data yang bukan angka. Peneliti dalam teknik analisis data dibantu dengan adanya langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data adalah :

Pengumpulan data untuk memperoleh data subyek yang digunakan untuk penelitian yang dilakukan melalui observasi data yang ada berupa dokumen, catatan mengenai aktivitas subyek penelitian saat berada di rumah. Proses


(66)

pengumpulan data tersebut diadakan triangulasi, yaitu pengecekan terhadap data dan penafsiran dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari dua anak sebagai subyek penelitian.

Langkah penting pertama sebelum analisi dilakukan yaitu memberi kode-kode pada materi yang diperoleh. Coding bertujuan untuk mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga data dapat memunculkan gambaran secara praktis dan efisien. Langkah awal coding dapat dilakukan dengan peneliti menyusun transkip kata demi kata menjadi kalimat atau catatan yang diperoleh dari lapangan dengan sedemikian rupa pada kolom sebelah kanan dan kiri transkip. Hal tersebut akan memudahkan untuk memberi kode-kode atau catatan tertentu pada sebelah kanan transkip wawancara tersebut.

Langkah kedua peneliti secara urut dan melanjutkan melakukan pemberian kode pada baris-baris transkip wawancara atau catatan lapangan yang telah diperoleh. Langkah ketiga peneliti berusaha memberikan nama untuk masing-masing pertanyaan yang muncuk dari diskripsi yang telah digunakan dalam penelitian dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut (Poerwandari, 2005: 132).

Kode yang digunakan dalam memberi tanda pada setiap pertanyaan yang telah di coding oleh peneliti yaitu :


(67)

Kode pada Transkip Wawancara Tabel 3.3

Nama Narasumber

Deskripsi Pertanyaan Coding Penjelasan

JT D1 P1 JT/D1/P1 Jawaban Mawar/

Deskripsi no 1/ Pertanyaan no 1

JA D2 P1 JA/D2/P1 Jawaban Melati/Deskripsi

no 2/ Pertanyaan no 1

Kode yang terdapat pada tMelati diatas sample dari coding yang peneliti gunakan untuk memberi kode pada setiap jawaban dari anak yang terdapat hubungan dari pertanyaan yang telah peneliti siapkan.

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

Peneliti untuk memperoleh temuan dan interpretasi data yang abash maka perlu adanya upaya untuk melakukan pengecekan data atau pemeriksaan data yang didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu : derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).


(68)

1. Kredibilitas Data

Tabel 3.4 Rekapitulasi Penilaian Validasi Wawancara

No Validator Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4

1 Dosen a 4 4 3 3

2 Dosen b 3 2 2 2

3 Dosen c 4 3 3 2

4 Dosen d 3 2 2 3

5 Guru 4 4 3 4

Rata-Rata 3.6 3 2.6 2.8

Tabel 3.5 Rekap Penilaian Validasi Observasi

No Validator Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4

1 Dosen a 4 4 3 3

2 Dosen b 3 2 2 2

3 Dosen c 4 3 3 2

4 Dosen d 4 3 2 2

5 Guru 4 3 4 4

Rata-Rata 3.8 3 2.8 2.6

Tabel 3.4 dan 3.5 Menunjukkan nilai dan rata-rata yang diperoleh dari kelima professional judgment. Skor setiap aspek adalah 1 sampai 4 dan penilaian dari professional judgment menunjukkan bahwa rata-rata yang diperoleh sudah melebihi batas angka 2 namun peneliti masih harus melakukan revisi dalam hal pengolahan kalimat agar kalimat yang digunakan dalam instrumen efektif dan mudah dipahami anak usia SD. Revisi pada instrumen penelitian dilakukan sebanyak dua kali dengan rekomendasi pada instrumen pedoman wawancara agar mengganti pola kalimat karena beberapa kalimat masih menimbulkan makna ganda sehingga harus diperjelas kalimatnya sedangkan rekomendasi pada lembar observasi masih perlu dibuat lebih spesifik sehingga jelas apa yang akan dilihat dalam observasi.


(69)

Kriteria tersebut digunakan dengan maksud data dan informasi yang dikumpulkan peneliti harus mengandung nilai kebenaran (valid). Kredibilitas data bertujuan untuk membuktikan apakah yang teramati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia nyata, dan penjelasan yang diberikan tentang dunia nyata tersebut memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau sedang terjadi.

Adapun untuk memperoleh keabsahan data Meleong (2009:327-335) merumuskan beberapa cara yaitu : perpanjangan keiukutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan refrensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota. Dari beberpa cara tersebut peneliti hanya menggunakan tiga cara yang digunakan dengan tujuan penelitian, tiga cara tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah pertama peneliti melakukan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh dengan sumber atau kriteria yang lain diluar data tersebut, untuk meningkatkan keabsahan data Melong (2009: 330). Peneliti dalam melakukan uji triangulasi data terdapat empat bagian yaitu : triangulasi sumber, metode, peneliti dan teori. Peneliti dalam melakukan penelitian ini triangulasi yang digunakan sebagai berikut:

c. Triangulasi sumber, yaitu peneliti melakukan dengan cara membandingkan apa yang dikatakan oleh anak dengan hal yang telah dilihat oleh peneliti secara langsung saat melakukan observasi di rumah anak. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara membandingkan bermaksud agar data yang


(70)

diperoleh dapat dipercaya, karena untuk memperoleh kejelasan dari kondisi anak tidak hanya diperoleh dari satu sumber saja, tetapi data juga bisa diperoleh dari sumber lain seperti peneliti melakukan observasi di rumah anak dan sumber dari guru kelas V.

d. Triangulasi metode, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini peneliti berusaha mengecek kembali data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi.

Langkah kedua peneliti menggunakan bahan refrensi yaitu berupa buku yang berkaitan dengan psikologi perkembangan anak, psikologi pendidikan dan persepsi, yang berkaitian dengan persepsi dan pola asuh orang tua. Hal tersebut peneliti bermaksud agar data yang diperoleh memiliki dukungan dari teori yang telah ada.

Langkah ketiga peneliti melakukan pengecekan anak, hal tersebut dimaksudkan untuk melihat kembali data dan mengkonfirmasikan kembalai pada orang yang bersangkutan yang peneliti gunakan untuk mecari informasi mengenai anak yang digunakan fokus penelitian. Dalam pengecekan anak semua yang bersangkutan dilibatkan kembali, tetapi hanya kepada orang yang digunakan peneliti dalam mencari informasi pada anak seperti guru kelas V dan teman-teman di kelas V yang bisa memberikan kebiasaan dan sikap dua anak yang digunakan fokus penelitian saat berada di sekolah.


(1)

202

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

203

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

204

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

205

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

206

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Endika Elshanta Erawati, lahir di Klaten pada tanggal 4 Desember 1992. Beragama Kristen dan bertempat tinggal di Jabungan, RT 20/ RW 009, Desa Gondang, Kecamatan Kebonarum Klaten. Mempunyai orang tua bernama Didik Arwanto dan Endang Sri Lestari.

Pendidikan Dasar diselesaikan di SD Jetis 1 Klaten pada tahun 2005. Pendidikan Menengah diselesaikan di SMP Kristen 1 Klaten pada tahun 2008. Pendidikan Atas diselesaikan di SMA N 1 Karangnongko Klaten pada tahun 2011. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Yogyakarta untuk kuliah di Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan IImu Pendidikan, Jurusan IImu Pengetahuan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI