dapat digunakan yaitu jenis diuretik, penghambat reseptor beta adrenergik, penghambat angiotensin converting enzyme ACE-inhibitor, penghambat reseptor
angiotensin ARB, dan CCB Hasibuan, 2011. Pada hipertensi tanpa komplikasi, terapi antihipertensi yang dapat digunakan untuk terapi awal dan pemeliharaan adalah
ACE-inhibitor, CCB dihidropiridin, dan diuretik tiazid dengan dosis rendah Heart Foundation
, 2010. Mekanisme kerja dari ACE inhibitor adalah mencegah angiotensin I berubah
menjadi angiotensin II dan pada saat yang bersamaan, bradikinin tidak dapat diubah menjadi polipeptida asing mengakibatkan jumlah bradikinin meningkat sehingga
terjadi vasodilatasi. Mekanisme kerja dari CCB adalah menghambat influks ion kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard, sehingga pembuluh darah
mengalami vasodilatasi Saseen and Maclaughun, 2008. Suatu penelitian menyebutkan bahwa kaptopril dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi
sebesar 29,1611,83 mmHg sedangkan amlodipin sebesar 32,9416,38 mmHg. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan kaptopril dan amlodipin masing-masing
adalah 16,7 dan 26,5. Efektivitas kaptopril berbeda dengan amlodipin dalam menurunkan tekanan darah Baharuddin dkk., 2013
B. Teori Rule of Halves
Aturan sebagian untuk hipertensi menyatakan bahwa, setengah dari orang tidak tahu memiliki tekanan darah tinggi aturan 1, setengah dari mereka diketahui
tidak dirawat aturan 2 dan setengah dari mereka yang dirawat tidak dikontrol
aturan 3 Hooker, Cowap, and Freeman, 1999. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 200
7 menunjukkan bahwa pada usia ≥18 tahun, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7, di antara yang mengalami hipertensi hanya
7,2 menyadari mengalami penyakit hipertensi, dan hanya 0,4 yang melakukan terapi pengobatan. Data terbaru menunjukkan bahwa rule of halves masih berlaku
untuk hipertensi di Australia. Artinya, setengah dari orang dengan tekanan darah tinggi tidak tahu bahwa mereka menderita hipertensi, dan setengah dari mereka yang
tahu tidak mencapai target hipertensi Jennings, 2012. Kira-kira setengah dari penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka
menderita hipertensi. Bagi beberapa orang yang menyadari mereka menderita hipertensi, sebagian dari mereka tidak melakukan pengobatan. Untuk kelompok ini
dan kelompok yang tidak menyadari menderita hipertensi, harapan mereka berumur panjang dari waktu terserang penyakit adalah di bawah 20 tahun. Untuk mereka yang
menyadari hipertensi dan melakukan pengobatan, sebagian dari mereka melakukan pengendalian dan sebagian lagi tidak melanjutkan pengobatan Stahl, 1976.
C. Faktor Penyebab Hipertensi
Umumnya peningkatan tekanan darah terjadi dengan bertambahnya usia, sehingga proporsi hipertensi yang tinggi terutama pada populasi yang lebih tua
usianya. Hipertensi juga disebabkan oleh perbedaan demografi seperti jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan yang bervariasi dalam kelompok yang
berbeda Black and Elliott, 2012. Pria memiliki risiko hipertensi lebih tinggi pada
masa dewasa sedangkan wanita memiliki risiko hipertensi lebih tinggi pada awal menuju kedewasaan. Selain itu hipertensi terkait dengan indikator status sosial
ekonomi, terutama pendidikan dan pendapatan Izzo, Sica, and Black 2008. Suatu penelitian mengelompokkan usia responden menjadi 2 yaitu 40 tahun
dan ≥40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 responden, sebanyak 19 responden 55,9 yang berusia ≥40 tahun menderita hipertensi Anggara dan
Prayitno, 2013. Penelitian dilakukan pada 100 responden yang menderita penyakit kardiovaskuler dengan usia 50 tahun sebanyak 17 orang dan ≥50 tahun sebanyak 83
orang Rosjidi dan Isroin, 2014. Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan
bertambahnya usia dan biasanya terjadi pada usia ≥40 tahun. Hal ini dikarenakan
adanya proses degeneratif yang lebih sering terjadi pada usia tua Davey, 2005. Penelitian yang dilakukan pada komunitas pedesaan di Vietnam Minh et al.,
2006 menunjukkan bahwa laki-laki cenderung mengalami hipertensi dibandingkan dengan perempuan 18,1 berbanding 10,1. Sebaliknya dalam sebuah penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden hipertensi adalah perempuan yaitu sebanyak 61 Hernawan dan Arifah, 2012. Akan tetapi jenis kelamin tidak
mempengaruhi hipertensi karena laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang relatif sama menderita hipertensi, yang mempengaruhi seseorang berisiko menderita
hipertensi adalah faktor genetik dari keluarga Suparto, 2010. Rendahnya status sosio-ekonomi seperti pendidikan dan penghasilan, harus
diakui sebagai faktor risiko potensial untuk hipertensi Lam, 2011. Hasil penelitian yang dilakukan di desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen,
Jawa Tengah menyebutkan bahwa ada hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah anak, faktor makanan, dan
faktor stres terhadap jenis hipertensi Sigarlaki, 2006. Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian hipertensi Suparto, 2010 dan antara penghasilan
dengan hipertensi Oliveira et al., 2014, tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan hipertensi Mendes et al., 2013.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kesadaran hipertensi yaitu responden dengan penghasilan tinggi
lebih aware terhadap hipertensi, sedangkan untuk tingkat pendidikan tidak ditemukan adanya hubungan dengan kesadaran hipertensi Ahn et al., 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kesadaran hipertensi dengan kategori pekerjaan de Gaudemaris et al., 2002.
Dalam sebuah penelitian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dan penghasilan dengan terapi hipertensi Morenoff et al., 2007. Begitu
juga dengan kategori pekerjaan yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara proporsi subjek hipertensi yang melakukan pengobatan dengan
kategori pekerjaan de Gaudemaris et al., 2002.
D. Pengukuran Tekanan Darah