1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk memenuhi tujuan pemerintah yaitu mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat
secara merata. Untuk mencapai tujuan tersebut sektor perdagangan harus ditingkatkan salah satu caranya adalah dengan melalui perdagangan internasional.
Pada masa globalisasi ini perekonomian dunia akan lebih terpacu pada perdagangan internasional yang menyebabkan ketergantungan dunia ekonomi, hal
ini lebih disebabkan karena terjadinya peningkatan pada arus dagang barang dan jasa, teknologi dan aliran modal asing yang cepat Gao, 2000. Perdagangan
internasional merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Apalagi pembangunan
yang dilakukan Indonesia tidak terlepas dari adanya kerjasama dengan negera lain.
Setiap negara membutuhkan kerja sama yang dilakukan untuk menunjukan perekonomiannya, hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan dagang
antara negara satu dengan negara lainnya Thagavi et al, 2012. Ada dua kegiatan yang biasa dilakukan di dalam perdagangan internasional diantaranya, kegiatan
ekspor dan kegiatan impor. Dengan adanya kegiatan ekspor pada suatu negara dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut, karena ekspor dapat
mempermudah negara dalam memasarkan produknya Intan, 2015. Setiap perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara akan memberikan suatu peluang
2
yang baru untuk memajukan pertumbuhan negara yang melakukan kegiatan perdagangan Soi, et al 2013. Kegiatan ekspor akan lebih memberikan nilai
tambah bagi negara yang melakukan ekspor dibandingkan dengan impor. Ada beberapa sektor yang terlibat dengan ekspor di Indonesia, antara lain sektor
pertanian, sektor industri dan sektor jasa. Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian merupakan sektor
yang mempunyai peranan yang menjanjikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling menggantungkan
terhadap kekayaan sumber daya alam sehingga menjadikan sektor ini menjadi sektor yang penting di dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan
Negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor yang mendkuung pembangunan nasional. Di Indonesia sektor pertanian menjadi salah satu
penyumbang pendapatan nasional yang cukup besar, itu di sebabkan karena sebagian penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Pembangunan pertanian
dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhinya diantaranya; potensi sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia yang besar dan juga beragam jenisnya, pangsa terhadap ekspor yang cukup tinggi dan juga besarnya penduduk yang menggantungkan kehidupannya
pada sektor pertanian Gadang,2010. Pertanian itu sendiri dibagi menjadi beberapa sub sektor, diantaranya sub
sektor perikanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor pangan.Indonesia merupakan negara yang mempunyai
sumber daya laut yang sangat besar. Dengan di apit oleh dua benua dan dua
3
samudra menjadikan Indonesia mempunyai keuntungan didalam pemenuhan sumber daya laut atau perikanan, ini menyebabkan produk perikanan menjadi
andalan ekspor Indonesia. Sub sektor perikanan sendiri merupakan sub sektor dari sektor pertanian yang memberikan andil yang besar didalam kegiatan ekspor.
Ekspor perikanan termasuk kedalam ekpor non migas.Ekspor non migas menjadi ekspor yang mempunyai perhatian yang lebih dari ekpor migas itu dikarenakan
Indonesia memasuki pasar perdagangan bebas yang menyebabkan peranan sektor non migas dapat mengambil peran yang cukup signifikan terhadap ekspor
Indonesia Pramono Hariadi dalam Pramana,2013 Bali merupakan salah satu provinsi yang melakukan kegiatan ekspor di
Indonesia. Provinsi Bali sendiri tidak melakukan ekspor migas, ini dikarenaka tidak adanya komoditi yang diekspor dalam bentuk migas dari Provinsi Bali, ini
mengakibatkan Provinsi Bali akan memfokuskan pada ekspor non migas Sonia,2015. Dengan lebih memfokuskan pada ekspor non migas Provinsi Bali
akan mendapatkan devisa dari kegiatan perdagangan luar negeri yang akan digunakan untuk pembangunan daerah sendiri Ignatia dan Yunita dalam Sonia,
2015. Tabel 1.1 menjelaskan perkembangan nilai ekspor non migas Provinsi Bali
dari tahun 2000 sampai tahun 2013 dengan perkembangan rata-rata 1.68 persen. Pada tahun 2001 terjadi perkembangan nilai ekspor terbesar yakni sebesar 20.03
persen dengan nilai 460.437.567,7 US. Perkembangan terendah terjadi pada tahun 2009 dengan penurunan sebesar -9.26 persen dengan nilai 502.541.826,1
US.
4
Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Bali Tahun 2000- 2013
Tahun Nilai Ekspor Non Migas
US Perkembangan
2000 406985133.9
2001 383615721
-5.74 2002
460437567.7 20.03
2003 490969090.7
6.63 2004
498969473.2 1.63
2005 458410714.7
-8.13 2006
458789262.7 0.08
2007 504066358.2
9.87 2008
553832346.5 9.87
2009 502541826.1
-9.26 2010
519912506.9 3.46
2011 497864362.1
-4.24 2012
481838888.2 -3.22
2013 486063655.4
0.88 Perkembangan Rata-Rata
1.68 Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2000-2013 data diolah
Menyadari ekspor migas tidak memberi andil yang cukup terhadap perkembangan ekspor, pemerintah selaku pemegang kekuasaan melakukan
berbagai cara untuk mendorong ekspor non migas agar dapat menciptakan iklim ekonomi secara berkesinambungan. Salah satu cara tersebut adalah dengan ekspor
hasil laut Rhesyawan, 2013. Ekspor Provinsi Bali yang merupakan ekspor non migas dapat digolongkan ke beberapa sektor diantaranya hasil kerajinan, hasil
industri, hasil pertanian dan hasil perkebunan. Komoditas hasil pertanian dapat diklasifikasikan kebeberapa sub sektor diantaranya komoditas hasil pertanian
berupa buah-buahan dan juga hasil perikanan. Berikut dapat dijelaskan tentang komoditas hasil perikanan yang diekspor oleh Provinsi Bali.
5
Tabel 1.2 Realisasi Nilai Ekspor US Komoditi Perikanan Provinsi Bali Tahun 2010-2013
Komoditas ekspor
Tahun 2010
2011 2012
2013 Ikan Tuna
21.325.080,00 83.029.888,18 83.254.893,78 76.805.343,04 Ikan Kerapu
2.408.820,00 10.254.480,53 9.795.075,67 10.644.327,04
Ikan Kakap 2.012.491,27
1.949.341,47 5.820.566,54
6.648.083,12 Ikan Hias
Hidup 1.083.232,58
1.482.561,02 2.654.546,69
3.407.952,93 Lobster
485.380,03 522.765,22
880.037,96 1.479.864,90
Kepiting 22208
23.055,50 141.810,67
601631 Sirip Ikan Hiu
578.765,63 150.906,80
Rumput Laut 2.280,00
15.720,00 Ikan Lainnya
5.335.323,85 4.861.502,37
9.629.190,16 15.561.163,84 Sumber : Disperindag Provinsi Bali Tahun 2010-2013
Dapat dilihat pada tabel 1.2 tentang realisasi ekspor komoditi perikanan Provinsi Bali tahun 2010-2013, ekspor perikanan mempunyai sembilan komoditas
utama antara lain 1Ikan Tuna 2 Ikan Kerapu 3 Ikan Kakap 4 Ikan Hias Hidup 5 Lobster 6Kepiting 7 Sirip Ikan Hiu 8 Rumput Laut 9 Ikan
Lainnya . Dapat diketahui ekspor terbesar terdapat pada ekspor komoditas ikan tuna. Kepiting sendiri terdapat pada posisi ke enam dengan ekspor tertinggi terjadi
pada tahun 2012 dengan nilai ekspor 141.810,67 US. Kepiting merupakan komoditi yang mendapatkan permintaan yang cenderung meningkat sepanjang
tahun 2000-2013. Hal ini disebabkan salah satunya karena peralihan konsumsi dari sup ikan hiu yang mendapatkan kecaman negative, yang sekarang konsumen
beralih mengkonsumsi sup kepiting Tempo, 2015. Kepiting juga menjadi
6
primadona sebagai hidangan di hotel dan restaurant di luar negeri maupun di dalam negeri.
Tabel 1.3 Produksi Kepiting Provinsi Bali
Tahun Jumlah Produksi ton
2003 544,1
2004 44,3
2005 13,3
2010 0,1
2011 7,2
2012 0,4
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2000-2013 Dapat diketahui pada tabel 1.3 mengenai produksi kepiting Provinsi Bali
berdasarkan hasil budidaya dan tangkap. Angka yang terdapat pada tabel merupakan angka yang tercatat di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Bali.Pada tabel 1.3 hasil tangkap kepiting Provinsi Bali sangat tidak menentu, hanya enam tahun mendapatkan produksi kepiting. Faktor musim menjadi
penyebab produksi tangkap kepiting yang tidak menentu. Namun ekspor kepiting Provinsi Bali lebih besar dari produksinya, hal ini disebabkan karena hasil
produksi kepiting dari luar Provinsi Bali dikumpulkan terlebih dahulu sebelum diekspor melalui pelabuhan ekspor yang ada di Provinsi Bali. Produksi
berdasarkan hasil budidaya belum ada yang dapat tercatat, ini disebabkan karena hasil budidaya kepiting Provinsi Bali masih sangat rendah.
Pada tabel 1.4 dapat diketahui nilai ekspor kepiting dari tahun 2000 sampai tahun 2013 dengan rata-rata perkembangan 111,367 persen. Nilai
7
perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan perkembangan sebesar 515,084 persen dengan nilai 141810.67US yang merupakan perkembangan yang
sangat drastis sepanjang tahun 2000 sampai tahun 2013. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2002 dengan penurunan sebesar minus 87,22 persen dengan
nilai 63301.58US.
Tabel 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000- 2013
Tahun Nilai
US Perkembangan
2000 424478.99
- 2001
495434.34 16.72
2002 63301.58
-87,22 2003
36842.97 -41.80
2004 217703.29
490.90 2005
145787.26 -33.03
2006 193693.79
32.86 2007
235495.92 21.58
2008 627284.84
166.36 2009
163090.79 -74.00
2010 22208.00
-86.38 2011
23055.50 3.87
2012 141810.67
515.084 2013
601631.00 324.24
Perkembangan Rata-Rata 111.367
Sumber: Disperindag Provinsi Bali, 2000-2013 data diolah Penurunan nilai ekspor kepiting lebih disebabkan karena nelayan yang
mencari kepiting, tangkapannya masih kurang dan juga disebabkan karena hasil produksi kepiting lebih diserap oleh pasaran lokal untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi pada restoran dan hotel yang ada di Bali. Ekspor kepiting Provinsi Bali masih bisa ditingkatkan, karena pasaran luar negeri yang menjanjikan terutama
ekspor ke negara Jepang, namun produksi dari komoditas kepiting itu masih
8
sangat terbatas Siregar dalam Antara Bali,2015. Ekspor yang berfluktuasi juga disebabkan oleh beberapa hal antara lain pendapatan, investasi dan juga nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika SerikatNgouhouo dan Makolle 2013. Daya saing suatu produk dari daerah atau negara sangat bergantung pada
kemampuan daerah tersebut untuk berinovasi dalam mengembangkan produk yang dimiliki Astrini,2015. Kemampuan untuk menjadikan suatu produk
mempunyai daya saing dapat dilihat dari keunggulan yang dimiliki oleh komoditi tersebut Nopirin dalam Astrini,2015. Dalam pengutamaan sektor atau komoditi
olahan, hal yang dapat menjadikan komoditi menjadi unggulan ekspor dengan melihat faktor utama yaitu keunggulan komparatif berupa ketersediaan suatu
sumber daya alam yang melimpah pada daerah tersebut. Komoditas tersebut akan dijadikan sektor unggulan yang dikonsumsi pasar luar negeri melalui kegiatan
ekspor. Kepiting merupakan hewan yang memiliki sepuluh kaki, dua kaki
depannya disebut capit yang sering digunakan untuk melindungi diri maupun untuk mencari makanan. Kaki yang paling belakang berbentuk pipih yang
digunkan untuk berenang Alam ikan, 2001. Kepiting memiliki berbagai manfaat yang dapat ditemukan pada daging kepiting, antara lain daging kepitingn tidak
mengandung lemak jenuh yang merupakan sumber dari niacin, folate, pottassium, sumber protein, vitamin B12, phosphorous, zinc, copper, dan selenium yang
sangat baik untuk tubuh Hazemi, 2013
9
Dalam melakukan perdagangan internasional dibutuhkan alat tukar- menukar berupa uang atau yang sering disebut kurs valuta asing. Kurs merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekspor Dolatti, 2011. Dalam kegiatan ekspor dan impor kurs mempunyai peranan yang sangat penting, kurs
yang umum digunakan adalah kurs dollar Amerika Serikat, ini diakibatkan karena nilai kurs dollar Amerika Serikat dianggap lebih stabil. Secara teori apabila kurs
valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri ini akan menyebabkan kenaikan ekapor dan penurunan impor, begitu juga sebaliknya
apabila kurs valuta asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri atau mata uang dalam negeri melemah maka akan menyebabkan penurunan
kegiatan ekspor Sukirno, 2000:319.
Tabel 1.5 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 2000-2013
Tahun Kurs Dollar AS
RPUS Perkembangan
2000 9.595
- 2001
10.266 6.99
2002 8.940
-12.91 2003
8.465 -5.31
2004 9.290
9.74 2005
9.830 5.81
2006 9419
-4.18 2007
9020 -4.23
2008 10.950
21.39 2009
9.400 -14.15
2010 8.991
-4.35 2011
9.068 0.85
2012 9.400
3.66 2013
12.171 29.47
Rata-rata Perkembangan 2.52
Sumber: Bank Indonesia 2014 data diolah
10
Berdasarkan tabel 1.5 dapat kita ketahui perkembangan nilai kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
Dengan rata-rata sebesar 2,52 persen pertahun sejak tahun 2000 sampai tahun 2013. Pada tahun 2001 kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah
sebesar Rp 10.266 per US. Setelah tahun 2001 yaitu sejak tahun 2002 kurs rupiah terhadap dollar relative lebih stabil walaupun melemah kembali pada tahun
2008 sebesar Rp 10.950 per US yang diakibatkan terjadinya krisis global pada saat itu. Walaupun demikian setelah tahun 2008 kurs rupiah terhadap dollar
mengalami penguatan kembali yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 sebesar Rp 9.400 per US pada tahun 2009 dan Rp 8.991 per US pada tahun 2010. Namun
akibat masih adanya krisis global yang melanda perekonomian dunia nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah kembali secra berturut-turut
menjadi Rp 9.068 per US pada tahun 2011, Rp 9.400 per US pada tahun 2012 dan yang terakhir sebesar Rp 12.171 per US pada tahun 2013.
Selain kurs valuta asing, inflasi juga mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi ekspor komoditi kepiting Provinsi Bali. Inflasi merupakan kenaikan
harga barang-barang yang terjadi secara terus-menerus. Jika inflasi yang terjadi pada suatu negara terus meningkat akan menyebabkan kenaikan maka harga
barang dalam negeri akan mengalami kenaikan Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2008. Terjadinya kenaikan inflasi secara terus menerus akan
menyebabkan terjadinya kenaikan hargabarang ekspor yang semakin tinggi. Kenaikan yang terjadi akan menyebabkan kesulitan yang dialami eksportir
didalam melakukan kegiatan ekspor, karena didalam melakukan ekspor
11
diperlukan biaya yang tinggi dan menyebabkan kegiatan ekspor akan menurun. Dengan kata lain semakin tinggi inflasi yang terjadi maka akan mengurangi nilai
ekspor kepiting. Berikut merupakan tingkatinflasi yang terjadi di Provinsi Bali yang dapat
dilihat pada tabel 1.6. Pada tabel 1.6 dapat diketahui tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2002 dengan tingkat inflasi tertinggi sebesar 12.49 persen.
Tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat inflasi sebesar 3,75 persen.
Tabel 1.6 Tingkat Inflasi Provinsi Bali Tahun 2000-2013
Tahun Tingkat Inflasi
Perkembangan 2000
9.81 -
2001 11.52
17.43 2002
12.49 8.42
2003 4.56
-63.49 2004
5.97 30.92
2005 11.31
89.44 2006
5.91 -47.74
2007 4.30
-27.24 2008
9.82 128.37
2009 4.37
-55.49 2010
8.10 85.35
2011 3.75
-53.70 2012
4.71 25.6
2013 7.38
56.68 Perkembangan Rata-Rata
14.97 Sumber : BPS,2014 data diolah
Selain tingkat inflasi, harga juga menentukan naik turunnya volume dan nilai ekspor kepiting Provinsi Bali. Dalam teori penawaran dijelaskan bahwa
semakin tinggi harga suatu barang maka semakin tinggi juga penawaran suatu barang, dan sebaliknya semakin rendah suatu barang maka semakin rendah juga
12
penawaran yang dilakukan pada suatu barang Sukirno, 2002:87. Harga ekspor suatu produk dipengaruhi oleh adanya permintaan dan juga penawaran. Berikut
merupakan perkembangan harga ekspor kepiting Provinsi Bali.
Tabel 1.7 Perkembangan Harga Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000- 2013
Tahun Harga
USkg Perkembangan
2000 1.76
- 2001
1.61 -8.52
2002 3.27
103.11 2003
7.57 112.04
2004 5.99
-20.87 2005
3.93 -34.39
2006 4.05
3.05 2007
4.83 19.25
2008 4.94
2.27 2009
4.16 -15.79
2010 1.08
-74.04 2011
2.62 142.59
2012 2.95
12.59 2013
4.56 54.57
Perkembangan Rata-Rata 22.76
Sumber : Disperindag Provinsi Bali data diolah, 2015 Berdasarkan tabel 1.7 dapat diketahui harga ekspor kepiting Provinsi Bali
tahun 2000-2013 dengan rata-rata sebesar 17,86 persen. Harga ekspor kepiting terbesar terjadi pada tahun 2003 dengan harga 7,57 USkg yang mengalami
perkembangan sebesar 112.04 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2002 dengan harga 3,27 USkg. Harga terendah terjadi pada tahun 2010 dengan
harga 1,08 USkg.
13
1.2 Rumusan Masalah