Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Kepiting Provinsi Bali.

(1)

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI KEPITING PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh :

I PUTU OGI SUPARSA NIM : 1206105026

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI KEPITING PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh :

I PUTU OGI SUPARSA NIM : 1206105026

Skrisi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii 2016

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 29 Januari 2016

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Prof. Dr. N. Djinar Setiawina, SE., MS ………..

2. Sekretaris : Dra. Putu Martini Dewi, M.Si ………..

3. Anggota : Drs. I Gusti Bagus Indrajaya, M.Si ………..

Mengetahui,

Ketua Jurusan EP Pembimbing

(Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS) (Dra. Putu Martini Dewi. M.Si) NIP. 19540429 198303 1 002 NIP. 19610328 198601 2 001


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 25 Februari 2016 Mahasiswa,

I Putu Ogi Suparsa 1206105026


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Kepiting Provinsi Bali” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kertiyasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS., dan Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, SE., M.E., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4. Drs. Ida Bagus Darsana M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

5. Dra. Putu Martini Dewi M.Si., selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan dan motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Prof. Dr. N. Djinar Setiawina, SE., MS., selaku dosen pembahas atas waktu, bimbingan, masukan dan motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

7. Dosen-dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan dan jurusan lain yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala ilmu, pengalaman, masukan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

8. Keluarga tercinta, kedua orang tua penulis yaitu I Wayan Suadnyana dan Ni Wayan Sudiasih, adik-adik penulis yaitu I Kadek Agus Jayadi dan I Komang Adi Darmawan atas dukungan, motivasi, nasehat serta doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

9. Bapak Putu Wira Adyana atas kesabaran, bantuan dan kemudahan yang diberikan untuk saya dalam mengurus segala administrasi perkuliahan selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(6)

v

10. Teman-teman tercinta I Made Hardi Satryana, I Putu Danendra Putra, I Putu Widi Permana, I Gusti Echa Andika Biasama, I Made Guna Juliarta, Mayun Karina Dewi, Dewi Astuti, Ni Luh Ketut Prami Gayatri, Dr. Arya Santosa, Dr. Bobby, Ekonomi Pembanguan 12, Pejantan Tangguh 12,dan KKN Kaliakah atas motivasi, kritik, saran dan doa yang selalu diberikan.

11. Teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, teman – teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2012, Ekonomi Perdagangan Internasional 2012 yang selalu memberikan motivasi dan nasehat selama ini. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 25 Februari 2016


(7)

vi

Judul : Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Kepiting Provinsi Bali Nama : I Putu Ogi Suparsa

NIM : 1206105026

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang terlibat di dalam perdagangan internasional, untuk meningkatkan neraca perdagangan perlu dilakukan ekspor. Dengan dilakukannya ekspor diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan. Provinsi Bali merupakan salah satu Provinsi yang melakukan ekspor di Indonesia, salah satu komoditas yang diekspor dari Provinsi Bali adalah kepiting. Ekspor kepiting dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi.

Penelitian ini bertujuan yang pertama untuk mengetahui daya saing dari komoditi kepiting Provinsi Bali, kedua untuk mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat (X1), inflasi (X2) dan harga (X3) secara simultan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali (Y). Ketiga, untuk mengetahui pengaruh secara parsial kurs dollar Amerika Serikat (X1), inflasi (X2) dan harga (X3) terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali (Y). Keempat untuk mengetahui variabel yang paling dominan diantara kurs dollar Amerika Serikat, inflasi dan harga pengaruhnya terhadap ekspor kepiting Provinsi bali.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipan. Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari beberapa uraian dari buku, artikel, skripsi dan jurnal serta melalui intansi yang terkait. Kemudian data diolah dengan teknik indeks RCA dan analisis regresi linier berganda yang sebelumnya dilengkapi dengan uji asumsi klasik.

Hasil uji pada indeks RCA menunjukkan komoditi kepiting belum mempunyai daya saing (RCA<1) sedangkan dengan eviews diperoleh hasil kurs dollar Amerika Serikat (X1), inflasi (X2) dan harga (X3) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali (Y). Secara parsial kurs dollar Amerika Serikat (X1) berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali (Y), inflasi (X2) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali (Y), harga (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali (Y). Variabel yang paling dominan adalah Kurs Dollar Amerika Serikat. Nilai R2 dalam penelitian ini adalah sebesar 0.611 atau 61,1 persen.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALISTAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

1.5 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 15

2.1.1 Teori perdagangan internasional ... 16

2.1.2 Konsep Daya Saing ... 19

2.1.3 Konsep ekspor ... 20

2.1.4 Nilai Tukar (Kurs) ... 22

2.1.5 Hubungan Kurs dengan Ekspor ... 24

2.1.6 Inflasi………... 25

2.1.7 Hubungan inflasi dengan ekspor ... 27

2.1.8 Harga ... 28

2.1.9 Hubungan antara harga dengan ekspor ... 29

2.2 Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 31

3.2 Lokasi Penelitian ... 31

3.3 Obyek Penelitian ... 31

3.4 Identifikasi Variabel ... 31

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 32

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.6.1 Jenis Data ... 32


(9)

viii

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.8 Teknik Analisis Data ... 33

3.8.1 Indeks RCA ... 34

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 35

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 35

1) Uji Normalitas ... 35

2) Uji Multikolinearitas ... 36

3) Uji Autokorelasi ... 36

3) Uji Heteroskedastisitas . ... 37

3.8.4 Uji Pengaruh Secara Simultan (Uji F)) ... 37

3.8.5 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji-t) ... 39

3.8.6 Standardized Coefficients Beta ... 43

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 44

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi Bali ... 44

4.1.2 Gambaran Umum Komoditi Kepiting ... 45

4.2 Pembahasan Penelitian ... 47

4.2.1 Indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) 47

4.2.2 Analisis Uji Asumsi Klasik ... 48

1) Uji Normalitas ... 48

2) Uji Multikolienaritas ... 49

3) Uji Autokorelasi ... 50

4) Uji Heteroskedastisitas ... 50

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 51

4.4.4 Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji-F) ... 52

4.4.5 Uji Keofisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 54

1) Pengujian Pengaruh Kurs Dollar AS Terhadap Ekspor Kepiting Provinsi Bali Periode 2000-2013 ... 54

2)Pengujian Pengaruh Inflasi Terhadap Ekspor Kepiting Provinsi Bali Periode 2000-2013 ... 56

3) Pengujian Pengaruh Inflasi Terhadap Ekspor Kepiting Provinsi Bali Periode 2000-2013 ... 58

4.4.6Standard Coeficient Beta ... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 61


(10)

ix

DAFTAR RUJUKAN ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68


(11)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Provinsi

Bali Tahun 2000-2013 ... 4

1.2 Realisasi Nilai Ekspor (US$) Komoditi Perikanan Provinsi Bali Tahun 2010-2013 ... 5

1.3 Produksi Kepiting Provinsi Bali Berdasarkan Hasil Tangkap dan Budidaya ... 8

1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013 ... 7

1.5 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 2000-2013 ... 9

1.6 Tingkat Inflasi Provinsi Bali Tahun 2000-2013 ... 11

1.7 Perkembangan Harga Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013 ... 12

4.1 Hasil Indkes RCA komoditi kepiting Provinsi Bali ... 47

4.2 Uji Normalitas ... 48

4.3 Uji Multikoliniearitas ... 49

4.4 Uji Autokolerasi ... 50

4.5 Uji Hererokedastisitas ... 51

4.6 Uji Regresi Linear Berganda ... 52


(12)

xi DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho dengan Uji F ... 38

2.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel X1 ... 40

2.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel X2 ... 41

3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel X3 ... 42

4.1 Hasil Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji F ... 53

4.2 Hasil Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel Kurs Dollar AS Variabel (X1) ... 55

4.3 Hasil Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel Kurs Dollar AS Variabel (X1) ... 56

4.4 Hasil Daerah Penerimaan dan Penolakan Variabel Kurs Dollar AS Variabel (X1) ... 58


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Perhitungan Indeks RCA ... 68

2 Uji Normalitas ... 69

3 Uji Multikolienaritas ... 70

4 Uji Autokorelasi ... 72

5 Uji Heteroskedetasitas ... 73

6 Uji Regresi Linear Berganda ... 74

7 Statitik Deskriptif ... 75

8 Uji Standarized Coefficient Beta ... 76

9 Tabel Distribusi t ... 77


(14)

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk memenuhi tujuan pemerintah yaitu mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata. Untuk mencapai tujuan tersebut sektor perdagangan harus ditingkatkan salah satu caranya adalah dengan melalui perdagangan internasional. Pada masa globalisasi ini perekonomian dunia akan lebih terpacu pada perdagangan internasional yang menyebabkan ketergantungan dunia ekonomi, hal ini lebih disebabkan karena terjadinya peningkatan pada arus dagang barang dan jasa, teknologi dan aliran modal asing yang cepat (Gao, 2000). Perdagangan internasional merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Apalagi pembangunan yang dilakukan Indonesia tidak terlepas dari adanya kerjasama dengan negera lain.

Setiap negara membutuhkan kerja sama yang dilakukan untuk menunjukan perekonomiannya, hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan dagang antara negara satu dengan negara lainnya (Thagavi et al, 2012). Ada dua kegiatan yang biasa dilakukan di dalam perdagangan internasional diantaranya, kegiatan ekspor dan kegiatan impor. Dengan adanya kegiatan ekspor pada suatu negara dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut, karena ekspor dapat mempermudah negara dalam memasarkan produknya (Intan, 2015). Setiap perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara akan memberikan suatu peluang


(16)

2

yang baru untuk memajukan pertumbuhan negara yang melakukan kegiatan perdagangan Soi, et al (2013). Kegiatan ekspor akan lebih memberikan nilai tambah bagi negara yang melakukan ekspor dibandingkan dengan impor. Ada beberapa sektor yang terlibat dengan ekspor di Indonesia, antara lain sektor pertanian, sektor industri dan sektor jasa.

Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan yang menjanjikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling menggantungkan terhadap kekayaan sumber daya alam sehingga menjadikan sektor ini menjadi sektor yang penting di dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan Negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor yang mendkuung pembangunan nasional. Di Indonesia sektor pertanian menjadi salah satu penyumbang pendapatan nasional yang cukup besar, itu di sebabkan karena sebagian penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Pembangunan pertanian dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhinya diantaranya; potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia yang besar dan juga beragam jenisnya, pangsa terhadap ekspor yang cukup tinggi dan juga besarnya penduduk yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian (Gadang,2010).

Pertanian itu sendiri dibagi menjadi beberapa sub sektor, diantaranya sub sektor perikanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor pangan.Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya laut yang sangat besar. Dengan di apit oleh dua benua dan dua


(17)

3

samudra menjadikan Indonesia mempunyai keuntungan didalam pemenuhan sumber daya laut atau perikanan, ini menyebabkan produk perikanan menjadi andalan ekspor Indonesia. Sub sektor perikanan sendiri merupakan sub sektor dari sektor pertanian yang memberikan andil yang besar didalam kegiatan ekspor. Ekspor perikanan termasuk kedalam ekpor non migas.Ekspor non migas menjadi ekspor yang mempunyai perhatian yang lebih dari ekpor migas itu dikarenakan Indonesia memasuki pasar perdagangan bebas yang menyebabkan peranan sektor non migas dapat mengambil peran yang cukup signifikan terhadap ekspor Indonesia (Pramono Hariadi dalam Pramana,2013)

Bali merupakan salah satu provinsi yang melakukan kegiatan ekspor di Indonesia. Provinsi Bali sendiri tidak melakukan ekspor migas, ini dikarenaka tidak adanya komoditi yang diekspor dalam bentuk migas dari Provinsi Bali, ini mengakibatkan Provinsi Bali akan memfokuskan pada ekspor non migas (Sonia,2015). Dengan lebih memfokuskan pada ekspor non migas Provinsi Bali akan mendapatkan devisa dari kegiatan perdagangan luar negeri yang akan digunakan untuk pembangunan daerah sendiri (Ignatia dan Yunita dalam Sonia, 2015).

Tabel 1.1 menjelaskan perkembangan nilai ekspor non migas Provinsi Bali dari tahun 2000 sampai tahun 2013 dengan perkembangan rata-rata 1.68 persen. Pada tahun 2001 terjadi perkembangan nilai ekspor terbesar yakni sebesar 20.03 persen dengan nilai 460.437.567,7 US$. Perkembangan terendah terjadi pada tahun 2009 dengan penurunan sebesar -9.26 persen dengan nilai 502.541.826,1 US$.


(18)

4

Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Bali Tahun 2000-2013

Tahun Nilai Ekspor Non Migas (US$)

Perkembangan (%)

2000 406985133.9

2001 383615721 -5.74

2002 460437567.7 20.03

2003 490969090.7 6.63

2004 498969473.2 1.63

2005 458410714.7 -8.13

2006 458789262.7 0.08

2007 504066358.2 9.87

2008 553832346.5 9.87

2009 502541826.1 -9.26

2010 519912506.9 3.46

2011 497864362.1 -4.24

2012 481838888.2 -3.22

2013 486063655.4 0.88

Perkembangan Rata-Rata 1.68

Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2000-2013 (data diolah)

Menyadari ekspor migas tidak memberi andil yang cukup terhadap perkembangan ekspor, pemerintah selaku pemegang kekuasaan melakukan berbagai cara untuk mendorong ekspor non migas agar dapat menciptakan iklim ekonomi secara berkesinambungan. Salah satu cara tersebut adalah dengan ekspor hasil laut (Rhesyawan, 2013). Ekspor Provinsi Bali yang merupakan ekspor non migas dapat digolongkan ke beberapa sektor diantaranya hasil kerajinan, hasil industri, hasil pertanian dan hasil perkebunan. Komoditas hasil pertanian dapat diklasifikasikan kebeberapa sub sektor diantaranya komoditas hasil pertanian berupa buah-buahan dan juga hasil perikanan. Berikut dapat dijelaskan tentang komoditas hasil perikanan yang diekspor oleh Provinsi Bali.


(19)

5

Tabel 1.2 Realisasi Nilai Ekspor (US$) Komoditi Perikanan Provinsi Bali Tahun 2010-2013

Komoditas ekspor

Tahun

2010 2011 2012 2013

Ikan Tuna 21.325.080,00 83.029.888,18 83.254.893,78 76.805.343,04 Ikan Kerapu 2.408.820,00 10.254.480,53 9.795.075,67 10.644.327,04 Ikan Kakap 2.012.491,27 1.949.341,47 5.820.566,54 6.648.083,12 Ikan Hias

Hidup

1.083.232,58 1.482.561,02 2.654.546,69 3.407.952,93 Lobster 485.380,03 522.765,22 880.037,96 1.479.864,90

Kepiting 22208 23.055,50 141.810,67 601631

Sirip Ikan Hiu 0 0 578.765,63 150.906,80

Rumput Laut 2.280,00 15.720,00 0 0

Ikan Lainnya 5.335.323,85 4.861.502,37 9.629.190,16 15.561.163,84 Sumber : Disperindag Provinsi Bali Tahun 2010-2013

Dapat dilihat pada tabel 1.2 tentang realisasi ekspor komoditi perikanan Provinsi Bali tahun 2010-2013, ekspor perikanan mempunyai sembilan komoditas utama antara lain (1)Ikan Tuna (2) Ikan Kerapu (3) Ikan Kakap (4) Ikan Hias Hidup (5) Lobster (6)Kepiting (7) Sirip Ikan Hiu (8) Rumput Laut (9) Ikan Lainnya . Dapat diketahui ekspor terbesar terdapat pada ekspor komoditas ikan tuna. Kepiting sendiri terdapat pada posisi ke enam dengan ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan nilai ekspor 141.810,67 US$. Kepiting merupakan komoditi yang mendapatkan permintaan yang cenderung meningkat sepanjang tahun 2000-2013. Hal ini disebabkan salah satunya karena peralihan konsumsi dari sup ikan hiu yang mendapatkan kecaman negative, yang sekarang konsumen beralih mengkonsumsi sup kepiting (Tempo, 2015). Kepiting juga menjadi


(20)

6

primadona sebagai hidangan di hotel dan restaurant di luar negeri maupun di dalam negeri.

Tabel 1.3 Produksi Kepiting Provinsi Bali

Tahun Jumlah Produksi (ton)

2003 544,1

2004 44,3

2005 13,3

2010 0,1

2011 7,2

2012 0,4

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2000-2013

Dapat diketahui pada tabel 1.3 mengenai produksi kepiting Provinsi Bali berdasarkan hasil budidaya dan tangkap. Angka yang terdapat pada tabel merupakan angka yang tercatat di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali.Pada tabel 1.3 hasil tangkap kepiting Provinsi Bali sangat tidak menentu, hanya enam tahun mendapatkan produksi kepiting. Faktor musim menjadi penyebab produksi tangkap kepiting yang tidak menentu. Namun ekspor kepiting Provinsi Bali lebih besar dari produksinya, hal ini disebabkan karena hasil produksi kepiting dari luar Provinsi Bali dikumpulkan terlebih dahulu sebelum diekspor melalui pelabuhan ekspor yang ada di Provinsi Bali. Produksi berdasarkan hasil budidaya belum ada yang dapat tercatat, ini disebabkan karena hasil budidaya kepiting Provinsi Bali masih sangat rendah.

Pada tabel 1.4 dapat diketahui nilai ekspor kepiting dari tahun 2000 sampai tahun 2013 dengan rata-rata perkembangan 111,367 persen. Nilai


(21)

7

perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan perkembangan sebesar 515,084 persen dengan nilai 141810.67US$ yang merupakan perkembangan yang sangat drastis sepanjang tahun 2000 sampai tahun 2013. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2002 dengan penurunan sebesar minus 87,22 persen dengan nilai 63301.58US$.

Tabel 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013

Tahun Nilai

(US$)

Perkembangan %

2000 424478.99 -

2001 495434.34 16.72

2002 63301.58 -87,22

2003 36842.97 -41.80

2004 217703.29 490.90

2005 145787.26 -33.03

2006 193693.79 32.86

2007 235495.92 21.58

2008 627284.84 166.36

2009 163090.79 -74.00

2010 22208.00 -86.38

2011 23055.50 3.87

2012 141810.67 515.084

2013 601631.00 324.24

Perkembangan Rata-Rata 111.367

Sumber: Disperindag Provinsi Bali, 2000-2013 (data diolah)

Penurunan nilai ekspor kepiting lebih disebabkan karena nelayan yang mencari kepiting, tangkapannya masih kurang dan juga disebabkan karena hasil produksi kepiting lebih diserap oleh pasaran lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada restoran dan hotel yang ada di Bali. Ekspor kepiting Provinsi Bali masih bisa ditingkatkan, karena pasaran luar negeri yang menjanjikan terutama ekspor ke negara Jepang, namun produksi dari komoditas kepiting itu masih


(22)

8

sangat terbatas (Siregar dalam Antara Bali,2015). Ekspor yang berfluktuasi juga disebabkan oleh beberapa hal antara lain pendapatan, investasi dan juga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat(Ngouhouo dan Makolle 2013).

Daya saing suatu produk dari daerah atau negara sangat bergantung pada kemampuan daerah tersebut untuk berinovasi dalam mengembangkan produk yang dimiliki (Astrini,2015). Kemampuan untuk menjadikan suatu produk mempunyai daya saing dapat dilihat dari keunggulan yang dimiliki oleh komoditi tersebut (Nopirin dalam Astrini,2015). Dalam pengutamaan sektor atau komoditi olahan, hal yang dapat menjadikan komoditi menjadi unggulan ekspor dengan melihat faktor utama yaitu keunggulan komparatif berupa ketersediaan suatu sumber daya alam yang melimpah pada daerah tersebut. Komoditas tersebut akan dijadikan sektor unggulan yang dikonsumsi pasar luar negeri melalui kegiatan ekspor.

Kepiting merupakan hewan yang memiliki sepuluh kaki, dua kaki depannya disebut capit yang sering digunakan untuk melindungi diri maupun untuk mencari makanan. Kaki yang paling belakang berbentuk pipih yang digunkan untuk berenang (Alam ikan, 2001). Kepiting memiliki berbagai manfaat yang dapat ditemukan pada daging kepiting, antara lain daging kepitingn tidak mengandung lemak jenuh yang merupakan sumber dari niacin, folate, pottassium, sumber protein, vitamin B12, phosphorous, zinc, copper, dan selenium yang sangat baik untuk tubuh (Hazemi, 2013)


(23)

9

Dalam melakukan perdagangan internasional dibutuhkan alat tukar-menukar berupa uang atau yang sering disebut kurs valuta asing. Kurs merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekspor (Dolatti, 2011). Dalam kegiatan ekspor dan impor kurs mempunyai peranan yang sangat penting, kurs yang umum digunakan adalah kurs dollar Amerika Serikat, ini diakibatkan karena nilai kurs dollar Amerika Serikat dianggap lebih stabil. Secara teori apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri ini akan menyebabkan kenaikan ekapor dan penurunan impor, begitu juga sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri atau mata uang dalam negeri melemah maka akan menyebabkan penurunan kegiatan ekspor (Sukirno, 2000:319).

Tabel 1.5 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 2000-2013

Tahun Kurs Dollar AS

(RP/US$)

Perkembangan (%)

2000 9.595 -

2001 10.266 6.99

2002 8.940 -12.91

2003 8.465 -5.31

2004 9.290 9.74

2005 9.830 5.81

2006 9419 -4.18

2007 9020 -4.23

2008 10.950 21.39

2009 9.400 -14.15

2010 8.991 -4.35

2011 9.068 0.85

2012 9.400 3.66

2013 12.171 29.47

Rata-rata Perkembangan 2.52


(24)

10

Berdasarkan tabel 1.5 dapat kita ketahui perkembangan nilai kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dengan rata-rata sebesar 2,52 persen pertahun sejak tahun 2000 sampai tahun 2013. Pada tahun 2001 kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah sebesar Rp 10.266 per US$. Setelah tahun 2001 yaitu sejak tahun 2002 kurs rupiah terhadap dollar relative lebih stabil walaupun melemah kembali pada tahun 2008 sebesar Rp 10.950 per US$ yang diakibatkan terjadinya krisis global pada saat itu. Walaupun demikian setelah tahun 2008 kurs rupiah terhadap dollar mengalami penguatan kembali yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 sebesar Rp 9.400 per US$ pada tahun 2009 dan Rp 8.991 per US$ pada tahun 2010. Namun akibat masih adanya krisis global yang melanda perekonomian dunia nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah kembali secra berturut-turut menjadi Rp 9.068 per US$ pada tahun 2011, Rp 9.400 per US$ pada tahun 2012 dan yang terakhir sebesar Rp 12.171 per US$ pada tahun 2013.

Selain kurs valuta asing, inflasi juga mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi ekspor komoditi kepiting Provinsi Bali. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang yang terjadi secara terus-menerus. Jika inflasi yang terjadi pada suatu negara terus meningkat akan menyebabkan kenaikan maka harga barang dalam negeri akan mengalami kenaikan (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2008). Terjadinya kenaikan inflasi secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya kenaikan hargabarang ekspor yang semakin tinggi. Kenaikan yang terjadi akan menyebabkan kesulitan yang dialami eksportir didalam melakukan kegiatan ekspor, karena didalam melakukan ekspor


(25)

11

diperlukan biaya yang tinggi dan menyebabkan kegiatan ekspor akan menurun. Dengan kata lain semakin tinggi inflasi yang terjadi maka akan mengurangi nilai ekspor kepiting.

Berikut merupakan tingkatinflasi yang terjadi di Provinsi Bali yang dapat dilihat pada tabel 1.6. Pada tabel 1.6 dapat diketahui tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2002 dengan tingkat inflasi tertinggi sebesar 12.49 persen. Tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat inflasi sebesar 3,75 persen.

Tabel 1.6 Tingkat Inflasi Provinsi Bali Tahun 2000-2013

Tahun Tingkat Inflasi

(%)

Perkembangan (%)

2000 9.81 -

2001 11.52 17.43

2002 12.49 8.42

2003 4.56 -63.49

2004 5.97 30.92

2005 11.31 89.44

2006 5.91 -47.74

2007 4.30 -27.24

2008 9.82 128.37

2009 4.37 -55.49

2010 8.10 85.35

2011 3.75 -53.70

2012 4.71 25.6

2013 7.38 56.68

Perkembangan Rata-Rata 14.97

Sumber : BPS,2014 (data diolah)

Selain tingkat inflasi, harga juga menentukan naik turunnya volume dan nilai ekspor kepiting Provinsi Bali. Dalam teori penawaran dijelaskan bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka semakin tinggi juga penawaran suatu barang, dan sebaliknya semakin rendah suatu barang maka semakin rendah juga


(26)

12

penawaran yang dilakukan pada suatu barang (Sukirno, 2002:87). Harga ekspor suatu produk dipengaruhi oleh adanya permintaan dan juga penawaran. Berikut merupakan perkembangan harga ekspor kepiting Provinsi Bali.

Tabel 1.7 Perkembangan Harga Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013

Tahun Harga

(US$/kg)

Perkembangan (%)

2000 1.76 -

2001 1.61 -8.52

2002 3.27 103.11

2003 7.57 112.04

2004 5.99 -20.87

2005 3.93 -34.39

2006 4.05 3.05

2007 4.83 19.25

2008 4.94 2.27

2009 4.16 -15.79

2010 1.08 -74.04

2011 2.62 142.59

2012 2.95 12.59

2013 4.56 54.57

Perkembangan Rata-Rata 22.76

Sumber : Disperindag Provinsi Bali (data diolah), 2015

Berdasarkan tabel 1.7 dapat diketahui harga ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013 dengan rata-rata sebesar 17,86 persen. Harga ekspor kepiting terbesar terjadi pada tahun 2003 dengan harga 7,57 US$/kg yang mengalami perkembangan sebesar 112.04 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2002 dengan harga 3,27 US$/kg. Harga terendah terjadi pada tahun 2010 dengan harga 1,08 US$/kg.


(27)

13

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Daya Saing komoditi kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013?

2. Apakah kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013?

3. Bagaimana kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013?

4. Variabel bebas manakah yang paling dominan diantara kurs dollar AS, inflasi, dan harga terhadap volume ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Daya Saing komoditi kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013

2. Untuk mengetahui kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013

3. Untuk mengetahui kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013


(28)

14

4. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan diantara kurs dollar AS, inflasi, dan harga terhadap volume ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013.

1.4 Kegunaan penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya bahan pustaka yang sudah ada baik sebagai pelengkap maupun sebagai perbandingan.

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam perdagangan internasional baik itu ekspor maupun impor.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadilima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan juga sistematika penelitian.


(29)

15

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai teori dan konsep yang digunakan untuk mendukung permasalahan yang didapat yaitu teori perdagangan internasional, konsep kurs valuta asing, konsep inflasi dan juga harga. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga hipotesis pada penelitian ini

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskanmengenai metode penelitian apa saja yang digunakan pada penelitian ini yang berupa desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IVPEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab ini dijelaskan hasil perhitungan indeks RCA, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, uji f, uji t, dan standardized coefficient beta.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang berasal dari kesimpulan penelitian.


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori perdagangan internasional

Perdagangan merupakan kegiatan tukar menukar yang dilakukan secara sukarela tanpa adanya paksaaan dari pihak lainnya. Perdagangan akan menguntungkan semua pihak yang terlibat di dalam perdagangan tersebut atau dalam kata lain suatu perdagngan tidak akan menyebabkan kerugian pada satu pihak. Dalam melakukan perdagangan internasional setiap negara mempunyai potensi untuk meningkatkan standar hidup yang akan dirasakan oleh setiap penduduknya (Schumacher, 2013). Teori perdagangan internasional membantu dalam menjelaskan arah dan juga komposisi suatu perdagangan yang terjadi antar negara serta hasil yang didapat terhadap struktur perekonomian suatu negara. Teori ini juga menjelaskan tentang keuntungan yang didapat saat terjadinya perdagangan internasional. Perdagangan internasional juga dapat diartikan sebagai perdagangan antara lintas negara yang mengacu terhadap ekspor dan juga impor berupa barang dan jasa (Tambunan,2001 : 196). Nopirin (2012 : 26) menjelaskan perdagangan yang terjadi antar negara akan timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan dan juga penawaran. Perbedaan permintaan terjadi karena adanya perbedaan selera dan pendapatan, sedangkan perbedaan penawaran terjadi karena adnya perbedaan dalam jumlah dan kualitas, faktor-faktor produksi, eksternalitas dan juga faktor-faktor produksi.


(31)

Jadi perdagangan internasional merupakan kegiatan yang mengkhususkan ekspor dan juga impor yang memberikan keuntungan pada negara yang melakukan perdagangan tersebut. Suatu perdagangan dibedakan menjadi dua yaitu perdagangan jasa dan perdagangan barang. Perdagangan internasional dibedakan menjadi 3 kelompok (Hamdy,2001 : 24), antara lain :

1) Teori Pra Klasik (Merkantilisme)

Merkantilisme merupakan filosofi ekonomi pada abad ke enam belas yang mempunyai pendapat bahwa kepemilikan emas dan perak menjadi tolak ukur untuk menentukan kekayaan yang dimiliki oleh suatu negara. Bagi kaum merkantilisme perdagangan internasional merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara.Tujuan dari penganut meerkantilisme dalam suatu negara adalah dengan meningkatkan ekspor sebesar-besarnya dan mencegah adanya impor

2) Teori Klasik

(1) Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith seorang ahli ekonomi yang berasal dari skotlandia yang dianggap sebagai bapak ilmu ekonomi pasar bebas. Dalam teorinya Smith menganjurkan perdagangan bebas yang dilakukan diantara negara digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kekayaan suatu negara yang melakukan perdagangan. Setiap negara dianjurkan untuk melakukan spesialisasi dalam komoditi yang mempunyai keunggulan absolute dan mengimpor komoditi yang


(32)

tidak mempunyai keunggulan absolute. Spesialisasi yang dilakukan suatu negara dapat menghasilkan pertambahan produksi di dunia yang dapat dimanfaatkan oleh semua negara yang melakukan perdagangan. Sehingga semua negara mendapatkan keuntungan secara serempak.

(2) Teori Keungulan Komparative (Comparative Advantage Theory)

Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo seorang pakar ekonomi pada abad ke sembilan belas, teori ini merupakan kritikan dari teori Adam Smith (Teori Keunggulan Mutlak). Dalam teorinya David Ricardo memaparkan bahwa suatu negara harus mengekspor barang dan jasa yang lebih banyak bila dibandingkan dengan negara lain dan mengimpor barang dan jasa yang dimiliki oleh negara lain dengan catatan, barang dan jasa yang dimiliki suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhan di dalam suatu negara. Teori ini juga didasarkan pada nilai tenaga kerja yaitu nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi barang tersebut.

(3) Teori Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Michae E. Porter tahun 1990 dalam bukunya yang berjudul “The Competitives Advantage of Nation”. Dalam bukunya Porter menjelaskan terdapat empat elemen yang dapat membentuk lingkungan yang dapat menciptakan kompetisi yang sedemikian rupa diantara perusahaan lokal yang mendorong terjadinya keunggulan kompetitif. Keempat elemen tersebut adalah


(33)

1. Kondisi Faktor Ekonomi 2. Kondisi Permintaan

3. Industri Terkait dan Pendukung 4. Strategi

Keempat elemen ini, baik secara sistem maupun individu dapat memeberikan efek dimana perusahaan-perusahaan dalam suatu negara dibentuk untuk dapat bersaing.

3). Teori Modern

Teori ini dikemukakan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin yang sekarang sering disebut dengan teori H-O. Pada teori kalsik lebih menitik beratkan keunggulann produktivitasnya pada tenaga kerja, sedangkan pada teori yang lebih modern menjelaskan perbedaan opportunity costantar negara lebih disebabakan karena adanya perbedaan dalam faktor produksinya.

Teori Heckscher-Ohlin menyatakan suatu negara seharusnya mengekspor barang yang mempunyai produksi yang mempergunakan faktor produksi yang melimpah dan mengimpor barang yang mempergunakan faktor produksi yang persediaanya langka.

2.1.2 Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan suatu kemampuan komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan msmpu bertahan di dalam pasar tersebut, suatu komoditi yang


(34)

dapat bersaing di dalam pasar dapat dikatakan produk tersebut mempunyai banyak peminat dari konsumen itu sendiri (Siahaan,2008)

Tingkat daya saing di perdagangan internasional mempunyai dua faktor, antara lain keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Faktor keunggulan komparatif merupakan faktor yang bersifat ilmiah sedangkan faktor keunggulan kompetitif merupakan faktor yang dapat dikembangkan atau bersifat acquired (Tambunan 2001). Bukan hanya dua faktor tersebut, tingkat daya saing pada suatu negara juga dipengaruhi dengan adanya Sustainable Competitive Advantage (SCA) atau disebut juga keunggulan daya saing yang berkelajutan. Ini terjadi dalam menghadapi tingkat daya saing global yang sangat ketat dengan seiring jalannya waktu (Hyper Competitive).

Dengan adanya Hyper Competitive setiap negara dipaksa membuat strategi yang tepat agar dapat bertahan di dalam persaingan global yang semakin ketat. Suatu strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat adalah strategi yang berintikan upaya kegiatan dan perencanaan operasinal yang terpadu, yang mengikut sertakan lingkungan internal dan juga eksternal untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang (Hamdy 2001 dalam Armawan dan Jaya,2013).

2.1.3 Konsep ekspor

Pada UU No.17 Tahun 2006 tentang kepabean, yang secara sederhana menjelaskan ekspor merupakan kegiatan mengelkuarkan barang dari daerah pabean. Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan kembali mengenai barang


(35)

ekspor dan daerah pabean. Daerah pabean merupakan seluruh daerah indonesai mulai dari darat, laut dan udara yang didalamnya berlaku ketentuan Undang-Undang yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2). Sedangkan untuk barang ekspor adalah barang yang dikeluarkan dari daerah pabean (Susilo,2013:21)

Ekspor dengan sendirinya akan meningkatakan devisa negara yang melakukan kegiatan ekspor tersebut. Devisa tersebut nantinya akan digunakan untuk pembangunan dalam negeri maupun untuk membiayai kebutuhan impor dari negara yang bersangkutan. Secara global tata cara perdaganagn internasional tidak berbeda dengan tata caraperdagangan nasional atau dalam negeri, namun dalam perdagangan internasional ada beberapa kesulitan didalam menjalankannya seperti tata cara pembayaran, politik, mata uang, bahasa dan berbagai macam hal yang menyulitkan didalam transaksi perdagangan (Wardani,2014).

Pelaksanaan ekspor setiap negara memiliki peraturan yang berbeda-beda dan dilengkapi dengan suatu ketentuan serta prosedur pelaksanaan transaksi yang khususnya dapat disesuaikaan dengan kondisi yang sedang dialami di dalam negeri (Hutabarat,1995:307). Ekspor merupakan kegiatan produksi dalam negeri yang di jual keluar negeri. Berdasarkan uraian tersebut, ekspor mencerminkan suatu kegiayan perdagangan yang dilakukan antar bangssa di dunia yang memberikan dorongan di dalam pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga negara yang berkembang dapat mencapai kemajuan perekonomian yang setara dengan negara maju.


(36)

Menurut Andi Susilo (2013:26) menyatakan tata cara ekspor yang biasa dilakukan untuk melakukan ekspor ke luar negeri, antara lain:

1) General Export

General export merupakan pelaksanaan ekspor yang terjadi secara umum, yang telah terjadi suatu kesepakatan antara negara eksportir dengan negara importir yang nantinya barang tersebut akan dikirim ke negara importir dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Barter

Barter merupakan pengiriman yang dilakukan keluar negeri yang akan ditukarkan dengan barang yang dibutuhkan atau barang yang langka didalam negeri. Dalam kegiatan barter ini ekspotir tidak menerimapembayaran dalam bentuk jasa melainkan dalam bentuk barang yang dapat dijual di dalam negeri.

2.1.4Nilai Tukar (Kurs)

Didalam kegiatan ekspor dan impor diperlukan alat tukar untuk melakukan transaksi. Bagi negara yang melakukan transaksi dalam negeri, maka mata uang yang digunakan adalah mata uang negara itu sendiri. Dalam kegiatan ekspor dan impor mata uang asing yang digunakan adalah mata uang luar negeri yang telah disetujui oleh kedua negara tersebut. Hamdy (2001 : 24) menjelaskan valuta asing atau foreighn exchange (forex) dapat diartikan sebagai mata uang asing dan juga sebagai alat pembayaran lainnya yang digunakan dalam melakukan dan


(37)

membiayai transaksi ekonomi internasional yang biasanya memiliki catatan kurs resmi yang terdapat pada Bank Sentral.

Terdapat dua istilah untuk menentukan mata uang asing yang digunakan dalam alat pembayaran antara lain hard currency dan soft currency. Hard currency merupakan mata uang asing yang sering digunakan dalam kegiatan pembayaran dan juga kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan kesatuan internasional. Mata uang ini biasanya memiliki nilai mata uang yang stabil dan terkadang bisa mengalami apresiasi atau mengalami kenaikan terhadap mata uang lainnya. Soft currency merupakan mata uang yangbersifat lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran karena nilainya yang tidak stabil dan juga sering mengalami depresiasi atau penurunan terhadap mata uang lainnya (Hamdy, 2001 : 24).

Sifat pasar sangat menentukan dari sifat kurs valuta asing. Bila transaksi jual beli kurs valuta asing dilakukan secara bebas, maka nilai kurs valuta asing akan berubah-ubah yang ditentukan oleh adanya kegiatan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah didalam suatu negara melakukan stabilisasi kurs tetapi tidak melakukan transaksi swasta, maka yang terjadi adalah kurs akan berubah-ubah pada batas yang kecil walaupun batas yang kecil tersebut dapat diubah pada waktu-waktu tertentu. Pemerintah dapat menguasai sepenuhnya transaksi dari kurs valuta asing, di dalam kegiatan ini permintaan dan penawaran tidak mempengaruhi kurs valuta asing, system ini sering disebut dengan exchange control (Nopirin, 2012 : 147)


(38)

Kurs (exchange rate) yang terjadi diantara dua negara merupakan tingkat harga yang telah disepakati oleh kedua penduduk dari suatu negara yang ingin digunakan dalam suatu kegiatan transaksi maupun perdagangan (Mankiw, 2006 : 128). Mankiw membagi kurs menjadi dua, antara lain :

1) Kurs Nominal

Merupakan harga yang relatif dari mata uang dua negara. Kurs ini disebut juga dengan tingkat dimana semua orang memperdagangkan mata uang suatu negara untuk mata uang negara lain. Kurs nominal dapat ditentuka oleh adaya kurs riil dan juga tingkat harga di dua negara, dengan asumsi yang lain tetap sama dan tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan depresiasi mata uang.

2) Kurs Riil

Merupakan harga relatif dari barang-barang diantara dua negara, kurs riil ini dapat menyatakan tingkat dimana kita menjual atau memperdagangkan suatu barang dari suatu negara. Karena kurs riil adalah harga barang domestik yang relatif terhadap barang luar negeri maka apresiasi kurs riil dapat menyebabkan kecenderungan dapat mengurangi ekspor neto.

2.1.5Hubungan Kurs dengan Ekspor

Apabila nilai kurs mata uang dalam suatu negara melemah akan menyebabkan nilai kurs mata uang asing akan meningkat. Diasumsikan kurs mata uang yang digunakan adalah kurs dollar Amerika Serikat yang meningkat, ini akan meningkatakan ekspor dan impor menurun. Dengan peningkatan kurs dollar


(39)

Amerika Serikat maka konsumen diluar negeri dapat mempunyai kesempatan dalam membelibarang yang lebih banyak. Ini artinya kurs dollar amerika serikat memiliki hubungan yang searah dengan ekspor. Digunakannya Kurs Dollar Amerika Serikat dikarenakan Kurs Dollar Amerika Serikat merupakaan mata uang internasional yang dapat digunakan pada setiap negara (Saunders dan Schumacher, 2002). Apabila kurs dollar Amerika Serikat meningkat akan menyebabkan kenaikan yang sama terhadap ekspor (Sukirno,2000 : 319).Kurs mempunyai peran yang sangat berpengaruh terhadap ekspor semakin kurs meningkat akan meningkatkan juga nilai ekspor pada suatu komoditi tertentu yang akan diekspor oleh suatu negara (Abolagba, 2010).

Variabel kurs merupakan variabel yang berpengaruh terhadap stabilitas makro ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang positif yang dapat mempengaruhi ekspor (Khan et al, 2008).Dalam penelitian Ilegbinosa et al. (2012) megatakan bahwa kurs memiliki hubungan yang positif terhadap kegiatan ekspor pada suatu negara. Ni Luh Sri Martha Ayuningsih (2014) menyatakan dalam penelitiannya kurs dollar amerika serikat memiliki hubungan yang positifdan signifikan terhadap ekspor. Jadi antara kurs dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang positif.

2.1.6 Inflasi

Inflasi adalah suatu peristiwan pada bidang moneter yang sering kali di alami pada setiap negara(Mahendra, 2015).Inflasi merupakan kejadian diman harga barang dan jasa mengalami kenaikan yang terjadi secara terus


(40)

menerus.Inflasi dapat juga dikatakan sebagai penentu kondisi pada ekonomi suatu negara, negara yang terkena inflasi akan kesulitan dalam melakukan kegiatan produksi di negara tersebut (Totonchi, 2011). Menurut Boediono (1994 : 97) inflasi dapat diartikan dengan kenaikan harga suatu barang ataupun harga jasa yang berlangsung secara terus menerus dan kenaikan terjadi secara umum, akan tetapi kenaikan satu atau dua barang belum tentu dikatakan sebagai inflasi kecuali kenaikan harga tersebut mempengaruhi harga barang lain secara luas.

Inflasi yang terjadi pada suatu negara dapat disebabkan oleh beberapa hal. Yang pertama inflasi terjadi karena permintaan terhadap suatu barang maupun jasa, naik lebih cepat dibandingkan dengan dengan tingkat output full employment, kenaikan dari suatu permintaan total menyebabkan terjadinya inflasi, inflasi yang disebabkan hal tersebut sering disebut excess demand inflation. Yang kedua Cost Push Inflation merupakan inflasi yang terjadi akibat adanya banyak golongan yang terdapat di dalam masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memaksa kanaikan tingkat upah atau gaji serta harga. Inflasi ini juga terjadi akibat karena biaya produksi, yang sering ditandai dengan turunnya produksi dan terjadi kenaikan harga.

Menurut Nopirin (1999 : 27) inflasi dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkatan, antara lain :

1) Inflasi merayap (creeping inflation) inflasi ini terjadi pada jangka waktu yang lama, laju inflasinya rendah dengan persentase yang kecil yang berjalan dengan lambat


(41)

2) Inflasi menengah (galloping inflation) inflasi ini biasanya terjadi pada waktu yang pendek, biasanya ditandai dengan kenaikan harga yang cukup tinggi, dan juga inflasi ini memiliki sifat akselerasi

3) Inlasi tinggi (hyper inflation) inflasi ini merupakan inflasi yang paling ditakuti karena inflasi ini akan menyebabkan kenaikan harga hingga lima kali lipat. Keinginan masyarakat untuk menyimpan uang akan berkurang secara drastis. Dalam kejadian ini pemerintah akan mendapatkan suntikan dana dengan cara mencetak uang.

Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat, menurut Boediono (1994 : 98) inflasi dapat dibedakan menjadi empat tingkat antara lain:

1) Inflasi ringan ( dibawah 10 persen per tahun)

2) Inflasi sedang (antara 10 persen hingga 30 persen per tahun) 3) Inflasi berat (antara 30 persen hingga 100 persen per tahun) 4) Hyper inflation (diatas 100 persen per tahun)

2.1.7Hubungan inflasi dengan ekspor

Gylfason (1999) menyatakan naik turunnya inflasi akan mempengaruhi terhadap seluruh kegiatan disuatu negara termasuk ekspor.Inflasi yang terjadi pada suatu negara menyebabkan harga barang-barang akan meningkat. Jika terjadi inflasi disuatu negara maka produk yang diproduksi oleh negara tersebut tidak dapat bersaing. Hal ini disebabkan karena meningkatnya harga produksi didalam negeri yang menyebabkan produsen tidak mampu berproduksi maksimal(Wardhana, 2011). Barang yang diproduksi pada suatu negara akan


(42)

tidak dapat bersaing karena kenaikan harga dan menurunkan nilai ekspor. Sebaliknya karena harga dalam negeri terus meningkat akan menyebabkan harga produk impor menjadi lebih murah, ini akan menyebabkan kegiatan ekspor akan menurun sedangkan impor akan meningkat. Inflasi yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan naiknya harga barang termasuk komponen-komponen ekspor, dalam penelitian ini dapat terjadi pada beberapa hal seperti packing maupun biaya transport untuk melakukan ekspor kepiting. Naiknya pengeluaran untuk produksi akan menyebabkan para produsen mengalami penurunan produksi, tentu saja ini akan mempengaruhi nilai ekspor suatu komoditi (Raharja dan Manurung, 2004 : 319). Inflasi juga mempunyai dampak buruk terhadap pengusaha yang melakuakan ekspor, karena pengusaha akan mendapatkan resiko bila terjadi kenaikan terhadap pajak ataupun biaya yang lain untuk melakukan produksi dan juga ekspor (Muller, 2002). Ismail et al (2010) menyebutkan bahwa inflasi di negara pakistan memiliki hubungan yang negatifterhadap pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut. Sehingga terjadi hubungan yang negatif antara inflasi dengan ekspor.

2.1.8 Harga

Sukirno (2012 : 85) menjelaskan bahwa hukum penawaran merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan bagaimana terdapat kesinambungan tentang sifat yang menghubungkan antara harga dari suatu barang yang ditawarkan dengan jumlah barang yang akan ditawarkan oleh penjual. Di dalam hukum ini menyatakan bagaimana keinginan penjual di dalam menawarkan barangnya apabila mendapatkan harga yang tinggi dan bagaimana keinginan penjual


(43)

didalam menawarkan barangnya apabila mendapatkan harga yang rendah. Menurut Prascoyo (2006:85) menyebutkan bahwa penawaran merupakan suatu kesediaan pedagang menjual suatu produk pada saat atau waktu tertentu dengan berbagai tingkat harga.

Keinginan penjual menwarkan barangnya ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

1) Harga barang itu sendiri. 2) Harga barang-barang lain. 3) Biaya produksi.

4) Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut. 5) Tingkat teknologi yang digunakan.

Hukum penawaran sejatinya menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit barang yang akan ditawarkan.

2.1.9 Hubungan antara harga dengan ekspor

Teori penawaran merupakan hubungan dari harga dengan jumlah barang yang akan ditawarkan. Dalam perdagangan internasional volume ekspor merupakan jumlah barang yang ditawarkan. Semakin tinggi harga ekspor suatu barang maka semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan dan semakin rendah harga ekspor suatu barang maka semakin sedikit barang yang ditawarkan(Sukirno, 2002 : 86). Dalam penelitian Dermonti dkk (2014) menyebutkan terdapat


(44)

hubungan yang signifikan dan positif terhadap hubungan antara harga dengan ekspor.Jadi antara harga dengan ekspor mempunyai hubungan yang positif.

2.2 Hipotesis

Berdasarkan pokok masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Kurs dollar AS, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013. 2. Secara parsial kurs dolar dan harga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ekspor komoditas kepiting di Provinsi Bali sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor kepiting di Provinsi Bali tahun 2000-2013


(1)

Amerika Serikat maka konsumen diluar negeri dapat mempunyai kesempatan dalam membelibarang yang lebih banyak. Ini artinya kurs dollar amerika serikat memiliki hubungan yang searah dengan ekspor. Digunakannya Kurs Dollar Amerika Serikat dikarenakan Kurs Dollar Amerika Serikat merupakaan mata uang internasional yang dapat digunakan pada setiap negara (Saunders dan Schumacher, 2002). Apabila kurs dollar Amerika Serikat meningkat akan menyebabkan kenaikan yang sama terhadap ekspor (Sukirno,2000 : 319).Kurs mempunyai peran yang sangat berpengaruh terhadap ekspor semakin kurs meningkat akan meningkatkan juga nilai ekspor pada suatu komoditi tertentu yang akan diekspor oleh suatu negara (Abolagba, 2010).

Variabel kurs merupakan variabel yang berpengaruh terhadap stabilitas makro ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang positif yang dapat mempengaruhi ekspor (Khan et al, 2008).Dalam penelitian Ilegbinosa et al. (2012) megatakan bahwa kurs memiliki hubungan yang positif terhadap kegiatan ekspor pada suatu negara. Ni Luh Sri Martha Ayuningsih (2014) menyatakan dalam penelitiannya kurs dollar amerika serikat memiliki hubungan yang positifdan signifikan terhadap ekspor. Jadi antara kurs dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang positif.

2.1.6 Inflasi

Inflasi adalah suatu peristiwan pada bidang moneter yang sering kali di alami pada setiap negara(Mahendra, 2015).Inflasi merupakan kejadian diman harga barang dan jasa mengalami kenaikan yang terjadi secara terus


(2)

menerus.Inflasi dapat juga dikatakan sebagai penentu kondisi pada ekonomi suatu negara, negara yang terkena inflasi akan kesulitan dalam melakukan kegiatan produksi di negara tersebut (Totonchi, 2011). Menurut Boediono (1994 : 97) inflasi dapat diartikan dengan kenaikan harga suatu barang ataupun harga jasa yang berlangsung secara terus menerus dan kenaikan terjadi secara umum, akan tetapi kenaikan satu atau dua barang belum tentu dikatakan sebagai inflasi kecuali kenaikan harga tersebut mempengaruhi harga barang lain secara luas.

Inflasi yang terjadi pada suatu negara dapat disebabkan oleh beberapa hal. Yang pertama inflasi terjadi karena permintaan terhadap suatu barang maupun jasa, naik lebih cepat dibandingkan dengan dengan tingkat output full employment, kenaikan dari suatu permintaan total menyebabkan terjadinya inflasi, inflasi yang disebabkan hal tersebut sering disebut excess demand inflation. Yang kedua Cost Push Inflation merupakan inflasi yang terjadi akibat adanya banyak golongan yang terdapat di dalam masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memaksa kanaikan tingkat upah atau gaji serta harga. Inflasi ini juga terjadi akibat karena biaya produksi, yang sering ditandai dengan turunnya produksi dan terjadi kenaikan harga.

Menurut Nopirin (1999 : 27) inflasi dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkatan, antara lain :

1) Inflasi merayap (creeping inflation) inflasi ini terjadi pada jangka waktu yang lama, laju inflasinya rendah dengan persentase yang kecil yang berjalan dengan lambat


(3)

2) Inflasi menengah (galloping inflation) inflasi ini biasanya terjadi pada waktu yang pendek, biasanya ditandai dengan kenaikan harga yang cukup tinggi, dan juga inflasi ini memiliki sifat akselerasi

3) Inlasi tinggi (hyper inflation) inflasi ini merupakan inflasi yang paling ditakuti karena inflasi ini akan menyebabkan kenaikan harga hingga lima kali lipat. Keinginan masyarakat untuk menyimpan uang akan berkurang secara drastis. Dalam kejadian ini pemerintah akan mendapatkan suntikan dana dengan cara mencetak uang.

Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat, menurut Boediono (1994 : 98) inflasi dapat dibedakan menjadi empat tingkat antara lain:

1) Inflasi ringan ( dibawah 10 persen per tahun)

2) Inflasi sedang (antara 10 persen hingga 30 persen per tahun) 3) Inflasi berat (antara 30 persen hingga 100 persen per tahun) 4) Hyper inflation (diatas 100 persen per tahun)

2.1.7Hubungan inflasi dengan ekspor

Gylfason (1999) menyatakan naik turunnya inflasi akan mempengaruhi terhadap seluruh kegiatan disuatu negara termasuk ekspor.Inflasi yang terjadi pada suatu negara menyebabkan harga barang-barang akan meningkat. Jika terjadi inflasi disuatu negara maka produk yang diproduksi oleh negara tersebut tidak dapat bersaing. Hal ini disebabkan karena meningkatnya harga produksi didalam negeri yang menyebabkan produsen tidak mampu berproduksi maksimal(Wardhana, 2011). Barang yang diproduksi pada suatu negara akan


(4)

tidak dapat bersaing karena kenaikan harga dan menurunkan nilai ekspor. Sebaliknya karena harga dalam negeri terus meningkat akan menyebabkan harga produk impor menjadi lebih murah, ini akan menyebabkan kegiatan ekspor akan menurun sedangkan impor akan meningkat. Inflasi yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan naiknya harga barang termasuk komponen-komponen ekspor, dalam penelitian ini dapat terjadi pada beberapa hal seperti packing maupun biaya transport untuk melakukan ekspor kepiting. Naiknya pengeluaran untuk produksi akan menyebabkan para produsen mengalami penurunan produksi, tentu saja ini akan mempengaruhi nilai ekspor suatu komoditi (Raharja dan Manurung, 2004 : 319). Inflasi juga mempunyai dampak buruk terhadap pengusaha yang melakuakan ekspor, karena pengusaha akan mendapatkan resiko bila terjadi kenaikan terhadap pajak ataupun biaya yang lain untuk melakukan produksi dan juga ekspor (Muller, 2002). Ismail et al (2010) menyebutkan bahwa inflasi di negara pakistan memiliki hubungan yang negatifterhadap pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut. Sehingga terjadi hubungan yang negatif antara inflasi dengan ekspor.

2.1.8 Harga

Sukirno (2012 : 85) menjelaskan bahwa hukum penawaran merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan bagaimana terdapat kesinambungan tentang sifat yang menghubungkan antara harga dari suatu barang yang ditawarkan dengan jumlah barang yang akan ditawarkan oleh penjual. Di dalam hukum ini menyatakan bagaimana keinginan penjual di dalam menawarkan barangnya apabila mendapatkan harga yang tinggi dan bagaimana keinginan penjual


(5)

didalam menawarkan barangnya apabila mendapatkan harga yang rendah. Menurut Prascoyo (2006:85) menyebutkan bahwa penawaran merupakan suatu kesediaan pedagang menjual suatu produk pada saat atau waktu tertentu dengan berbagai tingkat harga.

Keinginan penjual menwarkan barangnya ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

1) Harga barang itu sendiri. 2) Harga barang-barang lain. 3) Biaya produksi.

4) Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut. 5) Tingkat teknologi yang digunakan.

Hukum penawaran sejatinya menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit barang yang akan ditawarkan.

2.1.9 Hubungan antara harga dengan ekspor

Teori penawaran merupakan hubungan dari harga dengan jumlah barang yang akan ditawarkan. Dalam perdagangan internasional volume ekspor merupakan jumlah barang yang ditawarkan. Semakin tinggi harga ekspor suatu barang maka semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan dan semakin rendah harga ekspor suatu barang maka semakin sedikit barang yang ditawarkan(Sukirno, 2002 : 86). Dalam penelitian Dermonti dkk (2014) menyebutkan terdapat


(6)

hubungan yang signifikan dan positif terhadap hubungan antara harga dengan ekspor.Jadi antara harga dengan ekspor mempunyai hubungan yang positif.

2.2 Hipotesis

Berdasarkan pokok masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Kurs dollar AS, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013. 2. Secara parsial kurs dolar dan harga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ekspor komoditas kepiting di Provinsi Bali sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor kepiting di Provinsi Bali tahun 2000-2013