10
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II ini akan menjelaskan empat hal yaitu kajian teori, penelitian yang
relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian A.
Kajian Pustaka
Kajian teori ini berisi tentang teori-teori relevan yang berhubungan dengan tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar,
taksonomi bloom, matematika, dan kompetensi dasar. 1.
Teori-teori yang Mendukung a.
Tes Hasil Belajar
1 Definisi Tes Hasil Belajar
Basuki 2014: 22 memaparkan bahwa tes adalah alat penilaian yang sistematis, sah, dapat dipercaya dan objektif untuk
menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pengetahuan siswa terhadap materi. Trianto 2010: 264 menjelaskan bahwa tes
digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Alat penilaian tersebut bisa
berupa suatu tugas atau soal yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah yang dapat dikerjakan secara kelompok
atau secara individu. Kusaeri dan Suprananto 2012: 6 menjelaskan bahwa tes yaitu alat ukur untuk mengukur sampel
tingkah laku dari peserta tes yang berbentuk suatu pertanyaan. Sudijono 2011: 67 memaparkan bahwa tes adalah cara untuk
mengukur dan menilai pada bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian tugas dapat berupa pertanyaan-
pertanyaan, atau perintah-perintah yang diberikan kepada peserta tes, sehingga dapat mengetahui hasil prestasi peserta tes. Mardapi
2007: 67 mengemukakan bahwa tes adalah beberapa pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau beberapa pernyataan yang
membutuhkan tanggapan untuk mengukur tingkat kemampuan suatu individu yang diberikan tes tersebut melalui jawaban
terhadap beberapa pertanyaan atau tanggapan dari beberapa pernyataan. Arikunto 2013: 67 menambahkan bahwa tes
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu dengan cara dan aturan tertentu. Suwandi 2010: 39 memaparkan bahwa
tes merupakan sebuah pemberian tugas yang dikerjakan oleh siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dilihat dari
jawabannya. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat yang digunakan untuk penilaian yang
sistematis, sah, dapat dipercaya dan objektif untuk menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pengetahuan siswa terhadap
materi yang telah dipelajari. tes tersebut dapat berupa sejumlah pertanyaan untuk dijawab atau pernyataan untuk dianggapi oleh
peserta tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang melalui jawaban yang diberikannya menggunakan cara
dan aturan tertentu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan pengajaran Jihad Haris, 2008: 15. Purwanto 2009: 44 memaparkan bahwa hasil belajar digunakan untuk
mengetahui sejauh mana seseorang menguasai materi yang telah diterima. Untuk mewujudkan hasil belajar perlu dilakukan
serangkaian pengukuran yang menggunakan alat evaluasi secara tepat. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada manusia
dalam hal sikap dan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor Purwanto, 2009:45. Peneliti dapat
menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan pengajaran untuk mengetahuai penguasaan materi yang diperoleh setelah melakukan serangkaian tes.
Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah suatu alat ukur yang berfungsi melakukan
pengukuran untuk mengumpulkan data hasil belajar. Alat ukur yang digunakan untuk penilaian yang sistematis, sah, dapat
dipercaya dan objektif untuk menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pengetahuan siswa terhadap materi yang telah
dipelajari. Alat ukur yang digunakan adalah tes dan tes tersebut dapat berupa sejumlah pertanyaan untuk dijawab atau pernyataan
untuk dianggapi oleh peserta tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang melalui jawaban yang diberikannya
menggunakan cara dan aturan tertentu. Tes tersebut akan mengukur perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan proses
belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran untuk mengetahui penguasaan materi yang diperoleh setelah melakukan
serangkaian tes tersebut. 2
Jenis Tes, Kelebihan dan Kekurangan Tes Pilihan Ganda Menurut Arikunto 1999: 165 ada dua macam bentuk tes
yaitu tes uraian dan tes obyektif. Tes uraian dibedakan menjadi dua yaitu tes uraian bentuk bebas yaitu tes uraian yang jawabannya
sepenuhnya diserahkan pada peserta tes dan tes uraian bentuk terbatas yaitu tes uraian yang jawaban yang sifatnya sudah terarah.
Jenis tes obyektif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, yaitu tes benar salah, tes pilihan ganda,
menjodohkan, dan tes isian. Salah satu jenis tes yang digunakan peneliti untuk mengembangkan tes hasil belajar adalah jenis tes
pilihan ganda. Kunandar 2014: 183 memaparkan bahwa soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal stem dan pilihan jawaban
option. Mardapi 2007: 71 menjelaskan bahwa tes pilihan ganda adalah tes yang jawabannya memilih alternatif jawaban yang telah
disediakan. Bentuk soal tes pilihan ganda terdiri dari pernyataan. Alternatif jawaban mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Kunci
jawaban adalah alternatif satu jawaban yang benar, sedangkan pengecoh adalah alternatif jawaban yang salah untuk mengecoh.
Sukardi 2008: 125 memaparkan bahwa tes pilihan ganda adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jenis tes untuk mengevaluasi pengetahuan hasil belajar siswa selama satu semester. Sulistyorini 2009: 105 sependapat dengan
Mardapi dan Sukardi bahwa tes pilihan ganda ini adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa karena soal
yang dapat dimuat dalam aitem tes pilihan ganda jumlahnya lebih banyak sehingga cakupan materi yang digunakan lebih banyak
untuk menyusun soal. Tes ini terdiri dari sebuah pernyataan atau pertanyaan yang mempunyai satu jawaban benar dan beberapa
pengecoh. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa aitem tes pilihan ganda ini adalah salah satu jenis tes
obyektif yang terdiri dari sebuah pernyataan atau pertanyaan yang memiliki beberapa alternatif jawaban. Dari alternatif jawaban
tersebut terdiri dari satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh. Pengecoh dibuat mirip dengan jawaban yang benar
sehingga memungkinkan siswa untuk memilih jawaban pengecoh tersebut.
Jenis tes pilihan ganda ini juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Suwarto 2013:34 menjelaskan tentang kelebihan dan
kelemahan soal pilihan ganda. Kelebihan dari soal pilihan ganda adalah dapat dijawab dengan cepat karena jawaban yang benar
sudah tersedia dalam alternatif jawaban, dapat dikoreksi oleh siapa saja dan kapan saja karena hanya mengandung satu jawaban yang
benar, dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat menggunakan kunci jawaban. Kelemahan dari soal pilihan ganda adalah siswa
dapat memilih alternatif jawaban dengan cara menerka-nerka bila tidak tahu jawaban yang benar dan biaya yang dikeluarkan untuk
mencetak soal tes akan banyak karena jumlah soal yang dibuat dalam soal pilihan ganda cukup banyak.
Sukardi 2008: 125 menjelaskan tentang kelebihan dan kelemahan yang terdapat di aitem tes pilihan ganda. Kelebihan tes
pilihan ganda yaitu dapat mencakup banyak materi dalam pembuatan soal, jawaban siswa dapat dikoreksi secara mudah dan
cepat dengan lembar jawaban yang terpisah. Kelemahannya adalah proses penyusunan soal membutuhkan waktu yang lebih lama,
siswa dapat menjawab soal dengan hanya menerka-nerka jawaban. Sulistyorini 2009: 101 menjelaskan tentang kelebihan dan
kelemahan tes pilihan ganda. Kelebihan dari tes pilihan ganda adalah semua bahan yang diajarkan guru dapat terwakilkan pada
soal, lebih mudah dan cepat ketika mengoreksinya, pengoreksian dapat diserahkan kepada orang lain. Kelemahannya adalah proses
penyusunan soal lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama, banyak kesempatan untuk main untung-untungan, kerjasama antar
peserta tes ketika mengerjakan soal lebih terbuka. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
jenis tes pilihan ganda mempunyai banyak kelebihan, tetapi tes ini juga mempunyai beberapa kekurangan. Kelebihannya adalah siswa
dapat menjawab secara cepat dengan memilih alternatif jawaban, pengoreksian dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja
dengan melihat kunci jawaban, dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat menggunakan kunci jawaban, cakupan materi dalam
pembuatan soal lebih bervariatif. Adapun beberapa kelemahan yang dimiliki oleh tes pilihan ganda, yaitu memungkinkan siswa
untuk menebak apabila tidak tahu ketika memilih alternatif jawaban, mengeluarkan biaya yang banyak untuk mencetak soal
tes, pembuatan soal memerlukan waktu yang lebih lama, memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam pengerjaan soal.
b. Konstruksi Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang baik dikonstruksi dengan memenuhi validitas, reliabilitas dan karakteristik butir soal yaitu tingkat kesulitan,
daya beda, dan pengecoh alternatif jawaban. 1
Validitas Surapranata 2004: 50 menyatakan bahwa validitas adalah
sebuah konsep yang mempunyai hubungan dengan tingkat sejauhmana tes telah mengukur yang seharusnya diukur. Azwar
2012: 40 menambahkan bahwa validitas itu mengacu pada aspek ketepatan dan kecermatan suatu hasil pengukuran. Suwarto 2004:
94 memaparkan bahwa validitas merupakan pertimbangan yang paling utama di dalam mengembangkan dan mengevaluasi tes.
Purwanto 2009: 114 juga menjelaskan bahwa validitas berkaitan dengan kemampuan untuk mengukur secara tepat hal yang ingin
diukur. Dari pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah mengetahui seberapa jauh suatu alat ukur
mampu mengukur sesuatu yang ingin diukur dan mengacu pada aspek ketepatan dan kecermatan suatu hasil pengukuran untuk
mengembangkan soal evaluasi. Menurut Widoyoko 2014: 173 menyatakan bahwa
validitas dibedakan menjadi lima, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas butir, validitas kesejajaran, dan validitas
prediksi. Berikut penjelasan mengenai macam-macam validitas:
a Validitas isi Content Validity
Validitas isi adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar pada instrumen yang berbentuk tes. Validitas isi
digunakan untuk mengukur kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran.
b Validitas konstruk Construck Validity
Validitas konstruk adalah alat ukur untuk mengukur setiap aspek berpikir pada butir-butir soal yang membangun tes.
Pengujian validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli expert judgement.
c Validitas Butir Item Validity
Validitas butir dilakukan setelah pengujian konstruk dengan uji coba di lapangan. Sampel uji coba yang digunakan minimal 30
orang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d Validitas Kesejajaran Concurrent Validity
Suatu instrumen mempunyai validitas kesejajaran jika hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada yaitu berupa instrumen
lain yang mengukur hal yang sama tetapi sudah diakui validitasnya. Contoh instrumen yang sudah diakui validitasnya
dengan tes terstandar. e
Validitas Prediksi Predictive Validity Suatu instrumen mempunyai validitas prediksi jika mampu
meramalkan hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang tentang hal yang sama. Validitas ini biasanya digunakan untuk
menguji validitas instrumen bentuk tes. 2
Reliabilitas Arifin 2009: 258 mengemukakan bahwa reliabilitas
merupakan tingkat ketetapan dan kemantapan dari sebuah instrumen. Suwarto 2004: 101 menyatakan bahwa reliabilitas
adalah tingkat ketepatan, dan keajegan atau stabil. Masidjo 1995: 208 menjelaskan pengertian reliabilitas adalah taraf kemampuan
tes dalam menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil.
Sulistyorini 209: 166 memaparkan bahwa reliabilitas erat hubungannya dengan kepercayaan. Jika sebuah tes dapat
memberikan hasil yang tidak berubah-ubah, maka tes tersebut mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi. Arikunto 2012: 100
menjelaskan bahwa reabilitas berhubungan dengan masalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketetapan hasil tes. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ketepatan dan kestabilan
suatu instrumen sehingga apabila dilakukan uji reliabilitas hasilnya tetap sama.
Widoyoko 2014: 189 memaparkan bahwa ada empat cara untuk menguji reliabilitas, yaitu menggunakan metode bentuk
paralel, metode tes berulang, instrumen skor diskrit, dan instrumen skor non diskrit. Berikut penjelasan tentang cara untuk menguji
reliabilitas: a
Metode Bentuk Paralel Equivalent Method Metode paralel ini dilakukan dengan menyusun dua instrumen
yang hampir sama terlebih dahulu, lalu lakukan uji coba pada sekelompok siswa yang sama, kemudia hasil uji coba itu
dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment. Instrumen paralel tersebut adalah dua buah instrumen yang
mempunyai tujuan, tingkat kesulitan dan susunan yang sama, tetapi butir-butir pertanyaan pernyataan berbeda.
b Metode Tes Berulang Test-retest Method
Metode tes berulang adalah metode yang hanya menyusun satu perangkat instrumen yang diujicobakan kepada sekelompok
siswa dan hasilnya dicatat. Pada kesempatan yang berbeda intrumen itu diberikan kepada sekelompok siswa yang sama
untuk dikerjakan dan hasilnya dicatat lagi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c Instrumen Skor Diskrit
Instrumen skor diskrit adalah instrumen yang skor jawabannya hanya satu untuk jawaban benar dan nol untuk jawaban salah.
Untuk instrumen yang skornya diskrit, tingkat reliabilitasnya dapat dicari menggunakan metode belah dua, rumus Flanagan,
rumus Rulon, rumus K-R. 20, rumus K-R. 21, dan rumus Hoyt. Ada tiga cara membelah butir instrumen tersebut. Pertama
pembelahan ganjil-genap dengan membelah menjadi kelompok butir nomor ganjil dan kelompok butir genap yang disebut
sebagai belahan ganjil genap. Kedua pembelahan awal-akhir dengan membelah menjadi kelompok butir nomor awal dan
kelompok butir nomor akhir yang disebut sebagai belahan awal-akhir. Ketiga pembelahan cara random dengan melakukan
undian sederhana untuk menentukan butir-butir yang akan dimasukkan menjadi belahan pertama dan belahan kedua.
d Instrumen Skor Non Diskrit
Instrumen skor non diskrit adalah instrumen pengukuran yang dalam sistem skornya bersifat gradual yaitu ada penjenjangan
skor dari skor tertinggi hingga skor terendah. 3
Karakteristik Butir Soal a
Daya Pembeda Endrayanto dan Harumurti 2014: 164 memaparkan
bahwa daya beda yaitu kemampuan butir soal untuk membedakan siswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi
atau kelompok atas dan siswa yang prestasi belajarnya rendah atau kelompok bawah. Suwarto 2013: 108 menjelaskan
bahwa daya pembeda berfungsi untuk menentukan perbedaan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan
yang ada pada kelompok itu. Daya pembeda adalah kemampuan butir-butir soal untuk membedakan siswa yang
prestasinya tinggi dan yang prestasinya rendah Sudjana, 2009: 141. Purwanto 2009: 102 menjelaskan bahwa daya beda
merupakan kemampuan butir soal tes hasil belajar untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan
rendah. Butir soal yang memiliki daya beda tinggi, maka soal tersebut mampu membedakan dengan baik siswa kelompok
atas dan bawah. Siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang pandai yang mencapai skor total hasil belajar yang tinggi,
sedangkan siswa kelompok bawah adalah kelompok siswa yang kurang pandai yang mencapai skor total hasil belajar yang
rendah. Sependapat dengan Sudjana, Purwanto, Suwarto, Endrayanti
dan Harumurti,
Sulistyorini 2009:
177 menjelaskan bahwa daya beda adalah soal tes yang dapat
membedakan antara kemampuan siswa yang pandai dan yang bodoh. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
daya beda adalah kemampuan aitem tes untuk membedakan antara siswa yang pandai atau siswa kelompok atas dan siswa
yang kurang pandai atau siswa kelompok bawah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Tingkat Kesukaran
Sudijono 2011: 370 memaparkan bahwa item tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai butir-butir item yang baik,
apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak juga terlalu mudah atau dengan kata lain tingkat kesukaran
aitem tersebut adalah sedang atau cukup. Arikunto 2012: 222 menjelaskan bahwa tingkat kesukaran adalah soal yang tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Sulistyorini 2009: 176 menjelaskan bahwa tingkat kesulitan merupakan kemampuan
siswa untuk menjawab soal dengan kriteria soal mudah, sedang, dan sukar. Sudjana 2009: 135 menjelaskan bahwa
tingkat kesulitan merupakan kemampuan siswa dalam menjawab butir-butir soal dengan kriteria soal yang termasuk
mudah, sedang, dan sukar. Purwanto 2009: 99 memaparkan tingkat kesulitan adalah proporsi siswa peserta tes yang
menjawab benar. Rentang nilai tingkat kesulitan antara 0 – 1.
Semakin tinggi tingkat kesulitan, maka butir soal semakin mudah dan banyak yang menjawab benar. Sebaliknya, jika
semakin rendah tingkat kesulitan, maka butir semakin sukar dan sedikit yang menjawab benar. Tingkat kesulitan
diklasifikasikan menjadi sukar, sedang, dan mudah. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran
adalah kemampuan siswa dalam menjawab soal dengan kriteria yang sudah ditentukan, yaitu mudah, sedang, dan sukar.
Semakin tinggi tingkat kesulitan, maka soal dikategorikan mudah dan semakin rendah tingkat kesulitan, maka soal
dikategorikan sukar. Soal dikategorikan sedang apabila tingkat kesulitan di tengah-tengah antara kategori mudah dan sukar.
c Pengecoh
Sudijono 2011: 410 menjelaskan bahwa pengecoh adalah jawaban alternatif yang bukan merupakan jawaban yang
digunakan agar peserta tes dapat tertarik dengan pengecoh jawaban tersebut. Semakin banyak peserta tes yang memilih
pengecoh, maka pengecoh tersebut sudah menjalankan fungsinya. Sebaliknya apabila pengecoh yang dipasang tidak
ada yang memilih maka pengecoh tersebut tidak berfungsi. Menurut Purwanto 2009: 108 pengecoh disebut juga sebagai
penyesat atau penggoda yang merupakan jawaban tetapi bukan merupakan
kunci jawaban.
Pengecoh dibuat
untuk menyesatkan siswa dan menggoda siswa yang kurang begitu
jelas dengan materi untuk memilih jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Apabila ada siswa yang tidak
memilih pengecoh tersebut, maka pengecoh harus diganti dengan pengecoh yang lebih menarik perhtian siswa, sehingga
siswa dapat memilih pengecoh tersebut. Arifin 2009: 279 menjelaskan bahwa butir soal dapat dikatakan baik apabila
pengecohnya dipilih secara merata oleh peserta tes, sedangkan butir soal dapat dikatakan kurang baik apabila pengecohnya
dipilih secara tidak merata. Arikunto 2012: 234 memaparkan bahwa sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik
jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta tes. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah
pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi untuk mengecoh peserta tes agar memilih pengecoh
tersebut. Pengecoh akan berfungsi dengan baik apabila pengecoh dipilih secara merata oleh peserta didik paling sedikit
dipilih 5 oleh pengikut tes.
c. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Menurut Suwarto 2013: 126, Yamin 2003: 152, dan Mardapi 2007: 88 terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam mengembangkan suatu tes hasil belajar. Ada sembilan langkah dalam pengembangan tes yaitu:
1
Menyusun spesifikasi tes
Penyusunan spesifikasi tes terdiri dari empat kegiatan. Kegiatan yang pertama adalah menentukan tujuan tes, kedua menyusun kisi-
kisi tes, ketiga menentukan bentuk tes, dan yang keempat
menentukan panjang tes.
2
Menulis soal tes
Penulisan soal merupakan langkah untuk membuat soal yang dikembangkan dari indikator yang sudah dibuat menjadi
pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan yang
karakteristiknya sesuai dengan bentuk tes yang akan digunakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Menelaah soal tes
Langkah ini dilakukan untuk memperbaiki soal apabila dalam pembuatan soal masih terdapat kekurangan atau kesalahan.
4 Melakukan uji coba tes
Uji coba tes ini digunakan untuk mengetahui kualitas soal yang telah dibuat. Apabila belum sesuai harapan, maka pembuat soal
dapat melakukan perbaikan atau revisi. 5
Menganalisis butir soal Analisis butir soal dilakukan pada masing-masing butir sehingga
dapat diketahui validitas dan reliabilitas soal serta baik atau tidaknya karakteristik butir soal.
6 Memperbaiki tes
Butir soal yang sudah dianalisis dan apabila ada butir soal yang kurang baik, maka perlu diperbaiki terlebih dahulu.
7 Merakit tes
Setelah memperbaiki butir soal yang kurang baik, pembuat soal dapat merakit butir-butir soal menjadi satu kesatuan.
8 Melaksanakan tes
Tes yang telah dirakit menjadi satu kesatuan lalu diberikan kepada peserta tes untuk dikerjakan. Pelaksanaan tes dilaksanakan sesuai
dengan waktu yang tepat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 Hasil tes
Hasil tes yang telah dikerjakan oleh peserta tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor yang dhasilkan kemudian
ditafsirkan sehingga dapat memberikan keputusan pada peserta tes. Menurut
Purwanto 2009:
83 memaparkan
bahwa pengembangan tes hasil belajar ada 7 langkah, yaitu:
1 Identifikasi Hasil Belajar
Menentukan mata pelajaran yang akan diukur hasil belajarnya dan ranah yang akan diukur anatara kognitif atau afektif atau
psikomotornya. 2
Deskripsi Materi Tes yang akan dibuat disesuaikan dengan materi yang telah
diajarkan oleh peserta tes. Kesesuaian antara materi dan tes akan menghasilkan data tentang hasil belajar.
3 Pengembangan Spesifikasi
Spesifikasi tes hasil belajar dikembangkan agar pengembang tes hasil belajar menghasilkan tes yang berkualitas. Spesifikasi yang
dikembangkan meliputi penentuan bentuk dan jenis tes, penentuan banyak butir, penentuan waktu pengerjaan, penentuan peserta uji
coba, penentuan waktu uji coba, penentuan aturan skoring, penentuan kriteria uji coba, penentuan tujuan instruksional umum,
penentuan tujuan instruksional khusus, dan penyusunan kisi-kisi tes.
4 Menuliskan Butir-butir Tes dan Kunci Jawaban
Butir-butir tes ditulis untuk mengukur variabel yang berpedoman pada kisi-kisi yang dibuat. Kunci jawaban ditulis di dalam
spesifikasi tes hasil belajar agar orang lain yang membaca juga dapat mengikuti perolehan hasil belajar dari tes tersebut.
5 Mengumpulkan Data Uji Coba
Data uji coba dikumpulkan mengan dengujikan instrumen uji coba tes hasil belajar yang berdasarkan kisi-kisi. Jawaban dari peserta
tes diubah menjadi skor berdasarkan aturan skoring uji coba. Skor tersebut menjadi data uji coba hasil belajar.
6 Menguji Kualitas Tes
Tes hasil belajar diuji kualitasnya secara empiris sehingga dapat diketahui tes hasil belajar tersebut berkualitas. Tes hasil belajar
yang telah diuji secara empiris, terdapat jaminan bahwa data hasil belajar tersebut mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi.
7 Melakukan Kompilasi
Kompilasi tes adalah membuang butir soal yang jelek dan menata kembali butir soal yang baik. Butir kompilasi adalah butir soal
yang sudah siap digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada sembilan langkah yang perlu dilaksanakan dalam mengembangkan
tes hasil belajar, yaitu: 1 menyusun spesifikasi tes untuk menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi, menentukan bentuk soal, dan
menentukan panjang tes, 2 menulis soal tes sesuai dengan jenis tes yang digunakan, 3 menelaah soal tes dengan bantuan para ahli, 4
melakukan uji coba tes pada sampel terbatas, 5 menganalisis butir soal berdasarkan validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran,
dan pengecoh, 6 memperbaiki tes yang masih perlu direvisi dan membuang soal yang tidak sesuai kriteria, 7 merakit tes, 8
melaksanakan tes dengan mengujikan kepada siswa, 9 hasil tes yang diperoleh akan mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap
suatu materi.
d. Taksonomi Tes Hasil Belajar
Menurut Anderson Crathwohl 2001: 6 menjelaskan bahwa taksonomi adalah suatu kerangka pikir khusus yang memiliki kata
kerja dan kata benda untuk mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan. Taksonomi Bloom revisi ini mempunyai dua dimensi,
yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan mempunyai empat kategori yaitu faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif. Pada dimensi proses kogitif berisi enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Dimensi proses kognitif menunjukkan keterampilan berpikir
yang hendak dikembangkan dalam kegiatan suatu pembelajaran Endrayanto, 2014: 35.
Proses kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Mengingat Proses mengingat adalah pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang. Kata kerja operasional proses kognitif mengingat meliputi menyebutkan dan membilang.
2. Memahami
Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik secara lisan, tulisan atau grafis. Kata kerja
operasional proses kognitif memahami meliputi menghitung dan mengubah.
3. Mengaplikasikan
Proses mengaplikasi adalah menggunakan langkah-langkah tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan
masalah. Kata kerja operasional proses kognitif mengaplikasikan meliputi menentukan, menyelidiki, dan melakukan.
4. Menganalisis
Proses menganalisis adalah proses memecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan hubungan antar bagian dan
antara setiap bagian dan struktur keseluruhan. Kata kerja operasional proses kognitif menganalisis meliputi merinci,
memecahkan masalah, dan menganalisis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Mengevaluasi
Proses mengevaluasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kata kerja operasional proses kognitif
mengevaluasi meliputi mengukur dan mengkritisi. 6.
Mencipta Proses mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen menjadi
keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kata kerja operasional proses kognitif mencipta meliputi menemukan dan memprediksi.
e. Matematika
Jamaris 2013: 177 memaparkan bahwa tujuan matematika untuk mendorong siswa agar dapat memecahkan masalah berdasarkan
proses berpikir yang kritis, logis, dan rasional. Menurut Kline dalam Runtukahu dan Kandou, 2014: 28 menjelaskan bahwa matematika
adalah pengetahuan yang tidak berdiri secara individu, tetapi matematika dapat membantu manusia untuk memahami dan
menyelesaikan masalah dalam hal sosial, ekonomi, dan alam. Mulyadi 2008: 174 menyatakan bahwa matematika adalah mata pelajaran
yang harus dipelajari semua orang supaya dapat memecahkan masalah. Muschla 2009: 3 menambahkan bahwa matematika mempunyai
komponen yang penting diantaranya adalah keterampilan menghitung, memecahkan masalah, dan berpikir kritis. Berdasarkan pendapat para
ahli dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu bidang studi yang tidak hanya berdiri sendiri melainkan dapat membantu pada
bidang studi lain antara lain sosial, ekonomi, dan alam. Matematika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
harus dipelajari oleh setiap orang agar dapat memecahkan masalah dan membatu manusia untuk menghitung, memecahkan masalah, dan
berpikir kritis.
f. Kompetensi Dasar
Kusaeri 2014: 30 menyatakan bahwa kompetensi dasar adalah tujuan pembelajaran yang mempunyai cakupan yang luas.
Suwandi 2010: 22 memaparkan bahwa kompetensi dasar adalah pertanyaan minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang direfleksikan pada kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran
tertentu. Susilo 2007: 98 menambahkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki
siswa untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat
para ahli dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah tujuan pembelajaran yang mencakup tentang pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, siswa dapat menyelesaikannya berupa tugas, keterampilan, sikap, dan
apresiasi yang didapat di sekolah.
2. Penelitian yang Relevan
Terdapat 3 penelitian yang relevan dengan jenis Research and Development RD.
Penelitian yang pertama oleh Devi Mardhiyanti, Ratu Ilma Indra Putri, dan Nila Kesumawati pada tahun 2011 dengan judul
Pengembangan Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas VI.E SD Xaverius 1 Palembang sebanyak
37 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peneliti telah menghasilkan produk soal matematika model PISA yang valid dan praktis
untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa SD. Penilaian dari validator menyatakan bahwa soal tersebut sudah baik secara konten,
konstruk, dan bahasa. Validitas soal juga dapat dilihat dasi hasil analisis butir soal pada siswa non subjek penelitian. Hasil uji coba pada small
group dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa mampu memahami soal dengan baik. Soal yang dikembangkan mempunyai efek potensial yang
positif terhadap kemampian komunikasi matematis siswa SD yang dapat dilihat dari skor rata-rata siswa mencapai 47,89 dari skor maksimal 82,
Skor 47,89 termasuk kategori kemampuan komunikasi matematis baik. Berdasarkan wawancara dengan siswa, soal matematika model PISA dapat
merangsang untuk mengkomunikasikan jawabannya secara tertulis dengan memberikan gambar, penjelasan, alasan, dan bukti.
Penelitian yang kedua oleh Komang Henny Bayuni, I Made Candiasa, dan I Wayan Koyan pada tahun 2013 dengan judul
Pengembangan Tes Matematika dengan Teknik Part-Whole pada Siswa SD Kelas IV Se-Kecamatan Gianyar. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas IV yang ada di Kecamatan Gianyar sebanyak 500 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tes yang dikembangkan telah mengacu
pada langkah-langkah pengembangan tes. Kisi-kisi tes matematika berdasarkan SK dan KD. Hasil validitas isi sangat tinggi deperoleh 0,925.
Hasil analisis 40 butir soal 99 dikatakan valid. Hasil analisis reliabilitas sebesar 0,64 masuk kategori tinggi. Taraf kesukaran diperoleh 7,5
kategori sukar, 62,5 kategori sedang, dan 30 kategori mudah. Daya beda butir tes terdapat 45 kategori jelek, 42,5 kategori sedang, dan
12,5 kategori baik. Efektifitas pengecoh memperoleh kategori baik sebanyak 75.
Penelitian ketiga oleh Siti Sofiyah, Susanto, dan Susi Setiawati pada tahun 2015 dengan judul Pengembangan Paket Tes Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom pada Siswa Kelas V SD. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
V-C SDN Jember Lor 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis oleh validasi ahli, semua soal mempunyai
interpretasi validitas sangat tinggi. Hasil uji coba large group memperoleh reliabilitas dengan interpretasi sangat tinggi. Hasil dari analisis validitas
butir soal dari 9 pertanyaan, memperoleh hasil bahwa 2 pertanyaan mempunyai validitas sangat tinggi, 3 pertanyaan mempunyai validitas
tinggi, dan 4 pertanyaan mempunyai validitas cukup. Tingkat kesukaran yang diperoleh bahwa 5 pertanyaan dengan tingkat kesukaran kategori
sukar, 4 pertanyaan dengan tingkat kesukaran kategori sedang, dan 0 pertanyaan dengan tingkat kesukaran kategori mudah. Hasil analisis daya
pembeda, terdapat 4 pertayaan mempunyai daya beda kategori jelek, 4 pertanyaan mempunyai daya beda kategori cukup, dan 1 pertanyaan
mempunyai daya beda kategori baik. Berdasarkan hasil validasi dan analisis uji coba, paket tes yang dikembangkan secara umum sudah sesuai
pada level berpikir tingkat tinggi dan memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu valid dan reliabel.
Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan B.
Kerangka Berpikir
Tes hasil belajar adalah suatu alat ukur yang berfungsi melakukan pengukuran untuk mengumpulkan data hasil belajar. Alat ukur yang
digunakan untuk penilaian yang sistematis, sah, dapat dipercaya dan objektif untuk menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pengetahuan siswa
Siti Sofiyah, Susanto, dan Susi
Setiawati pada tahun 2015
Pengembangan Paket Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Matematika
Berdasarkan Revisi
Taksonomi Bloom pada
Siswa Kelas V SD.
Devi Mardhiyanti,
Ratu Ilma Indra Putri, dan Nila
Kesumawati 2011
Pengembangan Soal Matematika
Model PISA untuk Mengukur
Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa
Sekolah Dasar. Komang Henny
Bayuni, I Made Candiasa, dan I
Wayan Koyan pada tahun 2013
Pengembangan Tes Matematika
dengan Teknik Part-Whole pada
Siswa SD Kelas IV Se-Kecamatan
Gianyar.
Penelitian yang diteliti: Pengembangan tes hasil belajar KD
2.5 menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan waktu, jarak,
dan kecepatan untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar.
terhadap materi yang telah dipelajari. Alat ukur yang digunakan adalah tes dan tes tersebut dapat berupa sejumlah pertanyaan untuk dijawab atau pernyataan
untuk dianggapi oleh peserta tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang melalui jawaban yang diberikan menggunakan cara
dan aturan tertentu. Tes tersebut akan mengukur perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan
pengajaran untuk mengetahui penguasaan materi yang diperoleh setelah melakukan serangkaian tes tersebut. Jenis tes ada tes obyektif dan tes uraian.
Peneliti menggunakan jenis tes obyektif tipe pilihan ganda. Pada tes pilihan ganda mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tes pilihan
ganda adalah siswa dapat menjawab secara cepat dengan memilih alternatif jawaban, pengoreksian dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja dengan
melihat kunci jawaban, dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat menggunakan kunci jawaban, cakupan materi dalam pembuatan soal lebih
bervariatif. Adapun beberapa kelemahan yang dimiliki oleh tes pilihan ganda, yaitu memungkinkan siswa untuk menebak apabila tidak tahu ketika memilih
alternatif jawaban, mengeluarkan biaya yang banyak untuk mencetak soal tes, pembuatan soal memerlukan waktu yang lebih lama, memungkinkan siswa
untuk bekerjasama dalam pengerjaan soal. Guru sekolah dasar juga mengaku bahwa masih kesulitan membuat tes berupa pilihan ganda untuk mengukur
kemampuan siswa. Guru masih menggunakan soal-soal pilihan ganda yang ada pada LKS untuk mengujikan ke peserta didiknya. Tes pilihan ganda
biasanya hanya mengukur proses kognitif tingkat mengingat dan memahami saja. Guru belum menganalisis validitas dan reliabilitas soal yag akan diujikan
kepada siswa. Guru juga belum menganalisis daya beda, tingkat kesukaran dan pengecoh. Maka dari itu guru membutuhkan prototipe soal yang sudah
valid, reliabel, mempunyai daya beda dengan kriteria yang baik dan baik sekali, tingkat kesukaran, dan pengecoh yang berfungsi.
Berdasarkan hasil wawancara, hal tersebut menjadi acuan untuk mengembangkan tes hasil belajar matematika untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap suatu materi. Soal yang dikembangkan berupa pilihan ganda yang mengukur proses kognitif dari tahap mengingat hingga
mencipta. Tes hasil belajar yang dikembangkan akan menghasilkan produk
berupa prototipe soal yang dibutuhkan guru. C.
Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar KD menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan untuk siswa kelas V SD?
2. Bagaimana validitas expert judgement tes hasil belajar KD menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan untuk siswa kelas V SD berdasar hasil penilaian ahli?
3. Bagaimana validitas tes hasil belajar KD menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?
4. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar KD menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?
5. Bagaimana daya beda tes hasil belajar KD menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?
6. Bagaimana tingkat kesulitan tes hasil belajar KD menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?
7. Bagaimana hasil analisis pengecoh tes hasil belajar KD menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan untuk siswa kelas V SD berdasar hasil uji coba empiris?
38
BAB III METODE PENELITIAN