Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

(1)

ABSTRAK

Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak Dan

Kecepatan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar Maria Sekar Palupi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Soal yang berkualitas baik adalah soal yang sudah teruji validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh. Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah yaitu guru membutuhkan contoh tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik karena guru kesulitan dan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Berdasarkan potensi dan masalah tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan tes hasil belajar matematika. Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar yang berkualitas baik dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Prosedur pengembangan dan penelitian produk tes hasil belajar matematika ini berdasarkan modifikasi dari model Borg and Gall. Terdapat 10 langkah prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Penelitian dan pengembangan hanya dilakukan hingga langkah ke 7 dari 10 langkah prosedur pengembangan yaitu (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk. Subjek penelitian ini terdiri dari 60 siswa kelas V A, V B, dan V C SDN Perumnas.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk tes hasil belajar matematika setelah dianalisis menggunakan TAP (Test Analysis Program) didapatkan hasil 33 butir soal kategori valid. Hasil analisis reliabilitas soal tipe A sebesar 0,732 termasuk ke dalam kriteria tinggi, soal tipe B sebesar 0,749 termasuk ke dalam kriteria tinggi. Analisis daya pembeda diperoleh hasil 33 butir soal diterima dan 1 butir soal direvisi. Analisis tingkat kesukaran pada 33 butir soal tersebut meliputi 14 soal (42,42%) sukar dan 19 soal (57,58%) sedang. Analisis pengecoh diperoleh 97 option berfungsi sedangkan 2 option pengecoh tidak berfungsi dan dilakukan revisi.

Kata kunci: pengembangan, matematika, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh.


(2)

ABSTRACK

Development Of The Test Results Of The Competency Learning Math Basic 2.5 To Resolve Problems Related To Time, Speed And Distance For Grade V

Primary School Maria Sekar Palupi Sanata Dharma University

Yogyakarta

A matter of good quality is reserved that tested the validity, reliability, different power, difficulty level, and distractor. This study departs from the existence of the potential and the problems of teachers in need of sample test outcomes good quality math learning because teachers trouble and did not have enough time to make the test results of the study are of good quality. Based on the potential and the problems, researchers encouraged to undertake research and development of test results of learning math. The purpose of this research and development is to (1) develop the test outcomes of the study are of good quality and (2) describe the quality of the test outcomes of the learning of mathematics.

The type of research used in this research is the research and development (R&D). Product research and development procedures tests outcomes of learning math is based on the modification of the model of the Borg and Gall. There are a 10-step procedure research and development advanced by the Borg and Gall. Research and development is only done up to step 7 of the 10 steps of procedure development namely (1) the potential problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) revision of design, (6) testing products, (7) product revision. Research and development are only done up to step 7. The subject of this research consists of 60 students of classes V A, V B, and V C SDN Perumnas. The finding presented that the product quality of mathematic learning outcomes after analyzed by TAP (Test Analysis Program) obtained 33 valid question items. The reliability result of question type A was about 0,732 indicated as high criteria; question type B was about 0,749 indicated as high criteria. Analysis of different power obtained 33 accepted question items and 1 revised question item. Analysis the level of difficulties in 33 question items encompassed 14 questions (42,42%) were difficult and 19 questions (57,58%) were medium. Analysis of destructor obtained 97 functioned options while 2 destructor options did not work and conducted revision.

Key words: development, mathematics, valid, reliability, different power, difficulty level, and distractor.


(3)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 2.5 MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU, JARAK DAN

KECEPATAN UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Sekar Palupi NIM: 131134166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 2.5 MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU, JARAK DAN

KECEPATAN UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Sekar Palupi NIM: 131134166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan rahmat kesehatan, pertolongan, dan selalu mendampingi dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang saya cinta dan sayang, FX. Sudiman dan Valentina Puji Hastuti yang selalu mendoakan, mendampingi, memberikan semangat dan dukungan.

3. Robertus Dewangga Adi Wardana yang selalu memberikan segala perhatian, kasih sayang, semangat, dan doa.

4. Sahabat-sahabatku, Irene Dewi P.A, Mariyah, Ramadhani Eni, Julison, Carissa, Priscilia, Hary W, Iswan dll yang selalu mendukung untuk menyelesaikan skripsi.

5. Teman-teman sepayung yang selalu memberikan dukungan. 6. Almamater Universitas Sanata Dharma.

7. Semua pihak yang membantu setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.


(8)

v MOTTO

“Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku.” (Mazmur 138: 7a)

“Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburanMu menyenangkan jiwaku.”

(Mazmur 94:19)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

(Matius 7:7)

“Gunakan waktu sebijak mungkin, karena waktu tidak akan pernah kembali”


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar refrensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Desember 2016

Maria Sekar Palupi


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Sekar Palupi

Nomor Mahasiswa : 131134166

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 2.5 MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU, JARAK DAN KECEPATAN UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, meengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap tercantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 14 Desember 2016 Yang menyatakan


(11)

viii

ABSTRAK

Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak Dan

Kecepatan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar Maria Sekar Palupi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Soal yang berkualitas baik adalah soal yang sudah teruji validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh. Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah yaitu guru membutuhkan contoh tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik karena guru kesulitan dan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Berdasarkan potensi dan masalah tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan tes hasil belajar matematika. Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar yang berkualitas baik dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Prosedur pengembangan dan penelitian produk tes hasil belajar matematika ini berdasarkan modifikasi dari model Borg and Gall. Terdapat 10 langkah prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Penelitian dan pengembangan hanya dilakukan hingga langkah ke 7 dari 10 langkah prosedur pengembangan yaitu (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk. Subjek penelitian ini terdiri dari 60 siswa kelas V A, V B, dan V C SDN Perumnas.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk tes hasil belajar matematika setelah dianalisis menggunakan TAP (Test Analysis Program) didapatkan hasil 33 butir soal kategori valid. Hasil analisis reliabilitas soal tipe A sebesar 0,732 termasuk ke dalam kriteria tinggi, soal tipe B sebesar 0,749 termasuk ke dalam kriteria tinggi. Analisis daya pembeda diperoleh hasil 33 butir soal diterima dan 1 butir soal direvisi. Analisis tingkat kesukaran pada 33 butir soal tersebut meliputi 14 soal (42,42%) sukar dan 19 soal (57,58%) sedang. Analisis pengecoh diperoleh 97 option berfungsi sedangkan 2 option pengecoh tidak berfungsi dan dilakukan revisi.

Kata kunci: pengembangan, matematika, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh.


(12)

ix ABSTRACK

Development Of The Test Results Of The Competency Learning Math Basic 2.5 To Resolve Problems Related To Time, Speed And Distance For Grade V

Primary School Maria Sekar Palupi Sanata Dharma University

Yogyakarta

A matter of good quality is reserved that tested the validity, reliability, different power, difficulty level, and distractor. This study departs from the existence of the potential and the problems of teachers in need of sample test outcomes good quality math learning because teachers trouble and did not have enough time to make the test results of the study are of good quality. Based on the potential and the problems, researchers encouraged to undertake research and development of test results of learning math. The purpose of this research and development is to (1) develop the test outcomes of the study are of good quality and (2) describe the quality of the test outcomes of the learning of mathematics.

The type of research used in this research is the research and development (R&D). Product research and development procedures tests outcomes of learning math is based on the modification of the model of the Borg and Gall. There are a 10-step procedure research and development advanced by the Borg and Gall. Research and development is only done up to step 7 of the 10 steps of procedure development namely (1) the potential problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) revision of design, (6) testing products, (7) product revision. Research and development are only done up to step 7. The subject of this research consists of 60 students of classes V A, V B, and V C SDN Perumnas. The finding presented that the product quality of mathematic learning outcomes after analyzed by TAP (Test Analysis Program) obtained 33 valid question items. The reliability result of question type A was about 0,732 indicated as high criteria; question type B was about 0,749 indicated as high criteria. Analysis of different power obtained 33 accepted question items and 1 revised question item. Analysis the level of difficulties in 33 question items encompassed 14 questions (42,42%) were difficult and 19 questions (57,58%) were medium. Analysis of destructor obtained 97 functioned options while 2 destructor options did not work and conducted revision.

Key words: development, mathematics, valid, reliability, different power, difficulty level, and distractor.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak Dan Kecepatan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

2. Rohadi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(14)

xi

6. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Dosen ahli matematika Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia menjadi validasi ahli sehingga produk dalam skripsi ini menjadi lebih baik. 8. Bapak D.H.S, Bapak E, dan Ibu N.D, selaku validator guru yang telah bersedia menjadi validasi sehingga produk dalam skripsi ini menjadi lebih baik.

9. Kepala Sekolah SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

10.Wali kelas V A, V B, dan V C beserta keluarga besar SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan dukungan dan telah membantu selama proses penelitian.

11.Siswa kelas V A, V B, dan V C SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah bersedia membantu dan melancarkan proses penelitian.

12.Kedua orangtua FX. Sudiman dan V. Puji Hastuti yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan.

13.Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk semangat, dukungan dan bantuannya.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kendala. Namun kendala tersebut tidak menjadi hambatan bagi peneliti melainkan menjadi semangat untuk menyelesaikan skripsi.


(15)

xii

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pembaca.

Yogyakarta, 14 Desember 2016


(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4


(17)

xiv

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 7

G. Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Tes Hasil Belajar ... 11

a. Definisi Tes ... 11

b. Jenis Tes ... 13

c. Definisi Belajar ... 15

d. Ciri-ciri Belajar ... 17

e. Definisi Hasil Belajar ... 19

f. Jenis-jenis Hasil Belajar ... 20

g. Definisi Tes Hasil Belajar ... 20

h. Bentuk Tes Hasil Belajar ... 21

2. Tes Pilihan Ganda... 25

a. Definisi Tes Pilihan Ganda ... 25

b. Kaidah Penulisan Tes Tipe Pilihan Ganda ... 26

c. Kelebihan dan Kelemahan Tes Tipe Pilihan Ganda ... 30

3. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 36

a. Validitas ... 36


(18)

xv

c. Karakteristik Butir Soal ... 40

4. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 44

5. Karakteristik Tes yang Baik ... 52

6. Taksonomi Bloom ... 56

7. Matematika ... 59

a. Devinisi Matematika ... 59

b. Tujuan Umum Pendidikan Matematika ... 61

8. Kompetensi Dasar ... 62

B. Penelitian yang Relevan ... 63

C. Kerangka Berpikir ... 69

D. Pertanyaan Penelitian ... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 72

A. Jenis Penelitian ... 72

B. Setting Penelitian ... 76

1. Tempat Peenelitian ... 77

2. Waktu Penelitian ... 77

3. Subjek Penelitian ... 77

4. Objek Penelitian ... 77

C. Prosedur Penelitian ... 77

D. Teknik Pengumpulan Data ... 82

1. Wawancara ... 82


(19)

xvi

3. Tes ... 84

E. Instrumen Penelitian... 84

1. Pedoman Wawancara ... 85

2. Kuesioner ... 87

3. Tes ... 88

F. Teknik Analisis Data ... 91

1. Analisis Data Kualitatif ... 91

2. Analisis Data Kuantitatif ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 100

A. Hasil Penelitian ... 100

1. Prosedur Pengembangan Tes ... 100

a. Potensi dan Masalah ... 100

b. Pengumpulan Data ... 101

c. Desain Produk ... 102

d. Validasi Desain ... 102

e. Revisi Desain ... 103

f. Uji Coba Produk ... 104

g. Revisi Produk ... 105

2. Hasil Produk Tes Hasil Belajar Matematika ... 105

a. Hasil Uji Validitas ... 105

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 108


(20)

xvii

d. Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 111

e. Hasil Uji Analisis Pengecoh ... 114

B. Pembahasan ... 123

1. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 123

a. Potensi dan Masalah ... 123

b. Pengumpulan Data ... 124

c. Desain Produk ... 125

d. Validasi Desain ... 126

e. Revisi Desain ... 127

f. Uji Coba Produk ... 127

g. Revisi Produk ... 128

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar... 129

a. Hasil Uji Analisis Validitas ... 129

b. Hasil Uji Analisis Reliabilitas ... 132

c. Hasil Uji Analisis Daya Pembeda ... 133

d. Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran ... 134

e. Hasil Uji Analisis Pengecoh ... 136

f. Hasil Soal Berkualitas Baik ... 139

BAB V PENUTUP ... 141

A. Kesimpulan ... 141

B. Keterbatasan Penelitian ... 143


(21)

xviii

DAFTAR REFERENSI ... 145 LAMPIRAN ... 149


(22)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 85 Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika ... 88 Tabel 3.3 Kategori Skor Kuesioner ... 92 Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 95 Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda ... 97 Tabel 3.6 Kategori Tingkat Kesukaran ... 98 Tabel 4.1 Daftar Penilaian Validator ... 103 Tabel 4.2 Saran Validator ... 103 Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 105 Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 107 Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 108 Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 108 Tabel 4.7 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 110 Tabel 4.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 111 Tabel 4.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 112 Tabel 4.10 Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 115 Tabel 4.11 Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 118 Tabel 4.12 Daftar Revisi Pengecoh yang Tidak Berfungsi ... 128 Tabel 4.13 Hasil Analisis Validitas Soal Tipe A ... 129 Tabel 4.14 Hasil Analisis Validitas Soal Tipe B ... 130 Tabel 4.15 Hasil Uji Analisis Reliabilitas Soal Tipe A ... 132


(23)

xx

Tabel 4.16 Hasil Uji Analisis Reliabilitas Soal Tipe B ... 133 Tabel 4.17 Hasil Uji Analisis Daya Pembeda ... 133 Tabel 4.18 Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 135 Tabel 4.19 Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 136 Tabel 4.20 Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 137 Tabel 4.21 Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 138


(24)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Literature Map penelitian yang akan dilakukan ... 68 Gambar 3.1 Langkah Penelitian Pengembangan Menurut Borg and Gall ... 73 Gambar 3.2 Bagan Pengembangan yang Dilakukan Peneliti ... 78


(25)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 150 Lampiran 2. Surat Telah Melakukan Penelitian ... 151 Lampiran 3. Surat Permohonan Validasi ... 152 Lampiran 4. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 155 Lampiran 5. Tabel Spesifikasi Produk Soal Tipe A ... 159 Lampiran 6. Tabel Spesifikasi Produk Soal Tipe B ... 184 Lampiran 7. Hasil Validasi Butir Soal Tipe A ... 209 Lampiran 8. Hasil Validasi Butir Soal Tipe B ... 212 Lampiran 9. Kuesioner Produk Tes Hasil Belajar Matematika ... 215 Lampiran 10. Hasil Validasi Ahli ... 218 Lampiran 11. Soal Uji Coba Tipe A ... 234 Lampiran 12. Soal Uji Coba Tipe B ... 244 Lampiran 13. Jawaban Siswa Soal Tipe A ... 254 Lampiran 14. Jawaban Siswa Soal Tipe B ... 256 Lampiran 15. Hasil Uji Analisis TAP Soal Tipe A ... 258 Lampiran 16. Hasil Uji Analisis TAP Soal Tipe B ... 267 Lampiran 17. rtabel Validitas ... 276 Lampiran 18. Dokumentasi Uji Coba Produk ... 277 Lampiran 19. Curriculum Vitae ... 278


(26)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab I, peneliti membahas tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah serta spesifikasi produk.

A. Latar Belakang

Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan formal dan pendidikan non formal. Menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 11 (dalam Hasbullah, 2006: 305), mengatakan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sekolah Dasar merupakan tingkat pendidikan dasar. Dalam UU No. 2 tahun 1989 pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh


(27)

maju mundurnya pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia tergantung dari kualitas pendidikan.

Kualitas pendidikan dapat dilihat dari kemampuan lulusan pada jenjang pendidikan tertentu. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia nomor 54 Tahun 2013 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kemampuan peserta didik dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan pembelajaran dan sistem penilaian yang diterapkan. Penilaian pembelajaran adalah pengumpulan data tentang proses pembelajaran dan hasil pembelajaran melalui berbagai cara (observasi, wawancara, dokumen, peer assessment, tes, laporan diri, dan lain sebagainya) untuk keperluan evaluasi (Akbar, 2013: 88). Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.

Sistem penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur/instrumen tes maupun non-tes. Tes dapat diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang di kenai tes (Mardapi, 2007: 67). Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik


(28)

seseorang atau sekelompok orang. Untuk mendapatkan hasil pengukuran suatu tes yang sah dan dapat diandalkan kebenarannya haruslah digunakan alat ukur yang tepat. Penggunaan alat serta prosedur pengolahan secara benar akan memberikan hasil evaluasi yang baik. Baik buruknya evaluasi terhadap salah satu tes menentukan hasil testing. Hal ini dapat ditinjau dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, pengecoh, dan tingkat kesukaran.

Penyusunan alat ukur tes yang memiliki karakteristik penyusunan tes yang baik akan memberikan gambaran yang jelas mengenai kemampuan siswa terhadap materi yang diajarkan. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V SD N Sarikarya pada tanggal 19 Juli 2016. Dari wawancara menunjukkan bahwa guru terkadang tidak menyusun tes sendiri karena kesulitan dalam menyusun tes, tidak mempunyai cukup waktu, dan guru terbiasa mengambil tes dari berbagai sumber. Guru membutuhkan contoh tes hasil belajar matematika yang valid dan reliabel serta diketahui karakteristik butir soal seperti daya beda, pengecoh, dan indeks kesukaran yang berkualitas baik.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara, peneliti terdorong untuk melakukan pengembangan tes hasil belajar dengan melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Tes hasil belajar yang dikembangkan oleh peneliti menggunakan dimensi kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai/mengevaluasi dan mencipta. Penelitian yang


(29)

dikembangkan berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak, dan Kecepatan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi:

1. Alat ukur yang dikembangkan hanya mengukur dimensi kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan mencipta.

2. Alat ukur yang dikembangkan berupa prototipe tes hasil belajar matematika berbentuk pilihan ganda.

3. Alat ukur hanya untuk mata pelajaran matematika siswa kelas V pada kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan.

4. Tes hasil belajar yang disusun berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban disetiap butir soal.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik untuk kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar?


(30)

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar?

D. Tujuan Penelitian

1. Memaparkan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik untuk kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mencakup 2 hal yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan konsep pembuatan soal sesuai dengan karakteristik penyusunan soal tes pilihan ganda dan dapat menggali kemampuan siswa berdasarkan kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan.


(31)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun tes hasil belajar tipe pilihan ganda sesuai dengan karakteristik pembuatan tes yang benar dan dapat menganalisis setiap butir soal sesuai dengan jawaban siswa untuk mengetahui kualitas setiap butir soal.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk mengembangkan tes hasil belajar sesuai dengan karakteristik pembuatan soal dan memberikan contoh soal tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan yang sudah diketahui kualitas setiap butir soal.

c. Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman mengerjakan soal matematika berbentuk pilihan ganda sesuai ranah kognitif dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, hingga mencipta pada kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan yang sudah diketahui kualitas setiap butir soal.


(32)

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat menjadi contoh pembuatan soal dan dapat menjadi arsip soal tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan yang sudah diketahui kualitas setiap butir soal. F. Batasan Istilah

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang harus di jawab dalam waktu tertentu.

2. Tes Tipe Pilihan Ganda

Tes tipe pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri dari pertanyaan sebagai pokok soal dan beberapa alternatif jawaban yang harus dipilih.

3. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah tujuan pembelajaran yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan pada kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki siswa.


(33)

4. Matematika

Matematika adalah salah satu ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang diajarkan secara bertahap menggunakan bahasa simbolis yang terdapat aktivitas berhitung dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir induktif dan deduktif dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari.

5. Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

6. Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf kemampuan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten dan dapat dipercaya.

7. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan setiap butir untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

8. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah kemampuan siswa dalam menjawab soal yang terdiri dari kategori rendah, sedang, dan tinggi yang dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar.


(34)

9. Pengecoh

Pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi untuk mengecoh peserta tes yang kurang memahami materi. G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk tes hasil belajar matematika dalam penelitian dan pengembangan ini adalah:

1. Produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V yang terdiri dari (a) identitas soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif yang diukur , (f) tingkat kesukaran.

2. Produk tes hasil belajar matematika memenuhi kriteria valid berdasarkan taraf signifikan 5%.

3. Produk tes hasil belajar matematika reliabel.

4. Produk tes hasil belajar matematika memiliki daya pembeda dapat diterima yaitu pada rentang 0,30-1,00.

5. Produk tes hasil belajar matematika memiliki tingkat kesukaran sedang dan sukar. Soal dengan kriteria sedang pada rentang 0,31-0,70 dan soal pada kriteria sukar pada rentang 0-0,30.

6. Produk tes hasil belajar matematika memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik.


(35)

7. Tes Hasil belajar matematika tipe pilihan ganda disusun menggunakan Bahasa Indonesia yang baku sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dengan memperhatikan penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata depan, dan imbuhan.


(36)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II, peneliti membahas empat hal yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada penelitian ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian yaitu, tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, taksonomi bloom, matematika, dan kompetensi dasar.

1. Tes Hasil Belajar a. Definisi Tes

Tes merupakan salah satu alat pengukuran yang terdiri dari sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Sudijono (2011: 66) memaparkan bahwa tes adalah alat bantu atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Menurut Muhtar Bukhori (dalam Sulistyorini 2009: 86) mengungkapkan tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid. Sedangkan Widoyoko (2015: 57) memaparkan bahwa tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut Djemari (dalam Widoyoko, 2016: 57) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.


(37)

Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes adalah beberapa pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau beberapa pernyataan yang membutuhkan tanggapan untuk mengukur tingkat kemampuan suatu individu yang diberikan tes tersebut melalui jawaban terhadap beberapa pertanyaan atau tanggapan dari beberapa pernyataan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Nurkancana dan Sumartana (dalam Suwandi 2010: 39) memaparkan bahwa tes adalah suatu cara penilaian dalam bentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tetang nilai dan prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

Menurut Widoyoko (2016: 50) tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Karakteristik objek dapat berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, maupun minat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat pengukur dan penilaian berupa pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa sehingga dapat mengukur tingkat kemampuan siswa.


(38)

b. Jenis tes

Menurut Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2010: 40-50) jenis tes dapat dibedakan menjadi beberapa macam bergantung pada dasar yang digunakan. Macam-macam tes tersebut yaitu berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes.

1. Jenis tes berdasarkan individu yang dites

Berdasarkan individu yang dites dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes individual dan tes kelompok. Tes individual terjadi saat pelaksanaan kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang siswa. Sebaliknya, dalam tes kelompok yang dihadapi guru adalah sejumlah siswa misalnya siswa dalam satu kelas. 2. Jenis tes berdasarkan jawaban yang dikehendaki

Jenis tes berdasarkan jawaban yang dikehendaki dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes perbuatan dan tes verbal. Tes perbuatan adalah tes yang menuntut respon siswa yang berupa tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes perbuatan berfungsi untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek psikomotor. Tes verbal adalah tes yang mengkehendaki jawaban siswa berupa tingkah laku verbal yang berbentuk bahasa yang berisi kata-kata dan kalimat. Tes verbal jika dilihat dari segi menjawabnya dapat dikategorikan menjadi dua bagian


(39)

yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan mengkehendaki jawaban siswa diberikan secara lisan sedangkan tes tertulis menuntut jawaban siswa diberikan secara tertulis.

3. Jenis tes menurut penyusun tes

Jenis tes menurut penyusun tes dibedakan menjadi dua yaitu tes buatan guru dan tes standar. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru kelas itu sendiri. Tes buatan guru dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas yang bersangkutan. Tes standar adalah tes yang telah distandarkan. Tes standar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes bakat (aptitude test) dan tes prestasi (achievement test). Tes buatan guru dengan tes standar memiliki perbedaan selain dari penjelasan di atas. Perbedaan tersebut terletak pada kelayakan tes (appropriateness test), kesahihan tes (validity test), keajegan tes (reliability test), dan ketertafsiran tes (interpretability test).

4. Jenis tes menurut bentuk tes

Jenis tes menurut bentuk tes dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes subjektif dan tes objektif. Bentuk tes subjektif sering juga disebut sebagai sebagai tes bentuk esai (Inggris: essay). Tes subjektif adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan


(40)

mempergunakan bahasa sendiri. Tes subjektif memungkinkan siswa menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, dan mengevaluasi dan tes subjektif ada dalam tes esai. Tes objektif adalah tes yang menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Tes objektif juga disebut dengan tes jawab singkat (short answer test). Jenis tes objektif yang banyak digunakan antara lain jawaban benar salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat macam-macam jenis tes yaitu individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes. c. Definisi Belajar

Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam Winataputra 2008: 1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes). Menurut Susanto (2013: 4) belajar adalah suatu aktivitas


(41)

yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Menurut Arnie Fajar (2004: 40) belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berfikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya.

Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah suatu proses kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan menurut Winkel (dalam Sulistyorini 2009: 5), belajar merupakan kegiatan mental/fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar itu kegiatan mental yang tidak bisa disaksikan dari luar. Jadi apa yang sedang terjadi didalam diri seseorang yang sedang belajar itu tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati/melihat orang tersebut. Bahkan, hasil belajar orang itu juga tidak akan berlangsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu yang


(42)

menghasilkan/menampakkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Senada dengan hal tersebut, Sulistyorini (2009: 6) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berproses menuju pada suatu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk menambah ilmu, perubahan perilaku baik dari pengalaman ataupun latihan untuk memenuhi kebutuhan, kepandaian yang belum dimilikinya melalui pengetahuan atau sikap yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

d. Ciri-ciri Belajar

Belajar memusatkan pengertiannya pada tiga hal yaitu terjadinya perubahan perilaku, perubahan buah pengalaman, dan perubahan yang relatif menetap (Udin 2008: 19).

1. Terjadinya perubahan perilaku

Belajar harus memungkinkan perubahan perilaku pada individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotorik).


(43)

2. Perubahan buah dari pengalaman

Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungannya.

3. Perubahan relatif menetap

Perubahan perilaku akibat adanya belajar akan bersifat cukup permanen atau menetap.

Sedangkan menurut Aqid (2010: 48), belajar mempunyai karakteristik tertentu antara lain yaitu :

1. Belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik).

2. Belajar merupakan hasil dari pengalaman yang terjadi karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan.

3. Hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui pengalaman atau latihan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri yaitu terjadinya perubahan perilaku, perubahan hasil dari pengalaman, dan perubahan relatif menetap.


(44)

e. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan terbentuknya konsep pengetahuan. Menurut Winkel (2004: 61) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Senada dengan Winkel, Hamalik (2006: 155) menyatakan bahwa hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri sisa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Sudjana (1989: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley (dalam Sudjana 1989: 22) membagi hasil belajar menjadi 3 macam, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, dan (3) sikap dan cita-cita.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) menambahkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Sedangkan Abdurrahman (2009: 38) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Jadi hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah


(45)

dicapai dari suatu interaksi tindak belajar berupa makna dari bahan yang dipelajari yang mengakibatkan perubahan dalam diri dan mendapatkan pengalaman yang bermakna bagi dirinya.

f. Jenis-jenis Hasil Belajar Siswa

Bloom (Sudjana 2006: 22) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 1. Ranah Kognitif

Dalam ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif nampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, serta hubungan sosial.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik nampak pada keterampilan dan kemampuan bertindak.

g. Definisi Tes Hasil Belajar

Sudijono (2011: 99) mengungkapkan bahwa tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Sedangkan


(46)

Masidjo (1995: 40) memaparkan bahwa tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Purwanto (2009: 33) menyatakan bahwa tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang harus di jawab dalam waktu tertentu.

h. Bentuk Tes Hasil Belajar

Widoyoko (2016: 57) mengemukakan bahwa bentuk tes dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif. 1. Tes objektif

Tes objektif dalam hal ini memiliki pengertian yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan oleh penyusun butir soal. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban/respon peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara


(47)

objektif oleh korektor. Karena sifatnya yang objektif ini maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan oleh mesin, misalnya mesin scanner. Tes objektif dibagi menjadi 7 bagian, yaitu:

a. Tipe Benar-Salah (true-false test)

Tes tipe benar salah (true false test) adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah.

b. Tipe Menjodohkan (matching test)

Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama di sebelah kiri adalah pertanyaan/pernyataan atau stem atau biasa juga disebut dengan premis. Kelompok kedua di sebelah kanan adalah kelompok jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan/pernyataan.

c. Tes Pilihan Ganda (multiple choice test)

Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Setiap tes tipe pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu (1)


(48)

pernyataan atau disebut juga stem, dan (2) alternatif jawaban atau juga disebut option.

d. Pilihan Ganda Analisis Hubungan Antar Hal

Pilihan ganda hubungan antar hal terdiri dari dua pernyataan. Kedua pernyataan tersebut dihubungkan oleh kata “SEBAB”. Jadi ada dua kemungkinan hubungan antara kedua pernyataan tersebut, yaitu ada hubungan sebab akibat atau tidak ada hubungan sebab akibat.

e. Pilihan Ganda Analisis Kasus

Pada tes bentuk pilihan ganda analisis kasus peserta tes dihadapkan pada suatu kasus. Kasus ini disajikan dalam bentuk cerita, peristiwa dan sejenisnya. Kepada peserta tes diajukan beberapa pertanyaan. Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan.

f. Pilihan Ganda Asosiasi

Bentuk pilihan ganda asosiasi ini terstruktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan. Perbedaanya adalah, jika pada melengkapi pilihan hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar, tetapi pada melengkapi berganda justru jawaban yang benar dapat lebih dari satu, mungkin 2, 3, atau 4.


(49)

g. Pilihan Ganda Dengan Diagram, Grafik, Tabel dan sebagainya

Bentuk soal tes ini mirip analisis kasus, baik struktur maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa tetapi kasus tersebut berupa diagram, gambar, grafik maupun tabel.

2. Tes Subjektif

Tes subjektif pada umumnya berbentuk uraian (esai). Menurut Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution 2005: 37 tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Berdasarkan tingkat kebebasan peserta tes untuk menjawab soal tes uraian, secara umum tes uraian dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: tes uraian bebas atau uraian tebuka (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response). Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi kebebasan kepada pesera tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak teratur. Sedangkan tes


(50)

uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal tes.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk tes dikategorikan menjadi dua yaitu, objektif dan subjektif. Tes objektif dibagi menjadi 7 bagian yaitu tipe benar-salah (true-false test), tipe menjodohkan (matching test), tes pilihan ganda (multiple choice test), pilihan ganda analisis hubungan antar hal, pilihan ganda analisis kasus, pilihan ganda asosiasi, pilihan ganda dengan diagram, grafik, tabel dan sebagainya. Sedangkan tes subjektif dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: tes uraian bebas atau uraian terbuka (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response).

2. Tes Pilihan Ganda

a. Definisi Tes Pilihan Ganda

Menurut BALITBANG DEPDIKNAS (2007: 13) tes pilihan ganda merupakan bentuk tes yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Menurut Mardapi (2008: 71) Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dalam tes pilihan ganda ini, bentuk tes


(51)

terdiri atas: pertanyaan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Sedangkan Suprananto (2012: 107) mengungkapkan bahwa tes bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes objektif yang terdiri dari pertanyaan sebagai pokok soal dan beberapa alternatif jawaban yang harus dipilih.

b. Kaidah Penulisan Tes Tipe Pilihan Ganda

Menurut Widoyoko (2016, 77-82) kualitas butir soal pilihan ganda sangat tergantung kepada kemampuan seseorang yang menyusun butir soal ini. Untuk menghasilkan butir soal pilihan ganda yang baik dalam penyusunan butir soal perlu memperhatikan kaidah penulisan berikut :

1. Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal, sehingga dengan membaca pokok soal responden sudah dapat menentukan jawaban sebelum dilanjutkan membaca pilihan jawaban.

2. Menghindari kata-kata yang sama dalam pilihan. Peniadaan pengulangan kata berarti menyangkut waktu menulis dan membaca serta menghemat tempat.


(52)

3. Menghindari perumusan kata yang berlebihan. Tidak selalu penjelasan terinci mempermudah pengertian. Kadang-kadang justru dapat membingungkan dan mengaburkan pengertian. Rumusan yang baik adalah rumusan yang berisi, padat, dan jelas.

4. Jika pokok soal merupakan pertanyaan yang belum lengkap, maka kata atau kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pertanyaan, bukan di tengah-tengah kalimat. 5. Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana.

Cara menyusun alternatif jawaban disusun berderet dari atas ke bawah. Jika yang dideretkan itu terdiri dari satu kata, urutan ke bawah dibuat berdasarkan alfabet. Kalau yang dideretkan bilangan, urutan ke bawah berdasarkan bilangan yang makin bertambah besar atau makin menurun atau diurutkan berdasarkan kalimat panjang.

6. Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar. Hindari pengecoh yang tidak ada sangkut pautnya dengan pokok soal atau pengecoh yang tidak masuk akal.

7. Hindari jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban yang salah. Ada kecenderungan peserta tes memilih jawaban yang lebih panjang dan lebih terinci sebagai


(53)

jawaban yang benar. Oleh karena itu penyusunan butir soal tes berusaha agar pengecoh dan jawaban yang benar ditulis sama panjang dengan rincian yang sama.

8. Menghindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar.

9. Menggunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban. Jika hanya dua pilihan bentuk ini sama dengan bentuk benar-salah. Dua pilihan berarti tebakannya tinggi.

10.Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak pasti, misalnya: kebanyakan, seringkali, kadang-kadang dan sejenisnya.

11.Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika terpaksa menggunakan pernyataan negatif maka kata negatif digaris bawahi, cetak miring atau ditulis tebal.

Sedangkan menurut Kusaeri (2014: 71-83) ada beberapa kaidah yang harus diikuti agar soal yang tersusun baik. Kaidah-kaidah tersebut mencakup aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut ini merupakan kaidah penulisan tes tipe pilihan ganda: 1. Rumusan soal harus sesuai dengan indikator.

2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.


(54)

3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar.

4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus berupa pernyataan yang diperlukan saja.

6. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar. 7. Pokok soal yang menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda, seperti bukan, tidak, tanpa, kecuali, dan sejenisnya dapat membingungkan siswa memahami pokok permasalahan yang ditanyakan.

8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

9. Memilih jawaban jangan mengandung “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.

10.Memilih jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologis waktu.

11.Jika terdapat gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

12.Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. 13.Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang sesuai


(55)

Berdasarkan dua teori di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah penulisan tes tipe pilihan ganda yaitu (1) pokok soal harus sesuai dengan indikator, (2) pilihan jawaban homogen dan logis, (3) setiap soal mempunyai satu jawaban yang benar, (4) rumusan pokok soal tidak berlebihan, (5) pokok soal tidak mengandung pernyataan ke arah jawaban benar, (6) pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda, (7) panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama, (8) menggunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban, (9) jawaban tidak mengandung “semua pilihan jawaban di atas salah” atau “ semua pilihan di atas benar”, (10) jawaban berbentuk angka dan waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka, (11) butir soal tidak tergantung pada jawaban sebelumnya, (12) pokok soal tidak menggunakan ungkapan, (13) rumusan soal menggunakan bahasa yang sesuai kaidah Bahasa Indonesia.

c. Kelebihan dan Kelemahan Tes Tipe Pilihan Ganda

Kelebihan dan kelemahan tes tipe pilihan ganda menurut Widoyoko (2016: 74-77) yaitu :

1. Kelebihan Tes Tipe Pilihan Ganda

a. Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level tujuan pembelajaran, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan level yang paling


(56)

kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan mendemonstrasikan sesuatu secara ekspresif.

b. Karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu mengerjakan sangat minimal, maka setiap perangkat tes yang menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak dan karena itu penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas. Jadi setiap perangkat tes dapat mencakup hampir seluruh cakupan mata pelajaran.

c. Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif. Dengan demikian maka tidak ada unsur subjektivitas pemeriksa masuk ke dalam skor hasil ujian. Bahkan karena sifatnya maka penskoran dapat dilakukan oleh mesin. Karena itu maka dapat dikerjakan dalam waktu yang sangat singkat.

d. Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

e. Jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua. Karena itu akan dapat mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak. Biasanya keinginan menjadi lebih besar bila


(57)

probabilitas untuk benar makin besar. Jadi bila pilihan lebih dari dua, maka probabilitas untuk benar tebakannya akan kurang dari 50%. Tentu hal ini tidak berlaku bagi peserta tes yang memang ingin menebak. f. Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan

analisis butir soal secara baik. Butir-butir dapat disusun dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu. Bila dalam uji coba butir soal tersebut ternyata ada kelemahan (setelah dianalisis) maka dapat dilakukan perbaikan. g. Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya

mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Makin homogen alternatif jawaban, maka makin tinggi tingkat kesukarannya, dan sebaliknya makin kurang homogenitas alternatif jawaban, maka akan semakin rendah tingkat kesukaran butir soal.

h. Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan informasi tentang peserta tes lebih banyak kepada guru, terutama bila butir soal itu memiliki homogenitas yang tinggi. Setiap pilihan peserta terhadap alternatif jawaban merupakan suatu informasi tersendiri tentang penguasaan kognitif peserta tes dalam bidang yang diujikan.


(58)

2. Kelemahan Tes Tipe Pilihan Ganda

a. Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan menyusun butir soal tipe pilihan ganda ini terutama untuk menemukan akternatif jawaban yang homogen. b. Ada kecenderungan bahwa penyusun tes menyusun butir

soal tipe ini dengan hanya menguji dan mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif. Bukan berarti bahwa aspek kognitif tidak penting dalam hasil belajar. Tetapi bila sebagian besar butir soal itu hanya menguji satu aspek kognitif, maka perangkat tes tidak terlalu berarti sebagai alat pengukur keberhasilan belajar secara menyeluruh.

c. Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk pilihan ganda (testwise) terhadap hasil tes peserta. Jadi makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes tipe pilihan ganda makin besar kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih tinggi. Kenaikan skor karena testwise ini sungguhpun cukup berarti tetapi tidak akan sampai mengganggu interpretasi hasil individual, asalkan korektor menyadari adanya pengaruh tersebut.


(59)

Menurut Sukardi (2008: 125) dalam evaluasi pembelajaran, item tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

1. Kelebihan Tes Pilihan Ganda

a. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar. b. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas. c. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur

penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi.

d. Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

e. Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah.


(60)

f. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif. g. Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah

antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.

2. Kelemahan Tes Pilihan Ganda

a. Konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusun item tes bentuk objektif lainnya. b. Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan

ganda untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal.

c. Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran.

d. Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.

Berdasarkan penjelasan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk tes soal pilihan ganda mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan tes pilihan


(61)

ganda antara lain adalah butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level tujuan pembelajaran, karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu mengerjakan sangat minimal, penskoran dapat dilakukan secara objektif, butir soal disusun untuk membedakan berbagai tingkat kebenaran, dan tingkat kesukaran butir soal dapat diatur. Sedangkan kekurangan dari tes pilihan ganda adalah penyusunan soal relatif lebih sulit dan memberi peluang untuk menerka jawaban. 3. Kontruksi Tes Hasil Belajar

a. Validitas

Standart (dalam Mardapi, 2008: 16) mengungkapkan bahwa validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Oleh karena itu validitas merupakan fundamen paling dasar dalam mengembangkan dan mengevaluasi suatu tes. Menurut Cronbach (dalam Waridjan 1991: 343) validitas atau penyahihan merupakan proses pengujian skor tes hasil belajar dibandingkan dengan beberapa hasil observasi lain sebagai kriteria. Azwar (2009: 5) memaparkan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau


(62)

instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sugiyono (2011: 168) mengungkapkan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan ketepatan atau kecermatan alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Kusaeri (2014: 54-57) menjelaskan bahwa terdapat beberapa macam validitas, yaitu:

1. Validitas terkait Isi (Content-Related Validity)

Validitas ini berkaitan dengan derajat kemampuan tes mengukur cakupan substansi yang diukur. Dua aspek penting, yaitu valid isi dan valid teknik sampling. Valid isi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan apakah butir-butir penilaian menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Valid teknik sampling umumnya berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu instrumen penilaian mempresentasikan cakupan aspek yang dinilai. Azwar (2014: 42) mengatakan bahwa validitas isi merupakan


(63)

validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgment. 2. Validitas Terkait Kriteria (Criterion-Related Validity)

Validitas terkait kriteria dapat dimaknai sebagai kemampuan instrumen penilaian memprediksi kemampuan anak di masa mendatang. Caranya, hasil tersebut dibandingkan dengan alat ukur yang lain.

3. Validitas Terkait Kontruk (Construct-Related Validity) Validitas ini terkait dengan kemampuan instrumen penilaian mengukur cakupan materi/aspek yang diukur. Konstruk merupakan sifat psikologis yang diasumsikan ada, diperlukan untuk menjelaskan beberapa aspek tingkah laku. Penalaran matematika merupakan sebuah konstruk. Demikian pula intelegensi, kreativitas, kemampuan membaca, dan karakteristik kepribadian (seperti kejujuran dan kecemasan) merupakan sebuah konstruk. Dikatakan konstruk karena semuanya merupakan konstruksi teoritik yang digunakan untuk menjelaskan tingkah laku.


(64)

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah salah satu hal yang penting dalam menganalisis setiap butir. Reliabilitas setiap butir suatu model tes adalah derajat tingkat kemantapan dan keterandalan tes itu secara keseluruhan. Tes yang reliabel selalu memberikan hasil yang sama bila dicobakan kepada kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda (Kartawidjaja 1987: 125). Menurut Ancok (dalam Waridjan 1991: 361) reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama. Sugiyono (2011: 168) memaparkan bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Masidjo (1995: 208) memaparkan bahwa reliabilitas adalah taraf kemampuan tes dalam menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Sejalan dengan Masidjo, Azwar (2009: 4) mengatakan bahwa reliabilitas merupakan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Arikunto (2013: 100) mengungkapkan bahwa reliabilitas adalah ketetapan hasil tes. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan


(65)

kenyataan. Ajeg atau tetap tidak diartikan selalu sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas merupakan taraf kemampuan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten dan dapat dipercaya.

c. Karakteristik Butir Soal 1. Daya Pembeda

Sudjana (2009: 141) menjelaskan bahwa analisis daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong kurang mampu. Kusaeri dan Suprananto (2012: 175) berpendapat bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang diujikan. Masidjo (1995: 196) menyatakan bahwa daya pembeda adalah taraf jumlah jawaban benar siswa yang tergolong kelompok (pandai = upper group) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai = lower group) untuk suatu item. Kartawidjaja (1987: 139) mengungkapkan bahwa daya pembeda suatu tes bertujuan membedakan murid yang betul-betul belajar dengan yang tidak. Perhitungan daya pembeda amat penting dalam menganalisis


(66)

butir soal. Suatu soal yang mempunyai daya pembeda yang tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat membedakan seorang murid yang pandai dengan yang kurang.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda merupakan kemampuan setiap butir soal untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

2. Tingkat Kesukaran

Arikunto (2012: 222) mengungkapkan bahwa soal yang baik adalah soal yang tingkat kesukarannya tidak terlalu mudah namun juga tidak terlalu sukar. Kusaeri dan Suprananto (2012: 174) mendefinisikan tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Sulistyorini (2009: 176) menjelaskan bahwa tingkat kesulitan merupakan kemampuan siswa untuk menjawab soal dengan kriteria soal mudah, sedang, dan sukar. Sudjana (2009: 135) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat


(67)

kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Perbandingan proporsi jumlah soal untuk tiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang, sebagian lagi berada pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3. 30% soal dengan kategori mudah, 40% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal dengan kategori sukar. Perbandingan juga dapat dibuat 25-50-25, 25% soal dengan kategori mudah, 50% soal dengan kategori sedang, dan 25% soal dengan kategori sukar. Proporsi soal dengan kategori sedang lebih banyak dari soal kategori mudah dan soal kategori sukar. Widoyoko (2014: 165) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal adalah kemampuan siswa dalam menjawab soal yang terdiri dari kategori rendah, sedang, dan tinggi yang dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar. Proporsi soal


(68)

dengan tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes yaitu 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar.

3. Analisis Pengecoh

Purwanto (2009: 75) memaparkan bahwa pengecoh (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Sudijono (2011: 410) bahwa pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan jawaban yang digunakan agar peserta tes dapat tertarik dengan pengecoh jawaban tersebut. Semakin banyak peserta tes yang memilih pengecoh, maka pengecoh tersebut sudah menjalankan fungsinya. Sebaliknya apabila pengecoh yang dipasang tidak ada yang memilih maka pengecoh tersebut tidak berfungsi. Arikunto (2012: 234) memaparkan bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik bagi peserta tes yang kurang memahami materi. Sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 % peserta tes.

Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi untuk mengecoh peserta tes yang kurang memahami materi.


(69)

Pengecoh dapat dikatakan berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.

4. Pengembangan Tes

Menurut Djemari Mardapi (2008: 88-97) ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar. Kesebilan langkah tersebut adalah : (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal tes, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes.

1. Menyusun Spesifikasi Tes

Menetapkan spesifikasi tes yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan: (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih bentuk tes, dan (d) menentukan panjang tes.

a. Menetukan Tujuan Tes

Ditinjau dari segi tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.


(70)

Untuk tujuan penempatan, suatu tes dilaksanakan pada awal pelajaran. Hasil tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Seseorang perlu tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan dari hasil tes penempatan ini.

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal mengikuti proses pembelajaran. Tes diagnostik berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes sumatif bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.

Tes sumatif diberikan pada akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran tertentu. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor


(71)

atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar, keberhasilan mengajar, serta keduanya.

b. Menyusun Kisi-kisi Tes

Kisi-kisi atau tabel spesifikasi tes merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:

1. Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar. 2. Menentukan indikator.

3. Membuat daftar pokok bahasan subpokok bahasan yang akan diujikan.

4. Menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan. c. Memilih Bentuk Tes

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi, dan


(72)

karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin.

d. Penentuan panjang tes didasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes.

Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90 sampai 150 menit, untuk tes praktik bisa lebih dari itu. Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman waktu berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku penentuan waktu berdasarkan hasil ujicoba. Namun tes untuk ulangan di kelas penentuan waktu berdasarkan pengalaman guru. Pada umumnya waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal.

2. Menulis Soal Tes

Penulisan soal dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi tes dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian kisi-kisi yang


(73)

telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. Soal yang tidak jelas dan terlalu bertele-tele akan menyebabkan interpretasi yang tidak tunggal dan juga membingungkan. Dengan demikian setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian rupa sehingga jelas yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diharapkan.

3. Menelaah Soal Tes

Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah atas soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Walaupun telah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan kesalahan pembuatan soal mungkin terjadi selama proses pembuatan berlangsung. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan si pembuat sendiri. Sering kali kelemahan dan kekurangan, baik dari tata bahasa maupun dari substansi, tidak terlihat oleh pembuat soal. Akan tetapi baik lagi jika telaah dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama dalam tim menelaah dan atau


(1)

17 TOTAL 8 (0,267) 1 (0,033) 14*(0,467) 7 (0,233) High 0 (0,000) 0 (0,000) 7 (0,875) 1 (0,125) Low 4 (0,500) 0 (0,000) 2 (0,250) 2 (0,250) Diff -4(-0,500) 0 (0,000) 5 (0,625) -1(-0,125)

18 TOTAL 18*(0,600) 4 (0,133) 6 (0,200) 2 (0,067) High 5 (0,625) 1 (0,125) 1 (0,125) 1 (0,125) Low 4 (0,500) 1 (0,125) 2 (0,250) 1 (0,125) Diff 1 (0,125) 0 (0,000) -1(-0,125) 0 (0,000)

19 TOTAL 19*(0,633) 5 (0,167) 4 (0,133) 2 (0,067) High 5 (0,625) 1 (0,125) 2 (0,250) 0 (0,000) Low 4 (0,500) 2 (0,250) 1 (0,125) 1 (0,125) Diff 1 (0,125) -1(-0,125) 1 (0,125) -1(-0,125)

20 TOTAL 5 (0,167) 5 (0,167) 17*(0,567) 3 (0,100) High 0 (0,000) 1 (0,125) 6 (0,750) 1 (0,125) Low 3 (0,375) 1 (0,125) 4 (0,500) 0 (0,000) Diff -3(-0,375) 0 (0,000) 2 (0,250) 1 (0,125)

---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 21 TOTAL 15*(0,500) 3 (0,100) 10 (0,333) 2 (0,067) High 8 (1,000) 0 (0,000) 0 (0,000) 0 (0,000) Low 1 (0,125) 1 (0,125) 5 (0,625) 1 (0,125) Diff 7 (0,875) -1(-0,125) -5(-0,625) -1(-0,125)

22 TOTAL 3 (0,100) 8 (0,267) 3 (0,100) 16*(0,533) High 1 (0,125) 0 (0,000) 0 (0,000) 7 (0,875) Low 2 (0,250) 2 (0,250) 2 (0,250) 2 (0,250) Diff -1(-0,125) -2(-0,250) -2(-0,250) 5 (0,625)


(2)

23 TOTAL 14*(0,467) 9 (0,300) 2 (0,067) 5 (0,167) High 7 (0,875) 1 (0,125) 0 (0,000) 0 (0,000) Low 1 (0,125) 4 (0,500) 1 (0,125) 2 (0,250) Diff 6 (0,750) -3(-0,375) -1(-0,125) -2(-0,250)

24 TOTAL 7 (0,233) 17*(0,567) 3 (0,100) 3 (0,100) High 0 (0,000) 6 (0,750) 2 (0,250) 0 (0,000) Low 5 (0,625) 0 (0,000) 0 (0,000) 3 (0,375) Diff -5(-0,625) 6 (0,750) 2 (0,250) -3(-0,375)

25 TOTAL 3 (0,100) 5 (0,167) 9 (0,300) 13*(0,433) High 0 (0,000) 0 (0,000) 1 (0,125) 7 (0,875) Low 1 (0,125) 2 (0,250) 4 (0,500) 1 (0,125) Diff -1(-0,125) -2(-0,250) -3(-0,375) 6 (0,750)

---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 26 TOTAL 9 (0,300) 4 (0,133) 14*(0,467) 3 (0,100) High 0 (0,000) 2 (0,250) 6 (0,750) 0 (0,000) Low 7 (0,875) 0 (0,000) 1 (0,125) 0 (0,000) Diff -7(-0,875) 2 (0,250) 5 (0,625) 0 (0,000)

27 TOTAL 2 (0,067) 6 (0,200) 6 (0,200) 16*(0,533) High 1 (0,125) 0 (0,000) 1 (0,125) 6 (0,750) Low 0 (0,000) 4 (0,500) 1 (0,125) 3 (0,375) Diff 1 (0,125) -4(-0,500) 0 (0,000) 3 (0,375)

28 TOTAL 13*(0,433) 8 (0,267) 4 (0,133) 5 (0,167) High 7 (0,875) 1 (0,125) 0 (0,000) 0 (0,000) Low 1 (0,125) 5 (0,625) 0 (0,000) 2 (0,250) Diff 6 (0,750) -4(-0,500) 0 (0,000) -2(-0,250)


(3)

29 TOTAL 18*(0,600) 4 (0,133) 6 (0,200) 2 (0,067) High 7 (0,875) 0 (0,000) 1 (0,125) 0 (0,000) Low 3 (0,375) 1 (0,125) 3 (0,375) 1 (0,125) Diff 4 (0,500) -1(-0,125) -2(-0,250) -1(-0,125)

30 TOTAL 4 (0,133) 17*(0,567) 4 (0,133) 5 (0,167) High 0 (0,000) 6 (0,750) 0 (0,000) 2 (0,250) Low 3 (0,375) 3 (0,375) 2 (0,250) 0 (0,000) Diff -3(-0,375) 3 (0,375) -2(-0,250) 2 (0,250)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ TAP: Test Analysis Program (version 14.7.4) Copyright © 2003-2014 Gordon P. Brooks Contact: brooksg@ohio.edu


(4)

Lampiran 17 rtabel Validitas


(5)

(6)

Lampiran 19 Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

Maria Sekar Palupi lahir di Karanganyar, 5 Juni 1994

anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan awal

dimulai di TK Pertiwi Waru lulus pada tahun 2000.

Pendidikan dasar diperoleh di SD N 2 Waru lulus pada

tahun 2006. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama

(SMP) diperoleh di SMP N 1 Kebakkramat lulus pada

tahun 2009 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diperoleh di SMA N 1

Mojolaban. Pada tahun 2013 peneliti melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata

Dharma (USD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selama menempuh pendidikan di PGSD,

peneliti mengikuti kegiatan diluar perkuliahan seperti menjadi pendamping

kelompok INSIPRO 2015 dan menjadi anggota keamanan Pekan Ilmiah Fakultas

(PIF) Peneliti mengakhiri studi S1 dengan menulis skripsi berjudul “Pengembangan

Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan Masalah Yang

Berkaitan Dengan Waktu, Jarak, dan Kecepatan Untuk Siswa Kelas V Sekolah

Dasar”.


Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 1 225

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1 6 280

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

0 7 269

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 200

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 4 187

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 2 277

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar

0 1 223

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 13 301

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

2 8 278

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 267