Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Erfindo Wijaya

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pembuatan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan tes hasil belajar dan mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti modifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall yang meliputi tujuh langkah-langkah pengembangan, yaitu : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang berjumlah 67 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) soal valid sebanyak 45 butir soal atau 75%, (b) hasil analisis reliabilitas menunjukkan bahwa soal reliabel serta termasuk ke dalam kategori tinggi, (c) analisis daya pembeda diperoleh hasil 74% soal dengan kategori baik dan 26% soal dengan kategori baik sekali, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 9% mudah, 87% sedang, dan 4% sukar, (e) analisis pengecoh diperoleh sebanyak 5 option tidak berfungsi dan telah direvisi.


(2)

BASIC COMPETENCE RESOLVE PROBLEM RELATED TO LCM AND GCF FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Erfindo Wijaya Sanata Dharma University

2017

The background of this research because there was potential problem of achievement test making. The teacher’s class matter was to maked achievement test in good quality. This research is development research (R&D) which the purpose was to development achievement test and to described the quality of the achievement test product in basic competence resolve problem related to Least Common Multiple (LCM) and Greatest Common Factor (GCF) for the fourth grade students of Elementary School.

Procedure of learning achievement test development, researcher modified the ways of development based on Borg and Galls’s theory consisted of seven development steps, those are (1) potential problem, (2) collected data, (3) product desain, (4) design validation, (5) design revision, (6) product experiment, and (7) product revision. The subject of this research were the fourth grade students of SD Kanisius Ganjuran and SD Kanisius Bantul total 67 students.

This research showed (1) the ways of development research are: (a) potential problem, (b) collected data, (c) product desain, (d) design validation, (e) design revision, (f) product experiment, and (g) product revision, (2) analysis result from 60 question showed (a) total of valid questions are 45 item or 75%, (b) the questions are reliable and included high categories, (c) analysis of the distinguishing result 74% questions good categories and 26% questions excellent categories, (d) analysis of the difficulties result of 9% easy, 87% medium, and 4% difficult, (e) analysis of the distaction result 5 options did not work and had revision.


(3)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Erfindo Wijaya

NIM: 131134178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kar ya ini saya per sembahkan unt uk:

 Allah SWT yang t elah m elim pahkan rahmad, t aufik sert a hidayahNya kepada saya dalam segala hal

 Kedua orang t ua saya, Bapak Sut opo dan Ibu Suparjilah yang selalu m em berikan doa, dukungan, perhat ian, kasih sayang dan semangat unt uk m enyelesaikan pendidikan

 Keluarga besar Suwit o Mulyo dan Siswo Sumart o at as segala doa, dukungan dan sem angat untuk proses penyelesaian skripsi ini

 Sahabat -sahabat t ercint a sejak kecil hingga sekarang, Tika, Tut i, Dewi, Arif, dan Epick yang selalu ada dalam suka m aupun duka serta m em berikan sem angat dalam penyusunan skripsi ini

 Sahabat sejak bangku SMA, Ayu, Brian, Dewi, Dian, Fiest a, Nina, Nofrian, dan Sunny yang selalu m enyempat kan wakt u unt uk berkum pul di t engah kesibukan m asing-m asing, t awa kalian adalah bahagiaku

 Agnes, Yoyo, Nadia, sahabat “Uluhuluh” yang sekarang jarang bert em u t et api selalu m endoakan dan m emberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini

Sahabat seperjuangan clust er dan payung R&D THB yang m em berikan pengalaman sungguh berart i

 Alm amat er Universit as Sanat a Dharm a

 Segala pihak yang m endukung dan m em bant u dalam set iap proses penelit ian dan penyusunan skripsi ini yang t idak dapat disebut kan sat u per sat u


(7)

v MOTTO

“ J angan selalu melihat sesuat u dar i hasil akhir nya, namun lihat lah dar i pr osesnya”

(Er f indo W ij aya)

“Ber sabar lah dan kuat kanlah kesabar anmu kar ena sesungguhnya Allah ber sama or ang- or ang yang sabar ”

(Ali I mr an: 200)

“Ket ahuilah per t olongan it u ada ber sama dengan kesabar an, j alan keluar it u akan selalu ber ir ingan dengan cobaan,

dan ber sama kesulit an it u ada kemudahan” (HR. Tir midzi)

“Ber t akwalah kepada Allah dan Allah akan member ikan ilmu kepadamu kar ena sesungguhnya Allah Maha menget ahui segala sesuat u”


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2017 Peneliti


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Erfindo Wijaya

Nomor Mahasiswa : 131134178

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”

beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Januari 2017 Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Erfindo Wijaya Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pembuatan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan tes hasil belajar dan mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti modifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall yang meliputi tujuh langkah pengembangan, yaitu : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang berjumlah 67 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) soal valid sebanyak 45 butir soal atau 75%, (b) hasil analisis reliabilitas menunjukkan bahwa soal reliabel serta termasuk ke dalam kategori tinggi, (c) analisis daya pembeda diperoleh hasil 74% soal dengan kategori baik dan 26% soal dengan kategori baik sekali, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 9% mudah, 87% sedang, dan 4% sukar, (e) analisis pengecoh diperoleh sebanyak 5 option tidak berfungsi dan telah direvisi.


(11)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT TEST BASIC COMPETENCE RESOLVE PROBLEM RELATED TO LCM

AND GCF FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Erfindo Wijaya Sanata Dharma University

2017

The background of this research because there was potential problem of achievement test making. The teacher’s class matter was to maked achievement test in good quality. This research is development research (R&D) which the purpose was to development achievement test and to described the quality of the achievement test product in basic competence resolve problem related to Least Common Multiple (LCM) and Greatest Common Factor (GCF) for the fourth grade students of Elementary School.

Procedure of learning achievement test development, researcher modified the ways of development based on Borg and Galls’s theory consisted of seven development steps, those are (1) potential problem, (2) collected data, (3) product desain, (4) design validation, (5) design revision, (6) product experiment, and (7) product revision. The subject of this research were the fourth grade students of SD Kanisius Ganjuran and SD Kanisius Bantul total 67 students.

This research showed (1) the ways of development research are: (a) potential problem, (b) collected data, (c) product desain, (d) design validation, (e) design revision, (f) product experiment, and (g) product revision, (2) analysis result from 60 question showed (a) total of valid questions are 45 item or 75%, (b) the questions are reliable and included high categories, (c) analysis of the distinguishing result 74% questions good categories and 26% questions excellent categories, (d) analysis of the difficulties result of 9% easy, 87% medium, and 4% difficult, (e) analysis of the distaction result 5 options did not work and had revision.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad, hidayah, serta inayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat kesehatan serta kelancaran selama kegiatan penelitian hingga penyelesaian laporan skripsi

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini


(13)

xi

6. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

7. HY. Budisantoso, S.Sos. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SDK Ganjuran

8. CH. Winarsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Bantul yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SDK Bantul

9. Bhernadeta Bertiyanti, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan kritik dan saran pada produk tes hasil belajar serta membantu pelaksanaan penelitian ini

10. Th. Sunarmi, S.Pd.SD. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Bantul yang telah memberikan kritik dan saran pada produk tes hasil belajar serta membantu pelaksanaan penelitian ini

11. Elisabeth Tatik Widiyarti, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Kanutan yang telah memberikan kritik dan saran serta penilaian pada produk tes hasil belajar sehingga produk tersebut menjadi lebih baik dan layak digunakan dalam penelitian ini

12. Very Utami, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Negeri 1 Patalan yang telah memberikan kritik dan saran serta penilaian pada produk tes hasil belajar sehingga produk tersebut menjadi lebih baik dan layak digunakan dalam penelitian ini

13. Laredo Muliawan, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Brajan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi narasumber dalam wawancara analisis kebutuhan sebagai studi pendahuluan dalam penelitian ini

14. Siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang telah bersedia membantu selama proses penelitian

15. Kedua orang tua tercinta, Sutopo, S.Pd. dan Suparjilah, S.Pd. yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada peneliti


(14)

xii

16. Teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2013 yang selalu membantu dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi ini

17. Teman-teman PPL SD Kanisius Ganjuran yang tidak sengaja dipersatukan selama tiga bulan di PPL sehingga saling memberi dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi

18. Teman-teman cluster dan payung R&D THB yang saling membantu dalam suka maupun duka, berjuang bersama dan bekerjasama selama beberapa bulan ini hingga terselesainya laporan skripsi

19. Almamater Universitas Sanata Dharma

20. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk bantuan dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

Dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kendala. Namun kendala-kendala tersebut tidak menjadi hambatan bagi peneliti, melainkan menjadikan semangat untuk terus maju dan menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca, baik dalam isi maupun inspirasi untuk lebih baik. Tentunya, tak ada gading yang tak retak. Peneliti meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kesalahan baik dalam penyajian ataupun isi. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia.

Peneliti


(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xviiii

DAFTAR TABEL ... xvivi

DAFTAR GAMBAR ... xviiiviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xixix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

G. Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Tinjauan tentang Tes Hasil Belajar ... 11

a. Definisi Tes ... 11


(16)

xiv

c. Definisi Hasil Belajar ... 13

d. Definisi Tes Hasil Belajar . ... 14

e. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar ... 15

f. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar ... 18

2. Tinjauan tentang Bentuk Soal Pilihan Ganda ... 20

a. Karakteristik Bentuk Soal Pilihan Ganda ... 20

b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda ... 21

c. Kelebihan dan KekuranganBentuk Soal Pilihan Ganda ... 23

3. Tinjauan tentang Kualitas Tes Hasil Belajar ... 26

a. Validitas ... 26

b. Reliabilitas ... 31

c. Karakteristik Butir Soal ... 34

1) Daya Pembeda ... 34

2) Tingkat Kesukaran ... 35

3) Analisis Pengecoh ... 37

4. Tinjauan tentang Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 38

5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 42

6. Tinjauan tentang Matematika... 46

a. Hakikat Matematika ... 46

b. Kajian Matematika di SD ... 47

c. Tujuan Pembelajaran Matemtika di SD ... 48

7. Tinjauan tentang Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPK ... 49

a. Kompetensi Dasar ... 49

b. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) ... 50

c. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) ... 50

8. Tinjauan tentang Program TAP (Test Analysis Program) ... 51

9. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 52

B. Penelitian yang Relevan ... 54

C. Kerangka Berpikir ... 60


(17)

xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 64

A. Jenis Penelitian ... 64

B. Setting Penelitian ... 69

C. Prosedur Pengembangan ... 70

D. Teknik Pengumpulan Data ... 75

E. Instrumen Penelitian ... 78

F. Tenik Analisis Data ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98

A. Hasil penelitian ... 98

1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar... 98

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 102

B. Pembahasan ... 113

1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar... 113

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 119

3. Produk Akhir ... 135

BAB V PENUTUP ... 140

A. Kesimpulan ... 140

B. Keterbatasan Pengembangan ... 141

C. Saran ... 142

DAFTAR REFERENSI ... 144


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman wawancara analisis kebutuhan ... 79

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner produk tes hasil belajar ... 80

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal tes hasil belajar matematika ... 82

Tabel 3.4 Kualifikasi skor validator ahli ... 86

Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 88

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 90

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 92

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 94

Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Validator Ahli ... 100

Tabel 4.2 Komentar Validator dan Revisi Desain ... 100

Tabel 4.3 Daftar Pengecoh yang Tidak Berfungsi... 102

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 102

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 104

Tabel 4.6 Hasil Daya Pembeda Soal Tipe A ... 105

Tabel 4.7 Hasil Daya Pembeda Soal Tipe B ... 107

Tabel 4.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 108

Tabel 4.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 109

Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 111

Tabel 4.11 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 112

Tabel 4.12 Analisis Hasil Validasi Ahli... 115

Tabel 4.13 Revisi Pengecoh ... 118

Tabel 4.14 Pembahasan Validitas Soal Tipe A ... 120

Tabel 4.15 Pembahasan Validitas Soal Tipe B ... 121

Tabel 4.16 Pembahasan Daya Pembeda Soal Tipe A ... 124

Tabel 4.17 Pembahasan Daya Pembeda Soal Tipe B ... 126

Tabel 4.18 Pembahasan Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 128


(19)

xvii

Tabel 4.20 Pembahasan Analisis Pengecoh Soal Tipe A... 132 Tabel 4.21 Pembahasan Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 134 Tabel 4.22 Kisi-kisi Soal pada Prototipe Tes Hasil Belajar ... 136


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 59

Gambar 3.1 Bagan langkah-langkah penelitian pengembangan Borg dan Gall .... 65

Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika ... 71

Gambar 3.3 Hasil validitas pada program TAP... 89

Gambar 3.4 Hasil uji reliabilitas pada program TAP ... 91

Gambar 3.4 Hasil uji daya pembeda pada program TAP... 93

Gambar 3.5 Hasil tingkat kesukaran pada program TAP ... 95


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 149

Lampiran 2 Surat Ijin Validasi Instrumen ... 151

Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 152

Lampiran 4 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 154

Lampiran 5 Tabel Spesifikasi Produk ... 157

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Validator Ahli ... 197

Lampiran 7 Hasil Penilaian Produk ... 199

Lampiran 8 Soal Uji Coba Terbatas Paket A ... 211

Lampiran 9 Soal Uji Coba Terbatas Paket B ... 220

Lampiran 10 Rangkuman Jawaban Siswa ... 230

Lampiran 11 Hasil Analisis Soal ... 234

Lampiran 12 Hasil Analisis Pengecoh ... 238

Lampiran 13 Tabel Nilai-Nilai R Product Moment ... 246

Lampiran 14 Dokumentasi ... 247


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Bab ini, peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk yang dibuat.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan rohani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan hati nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus menerus guna mencapai tujuan hidupnya (Ahmadi, 2014: 38). Pendidikan juga bisa dipahami sebagai proses dan hasil. Pendidikan sebagai proses dapat diartikan serangkaian kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya yang dilakukan secara sengaja dan terus menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan merujuk pada hasil interaksi manusia dengan lingkungannya berupa perubahan dan peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Ahmadi, 2014: 38).

Fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 disebutkan sebagai berikut “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban


(23)

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara tanggung jawab” (Ahmadi, 2014: 49).

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan, karena pendidikan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Pendidikan nasional dapat diwujudkan melalui kegiatan belajar mengajar di institusi pendidikan yaitu sekolah. Tujuan sekolah adalah mencerdaskan para siswa melalui pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kognitif dan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang mengajarkan konsep-konsep dasar manusia, misalnya membaca, menulis, berhitung, serta mengembangkan aspek sosial dan intelektual yang dimiliki seseorang.

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas penilaian. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya atau hasil assessment. Sudjana (1990: 3), memaparkan bahwa penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Hasil penilaian didapat dari pengujian menggunakan alat ukur yang berupa tes maupun non tes. Agar dapat diperoleh skor dan nilai yang


(24)

benar-benar mewakili sifat suatu objek (misal prestasi belajar), maka seorang guru harus mempergunakan suatu alat ukur yang baik (Masidjo, 1995: 38). Semakin baik alat ukur yang digunakan akan semakin baik pula data yang dihasilkan.

Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu ketepatannya atau validitasnya dan ketetapan atau keajegan atau reliabilitasnya (Sudjana, 1990: 12). Suatu tes dapat dikatakan valid jika benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan reliabel atau dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu tetap atau konstan. Alat ukur yang baik juga harus memiliki tingkat kesukaran yang proporsional antara soal dalam kategori mudah, sedang dan sukar. Selain itu, daya pembeda juga harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar. Sulistyorini (2009: 173) menyatakan bahwa daya pembeda harus dimiliki oleh alat ukur yang baik untuk membedakan kemampuan peserta tes yang pandai dengan yang kurang pandai. Pada alat ukur pilihan ganda, pengecoh juga harus diperhatikan. Pengecoh ini berfungsi ketika sebagian peserta tes memilih jawaban yang salah. Jadi, selain valid dan reliabel, alat ukur yang berbentuk pilihan ganda dapat dinyatakan baik jika daya pembeda, tingkat kesukaran, serta pengecohnya juga berfungsi dengan baik.

Peneliti telah melakukan wawancara dengan guru kelas IV salah satu SD di Kabupaten Bantul. Wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juni


(25)

2016 ini memperoleh informasi bahwa guru kelas masih mengalami kesulitan dalam membuat soal, khususnya pada mata pelajaran matematika. Guru terkendala masalah waktu, sehingga terkadang guru hanya mengambil soal yang bersumber pada buku panduan saja. Dalam pembuatan soal, guru belum menerapkan soal yang berbentuk pemecahan masalah, sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir kritis. Guru juga belum menerapkan keseluruhan tingkatan dalam taksonomi Bloom, guru hanya menyasar pada level mengingat (C1) dan memahami (C2) saja. Guru kelas membutuhkan prototipe tes hasil belajar matematika yang sudah berkualitas baik, terutama materi perhitungan KPK dan FPB dikarenakan siswa masih kesulitan dalam memahami materi tersebut.

Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan sebuah penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

B. Pembatasan Masalah

Peneliti melakukan pembatasan masalah pada penelitian ini yang meliputi :

1. Alat ukur yang dikembangkan berfungsi mengukur aspek kognitif pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV.


(26)

3. Tes hasil belajar ini memuat Kompetensi Dasar (KD) matematika yakni 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.

4. Pembuatan tes berpedoman pada taksonomi Bloom yang direvisi dan memiliki tingkatan mulai dari level mengingat (C1) hingga mencipta (C6), serta menggunakan tingkat kesukaran, yakni mudah, sedang, dan sukar.

C. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan permasalahan pada penelitian ini yang meliputi : 1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar matematika

kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD ?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD sesuai dengan langkah-langkah.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD.


(27)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mencakup dua hal, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Adanya teori dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai referensi dan pengetahuan mengenai pembuatan tes hasil belajar yang baik khususnya pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Guru dapat memahami langkah-langkah pembuatan soal tes yang baik dan benar

2) Guru memperoleh pedoman atau contoh tes hasil belajar matematika yang sudah berkualitas baik

b. Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman baru dalam mengerjakan soal matematika yang tingkat berpikirnya dari level mengingat (C1) hingga mencipta (C6) dan sudah berkualitas bagus.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam hal mengembangkan tes hasil belajar yang baik.


(28)

d. Bagi Peneliti

1) Peneliti dapat menambah wawasan mengenai pembuatan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

2) Peneliti dapat mengetahui kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB yang telah dibuat dan diujicobakan

F. Definisi Operasional

1. Tes hasil belajar adalah adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam mempelajari sesuatu.

2. Matematika adalah suatu ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan bilangan, bentuk dan ukuran.

3. Kompetensi Dasar adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cakupan luas pada mata pelajaran tertentu dan menjadi acuan dalam pembuatan indikator pada suatu mata pelajaran.

4. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah kelipatan-kelipatan persekutuan dari dua bilangan atau lebih yang nilainya paling kecil. 5. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) adalah faktor-faktor persekutuan dari


(29)

6. Siswa Sekolah Dasar dasar berada pada tahap operasional konkret, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berpikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek konkret dan mampu melakukan konservasi.

7. Test Analysis Program (TAP) merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar yang berbentuk pilihan ganda.

8. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan ketepatan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengukur apa yang akan diukur.

9. Reliabilitas adalah ukuran ketetapan atau kekonsistenan suatu instrumen dalam mengukur sesuatu.

10. Daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes dalam membedakan siswa dalam kategori tinggi (pandai) dan siswa dalam kategori rendah (kurang pandai).

11. Tingkat kesukaran adalah adalah proporsi siswa yang menjawab benar dalam suatu tes yang dapat digunakan untuk mengukur kesulitan soal. 12. Pengecoh adalah kemungkinan jawaban tidak benar dan berfungsi untuk


(30)

G. Spesifikasi Produk

1. Instrumen tes hasil belajar berupa soal Matematika Kelas IV Semester I Kompetensi Dasar 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.

2. Instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban, dilengkapi dengan kunci jawaban, ranah kognitif, dan tingkat kesukaran soal.

3. Instrumen pilihan ganda sudah divalidasi oleh ahli dan dinyatakan layak untuk digunakan/diujicobakan dengan diperbaiki sesuai saran.

4. Instrumen pilihan ganda sudah valid dengan kriteria r hitung soal melebihi rtabel.

5. Instrumen pilihan ganda sudah reliabel dengan masuk pada kategori tinggi.

6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda. Daya pembeda yang digunakan adalah kategori “baik” dengan dan kategori “baik sekali”. 7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukaran. Proporsi tingkat

kesukaran adalah 25% soal kategori “mudah, 50% “sedang”, dan 25% “sukar”.

8. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh. Pengecoh-pengecoh dalam instrumen tes ini berfungsi dengan baik.

9. Instrumen pilihan ganda disusun menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Penyusunan


(31)

instrumen pilihan ganda harus memperhatikan EYD yang meliputi penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata depan, dan imbuhan.

10. Perangkat tes hasil belajar memuat beberapa komponen yaitu: (a) identitas soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif yang diukur, dan (f) tingkat kesukaran.


(32)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini, peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini akan membahas teori-teori yang mendukung penelitian yaitu tes hasil belajar, bentuk tes pilihan ganda, kualitas tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, matematika, taksonomi bloom yang direvisi, KPK dan FPB, serta karakteristik siswa SD. 1. Tinjauan tentang Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes

Tes sebagai alat pengukuran mempunyai arti yang bermacam-macam. Rakhmat dan Suherdi (2001: 56) mengemukakan bahwa tes merupakan alat, cara dan langkah-langkah sistematik untuk mengukur sejumlah perilaku tertentu dari subjek uji.

Sedangkan Masidjo (1995: 38-39) berpendapat bahwa tes merupakan suatu alat pengukur berupa serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok.


(33)

Lain lagi dengan Arikunto (2013: 193) yang mengemukakan bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat yang disusun secara sistematik berupa serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan atau atau hasil belajar individu maupun kelompok.

b. Definisi Belajar

Menurut Slameto (2003: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru saja secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Senada dengan Slameto, Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) berpendapat bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.


(34)

Sedangkan menurut Hudojo (1981: 2), belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia dan tingkah laku ini menjadi tetap, tidak akan berubah lagi dengan modifikasi yang sama.

Menurut pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses atau perubahan tingkah laku manusia secara menyeluruh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui pengalaman yang didapatnya sendiri.

c. Definsi Hasil Belajar

Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh dan komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku. Anni (2007: 4) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah perubahan aspek yang diperoleh pembelajar setelah menjalani aktivitas belajar”. Perubahan aspek-aspek perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari. Perubahan tersebut tidak hanya penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Belajar akan menghasilkan perubahan pada diri orang yang belajar, baik perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.


(35)

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2012: 5-7). Sedangkan Annitah, dkk (2008: 219) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan kulmunasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar”. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah semua efek atau perubahan perilaku antara sebelum dan sesudah pembelajar mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang terjadi bersifat positif sehingga dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. Seorang siswa dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila pengetahuan yang dimiliki telah bertambah, keterampilan dan kreatifitasnya meningkat, serta selalu memberikan prestasi yang membanggakan.

d. Definisi Tes Hasil Belajar

Belajar merujuk kepada tingkat pencapaian dan atau kemajuan peserta didik dalam belajar. Kemajuan tersebut biasanya dilakukan


(36)

menggunakan suatu tes yang biasa disebut dengan tes hasil belajar atau tes prestasi. Tes hasil belajar adalah salah satu alat yang dapat digunakan pendidik di sekolah atau pendidik di lembaga pendidikan tinggi untuk memahami tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar (Yusuf, 2015: 181).

Rakhmat dan Suherdi (2001: 56) mengemukakan bahwa tes hasil belajar dapat didefinisikan sebagai alat atau prosedur sistematik untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Purwanto (2009: 114), tes hasil belajar adalah alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran guna pengumpulan data hasil belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, tes hasil belajar adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam mempelajari sesuatu.

e. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar

Rakhmat dan Suherdi (2001: 56–58) mengemukakan tingkat kebaikan suatu tes sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat ciri, yaitu 1) validitas; 2) reliabilitas; 3) tingkat kesukaran; dan 4) kepraktisan.

1) Tes hasil belajar bersifat valid atau memiliki validitas. Istilah validitas menunjukkan pada tingkat ketepatan dalam mengungkap data yang semestinya diungkapkan. Tes hasil belajar yang valid akan mengungkapkan aspek-aspek hasil belajar secara tepat.


(37)

Dengan kata lain, tes tersebut dapat menguji apa yang semestinya dites.

2) Tes hasil belajar bersifat reliable atau memiliki reliabilitas. Istilah reliabilitas ini menunjukkan tingkat ketetapan, keajegan atau kemantapan. Suatu tes yang reliabel akan mampu menghasilkan data yang relative ajeg dan konsisten, sehingga tes tersebut hasilnya dapat dipercaya.

3) Tes hasil belajar memiliki tingkat kesukaran yang berimbang. Tingkat kesukaran ini berkaitan dengan penyebaran soal-soal sulit, sedang dan mudah. Menurut Widoyoko (2014: 136), suatu tes sebaiknya memiliki proporsi penyebaran sebagai berikut: 25% sulit, 50% sedang, dan 25% mudah.

4) Tes hasil belajar bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Kepraktisan ini menyangkut segi kemudahan dalam mengadministrasikan tes. Soal tes yang baik dapat disusun secara sederhana dan lengkap.

Sementara itu, Arikunto (2012: 72) mengemukakan bahwa sebuah tes yang dapat dinyatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu: 1) validitas; 2) reliabilitas; 3) objektivitas; 4) praktikabilitas; dan 5) ekonomis.


(38)

1) Validitas

Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak diukur.

2) Reliabilitas

Tes dapat dikatakan dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan selama berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. 3) Objektivitas

Sebuah tes dapat dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektivitas yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem scoring.

4) Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah dalam pengadministrasiannya.

5) Ekonomis

Ekonomis yang dimaksudkan adalah pelaksanaan tes tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

Berdasarkan pendapat dari kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah tes yang dikatakan baik sebagai alat ukur, apabila memenuhi persyaratan tes yaitu mempunyai validitas,


(39)

reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, ekonomis, dan tingkat kesukaran.

f. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar mempunyai beberapa jenis atau bentuk. Rakhmat dan Suherdi (2001: 68-90) berpendapat bahwa secara garis besar ada 3 jenis tes hasil belajar yakni: tes tertulis (written test), tes lisan (oral test) dan tes tindakan (performance test).

1) Tes tertulis (written test)

Dalam tes tertulis, pertanyaan-pertanyaan atau persoalan disajikan secara tertulis, dan siswa menjawab persoalan-persoalan tersebut secara tertulis pula. Ada dua perangkat yang harus dipersiapkan dalam tes tertulis antara lain: lembar soal yang sudah lengkap dengan petunjuk pengerjaan dan lembar jawaban yang akan diisi siswa.

Menurut Rakhmat dan Suherdi (2001: 70-73), pada dasarnya ada dua bentuk soal tertulis yang lazim kita kenal, yakni tes uraian (essay test) dan tes obyektif (objective).

a) Tes uraian (essay test)

Tes uraian merupakan suatu bentuk soal yang harus dijawab atau dipecahkan oleh peserta tes atau dipecahkan dengan cara mengemukakan pendapatnya secara terurai. Pada tes uraian ini, peserta tes mempunyai kesempatan yang luas


(40)

untuk mengemukakan pendapat dan analisisnya dalam menjawab persoalan. Tes uraian sering disebut sebagai tes subjektif (subjective), karena memang jawaban siswa sangat bersifat subjektif yang memungkinkan timbulnya variasi jawaban.

b) Tes obyektif (objective test)

Berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-persoalan dalam tes obyektif sudah terstruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti. Dalam tes obyektif, siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya sendiri, karena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan.

Tes obyektif dibagi menjadi 5 jenis / bentuk: (1) Soal Benar – Salah (B – S)

(2) Soal pilihan jamak atau pilihan ganda (multiple choice) (3) Soal menjodohkan

(4) Soal jawaban singkat (show answer) (5) Soal isian (completion)

2) Tes lisan (oral test)

Pelaksanaan tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester (guru) dengan peserta tes (siswa). Guru mengajukan persoalan atau pertanyaan secara lisan dan siswa


(41)

menjawabnya secara lisan pula. Perangkat yang digunakan adalah pokok-pokok pertanyaan dan pedoman penskoran.

3) Tes Tindakan (performance test)

Berbeda dengan kedua tes di atas, tes tindakan tidak disajikan dalam bentuk pertanyaan, melainkan dalam bentuk tugas. Dalam tes ini, siswa melakukan suatu kegiatan berdasarkan intruksi atau petunjuk tertentu dan guru mengamati keterampilan siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut. Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam tes tindakan adalah petunjuk/intruksi tentang kegiatan yang harus dilakukan dan perlengkapan atau alat-alat praktik yang diperlukan, serta pedoman penilaian. Tes tindakan ini lazim kita sebut sebagai Ujian Praktik.

2. Tinjauan tentang Bentuk Soal Pilihan Ganda a. Karakteristik Bentuk Soal Pilihan Ganda

Salah satu bentuk soal tes obyektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda. Pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat (Sudjana, 1990: 48). Sedangkan Mardapi (2008: 71-72) berpendapat bahwa tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.

Sudijono (2011: 118) mengatakan tes obyektif bentuk multiple choice atau yang sering dikenal dengan istilah tes pilihan ganda, yaitu


(42)

salah satu bentuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes obyektif yang yang dapat diselesaikan dengan cara memilih salah satu pilihan jawaban yang tepat dari seluruh pilihan jawaban yang telah disediakan.

Menurut Sudjana (1990: 48), dilihat dari strukturnya bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:

1) Stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan

2) Option : sejumlah pilihan alternatif jawaban 3) Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat

4) Distractor (pengecoh) : jawaban-jawaban lain yang selain kunci jawaban

b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda

Zulaiha (2008: 1-3) menjelaskan tentang kaidah-kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut:

1) Materi


(43)

b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang

paling benar 2) Konstruksi

d) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

e) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

f) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar. g) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif

ganda.

h) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

i) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di atas salah”, atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.

j) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya.

k) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

l) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. 3) Bahasa


(44)

m) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

n) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

o) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.

p) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

Berdasarkan pendapat Zulaiha di atas, ada beberapa kaidah-kaidah dalam penulisan soal tes berbentuk pilihan ganda yang dilihat dari segi materi, konstruksi soal, dan bahasa. Kaidah-kaidah ini digunakan sebagai aturan atau pedoman bagi guru dalam membuat soal berbentuk pilihan ganda. Peneliti juga menggunakan kaidah-kaidah tersebut dalam pembuatan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV SD.

c. Kelebihan dan Kekurangan Bentuk Soal Pilihan Ganda

Semua bentuk soal tes memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sudjana (1990: 49) mengemukakan tentang kelebihan dan kekurangan bentuk soal pilihan ganda sebagai berikut:

1) Kelebihan

a) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan


(45)

b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban

c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektif.

2) Kekurangan

a) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar

b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata

Sedangkan menurut Sukardi (2008: 125-126) beberapa kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan :

a) Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yakni fleksibel dalam implementasi, evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar

b) Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas

c) Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi d) Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual


(46)

e) Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah

f) Hasil jawaban siswa diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif

g) Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang 2) Kekurangan :

a) Kontruksi item tes pilihan ganda lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya

b) Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal

c) Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran

d) Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk soal tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tes pilihan ganda diantaranya bersifat objektif,


(47)

jawaban mudah dan cepat dikoreksi, materi yang diujikan luas, bersifat fleksibel dan dapat digunakan secara berulang jika siswa menjawab dengan lembar jawaban tersendiri. Sedangkan kelemahan tes pilihan ganda antara lain penyusunan soal relatif lama, memberi peluang siswa untuk menebak jawaban, serta item tes kurang mengukur kemampuan siswa.

3. Tinjauan tentang Kualitas Tes Hasil Belajar

Karakteristik kualitas tes yang baik adalah tes yang memenuhi validitas, reliabilitas dan karakteristik butir soal yang meliputi daya pembeda, tingkat kesulitan dan pengecoh.

a. Validitas

Kata “valid” sering diartikan dengan: tepat, benar, sahih dan absah, jadi validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, kesahihan atau keabsahan (Sudijono, 2011: 93). Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana, 1990: 12).

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuai instrumen (Arikunto, 2013: 211). Sedangkan menurut Borg dan Gall (dalam Purwanto, 2009: 114-115), validitas merupakan derajat sejauh mana tes mengukur apa yang ingin diukur.


(48)

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan ketepatan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengukur apa yang akan diukur.

Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan dan dapat menangkap data variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid (Masidjo, 1995: 121). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Secara garis besar, ada dua macam validitas yakni validitas logis dan validitas empiris (Arikunto, 2012: 20).

1) Validitas Logis

Validitas logis mengandung kata “logis” yang berasal dari kata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian, maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Validitas logis ini tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.


(49)

Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen yaitu: validitas isi dan validitas konstruk (construct validity).

a) Validitas isi (content validity)

Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas yang dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah butir Tes Hasil Belajar mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur (Purwanto, 2009: 120).

Sedangkan menurut Sudijono (2011: 164), validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Sementara menurut Sukardi (2008: 32), validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa validitas isi adalah pengujian validitas terhadap isi atau cakupan yang terkandung dalam sebuah tes yang dilakukan dengan cara penelusuran atau penganalisasian. Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk pada suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi.


(50)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2012: 82). Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini juga biasa disebut validitas kurikuler.

b) Validitas konstruksi (construct validity)

Validitas konstruk (construct validity) adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruks butir yang ditulis dengan kisi-kisinya (Purwanto, 2009: 12-128). Sedangkan menurut Sukardi (2008: 33), validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical contruct. Validitas konstruk sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstruk aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus/TIK (Arikunto, 2012: 83).


(51)

2) Validitas Empiris

Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman sudah dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur.

Ada dua macam validitas empiris, yakni validitas “ada sekarang” (concurrent validity) dan validitas prediksi (predictive validity)

a) Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini, hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau, sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent)

b) Validitas prediksi (predictive validity)

Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenal hal yang akan datang atau hal yang belum terjadi.


(52)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

b. Reliabilitas

Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability. Dalam bahasa Inggris, reliabilitas berasal dari kara reliable yang artinya dapat dipercaya. Menurut Sudjana (1990: 16), reliabilitas merupakan ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilainya.

Sudaryono, dkk (2013: 120), mengatakan bahwa reliabilitas berarti sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Sedangkan Jihad dan Haris (2012: 180) mengemukakan bahwa reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ukuran ketetapan atau kekonsistenan suatu instrumen dalam mengukur sesuatu. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali-kali (Widoyoko, 2015: 157).

Berdasarkan cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas instrumen, secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas


(53)

eksternal (external reliability) dan reliabilitas internal (internal reliability) (Widoyoko, 2015: 158 – 165).

1) Reliabilitas Eksternal (External Reliability)

Reliabilitas eksternal diperoleh jika ukuran atau kriteria tingkat reliabilitas berada di luar instrumen yang bersangkutan. Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal suatu instrumen yaitu dengan metode bentuk paralel (equivalent method) dan metode tes berulang (test-retest method)

a) Metode bentuk paralel (equivalent method)

Metode paralel dilakukan dengan cara menyusun instrumen yang hampir sama (equivalen), kemudian diujicobakan pada sekelompok responden yang sama (responden mengerjakan dua kali) kemudian dari hasil uji coba tersebut dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment. Data dari hasil dua kali uji coba, yang satu dianggap sebagai nilai X, sedangkan yang lainnya dianggap sebagai nilai Y. karena dalam metode ini ada dua instrumen dan dilakukan dua kali tes, maka disebut dengan metode tes berulang atau test retest. Metode ini pada umumnya untuk menguji reliabilitas instrumen bentuk tes.


(54)

Instrumen paralel atau ekuivalen adalah dua buah instrumen yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesulitan dan susunan, tetapi butir-butir pertanyaan/pernyataan berbeda.

Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan biaya yang lebih karena harus menyusun dua instrumen dan harus tersedia waktu yang lama untuk mencoba dua kali tes. b) Metode Tes Berulang (test retest method)

Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan instrumen dua kali. Dalam menggunakan metode ini kita hanya menyusun satu perangkat instrumen. Instrumen tersebut diujicobakan pada sekelompok responden dan hasilnya dicatat. Pada kesempatan lain, instrumen tersebut diberikan pada kelompok responden yang sama untuk dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua tersebut dicatat. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan. Metode ini pada umumnya juga untuk menguji reliabilitas instrumen bentuk tes.

2) Reliabilitas Internal (Internal Reliability)

Reliabilitas internal diperoleh jika ukuran atau kriteria tingkat reliabilitas didasarkan pada instrumen itu sendiri. Berdasarkan sistem pemberian skor (scoring system) instrumen, ada dua metode analisis reliabilitas internal, yaitu:


(55)

a) Instrumen skor diskrit

Instrumen skor dikrit, nominal atau pilah adalah instrumen yang skor jawabannya/responden hanya dua, yaitu 1 (satu) dan 0 (nol). Dengan kata lain, hanya dua jawaban yaitu benar dan salah. Jawaban benar diberikan skor 1 (satu) dan jawaban salah diberikan skor 0 (nol).

Metode ini dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen baik bentuk tes maupun non tes.

b) Instrumen skor non diskrit.

Instrumen skor non diskrit adalah instrumen pengukuran yang dalam sistem skoringnya bukan 1 dan bukan 0, tetapi bersifat gradual, yaitu ada penjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi hingga skor terendah. Hal ini biasanya terdapat pada instrumen tes bentuk uraian dan pilihan ganda, serta instrumen non tes bentuk angket dengan skala Likert dan skala lanjutan (rating scale).

c. Karakteristik Butir Soal 1) Daya Pembeda

Item yang baik adalah item yang mampu membedakan antara kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang rendah (Sulistyorini, 2009: 177). Daya pembeda adalah kemampuan butir


(56)

soal tes hasil belajar dalam membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah (Purwanto, 2009: 102).

Daya pembeda menurut Rakhmat dan Suherdi (2001: 193) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mampu dengan siswa yang tidak mampu. Sedangkan menurut Zainul dan Nasution (dalam Widoyoko, 2014: 114), daya beda (discriminating power) butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal dalam membedakan antara peserta yang pandai (kelompok atas) dengan peserta tes yang kurang pandai (kelompok bawah) diantara semua peserta tes.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes dalam membedakan siswa dalam kategori tinggi (pandai) dan siswa dalam kategori rendah (kurang pandai).

2) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran memiliki arti yang bermacam-macam. Rakhmat dan Suherdi (2001: 190) mengemukakan bahwa tingkat kesukaran (difficulty index) adalah ukuran yang menunjukkan kesulitan soal untuk diselesaikan siswa. Sementara menurut Widoyoko (2014: 132), tingkat kesulitan (difficulty index, difficulty level) butir soal adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu soal.


(57)

Sedangkan Crocker dan Algina (dalam Purwanto, 2009: 99) mengatakan bahwa tingkat kesukaran (difficulty index) atau yang biasa disingkat dengan TK adalah proporsi siswa sebagai peserta tes yang menjawab benar.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran suatu soal adalah proporsi siswa yang menjawab benar dalam suatu tes yang dapat digunakan untuk mengukur kesulitan soal.

Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan porsi jumlah soal mudah, sedang dan sukar didasari adanya keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah jumlah soal untuk ketiga kategori soal tersebut sama. Pertimbangan lainnya adalah proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori soal tersebut didasarkan pada kurva normal. Artinya, sebagian besar soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang (Sudjana, 1990: 135).

Sebuah soal tes biasanya memiliki tingkat kesulitan pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3, dimana 30% soal berkategori mudah, 40% berkategori sedang dan 30% lainnya berkategori sukar. Selain perbandingan 3-4-3, perbandingan lain yang sering digunakan adalah 3-5-2 yang


(58)

artinya di dalam sebuah soal tes terdapat 30% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang dan 20% soal dalam kategori sukar (Sudjana, 1990: 135 – 136).

3) Analisis Pengecoh

Jawaban soal tes pilihan ganda terbagi menjadi dua yaitu jawaban benar dan pengecoh. Dari sekian alternatif jawaban yang disediakan hanya terdapat satu jawaban benar yang disebut kunci jawaban, sedangkan kemungkinan jawaban yang tidak benar dinamakan pengecoh.

Purwanto, (2009: 75) mengatakan bahwa pengecoh (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Sedangkan menurut Kusaeri dan Suprananto (2012: 107), pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar atau kurang tepat, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila ia tidak menguasai materi dengan baik.

Pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta yang berkemampuan tinggi (Supranata, 2004: 43). Pengecoh berfungsi efektif jika banyak dipilih oleh peserta tes dari kelompok bawah (kurang pandai). Sebaliknya jika pengecoh banyak dipilih oleh peserta dari kelompok atas, maka pengecoh tidak berfungsi dengan semestinya.


(59)

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan kemungkinan jawaban yang tidak benar dan berfungsi untuk mengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi.

4. Tinjauan tentang Pengembangan Tes Hasil Belajar

Semua alat ukur yang akan digunakan untuk menguji siswa termasuk menggunakan tes hasil belajar perlu dipastikan kemampuannya agar dapat mengukur dengan baik. Untuk mendapatkan tes hasil belajar yang berkualitas baik, maka diperlukan prosedur atau langkah-langkah pengembangan yang menjamin dalam pembuatan soal tes tersebut. Tes hasil belajar yang baik akan memperoleh data yang akurat dari siswa. Dengan begitu tujuan dari tes hasil belajar tersebut akan tercapai.

Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar menurut Mardapi (dalam Widoyoko, 2014: 122). Kesembilan langkah tersebut meliputi:

a. Menyusun spesifikasi tes

Menetapkan spesifikasi tes yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal dan siapa saja yang menulis soal, akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes ini mencakup empat


(60)

kegiatan : 1) menentukan tujuan tes, 2) menyusun kisi-kisi tes, 3) memilih bentuk tes, dan 4) menentukan panjang tes.

b. Menulis soal tes

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel.

c. Menelaah soal tes

Setelah soal selesai dibuat, perlu dilakukan telaah terhadap soal-soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan ataupun kesalahan. Walaupun sudah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan soal sangat mungkin terjadi. Telaah ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan pembuat soal. Sering kali kesalahan terletak pada tata bahasa maupun subtansi yang tidak terlihat oleh pembuat soal. Akan tetapi lebih baik lagi jika telaah dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari sejumlah ahli secara bersama-sama. Dengan menelaah soal ini, diharapkan dapat memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.


(61)

d. Melakukan uji coba tes

Uji coba perlu dilakukan sebelum soal tes digunakan. Uji coba ini dilakukan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba tersebut dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesulitan, pola jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda dan lain sebagainya. Jika memang hasil uji coba soal tersebut belum memenuhi kualitas yang diharapkan, perlu dilakukan pembenahan atau perbaikan.

e. Menganalisis butir soal tes

Berdasarkan hasil uji coba perlu dilakukan analisis butir soal yang telah disusun. Melalui analisis butir soal ini dapat diketahui antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya beda dan juga efektivitas pengecoh.

f. Memperbaiki tes

Langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan atau yang belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi serta beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.


(62)

g. Merakit Tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya dalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir soal tersebut perlu disusun secara hati-hati hingga menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus diperhatikan. Walaupun butir soal telah disusun dengan baik, jika penyusunannya sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik.

h. Melaksanakan tes

Langkah berikutnya adalah melaksanakan tes dengan cara memberikan kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini diperlukan pemantauan atau pengawasan agar tes benar-benar dikerjakan secara jujur dan sesuai dengan ketentuan. Pelaksanaan tes dilakukan dengan hati-hati agar tujuan tersebut benar-benar dapat tercapai.

i. Menafsirkan hasil tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah atau tinggi. Nilai merupakan alat yang sangat berguna untuk memotivasi siswa dalam belajar serta guru dalam mengajar yang lebih


(63)

baik. Dengan mengetahui nilai pencapaian belajar suatu mata pelajaran, siswa dapat menyusun rencana untuk perbaikan. Nilai ini juga bisa berupa imbalan (reward) terhadap jerih payah atau usaha yang telah dilakukan siswa. Imbalan inilah yang akan menjadi motivasi atau pendorong siswa untuk belajar lebih giat. Nilai juga merupakan informasi mengenai keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

Berdasarkan pendapat Mardapi di atas, ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar yang meliputi a) menyusun spesifikasi, b) menulis soal tes, c) menelaah soal tes, d) melakukan uji coba tes, e) menganalisis butir soal, f) memperbaiki tes, g) merakit tes, h) melakukan tes, dan i) menafsirkan hasil tes.

5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi

Menurut Anderson & Krathwol (2010: 6), taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Taksonomi pendidikan dapat mengklasifikasikan tujuan-tujuan. Sebuah rumusan tujuan berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja umumnya mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan. Sedangkan kata benda mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa (Anderson & Krathwohl, 2010: 6).

Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi Bloom yang direvisi mempunyai dua dimensi. Dua dimensi


(64)

tersebut adalah proses pengetahuan dan kognitif. Pada dimensi kognitif terdapat enam kategori yang meliputi:

a. Mengingat

Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 99), proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang diperlukan selama proses mengingat dapat berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognisi, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut. Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali (Anderson & Krathwohl, 2010: 103-104).

b. Memahami

Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 105), memahami adalah suatu proses mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui pengajaran, buku, atau latar komputer. Siswa dapat “memahami” ketika mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada.

Lebih lanjut menurut Anderson & Krathwol (2010: 106), proses-proses kognitif dalam kategori memahami ini meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.


(65)

c. Mengaplikasikan

Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 106), mengaplikasikan merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural.

Dalam kategori mengaplikasikan ini terdiri dari dua proses kognitif di dalamnya, yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Mengeksekusi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan menyelesaikan soal latihan, sedangkan mengimplementasikan berkaitan dengan menyelesaikan masalah. d. Menganalisis

Menganalisis merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan kegiatan memecah-mecahkan materi menjadi bagian-bagian kecil. Bagian-bagian-bagian kecil tersebut dapat menentukan bagaimana hubungan antar bagian, antara setiap bagian, dan struktur keseluruhan yang membentuk materi tersebut (Anderson & Krathwohl, 2010: 120).

Kategori dalam proses kognitif menganalisis ini meliputi membedakan, mengorganisasikan dan mengatribusikan (Anderson & Krathwohl, 2010: 120). Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis, mencakup belajar untuk


(1)

9 TOTAL 5 (0,143) 5 (0,143) 4 (0,114) 21*(0,600) High 1 (0,111) 0 (0,000) 1 (0,111) 7 (0,778) Low 2 (0,200) 3 (0,300) 2 (0,200) 3 (0,300) Diff -1(-0,089) -3(-0,300) -1(-0,089) 4 (0,478) 10 TOTAL 9*(0,257) 6 (0,171) 4 (0,114) 16 (0,457) High 6 (0,667) 1 (0,111) 1 (0,111) 1 (0,111) Low 0 (0,000) 2 (0,200) 1 (0,100) 7 (0,700) Diff 6 (0,667) -1(-0,089) 0 (0,011) -6(-0,589) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 11 TOTAL 11 (0,314) 12*(0,343) 2 (0,057) 10 (0,286) High 2 (0,222) 7 (0,778) 0 (0,000) 0 (0,000) Low 2 (0,200) 0 (0,000) 2 (0,200) 6 (0,600) Diff 0 (0,022) 7 (0,778) -2(-0,200) -6(-0,600) 12 TOTAL 6 (0,171) 5 (0,143) 16*(0,457) 8 (0,229) High 0 (0,000) 0 (0,000) 9 (1,000) 0 (0,000) Low 4 (0,400) 1 (0,100) 1 (0,100) 4 (0,400) Diff -4(-0,400) -1(-0,100) 8 (0,900) -4(-0,400) 13 TOTAL 13*(0,371) 9 (0,257) 8 (0,229) 5 (0,143) High 5 (0,556) 2 (0,222) 2 (0,222) 0 (0,000) Low 1 (0,100) 3 (0,300) 5 (0,500) 1 (0,100) Diff 4 (0,456) -1(-0,078) -3(-0,278) -1(-0,100) 14 TOTAL 7 (0,200) 6*(0,171) 11 (0,314) 11 (0,314) High 2 (0,222) 3 (0,333) 2 (0,222) 2 (0,222) Low 0 (0,000) 1 (0,100) 3 (0,300) 6 (0,600) Diff 2 (0,222) 2 (0,233) -1(-0,078) -4(-0,378) 15 TOTAL 11 (0,314) 4 (0,114) 16*(0,457) 4 (0,114) High 1 (0,111) 0 (0,000) 7 (0,778) 1 (0,111) Low 4 (0,400) 3 (0,300) 2 (0,200) 1 (0,100) Diff -3(-0,289) -3(-0,300) 5 (0,578) 0 (0,011) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 16 TOTAL 7 (0,200) 7 (0,200) 5 (0,143) 16*(0,457) High 1 (0,111) 0 (0,000) 0 (0,000) 8 (0,889) Low 4 (0,400) 4 (0,400) 1 (0,100) 1 (0,100) Diff -3(-0,289) -4(-0,400) -1(-0,100) 7 (0,789) 17 TOTAL 9 (0,257) 6 (0,171) 17*(0,486) 3 (0,086) High 2 (0,222) 1 (0,111) 6 (0,667) 0 (0,000) Low 5 (0,500) 1 (0,100) 3 (0,300) 1 (0,100) Diff -3(-0,278) 0 (0,011) 3 (0,367) -1(-0,100) 18 TOTAL 7 (0,200) 6 (0,171) 5 (0,143) 17*(0,486) High 0 (0,000) 0 (0,000) 1 (0,111) 8 (0,889) Low 3 (0,300) 3 (0,300) 1 (0,100) 3 (0,300)


(2)

Diff -3(-0,300) -3(-0,300) 0 (0,011) 5 (0,589) 19 TOTAL 8 (0,229) 15*(0,429) 6 (0,171) 6 (0,171) High 0 (0,000) 8 (0,889) 1 (0,111) 0 (0,000) Low 4 (0,400) 1 (0,100) 2 (0,200) 3 (0,300) Diff -4(-0,400) 7 (0,789) -1(-0,089) -3(-0,300) 20 TOTAL 7 (0,200) 6 (0,171) 17*(0,486) 5 (0,143) High 0 (0,000) 1 (0,111) 6 (0,667) 2 (0,222) Low 2 (0,200) 1 (0,100) 6 (0,600) 1 (0,100) Diff -2(-0,200) 0 (0,011) 0 (0,067) 1#(0,122) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 21 TOTAL 18*(0,514) 5 (0,143) 9 (0,257) 3 (0,086) High 9 (1,000) 0 (0,000) 0 (0,000) 0 (0,000) Low 0 (0,000) 4 (0,400) 5 (0,500) 1 (0,100) Diff 9 (1,000) -4(-0,400) -5(-0,500) -1(-0,100) 22 TOTAL 2 (0,057) 12 (0,343) 9 (0,257) 12*(0,343) High 0 (0,000) 0 (0,000) 1 (0,111) 8 (0,889) Low 1 (0,100) 5 (0,500) 3 (0,300) 1 (0,100) Diff -1(-0,100) -5(-0,500) -2(-0,189) 7 (0,789) 23 TOTAL 7 (0,200) 6 (0,171) 11 (0,314) 11*(0,314) High 1 (0,111) 0 (0,000) 3 (0,333) 5 (0,556) Low 4 (0,400) 3 (0,300) 2 (0,200) 1 (0,100) Diff -3(-0,289) -3(-0,300) 1 (0,133) 4 (0,456) 24 TOTAL 12 (0,343) 6 (0,171) 9*(0,257) 8 (0,229) High 2 (0,222) 0 (0,000) 7 (0,778) 0 (0,000) Low 2 (0,200) 3 (0,300) 1 (0,100) 4 (0,400) Diff 0 (0,022) -3(-0,300) 6 (0,678) -4(-0,400) 25 TOTAL 8 (0,229) 19*(0,543) 4 (0,114) 4 (0,114) High 2 (0,222) 6 (0,667) 0 (0,000) 1 (0,111) Low 3 (0,300) 4 (0,400) 2 (0,200) 1 (0,100) Diff -1(-0,078) 2 (0,267) -2(-0,200) 0 (0,011) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 26 TOTAL 6 (0,171) 7 (0,200) 6 (0,171) 16*(0,457) High 1 (0,111) 0 (0,000) 2 (0,222) 6 (0,667) Low 4 (0,400) 2 (0,200) 1 (0,100) 3 (0,300) Diff -3(-0,289) -2(-0,200) 1 (0,122) 3 (0,367) 27 TOTAL 7 (0,200) 6 (0,171) 16*(0,457) 6 (0,171) High 2 (0,222) 1 (0,111) 6 (0,667) 0 (0,000) Low 3 (0,300) 2 (0,200) 5 (0,500) 0 (0,000) Diff -1(-0,078) -1(-0,089) 1 (0,167) 0 (0,000)


(3)

28 TOTAL 5*(0,143) 7 (0,200) 8 (0,229) 15 (0,429) High 0 (0,000) 1 (0,111) 3 (0,333) 5 (0,556) Low 1 (0,100) 1 (0,100) 1 (0,100) 7 (0,700) Diff -1(-0,100) 0#(0,011) 2#(0,233) -2(-0,144) 29 TOTAL 5 (0,143) 13 (0,371) 15*(0,429) 2 (0,057) High 0 (0,000) 2 (0,222) 7 (0,778) 0 (0,000) Low 4 (0,400) 3 (0,300) 2 (0,200) 1 (0,100) Diff -4(-0,400) -1(-0,078) 5 (0,578) -1(-0,100) 30 TOTAL 10 (0,286) 6 (0,171) 16*(0,457) 3 (0,086) High 1 (0,111) 1 (0,111) 5 (0,556) 2 (0,222) Low 3 (0,300) 3 (0,300) 3 (0,300) 1 (0,100) Diff -2(-0,189) -2(-0,189) 2 (0,256) 1 (0,122) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

TAP: Test Analysis Program (version 14.7.4) Copyright © 2003-2014 Gordon P. Brooks Contact: brooksg@ohio.edu


(4)

LAMPIRAN 13


(5)

LAMPIRAN 14

Dokumentasi

SD Kanisius Bantul


(6)

LAMPIRAN 15

CURRICULUM VITAE

Erfindo Wijaya merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Lahir di Bantul, 21 tahun yang lalu tepatnya pada 20 Mei 1995.

Peneliti menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Sribit pada

tahun 2001-2007. Pendidikan menengah pertama diperoleh di

SMP Negeri 2 Bambanglipuro pada tahun 2007 hingga 2010.

Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan tingkat menengah

atas di SMA Negeri 1 Imogiri pada tahun 2010 dan dinyatakan lulus pada tahun

2013. Peneliti mulai tercatat sebagai mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma

sejak tahun 2013, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selama menempuh perkuliahan, peneliti aktif mengikuti berbagai kegiatan untuk

mengembangkan soft skill. Pada tahun 2014, peneliti mengikuti Pelatihan

Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I dan II. Pada tahun yang sama

peneliti juga mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD) pramuka di Youth Centre

Sleman. Selama empat semester, peneliti juga mengikuti kegiatan English Club

yang diselenggarakan oleh PGSD USD serta Penguasaan Bahasa Inggris Aktif

untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris. Peneliti mengikuti

berbagai kepanitiaan di lingkungan Prodi dan Fakultas, diantaranya Kuliah Umum

“Indonesia Mengajar” pada tahun 2014, Inisiasi Prodi PGSD pada tahun 2015,

serta Pekan Ilmiah Fakutas (PIF) pada tahun 2016. Selain di lingkungan kampus,

peneliti juga aktif mengikuti organisasi di luar kampus, diantaranya menjadi

anggota Karang Taruna Desa Mulyodadi, menjadi Bendahara 2 Remaja Masjid

Al-Fattah, serta menjadi sekretaris selama 2 periode pada Karang Taruna

“Ajisaka” Dusun Mejing.


Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 1 225

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 0 303

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1 6 280

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 200

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 4 187

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 2 277

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar

0 1 223

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 13 301

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

2 8 278

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 267