Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
i
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH
YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Erfindo Wijaya
NIM: 131134178
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
(2)
(3)
(4)
iv
PERSEMBAHAN
Kar ya ini saya per sembahkan unt uk:
Allah SWT yang telah m elim pahkan rahmad, taufik serta hidayahNya kepada saya dalam segala hal
Kedua orang tua saya, Bapak Sutopo dan Ibu Suparjilah yang selalu m em berikan doa, dukungan, perhatian, kasih sayang dan semangat untuk m enyelesaikan pendidikan
Keluarga besar Suwito Mulyo dan Siswo Sumarto atas segala doa, dukungan dan sem angat untuk proses penyelesaian skripsi ini
Sahabat-sahabat tercinta sejak kecil hingga sekarang, Tika, Tuti, Dewi, Arif, dan Epick yang selalu ada dalam suka m aupun duka serta m em berikan sem angat dalam penyusunan skripsi ini
Sahabat sejak bangku SMA, Ayu, Brian, Dewi, Dian, Fiesta, Nina, Nofrian, dan Sunny yang selalu m enyempatkan waktu untuk berkum pul di tengah kesibukan m asing-m asing, tawa kalian adalah bahagiaku
Agnes, Yoyo, Nadia, sahabat “Uluhuluh” yang sekarang jarang bertem u tetapi selalu m endoakan dan m emberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini
Sahabat seperjuangan clust er dan payung R&D THB yang m em berikan pengalaman sungguh berarti
Alm amater Universitas Sanata Dharm a
Segala pihak yang m endukung dan m em bantu dalam setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu
(5)
v MOTTO
“ J angan selalu melihat sesuat u dar i hasil akhir nya, namun lihat lah dar i pr osesnya”
(Er f indo W ij aya)
“Ber sabar lah dan kuat kanlah kesabar anmu kar ena sesungguhnya Allah ber sama or ang- or ang yang sabar ”
(Ali I mr an: 200)
“Ket ahuilah per t olongan it u ada ber sama dengan kesabar an, j alan keluar it u akan selalu ber ir ingan dengan cobaan,
dan ber sama kesulit an it u ada kemudahan” (HR. Tir midzi)
“Ber t akwalah kepada Allah dan Allah akan member ikan ilmu kepadamu kar ena sesungguhnya Allah Maha menget ahui segala sesuat u”
(6)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Januari 2017
Peneliti
(7)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Erfindo Wijaya
Nomor Mahasiswa : 131134178
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”
beserta perangkat yang diperlukan.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 25 Januari 2017 Yang menyatakan
(8)
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH
YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Erfindo Wijaya Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pembuatan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan tes hasil belajar dan mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Prosedur pengembangan produk tes hasil belajar ini peneliti modifikasi langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall yang meliputi tujuh langkah pengembangan, yaitu : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang berjumlah 67 siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) soal valid sebanyak 45 butir soal atau 75%, (b) hasil analisis reliabilitas menunjukkan bahwa soal reliabel serta termasuk ke dalam kategori tinggi, (c) analisis daya pembeda diperoleh hasil 74% soal dengan kategori baik dan 26% soal dengan kategori baik sekali, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 9% mudah, 87% sedang, dan 4% sukar, (e) analisis pengecoh diperoleh sebanyak 5 option tidak berfungsi dan telah direvisi.
(9)
ix ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT TEST BASIC COMPETENCE RESOLVE PROBLEM RELATED TO LCM
AND GCF FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL
Erfindo Wijaya
Sanata Dharma University
2017
The background of this research because there was potential problem of achievement test making. The teacher’s class matter was to maked achievement test in good quality. This research is development research (R&D) which the purpose was to development achievement test and to described the quality of the achievement test product in basic competence resolve problem related to Least Common Multiple (LCM) and Greatest Common Factor (GCF) for the fourth grade students of Elementary School.
Procedure of learning achievement test development, researcher modified the ways of development based on Borg and Galls’s theory consisted of seven development steps, those are (1) potential problem, (2) collected data, (3) product desain, (4) design validation, (5) design revision, (6) product experiment, and (7) product revision. The subject of this research were the fourth grade students of SD Kanisius Ganjuran and SD Kanisius Bantul total 67 students.
This research showed (1) the ways of development research are: (a) potential problem, (b) collected data, (c) product desain, (d) design validation, (e) design revision, (f) product experiment, and (g) product revision, (2) analysis result from 60 question showed (a) total of valid questions are 45 item or 75%, (b) the questions are reliable and included high categories, (c) analysis of the distinguishing result 74% questions good categories and 26% questions excellent categories, (d) analysis of the difficulties result of 9% easy, 87% medium, and 4% difficult, (e) analysis of the distaction result 5 options did not work and had revision.
(10)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad, hidayah, serta inayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KPK DAN FPB UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat kesehatan serta kelancaran selama kegiatan penelitian hingga penyelesaian laporan skripsi
2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini
5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
(11)
xi
6. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
7. HY. Budisantoso, S.Sos. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SDK Ganjuran
8. CH. Winarsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Bantul yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di SDK Bantul
9. Bhernadeta Bertiyanti, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan kritik dan saran pada produk tes hasil belajar serta membantu pelaksanaan penelitian ini
10. Th. Sunarmi, S.Pd.SD. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Bantul yang telah memberikan kritik dan saran pada produk tes hasil belajar serta membantu pelaksanaan penelitian ini
11. Elisabeth Tatik Widiyarti, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Kanisius Kanutan yang telah memberikan kritik dan saran serta penilaian pada produk tes hasil belajar sehingga produk tersebut menjadi lebih baik dan layak digunakan dalam penelitian ini
12. Very Utami, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Negeri 1 Patalan yang telah memberikan kritik dan saran serta penilaian pada produk tes hasil belajar sehingga produk tersebut menjadi lebih baik dan layak digunakan dalam penelitian ini
13. Laredo Muliawan, S.Pd. selaku Guru Kelas IV SD Brajan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi narasumber dalam wawancara analisis kebutuhan sebagai studi pendahuluan dalam penelitian ini
14. Siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran dan SD Kanisius Bantul yang telah bersedia membantu selama proses penelitian
15. Kedua orang tua tercinta, Sutopo, S.Pd. dan Suparjilah, S.Pd. yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada peneliti
(12)
xii
16. Teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2013 yang selalu membantu dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi ini
17. Teman-teman PPL SD Kanisius Ganjuran yang tidak sengaja dipersatukan selama tiga bulan di PPL sehingga saling memberi dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi
18. Teman-teman cluster dan payung R&D THB yang saling membantu dalam suka maupun duka, berjuang bersama dan bekerjasama selama beberapa bulan ini hingga terselesainya laporan skripsi
19. Almamater Universitas Sanata Dharma
20. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk bantuan dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
Dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kendala. Namun kendala-kendala tersebut tidak menjadi hambatan bagi peneliti, melainkan menjadikan semangat untuk terus maju dan menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca, baik dalam isi maupun inspirasi untuk lebih baik. Tentunya, tak ada gading yang tak retak. Peneliti meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kesalahan baik dalam penyajian ataupun isi. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Peneliti
(13)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xviiii
DAFTAR TABEL ... xvivi
DAFTAR GAMBAR ... xviiiviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xixix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 7
G. Spesifikasi Produk ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Kajian Pustaka ... 11
1. Tinjauan tentang Tes Hasil Belajar ... 11
a. Definisi Tes ... 11
(14)
xiv
c. Definisi Hasil Belajar ... 13
d. Definisi Tes Hasil Belajar . ... 14
e. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar ... 15
f. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar ... 18
2. Tinjauan tentang Bentuk Soal Pilihan Ganda ... 20
a. Karakteristik Bentuk Soal Pilihan Ganda ... 20
b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda ... 21
c. Kelebihan dan KekuranganBentuk Soal Pilihan Ganda ... 23
3. Tinjauan tentang Kualitas Tes Hasil Belajar ... 26
a. Validitas ... 26
b. Reliabilitas ... 31
c. Karakteristik Butir Soal ... 34
1) Daya Pembeda ... 34
2) Tingkat Kesukaran ... 35
3) Analisis Pengecoh ... 37
4. Tinjauan tentang Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 38
5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 42
6. Tinjauan tentang Matematika... 46
a. Hakikat Matematika ... 46
b. Kajian Matematika di SD ... 47
c. Tujuan Pembelajaran Matemtika di SD ... 48
7. Tinjauan tentang Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPK ... 49
a. Kompetensi Dasar ... 49
b. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) ... 50
c. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) ... 50
8. Tinjauan tentang Program TAP (Test Analysis Program) ... 51
9. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 52
B. Penelitian yang Relevan ... 54
C. Kerangka Berpikir ... 60
(15)
xv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 64
A. Jenis Penelitian ... 64
B. Setting Penelitian ... 69
C. Prosedur Pengembangan ... 70
D. Teknik Pengumpulan Data ... 75
E. Instrumen Penelitian ... 78
F. Tenik Analisis Data ... 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98
A. Hasil penelitian ... 98
1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar... 98
2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 102
B. Pembahasan ... 113
1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar... 113
2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 119
3. Produk Akhir ... 135
BAB V PENUTUP ... 140
A. Kesimpulan ... 140
B. Keterbatasan Pengembangan ... 141
C. Saran ... 142
DAFTAR REFERENSI ... 144
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pedoman wawancara analisis kebutuhan ... 79
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner produk tes hasil belajar ... 80
Tabel 3.3 Kisi-kisi soal tes hasil belajar matematika ... 82
Tabel 3.4 Kualifikasi skor validator ahli ... 86
Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 88
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 90
Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 92
Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 94
Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Validator Ahli ... 100
Tabel 4.2 Komentar Validator dan Revisi Desain ... 100
Tabel 4.3 Daftar Pengecoh yang Tidak Berfungsi... 102
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 102
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 104
Tabel 4.6 Hasil Daya Pembeda Soal Tipe A ... 105
Tabel 4.7 Hasil Daya Pembeda Soal Tipe B ... 107
Tabel 4.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 108
Tabel 4.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 109
Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 111
Tabel 4.11 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 112
Tabel 4.12 Analisis Hasil Validasi Ahli... 115
Tabel 4.13 Revisi Pengecoh ... 118
Tabel 4.14 Pembahasan Validitas Soal Tipe A ... 120
Tabel 4.15 Pembahasan Validitas Soal Tipe B ... 121
Tabel 4.16 Pembahasan Daya Pembeda Soal Tipe A ... 124
Tabel 4.17 Pembahasan Daya Pembeda Soal Tipe B ... 126
Tabel 4.18 Pembahasan Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 128
(17)
xvii
Tabel 4.20 Pembahasan Analisis Pengecoh Soal Tipe A... 132 Tabel 4.21 Pembahasan Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 134 Tabel 4.22 Kisi-kisi Soal pada Prototipe Tes Hasil Belajar ... 136
(18)
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 59
Gambar 3.1 Bagan langkah-langkah penelitian pengembangan Borg dan Gall .... 65
Gambar 3.2 Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika ... 71
Gambar 3.3 Hasil validitas pada program TAP... 89
Gambar 3.4 Hasil uji reliabilitas pada program TAP ... 91
Gambar 3.4 Hasil uji daya pembeda pada program TAP... 93
Gambar 3.5 Hasil tingkat kesukaran pada program TAP ... 95
(19)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 149
Lampiran 2 Surat Ijin Validasi Instrumen ... 151
Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 152
Lampiran 4 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 154
Lampiran 5 Tabel Spesifikasi Produk ... 157
Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Validator Ahli ... 197
Lampiran 7 Hasil Penilaian Produk ... 199
Lampiran 8 Soal Uji Coba Terbatas Paket A ... 211
Lampiran 9 Soal Uji Coba Terbatas Paket B ... 220
Lampiran 10 Rangkuman Jawaban Siswa ... 230
Lampiran 11 Hasil Analisis Soal ... 234
Lampiran 12 Hasil Analisis Pengecoh ... 238
Lampiran 13 Tabel Nilai-Nilai R Product Moment ... 246
Lampiran 14 Dokumentasi ... 247
(20)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bab ini, peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, dan spesifikasi produk yang dibuat.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan
lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka
mengembangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan rohani
(pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan hati nurani) yang menimbulkan perubahan
positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang
berlangsung secara terus menerus guna mencapai tujuan hidupnya (Ahmadi,
2014: 38). Pendidikan juga bisa dipahami sebagai proses dan hasil.
Pendidikan sebagai proses dapat diartikan serangkaian kegiatan interaksi
manusia dengan lingkungannya yang dilakukan secara sengaja dan terus
menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan merujuk pada hasil interaksi
manusia dengan lingkungannya berupa perubahan dan peningkatan kognitif,
afektif, dan psikomotorik (Ahmadi, 2014: 38).
Fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003,
Bab II Pasal 3 disebutkan sebagai berikut “Pendidikan nasional berfungsi
(21)
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis secara tanggung jawab” (Ahmadi, 2014: 49).
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam
kehidupan, karena pendidikan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Pendidikan nasional dapat diwujudkan melalui kegiatan belajar mengajar di
institusi pendidikan yaitu sekolah. Tujuan sekolah adalah mencerdaskan para
siswa melalui pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kognitif dan
sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang
mengajarkan konsep-konsep dasar manusia, misalnya membaca, menulis,
berhitung, serta mengembangkan aspek sosial dan intelektual yang dimiliki
seseorang.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui peningkatan
kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas penilaian. Kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya atau hasil assessment.
Sudjana (1990: 3), memaparkan bahwa penilaian adalah proses memberikan
atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Hasil penilaian didapat dari pengujian menggunakan alat ukur yang
(22)
benar-benar mewakili sifat suatu objek (misal prestasi belajar), maka seorang guru
harus mempergunakan suatu alat ukur yang baik (Masidjo, 1995: 38).
Semakin baik alat ukur yang digunakan akan semakin baik pula data yang
dihasilkan.
Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila
alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu ketepatannya atau
validitasnya dan ketetapan atau keajegan atau reliabilitasnya (Sudjana, 1990:
12). Suatu tes dapat dikatakan valid jika benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan reliabel atau dapat dipercaya
apabila hasil yang dicapai oleh tes itu tetap atau konstan. Alat ukur yang baik
juga harus memiliki tingkat kesukaran yang proporsional antara soal dalam
kategori mudah, sedang dan sukar. Selain itu, daya pembeda juga harus
diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar. Sulistyorini (2009: 173)
menyatakan bahwa daya pembeda harus dimiliki oleh alat ukur yang baik
untuk membedakan kemampuan peserta tes yang pandai dengan yang kurang
pandai. Pada alat ukur pilihan ganda, pengecoh juga harus diperhatikan.
Pengecoh ini berfungsi ketika sebagian peserta tes memilih jawaban yang
salah. Jadi, selain valid dan reliabel, alat ukur yang berbentuk pilihan ganda
dapat dinyatakan baik jika daya pembeda, tingkat kesukaran, serta
pengecohnya juga berfungsi dengan baik.
Peneliti telah melakukan wawancara dengan guru kelas IV salah satu
(23)
2016 ini memperoleh informasi bahwa guru kelas masih mengalami kesulitan
dalam membuat soal, khususnya pada mata pelajaran matematika. Guru
terkendala masalah waktu, sehingga terkadang guru hanya mengambil soal
yang bersumber pada buku panduan saja. Dalam pembuatan soal, guru belum
menerapkan soal yang berbentuk pemecahan masalah, sehingga tidak
menuntut siswa untuk berpikir kritis. Guru juga belum menerapkan
keseluruhan tingkatan dalam taksonomi Bloom, guru hanya menyasar pada
level mengingat (C1) dan memahami (C2) saja. Guru kelas membutuhkan
prototipe tes hasil belajar matematika yang sudah berkualitas baik, terutama
materi perhitungan KPK dan FPB dikarenakan siswa masih kesulitan dalam
memahami materi tersebut.
Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka peneliti terdorong
untuk melakukan sebuah penelitian pengembangan yang berjudul
“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.
B. Pembatasan Masalah
Peneliti melakukan pembatasan masalah pada penelitian ini yang
meliputi :
1. Alat ukur yang dikembangkan berfungsi mengukur aspek kognitif pada
mata pelajaran matematika siswa kelas IV.
(24)
3. Tes hasil belajar ini memuat Kompetensi Dasar (KD) matematika yakni
2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.
4. Pembuatan tes berpedoman pada taksonomi Bloom yang direvisi dan
memiliki tingkatan mulai dari level mengingat (C1) hingga mencipta (C6),
serta menggunakan tingkat kesukaran, yakni mudah, sedang, dan sukar.
C. Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan permasalahan pada penelitian ini yang meliputi :
1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar matematika
kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan
FPB untuk siswa kelas IV SD ?
2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa
kelas IV SD ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengembangkan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa
kelas IV SD sesuai dengan langkah-langkah.
2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi
dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk
(25)
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini mencakup dua hal, yakni manfaat teoritis
dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Adanya teori dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat
sebagai referensi dan pengetahuan mengenai pembuatan tes hasil belajar
yang baik khususnya pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi
dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Guru dapat memahami langkah-langkah pembuatan soal tes yang
baik dan benar
2) Guru memperoleh pedoman atau contoh tes hasil belajar
matematika yang sudah berkualitas baik
b. Bagi Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman baru dalam mengerjakan soal
matematika yang tingkat berpikirnya dari level mengingat (C1) hingga
mencipta (C6) dan sudah berkualitas bagus.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam hal
(26)
d. Bagi Peneliti
1) Peneliti dapat menambah wawasan mengenai pembuatan tes hasil
belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan KPK dan FPB
2) Peneliti dapat mengetahui kualitas produk tes hasil belajar
matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan KPK dan FPB yang telah dibuat dan diujicobakan
F. Definisi Operasional
1. Tes hasil belajar adalah adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan peserta didik dalam mempelajari sesuatu.
2. Matematika adalah suatu ilmu yang digunakan manusia untuk
memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan bilangan, bentuk
dan ukuran.
3. Kompetensi Dasar adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cakupan
luas pada mata pelajaran tertentu dan menjadi acuan dalam pembuatan
indikator pada suatu mata pelajaran.
4. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah kelipatan-kelipatan
persekutuan dari dua bilangan atau lebih yang nilainya paling kecil.
5. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) adalah faktor-faktor persekutuan dari
(27)
6. Siswa Sekolah Dasar dasar berada pada tahap operasional konkret, pada
tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat
pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berpikir logis, tetapi
masih terbatas pada objek-objek konkret dan mampu melakukan
konservasi.
7. Test Analysis Program (TAP) merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar yang berbentuk
pilihan ganda.
8. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan ketepatan atau kesahihan
suatu instrumen dalam mengukur apa yang akan diukur.
9. Reliabilitas adalah ukuran ketetapan atau kekonsistenan suatu instrumen
dalam mengukur sesuatu.
10.Daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes dalam membedakan
siswa dalam kategori tinggi (pandai) dan siswa dalam kategori rendah
(kurang pandai).
11.Tingkat kesukaran adalah adalah proporsi siswa yang menjawab benar
dalam suatu tes yang dapat digunakan untuk mengukur kesulitan soal.
12.Pengecoh adalah kemungkinan jawaban tidak benar dan berfungsi untuk
(28)
G. Spesifikasi Produk
1. Instrumen tes hasil belajar berupa soal Matematika Kelas IV Semester I
Kompetensi Dasar 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
KPK dan FPB.
2. Instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan
jawaban, dilengkapi dengan kunci jawaban, ranah kognitif, dan tingkat
kesukaran soal.
3. Instrumen pilihan ganda sudah divalidasi oleh ahli dan dinyatakan layak
untuk digunakan/diujicobakan dengan diperbaiki sesuai saran.
4. Instrumen pilihan ganda sudah valid dengan kriteria r hitung soal
melebihi rtabel.
5. Instrumen pilihan ganda sudah reliabel dengan masuk pada kategori
tinggi.
6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda. Daya pembeda yang
digunakan adalah kategori “baik” dengan dan kategori “baik sekali”.
7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukaran. Proporsi tingkat
kesukaran adalah 25% soal kategori “mudah, 50% “sedang”, dan 25%
“sukar”.
8. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh.
Pengecoh-pengecoh dalam instrumen tes ini berfungsi dengan baik.
9. Instrumen pilihan ganda disusun menggunakan Bahasa Indonesia yang
(29)
instrumen pilihan ganda harus memperhatikan EYD yang meliputi
penggunaan huruf kapital, tanda baca, kata depan, dan imbuhan.
10. Perangkat tes hasil belajar memuat beberapa komponen yaitu: (a)
identitas soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d)
(30)
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang
relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian ini akan membahas teori-teori yang
mendukung penelitian yaitu tes hasil belajar, bentuk tes pilihan ganda,
kualitas tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, matematika,
taksonomi bloom yang direvisi, KPK dan FPB, serta karakteristik siswa SD.
1. Tinjauan tentang Tes Hasil Belajar a. Definisi Tes
Tes sebagai alat pengukuran mempunyai arti yang
bermacam-macam. Rakhmat dan Suherdi (2001: 56) mengemukakan bahwa tes
merupakan alat, cara dan langkah-langkah sistematik untuk mengukur
sejumlah perilaku tertentu dari subjek uji.
Sedangkan Masidjo (1995: 38-39) berpendapat bahwa tes
merupakan suatu alat pengukur berupa serangkaian
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang
distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
(31)
Lain lagi dengan Arikunto (2013: 193) yang mengemukakan
bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa tes adalah suatu alat yang disusun secara sistematik berupa
serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan atau atau hasil belajar individu maupun kelompok.
b. Definisi Belajar
Menurut Slameto (2003: 2), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru saja secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Senada dengan Slameto, Dimyati dan Mudjiono (2006: 7)
berpendapat bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa
yang kompleks, kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasan hasil latihan melainkan pengubahan
(32)
Sedangkan menurut Hudojo (1981: 2), belajar adalah suatu
proses mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu
mengubah tingkah laku manusia dan tingkah laku ini menjadi tetap,
tidak akan berubah lagi dengan modifikasi yang sama.
Menurut pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan
bahwa belajar adalah suatu proses atau perubahan tingkah laku
manusia secara menyeluruh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
melalui pengalaman yang didapatnya sendiri.
c. Definsi Hasil Belajar
Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku
atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap,
fungsional, positif dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus
menyeluruh dan komprehensif sehingga menunjukkan perubahan
tingkah laku. Anni (2007: 4) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah
perubahan aspek yang diperoleh pembelajar setelah menjalani aktivitas
belajar”. Perubahan aspek-aspek perilaku tersebut tergantung pada apa
yang dipelajari. Perubahan tersebut tidak hanya penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Belajar akan
menghasilkan perubahan pada diri orang yang belajar, baik perubahan
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang tidak dapat
(33)
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2012: 5-7).
Sedangkan Annitah, dkk (2008: 219) menyatakan bahwa “hasil belajar
merupakan kulmunasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam
belajar”. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut.
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah semua efek atau perubahan
perilaku antara sebelum dan sesudah pembelajar mengalami aktivitas
belajar. Perubahan yang terjadi bersifat positif sehingga dapat
dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi
pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. Seorang siswa dikatakan
telah berhasil dalam belajar apabila pengetahuan yang dimiliki telah
bertambah, keterampilan dan kreatifitasnya meningkat, serta selalu
memberikan prestasi yang membanggakan.
d. Definisi Tes Hasil Belajar
Belajar merujuk kepada tingkat pencapaian dan atau kemajuan
(34)
menggunakan suatu tes yang biasa disebut dengan tes hasil belajar atau
tes prestasi. Tes hasil belajar adalah salah satu alat yang dapat
digunakan pendidik di sekolah atau pendidik di lembaga pendidikan
tinggi untuk memahami tingkat keberhasilan peserta didik dalam
belajar (Yusuf, 2015: 181).
Rakhmat dan Suherdi (2001: 56) mengemukakan bahwa tes
hasil belajar dapat didefinisikan sebagai alat atau prosedur sistematik
untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Purwanto
(2009: 114), tes hasil belajar adalah alat ukur yang digunakan untuk
melakukan pengukuran guna pengumpulan data hasil belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, tes hasil belajar
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta
didik dalam mempelajari sesuatu.
e. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar
Rakhmat dan Suherdi (2001: 56–58) mengemukakan tingkat
kebaikan suatu tes sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat ciri,
yaitu 1) validitas; 2) reliabilitas; 3) tingkat kesukaran; dan 4)
kepraktisan.
1) Tes hasil belajar bersifat valid atau memiliki validitas. Istilah
validitas menunjukkan pada tingkat ketepatan dalam mengungkap
data yang semestinya diungkapkan. Tes hasil belajar yang valid
(35)
Dengan kata lain, tes tersebut dapat menguji apa yang semestinya
dites.
2) Tes hasil belajar bersifat reliable atau memiliki reliabilitas. Istilah reliabilitas ini menunjukkan tingkat ketetapan, keajegan atau
kemantapan. Suatu tes yang reliabel akan mampu menghasilkan
data yang relative ajeg dan konsisten, sehingga tes tersebut hasilnya dapat dipercaya.
3) Tes hasil belajar memiliki tingkat kesukaran yang berimbang.
Tingkat kesukaran ini berkaitan dengan penyebaran soal-soal sulit,
sedang dan mudah. Menurut Widoyoko (2014: 136), suatu tes
sebaiknya memiliki proporsi penyebaran sebagai berikut: 25%
sulit, 50% sedang, dan 25% mudah.
4) Tes hasil belajar bersifat praktis atau memiliki kepraktisan.
Kepraktisan ini menyangkut segi kemudahan dalam
mengadministrasikan tes. Soal tes yang baik dapat disusun secara
sederhana dan lengkap.
Sementara itu, Arikunto (2012: 72) mengemukakan bahwa
sebuah tes yang dapat dinyatakan baik sebagai alat pengukur, harus
memenuhi persyaratan tes, yaitu: 1) validitas; 2) reliabilitas; 3)
(36)
1) Validitas
Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes itu tepat
mengukur apa yang hendak diukur.
2) Reliabilitas
Tes dapat dikatakan dipercaya jika memberikan hasil yang
tetap apabila diteskan selama berkali-kali. Sebuah tes dikatakan
reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
3) Objektivitas
Sebuah tes dapat dikatakan memiliki objektivitas apabila
dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektivitas yang
mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem scoring. 4) Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi
apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah dalam
pengadministrasiannya.
5) Ekonomis
Ekonomis yang dimaksudkan adalah pelaksanaan tes tidak
membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan
waktu yang lama.
Berdasarkan pendapat dari kedua ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa sebuah tes yang dikatakan baik sebagai alat
(37)
reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, ekonomis, dan tingkat
kesukaran.
f. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar mempunyai beberapa jenis atau bentuk.
Rakhmat dan Suherdi (2001: 68-90) berpendapat bahwa secara garis
besar ada 3 jenis tes hasil belajar yakni: tes tertulis (written test), tes lisan (oral test) dan tes tindakan (performance test).
1) Tes tertulis (written test)
Dalam tes tertulis, pertanyaan-pertanyaan atau
persoalan disajikan secara tertulis, dan siswa menjawab
persoalan-persoalan tersebut secara tertulis pula. Ada dua perangkat yang
harus dipersiapkan dalam tes tertulis antara lain: lembar soal yang
sudah lengkap dengan petunjuk pengerjaan dan lembar jawaban
yang akan diisi siswa.
Menurut Rakhmat dan Suherdi (2001: 70-73), pada
dasarnya ada dua bentuk soal tertulis yang lazim kita kenal, yakni
tes uraian (essay test) dan tes obyektif (objective). a) Tes uraian (essay test)
Tes uraian merupakan suatu bentuk soal yang harus
dijawab atau dipecahkan oleh peserta tes atau dipecahkan
dengan cara mengemukakan pendapatnya secara terurai. Pada
(38)
untuk mengemukakan pendapat dan analisisnya dalam
menjawab persoalan. Tes uraian sering disebut sebagai tes
subjektif (subjective), karena memang jawaban siswa sangat bersifat subjektif yang memungkinkan timbulnya variasi
jawaban.
b) Tes obyektif (objective test)
Berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan
persoalan-persoalan dalam tes obyektif sudah terstruktur, sehingga
jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan
secara pasti. Dalam tes obyektif, siswa tidak mempunyai
kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya sendiri,
karena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan.
Tes obyektif dibagi menjadi 5 jenis / bentuk:
(1) Soal Benar – Salah (B – S)
(2) Soal pilihan jamak atau pilihan ganda (multiple choice) (3) Soal menjodohkan
(4) Soal jawaban singkat (show answer) (5) Soal isian (completion)
2) Tes lisan (oral test)
Pelaksanaan tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi
langsung antara tester (guru) dengan peserta tes (siswa). Guru
(39)
menjawabnya secara lisan pula. Perangkat yang digunakan adalah
pokok-pokok pertanyaan dan pedoman penskoran.
3) Tes Tindakan (performance test)
Berbeda dengan kedua tes di atas, tes tindakan tidak
disajikan dalam bentuk pertanyaan, melainkan dalam bentuk tugas.
Dalam tes ini, siswa melakukan suatu kegiatan berdasarkan
intruksi atau petunjuk tertentu dan guru mengamati keterampilan
siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut. Hal-hal yang harus
dipersiapkan dalam tes tindakan adalah petunjuk/intruksi tentang
kegiatan yang harus dilakukan dan perlengkapan atau alat-alat
praktik yang diperlukan, serta pedoman penilaian. Tes tindakan ini
lazim kita sebut sebagai Ujian Praktik.
2. Tinjauan tentang Bentuk Soal Pilihan Ganda a. Karakteristik Bentuk Soal Pilihan Ganda
Salah satu bentuk soal tes obyektif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pilihan ganda. Pilihan ganda adalah bentuk tes
yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat (Sudjana,
1990: 48). Sedangkan Mardapi (2008: 71-72) berpendapat bahwa tes
bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh
dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
Sudijono (2011: 118) mengatakan tes obyektif bentuk multiple choice atau yang sering dikenal dengan istilah tes pilihan ganda, yaitu
(40)
salah satu bentuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan
atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk
menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa
kemungkinan jawaban yang disediakan pada tiap-tiap butir soal yang
bersangkutan.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes obyektif yang yang
dapat diselesaikan dengan cara memilih salah satu pilihan jawaban
yang tepat dari seluruh pilihan jawaban yang telah disediakan.
Menurut Sudjana (1990: 48), dilihat dari strukturnya bentuk
soal pilihan ganda terdiri atas:
1) Stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan
yang akan dinyatakan
2) Option : sejumlah pilihan alternatif jawaban
3) Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat
4) Distractor (pengecoh) : jawaban-jawaban lain yang selain kunci jawaban
b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
Zulaiha (2008: 1-3) menjelaskan tentang kaidah-kaidah
penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut:
1) Materi
(41)
b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang
paling benar
2) Konstruksi
d) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
e) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
f) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
g) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
h) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
i) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan
jawaban di atas salah”, atau “Semua pilihan jawaban di atas
benar”.
j) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau
kronologisnya.
k) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi.
l) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
(42)
m)Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia.
n) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
o) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
p) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian.
Berdasarkan pendapat Zulaiha di atas, ada beberapa
kaidah-kaidah dalam penulisan soal tes berbentuk pilihan ganda yang dilihat
dari segi materi, konstruksi soal, dan bahasa. Kaidah-kaidah ini
digunakan sebagai aturan atau pedoman bagi guru dalam membuat soal
berbentuk pilihan ganda. Peneliti juga menggunakan kaidah-kaidah
tersebut dalam pembuatan tes hasil belajar matematika kompetensi
dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB
untuk siswa kelas IV SD.
c. Kelebihan dan Kekurangan Bentuk Soal Pilihan Ganda
Semua bentuk soal tes memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Sudjana (1990: 49) mengemukakan tentang kelebihan
dan kekurangan bentuk soal pilihan ganda sebagai berikut:
1) Kelebihan
a) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari
(43)
b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan
cepat dengan menggunakan kunci jawaban
c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah
sehingga penilaiannya bersifat objektif.
2) Kekurangan
a) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup
besar
b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata
Sedangkan menurut Sukardi (2008: 125-126) beberapa
kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan :
a) Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu
alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut
yakni fleksibel dalam implementasi, evaluasi dan efektif untuk
mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar
b) Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat
mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan
oleh guru di kelas
c) Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur
penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi
d) Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual
(44)
e) Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan
secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih
mudah
f) Hasil jawaban siswa diperoleh dari tes pilihan ganda dapat
dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi
yang lebih kondusif
g) Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar
soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang
2) Kekurangan :
a) Kontruksi item tes pilihan ganda lebih sulit serta membutuhkan
waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusunan item tes
bentuk objektif lainnya
b) Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda
untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam
waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal
c) Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa
dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran
d) Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk
menerka jawaban
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
bentuk soal tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan dan
(45)
jawaban mudah dan cepat dikoreksi, materi yang diujikan luas, bersifat
fleksibel dan dapat digunakan secara berulang jika siswa menjawab
dengan lembar jawaban tersendiri. Sedangkan kelemahan tes pilihan ganda
antara lain penyusunan soal relatif lama, memberi peluang siswa untuk
menebak jawaban, serta item tes kurang mengukur kemampuan siswa.
3. Tinjauan tentang Kualitas Tes Hasil Belajar
Karakteristik kualitas tes yang baik adalah tes yang memenuhi
validitas, reliabilitas dan karakteristik butir soal yang meliputi daya
pembeda, tingkat kesulitan dan pengecoh.
a. Validitas
Kata “valid” sering diartikan dengan: tepat, benar, sahih dan
absah, jadi validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran,
kesahihan atau keabsahan (Sudijono, 2011: 93). Validitas berkenaan
dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana, 1990: 12).
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuai instrumen (Arikunto, 2013:
211). Sedangkan menurut Borg dan Gall (dalam Purwanto, 2009:
114-115), validitas merupakan derajat sejauh mana tes mengukur apa yang
(46)
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan ketepatan atau
kesahihan suatu instrumen dalam mengukur apa yang akan diukur.
Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu
mengukur sesuatu yang diinginkan dan dapat menangkap data variabel
yang diteliti secara tepat. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid (Masidjo, 1995: 121).
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah.
Secara garis besar, ada dua macam validitas yakni validitas
logis dan validitas empiris (Arikunto, 2012: 20).
1) Validitas Logis
Validitas logis mengandung kata “logis” yang berasal dari
kata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian,
maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk
pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan
valid berdasarkan hasil penalaran. Validitas logis dapat dicapai
apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Validitas
logis ini tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh
(47)
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh
sebuah instrumen yaitu: validitas isi dan validitas konstruk
(construct validity).
a) Validitas isi (content validity)
Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas yang dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah
butir Tes Hasil Belajar mengukur secara tepat keadaan yang
ingin diukur (Purwanto, 2009: 120).
Sedangkan menurut Sudijono (2011: 164), validitas isi
adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan
penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang
terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Sementara menurut
Sukardi (2008: 32), validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes
evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa validitas isi adalah pengujian validitas
terhadap isi atau cakupan yang terkandung dalam sebuah tes
yang dilakukan dengan cara penelusuran atau penganalisasian.
Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk pada suatu
kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi
(48)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi
atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2012: 82). Oleh
karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka
validitas isi ini juga biasa disebut validitas kurikuler.
b) Validitas konstruksi (construct validity)
Validitas konstruk (construct validity) adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruks
butir yang ditulis dengan kisi-kisinya (Purwanto, 2009:
12-128). Sedangkan menurut Sukardi (2008: 33), validitas
konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes
mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical contruct. Validitas konstruk sebuah instrumen menunjuk suatu
kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstruk
aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal
yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional
(49)
2) Validitas Empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang
artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki
validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai
contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat
apabila dalam pengalaman sudah dibuktikan bahwa orang tersebut
memang jujur.
Ada dua macam validitas empiris, yakni validitas “ada
sekarang” (concurrent validity) dan validitas prediksi (predictive validity)
a) Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas
empiris. Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas empiris
jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah
“sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini,
hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman
selalu mengenai hal yang telah lampau, sehingga data
pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang,
concurrent)
b) Validitas prediksi (predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu
(50)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas
ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan
apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
b. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata
reliability. Dalam bahasa Inggris, reliabilitas berasal dari kara reliable
yang artinya dapat dipercaya. Menurut Sudjana (1990: 16), reliabilitas
merupakan ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa
yang dinilainya.
Sudaryono, dkk (2013: 120), mengatakan bahwa reliabilitas
berarti sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Sedangkan
Jihad dan Haris (2012: 180) mengemukakan bahwa reliabilitas soal
merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau
kekonsistenan suatu soal tes.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas adalah ukuran ketetapan atau kekonsistenan suatu
instrumen dalam mengukur sesuatu. Instrumen tes dikatakan dapat
dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali-kali (Widoyoko, 2015: 157).
Berdasarkan cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas
(51)
eksternal (external reliability) dan reliabilitas internal (internal reliability) (Widoyoko, 2015: 158 – 165).
1) Reliabilitas Eksternal (External Reliability)
Reliabilitas eksternal diperoleh jika ukuran atau kriteria
tingkat reliabilitas berada di luar instrumen yang bersangkutan.
Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal suatu instrumen
yaitu dengan metode bentuk paralel (equivalent method) dan metode tes berulang (test-retest method)
a) Metode bentuk paralel (equivalent method)
Metode paralel dilakukan dengan cara menyusun
instrumen yang hampir sama (equivalen), kemudian diujicobakan pada sekelompok responden yang sama
(responden mengerjakan dua kali) kemudian dari hasil uji coba
tersebut dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment.
Data dari hasil dua kali uji coba, yang satu dianggap sebagai
nilai X, sedangkan yang lainnya dianggap sebagai nilai Y.
karena dalam metode ini ada dua instrumen dan dilakukan dua
kali tes, maka disebut dengan metode tes berulang atau test retest. Metode ini pada umumnya untuk menguji reliabilitas instrumen bentuk tes.
(52)
Instrumen paralel atau ekuivalen adalah dua buah
instrumen yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesulitan
dan susunan, tetapi butir-butir pertanyaan/pernyataan berbeda.
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan
biaya yang lebih karena harus menyusun dua instrumen dan
harus tersedia waktu yang lama untuk mencoba dua kali tes.
b) Metode Tes Berulang (test retest method)
Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan
instrumen dua kali. Dalam menggunakan metode ini kita hanya
menyusun satu perangkat instrumen. Instrumen tersebut
diujicobakan pada sekelompok responden dan hasilnya dicatat.
Pada kesempatan lain, instrumen tersebut diberikan pada
kelompok responden yang sama untuk dikerjakan lagi, dan
hasil yang kedua tersebut dicatat. Kemudian kedua hasil
tersebut dikorelasikan. Metode ini pada umumnya juga untuk
menguji reliabilitas instrumen bentuk tes.
2) Reliabilitas Internal (Internal Reliability)
Reliabilitas internal diperoleh jika ukuran atau kriteria
tingkat reliabilitas didasarkan pada instrumen itu sendiri.
Berdasarkan sistem pemberian skor (scoring system) instrumen, ada dua metode analisis reliabilitas internal, yaitu:
(53)
a) Instrumen skor diskrit
Instrumen skor dikrit, nominal atau pilah adalah
instrumen yang skor jawabannya/responden hanya dua, yaitu 1
(satu) dan 0 (nol). Dengan kata lain, hanya dua jawaban yaitu
benar dan salah. Jawaban benar diberikan skor 1 (satu) dan
jawaban salah diberikan skor 0 (nol).
Metode ini dapat digunakan untuk menguji reliabilitas
instrumen baik bentuk tes maupun non tes.
b) Instrumen skor non diskrit.
Instrumen skor non diskrit adalah instrumen
pengukuran yang dalam sistem skoringnya bukan 1 dan bukan
0, tetapi bersifat gradual, yaitu ada penjenjangan skor, mulai
dari skor tertinggi hingga skor terendah. Hal ini biasanya
terdapat pada instrumen tes bentuk uraian dan pilihan ganda,
serta instrumen non tes bentuk angket dengan skala Likert dan
skala lanjutan (rating scale). c. Karakteristik Butir Soal
1) Daya Pembeda
Item yang baik adalah item yang mampu membedakan
antara kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang rendah
(54)
soal tes hasil belajar dalam membedakan siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi dan rendah (Purwanto, 2009: 102).
Daya pembeda menurut Rakhmat dan Suherdi (2001: 193)
adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang mampu dengan siswa yang tidak mampu. Sedangkan menurut
Zainul dan Nasution (dalam Widoyoko, 2014: 114), daya beda
(discriminating power) butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal dalam membedakan antara peserta
yang pandai (kelompok atas) dengan peserta tes yang kurang
pandai (kelompok bawah) diantara semua peserta tes.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes dalam
membedakan siswa dalam kategori tinggi (pandai) dan siswa dalam
kategori rendah (kurang pandai).
2) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran memiliki arti yang bermacam-macam.
Rakhmat dan Suherdi (2001: 190) mengemukakan bahwa tingkat
kesukaran (difficulty index) adalah ukuran yang menunjukkan kesulitan soal untuk diselesaikan siswa. Sementara menurut
Widoyoko (2014: 132), tingkat kesulitan (difficulty index, difficulty level) butir soal adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu soal.
(55)
Sedangkan Crocker dan Algina (dalam Purwanto, 2009: 99)
mengatakan bahwa tingkat kesukaran (difficulty index) atau yang biasa disingkat dengan TK adalah proporsi siswa sebagai peserta
tes yang menjawab benar.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa tingkat kesukaran suatu soal adalah proporsi
siswa yang menjawab benar dalam suatu tes yang dapat digunakan
untuk mengukur kesulitan soal.
Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan porsi
jumlah soal mudah, sedang dan sukar didasari adanya
keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah jumlah soal
untuk ketiga kategori soal tersebut sama. Pertimbangan lainnya
adalah proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori soal tersebut
didasarkan pada kurva normal. Artinya, sebagian besar soal berada
dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk kategori mudah dan
sukar dengan proporsi yang seimbang (Sudjana, 1990: 135).
Sebuah soal tes biasanya memiliki tingkat kesulitan pada
kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.
Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat
3-4-3, dimana 30% soal berkategori mudah, 40% berkategori
sedang dan 30% lainnya berkategori sukar. Selain perbandingan
(56)
artinya di dalam sebuah soal tes terdapat 30% soal kategori mudah,
50% soal kategori sedang dan 20% soal dalam kategori sukar
(Sudjana, 1990: 135 – 136).
3) Analisis Pengecoh
Jawaban soal tes pilihan ganda terbagi menjadi dua yaitu
jawaban benar dan pengecoh. Dari sekian alternatif jawaban yang
disediakan hanya terdapat satu jawaban benar yang disebut kunci
jawaban, sedangkan kemungkinan jawaban yang tidak benar
dinamakan pengecoh.
Purwanto, (2009: 75) mengatakan bahwa pengecoh
(distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Sedangkan menurut Kusaeri dan Suprananto (2012: 107),
pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar atau kurang tepat,
namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya
apabila ia tidak menguasai materi dengan baik.
Pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta yang
berkemampuan tinggi (Supranata, 2004: 43). Pengecoh berfungsi
efektif jika banyak dipilih oleh peserta tes dari kelompok bawah
(kurang pandai). Sebaliknya jika pengecoh banyak dipilih oleh
peserta dari kelompok atas, maka pengecoh tidak berfungsi dengan
(57)
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengecoh merupakan kemungkinan jawaban yang tidak benar dan
berfungsi untuk mengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan
tinggi.
4. Tinjauan tentang Pengembangan Tes Hasil Belajar
Semua alat ukur yang akan digunakan untuk menguji siswa
termasuk menggunakan tes hasil belajar perlu dipastikan kemampuannya
agar dapat mengukur dengan baik. Untuk mendapatkan tes hasil belajar
yang berkualitas baik, maka diperlukan prosedur atau langkah-langkah
pengembangan yang menjamin dalam pembuatan soal tes tersebut. Tes
hasil belajar yang baik akan memperoleh data yang akurat dari siswa.
Dengan begitu tujuan dari tes hasil belajar tersebut akan tercapai.
Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam
mengembangkan tes hasil belajar menurut Mardapi (dalam Widoyoko,
2014: 122). Kesembilan langkah tersebut meliputi:
a. Menyusun spesifikasi tes
Menetapkan spesifikasi tes yaitu berisi uraian yang
menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes.
Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal dan
siapa saja yang menulis soal, akan menghasilkan tingkat kesulitan
(58)
kegiatan : 1) menentukan tujuan tes, 2) menyusun kisi-kisi tes, 3)
memilih bentuk tes, dan 4) menentukan panjang tes.
b. Menulis soal tes
Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan
secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas
tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari
masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat
dengan jelas dan simpel.
c. Menelaah soal tes
Setelah soal selesai dibuat, perlu dilakukan telaah terhadap
soal-soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika
ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan ataupun
kesalahan. Walaupun sudah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan
kesalahan dalam pembuatan soal sangat mungkin terjadi. Telaah ini
sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan pembuat soal. Sering kali
kesalahan terletak pada tata bahasa maupun subtansi yang tidak terlihat
oleh pembuat soal. Akan tetapi lebih baik lagi jika telaah dilakukan
oleh sejumlah orang yang terdiri dari sejumlah ahli secara
bersama-sama. Dengan menelaah soal ini, diharapkan dapat memperbaiki
(59)
d. Melakukan uji coba tes
Uji coba perlu dilakukan sebelum soal tes digunakan. Uji coba
ini dilakukan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang
kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba tersebut dapat
diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesulitan, pola
jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda dan lain sebagainya. Jika
memang hasil uji coba soal tersebut belum memenuhi kualitas yang
diharapkan, perlu dilakukan pembenahan atau perbaikan.
e. Menganalisis butir soal tes
Berdasarkan hasil uji coba perlu dilakukan analisis butir soal
yang telah disusun. Melalui analisis butir soal ini dapat diketahui
antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya beda dan juga efektivitas
pengecoh.
f. Memperbaiki tes
Langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan
tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan apa yang
diharapkan atau yang belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal
sudah baik sehingga tidak perlu direvisi serta beberapa yang lain
mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang
(60)
g. Merakit Tes
Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah
berikutnya dalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu
kesatuan tes. Keseluruhan butir soal tersebut perlu disusun secara
hati-hati hingga menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit
soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus diperhatikan. Walaupun butir soal telah disusun dengan baik, jika
penyusunannya sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut
menjadi tidak baik.
h. Melaksanakan tes
Langkah berikutnya adalah melaksanakan tes dengan cara
memberikan kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini
diperlukan pemantauan atau pengawasan agar tes benar-benar
dikerjakan secara jujur dan sesuai dengan ketentuan. Pelaksanaan tes
dilakukan dengan hati-hati agar tujuan tersebut benar-benar dapat
tercapai.
i. Menafsirkan hasil tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor
ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah,
menengah atau tinggi. Nilai merupakan alat yang sangat berguna untuk
(61)
baik. Dengan mengetahui nilai pencapaian belajar suatu mata
pelajaran, siswa dapat menyusun rencana untuk perbaikan. Nilai ini
juga bisa berupa imbalan (reward) terhadap jerih payah atau usaha yang telah dilakukan siswa. Imbalan inilah yang akan menjadi
motivasi atau pendorong siswa untuk belajar lebih giat. Nilai juga
merupakan informasi mengenai keberhasilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran
Berdasarkan pendapat Mardapi di atas, ada sembilan langkah yang
perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar yang meliputi a)
menyusun spesifikasi, b) menulis soal tes, c) menelaah soal tes, d)
melakukan uji coba tes, e) menganalisis butir soal, f) memperbaiki tes, g)
merakit tes, h) melakukan tes, dan i) menafsirkan hasil tes.
5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi
Menurut Anderson & Krathwol (2010: 6), taksonomi adalah
sebuah kerangka berpikir khusus. Taksonomi pendidikan dapat
mengklasifikasikan tujuan-tujuan. Sebuah rumusan tujuan berisikan satu
kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja umumnya mendeskripsikan
proses kognitif yang diharapkan. Sedangkan kata benda mendeskripsikan
pengetahuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa
(Anderson & Krathwohl, 2010: 6).
Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan
(62)
tersebut adalah proses pengetahuan dan kognitif. Pada dimensi kognitif
terdapat enam kategori yang meliputi:
a. Mengingat
Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 99), proses mengingat
adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka
panjang. Pengetahuan yang diperlukan selama proses mengingat dapat
berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognisi,
atau kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut. Proses-proses
kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat
kembali (Anderson & Krathwohl, 2010: 103-104).
b. Memahami
Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 105), memahami
adalah suatu proses mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan
pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis.
Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui pengajaran, buku, atau latar
komputer. Siswa dapat “memahami” ketika mereka mampu
menghubungkan pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan
skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada.
Lebih lanjut menurut Anderson & Krathwol (2010: 106),
proses-proses kognitif dalam kategori memahami ini meliputi
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
(63)
c. Mengaplikasikan
Menurut Anderson & Krathwohl (2010: 106), mengaplikasikan
merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan penggunaan
prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau
menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural.
Dalam kategori mengaplikasikan ini terdiri dari dua proses
kognitif di dalamnya, yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan
(Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Mengeksekusi merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan menyelesaikan soal latihan, sedangkan
mengimplementasikan berkaitan dengan menyelesaikan masalah.
d. Menganalisis
Menganalisis merupakan salah satu proses kognitif yang
melibatkan kegiatan memecah-mecahkan materi menjadi
bagian-bagian kecil. Bagian-bagian-bagian kecil tersebut dapat menentukan
bagaimana hubungan antar bagian, antara setiap bagian, dan struktur
keseluruhan yang membentuk materi tersebut (Anderson & Krathwohl,
2010: 120).
Kategori dalam proses kognitif menganalisis ini meliputi
membedakan, mengorganisasikan dan mengatribusikan (Anderson &
Krathwohl, 2010: 120). Tujuan-tujuan pendidikan yang
(64)
menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau penting
(membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan) dan menentukan tujuan di balik informasi-informasi tersebut (mengatribusikan).
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan membuat
keputusan berdasarkan kriteria dan standar-standar tertentu (Anderson
& Krathwohl, 2010: 125). Kriteria-kriteria yang paling sering
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi.
Kriteria-kriteria tersebut ditentukan oleh siswa.
Proses kognitif mengevaluasi ini mencakup dua kategori yakni
memeriksa dan mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).
Memeriksa berarti keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan
kriteria internal. Sedangkan mengkritik berarti keputusan-keputusan
yang diambil berdasarkan kriteria eksternal
f. Mencipta
Mencipta adalah kegiatan yang melibatkan proses menyusun
elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang utuh dan koheren
atau fungsional(Anderson & Krathwohl, 2010: 128). Tujuan kegiatan
mencipta ini adalah menuntut siswa untuk dapat membuat produk baru
dengan menyusun kembali sejumlah elemen atau bagian menjadi suatu
(1)
9 TOTAL 5 (0,143) 5 (0,143) 4 (0,114) 21*(0,600) High 1 (0,111) 0 (0,000) 1 (0,111) 7 (0,778) Low 2 (0,200) 3 (0,300) 2 (0,200) 3 (0,300) Diff -1(-0,089) -3(-0,300) -1(-0,089) 4 (0,478) 10 TOTAL 9*(0,257) 6 (0,171) 4 (0,114) 16 (0,457) High 6 (0,667) 1 (0,111) 1 (0,111) 1 (0,111) Low 0 (0,000) 2 (0,200) 1 (0,100) 7 (0,700) Diff 6 (0,667) -1(-0,089) 0 (0,011) -6(-0,589) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 11 TOTAL 11 (0,314) 12*(0,343) 2 (0,057) 10 (0,286) High 2 (0,222) 7 (0,778) 0 (0,000) 0 (0,000) Low 2 (0,200) 0 (0,000) 2 (0,200) 6 (0,600) Diff 0 (0,022) 7 (0,778) -2(-0,200) -6(-0,600) 12 TOTAL 6 (0,171) 5 (0,143) 16*(0,457) 8 (0,229) High 0 (0,000) 0 (0,000) 9 (1,000) 0 (0,000) Low 4 (0,400) 1 (0,100) 1 (0,100) 4 (0,400) Diff -4(-0,400) -1(-0,100) 8 (0,900) -4(-0,400) 13 TOTAL 13*(0,371) 9 (0,257) 8 (0,229) 5 (0,143) High 5 (0,556) 2 (0,222) 2 (0,222) 0 (0,000) Low 1 (0,100) 3 (0,300) 5 (0,500) 1 (0,100) Diff 4 (0,456) -1(-0,078) -3(-0,278) -1(-0,100) 14 TOTAL 7 (0,200) 6*(0,171) 11 (0,314) 11 (0,314) High 2 (0,222) 3 (0,333) 2 (0,222) 2 (0,222) Low 0 (0,000) 1 (0,100) 3 (0,300) 6 (0,600) Diff 2 (0,222) 2 (0,233) -1(-0,078) -4(-0,378) 15 TOTAL 11 (0,314) 4 (0,114) 16*(0,457) 4 (0,114) High 1 (0,111) 0 (0,000) 7 (0,778) 1 (0,111) Low 4 (0,400) 3 (0,300) 2 (0,200) 1 (0,100) Diff -3(-0,289) -3(-0,300) 5 (0,578) 0 (0,011) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 16 TOTAL 7 (0,200) 7 (0,200) 5 (0,143) 16*(0,457) High 1 (0,111) 0 (0,000) 0 (0,000) 8 (0,889) Low 4 (0,400) 4 (0,400) 1 (0,100) 1 (0,100) Diff -3(-0,289) -4(-0,400) -1(-0,100) 7 (0,789) 17 TOTAL 9 (0,257) 6 (0,171) 17*(0,486) 3 (0,086) High 2 (0,222) 1 (0,111) 6 (0,667) 0 (0,000) Low 5 (0,500) 1 (0,100) 3 (0,300) 1 (0,100) Diff -3(-0,278) 0 (0,011) 3 (0,367) -1(-0,100) 18 TOTAL 7 (0,200) 6 (0,171) 5 (0,143) 17*(0,486) High 0 (0,000) 0 (0,000) 1 (0,111) 8 (0,889) Low 3 (0,300) 3 (0,300) 1 (0,100) 3 (0,300)
(2)
Diff -3(-0,300) -3(-0,300) 0 (0,011) 5 (0,589) 19 TOTAL 8 (0,229) 15*(0,429) 6 (0,171) 6 (0,171) High 0 (0,000) 8 (0,889) 1 (0,111) 0 (0,000) Low 4 (0,400) 1 (0,100) 2 (0,200) 3 (0,300) Diff -4(-0,400) 7 (0,789) -1(-0,089) -3(-0,300) 20 TOTAL 7 (0,200) 6 (0,171) 17*(0,486) 5 (0,143) High 0 (0,000) 1 (0,111) 6 (0,667) 2 (0,222) Low 2 (0,200) 1 (0,100) 6 (0,600) 1 (0,100) Diff -2(-0,200) 0 (0,011) 0 (0,067) 1#(0,122) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 21 TOTAL 18*(0,514) 5 (0,143) 9 (0,257) 3 (0,086) High 9 (1,000) 0 (0,000) 0 (0,000) 0 (0,000) Low 0 (0,000) 4 (0,400) 5 (0,500) 1 (0,100) Diff 9 (1,000) -4(-0,400) -5(-0,500) -1(-0,100) 22 TOTAL 2 (0,057) 12 (0,343) 9 (0,257) 12*(0,343) High 0 (0,000) 0 (0,000) 1 (0,111) 8 (0,889) Low 1 (0,100) 5 (0,500) 3 (0,300) 1 (0,100) Diff -1(-0,100) -5(-0,500) -2(-0,189) 7 (0,789) 23 TOTAL 7 (0,200) 6 (0,171) 11 (0,314) 11*(0,314) High 1 (0,111) 0 (0,000) 3 (0,333) 5 (0,556) Low 4 (0,400) 3 (0,300) 2 (0,200) 1 (0,100) Diff -3(-0,289) -3(-0,300) 1 (0,133) 4 (0,456) 24 TOTAL 12 (0,343) 6 (0,171) 9*(0,257) 8 (0,229) High 2 (0,222) 0 (0,000) 7 (0,778) 0 (0,000) Low 2 (0,200) 3 (0,300) 1 (0,100) 4 (0,400) Diff 0 (0,022) -3(-0,300) 6 (0,678) -4(-0,400) 25 TOTAL 8 (0,229) 19*(0,543) 4 (0,114) 4 (0,114) High 2 (0,222) 6 (0,667) 0 (0,000) 1 (0,111) Low 3 (0,300) 4 (0,400) 2 (0,200) 1 (0,100) Diff -1(-0,078) 2 (0,267) -2(-0,200) 0 (0,011) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 26 TOTAL 6 (0,171) 7 (0,200) 6 (0,171) 16*(0,457) High 1 (0,111) 0 (0,000) 2 (0,222) 6 (0,667) Low 4 (0,400) 2 (0,200) 1 (0,100) 3 (0,300) Diff -3(-0,289) -2(-0,200) 1 (0,122) 3 (0,367) 27 TOTAL 7 (0,200) 6 (0,171) 16*(0,457) 6 (0,171) High 2 (0,222) 1 (0,111) 6 (0,667) 0 (0,000) Low 3 (0,300) 2 (0,200) 5 (0,500) 0 (0,000) Diff -1(-0,078) -1(-0,089) 1 (0,167) 0 (0,000)
(3)
28 TOTAL 5*(0,143) 7 (0,200) 8 (0,229) 15 (0,429) High 0 (0,000) 1 (0,111) 3 (0,333) 5 (0,556) Low 1 (0,100) 1 (0,100) 1 (0,100) 7 (0,700) Diff -1(-0,100) 0#(0,011) 2#(0,233) -2(-0,144) 29 TOTAL 5 (0,143) 13 (0,371) 15*(0,429) 2 (0,057) High 0 (0,000) 2 (0,222) 7 (0,778) 0 (0,000) Low 4 (0,400) 3 (0,300) 2 (0,200) 1 (0,100) Diff -4(-0,400) -1(-0,078) 5 (0,578) -1(-0,100) 30 TOTAL 10 (0,286) 6 (0,171) 16*(0,457) 3 (0,086) High 1 (0,111) 1 (0,111) 5 (0,556) 2 (0,222) Low 3 (0,300) 3 (0,300) 3 (0,300) 1 (0,100) Diff -2(-0,189) -2(-0,189) 2 (0,256) 1 (0,122) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TAP: Test Analysis Program (version 14.7.4) Copyright © 2003-2014 Gordon P. Brooks Contact: brooksg@ohio.edu
(4)
LAMPIRAN 13
(5)
LAMPIRAN 14
Dokumentasi
SD Kanisius Bantul
(6)