Aliran Lateks Indeks Produksi Pertumbuhan Lilit Batang cm Produksi gr p s

Tiol mM Tiol dapat diamati dengan jumlah pengamatan sebanyak 1 kali selama pengamatan dilakukan. Fosfat Anorganik mM Fosfat anorganik Pi juga dapat diamati dengan jumlah pengamatan sebanyak 1 kali selama pengamatan dilakukan.

2. Aliran Lateks Indeks Produksi

Indeks produksi dapat dilakukan dan diamati dengan jumlah pengamatan sebanyak 1 kali dalam 1 bulan. Rumus yang digunakan adalah : IPr = x 100 Indeks Penyumbatan Pengamatan indeks penyumbatan dilakukan 1 kali dalam 1 bulan pengamatan sebelum dilakukan stimulan. Adapun rumus yang digunakan adalah : IP = x 100 Panjang Alur Sadap Panjang alur sadap diperoleh dari alat jarum tusuk, dimana jarak jarum 1 dengan lainnya 1 cm. Kalau 10 jarum maka panjang alur sadapnya 10 cm. Pengamatan ini dilakukan 1 kali selama pengamatan. Kecepatan Aliran Lateks Pengamatan kecepatan aliran lateks dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 bulan pengamatan sebelum diberi stimulan. Rumus yang digunakan adalah : Universitas Sumatera Utara KA = x 50

3. Pertumbuhan Lilit Batang cm

Lilit batang diukur 1 kali selama penelitian dan dilakukan pada awal pengamatan pada ketinggian 50 cm diatas pertautan okulasi. Tebal Kulit mm Pengamatan tebal kulit dilakukan 1 kali selama pengamatan setelah dilakukan penyadapan terlebih dahulu. Anatomi Kulit Jumlah Baris Pembuluh Lateks buah Perhitungan jumlah baris pembuluh lateks dilakukan dengan cara pembuatan preparat setipis mungkin secara membujur. Perhitungan dilakukan dibawah mikroskop dengan pembesaran 4x10. Diameter Pembuluh Lateks mikron Diameter pembuluh lateks diamati dengan cara pembuatan preparatnya setipis mungkin secara melintang. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 4x10. Pengukuran dilakukan dengan 2 arah yang saling tegak lurus kemudian dirata-ratakan dan dikali dengan 2,5 skala pengukuran lensa okuler mikroskop.

4. Produksi gr p s

Universitas Sumatera Utara Produksi adalah produksi lateks yang dihasilkan oleh tanaman pada hari pengamatan dalam gr pohon sadap. Pengamatan ini dilakukan 1 kali dalam 3 hari. Kadar Karet Kering Kadar karet kering diamati 1 kali dalam 1 bulan. Adapun rumus yang digunakan adalah : KKK = x 100 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sifat Fisiologi Pengamatan Sukrosa mM Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuji secara statistik pada Tabel 2. Dapat diketahui bahwa pada parameter pengamatan sukrosa secara umum menunjukkan perbedaan yang nyata dengan ketiga klon pembanding. Ada yang menunjukkan perbedaan ke arah yang lebih tinggi dan berbeda nyata seperti klon IRR 300 , IRR 304, IRR 317, IRR 314, IRR 310, IRR 303, IRR 306, Universitas Sumatera Utara IRR 309, IRR 307, IRR 319, IRR 323, dan IRR 305 jika dibandingkan dengan klon PB 260, dan yang menunjukkan perbedaan yang nyata tetapi ke arah yang lebih rendah terlihat pada klon IRR 315, IRR 308, IRR 313, IRR 311, IRR 316 dan IRR 302. Seperti klon IRR 311, IRR 316 dan IRR 318 tidak berbeda nyata dengan klon PB 260, klon IRR 300 dan IRR 301 , menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan klon pembanding BPM 24. Adapun klon yang telah di uji memiliki sukrosa paling tinggi adalah klon IRR 319 3,17, sedangkan sukrosa yang paling rendah adalah klon IRR 315 0,60. Nilai rataan klon pembanding dapat dilihat pada Lampiran 4. Hal ini menjelaskan bahwa adanya variasi yang dimiliki dari klon-klon IRR seri 300 dan klon pembanding RRIC 100, BPM 24, dan PB 260. Apabila suatu tanaman memiliki kandungan sukrosa yang tinggi maka lateks yang dihasilkan semakin banyak atau sebaliknya. Karena sukrosa merupakan bahan dasar untuk pembentukkan lateks. Berdasarkan hasil nilai evaluasi sukrosa pada umumnya rendah. Hasil penelitian Sumarmadji, dkk 2006, menyatakan bahwa kadar sukrosa rendah 5 mM memberikan indikasi penggunaan bahan asimilat menjadi lateks sangat intensif atau dapat dikatakan tanaman mengalami lelah fisiologi dengan kemampuan produksi semakin menurun. Tabel 2. Hasil Rataan Yang Telah Dikoreksi dan Yang Belum Pada Parameter Sukrosa mM Klon Hasil koreksi Rataan dikurang dengan klon pembanding Belum sesudah PB 260 RRIC 100 BPM 24 IRR 300 1.53 1.56 0.51 -0.26 0.03 tn IRR 301 1.53 1.51 0.46 -0.31 -0.02 tn IRR 302 0.86 0.84 -0.21 -0.98 -0.69 IRR 303 2.59 2.59 1.54 0.77 1.06 Universitas Sumatera Utara IRR 304 2.11 2.14 1.09 0.32 0.61 IRR 305 2.11 2.09 1.04 0.27 0.56 IRR 306 144 1.44 0.39 -0.38 -0.09 IRR 307 1.44 1.44 0.39 -0.38 -0.09 IRR 308 0.76 0.79 -0.26 -1.03 -0.74 IRR 309 1.73 1.73 0.68 -0.09 0.20 IRR 310 2.5 2.50 1.45 0.68 0.97 IRR 311 1.05 1.03 -0.02 tn -0.79 -0.50 IRR 313 0.86 0.86 -0.19 -0.96 -0.67 IRR 314 2.3 2.33 1.28 0.51 0.80 IRR 315 0.57 0.60 -0.45 -1.22 -0.93 IRR 316 1.05 1.03 -0.02 tn -0.79 -0.50 IRR 317 2.11 2.14 1.09 0.32 0.61 IRR 318 1.05 1.08 0.03 tn -0.74 -0.45 IRR 319 3.17 3.17 2.12 1.35 1.64 IRR 321 1.73 1.71 0.66 -0.11 0.18 IRR 323 2.02 2.00 0.95 0.18 0.47 Ket: tn=tidak berbeda nyata dengan klon pembanding pada taraf 5 = berbeda nyata dengan klon pembanding pada taraf 5 Pengamatan Tiol mM Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuji secara statistik pada Tabel 3. Dapat diketahui bahwa pada parameter pengamatan tiol secara umum menunjukkan perbedaan yang nyata dengan ketiga klon pembanding. Ada yang menunjukkan perbedaan ke arah yang lebih tinggi seperti klon IRR 300, IRR 318, IRR 306, IRR 309, IRR 307 dan klon lain yang bernilai positif dan yang menunjukkan perbedaan yang nyata tetapi ke arah yang lebih rendah seperti terlihat pada klon IRR 317, IRR 315, IRR 303, dan IRR 301. Adapun klon yang telah di uji memiliki tiol yang paling tinggi adalah klon IRR 323 0,50, sedangkan yang paling rendah terdapat pada IRR 303 0,18. Nilai rataan dari klon pembanding dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari beberapa klon yang diamati terdapat beberapa klon yang menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan klon pembanding seperti pada klon IRR 300 dan IRR 304 tidak berbeda nyata Universitas Sumatera Utara dengan klon RRIC 100 dan klon IRR 308, IRR 310, IRR 302 dan IRR 306 tidak berbeda nyata dengan klon BPM 24 sebagai klon pembanding. Hal ini menjelaskan bahwa adanya variasi yang dimiliki dari klon-klon IRR seri 300 dan klon pembanding RRIC 100, BPM 24, dan PB 260. Berdasarkan hasil nilai evaluasi tiol pada umumnya rendah. Hasil penelitian Sumarmadji, dkk 2006, menyatakan bahwa kadar sukrosa rendah 5 mM memberikan indikasi penggunaan bahan asimilat menjadi lateks sangat intensif atau dapat dikatakan tanaman mengalami lelah fisiologi dengan kemampuan produksi semakin menurun. Demikian juga ditunjukkan dengan kadar tiol yang umumnya rendah 5mM. Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Hasil Rataan Yang Telah Dikoreksi dan Yang Belum Pada Parameter Tiol mM Klon Hasil koreksi Rataan dikurang dengan klon pembanding Belum sesudah PB 260 RRIC 100 BPM 24 IRR 300 0.34 0.35 0.11 0.00 tn 0.07 IRR 301 0.22 0.22 -0.02 -0.12 -0.05 IRR 302 0.27 0.27 0.03 -0.07 0.00 tn IRR 303 0.18 0.18 -0.06 -0.16 -0.09 IRR 304 0.34 0.35 0.11 0.00 tn 0.07 IRR 305 0.32 0.32 0.08 -0.03 0.04 IRR 306 0.29 0.28 0.05 -0.06 0.01 tn IRR 307 0.46 0.46 0.22 0.12 0.19 IRR 308 0.27 0.28 0.04 -0.07 0.00 tn IRR 309 0.41 0.41 0.17 0.06 0.13 IRR 310 0.28 0.27 0.04 -0.07 0.00 tn IRR 311 0.45 0.44 0.21 0.10 0.17 IRR 313 0.41 0.41 0.17 0.07 0.14 IRR 314 0.32 0.32 0.09 -0.02 0.05 IRR 315 0.21 0.21 -0.03 -0.13 -0.06 IRR 316 0.49 0.49 0.25 0.14 0.21 IRR 317 0.22 0.22 -0.02 -0.12 -0.05 IRR 318 0.30 0.31 0.07 -0.04 0.03 IRR 319 0.44 0.44 0.20 0.10 0.17 IRR 321 0.49 0.48 0.25 0.14 0.21 IRR 323 0.51 0.50 0.27 0.16 0.23 Ket: tn=tidak berbeda nyata dengan klon pembanding pada taraf 5 = berbeda nyata dengan klon pembanding pada taraf 5 Pengamatan Fosfat mM Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuji secara statistik pada Tabel 4. Dapat diketahui bahwa pada parameter pengamatan fosfat secara umum menunjukkan perbedaan yang nyata dengan ketiga klon pembanding. Ada yang menunjukkan perbedaan ke arah yang lebih tinggi seperti klon IRR 300 jika dibandingkan dengan klon PB 260, dan yang menunjukkan perbedaan yang nyata tetapi ke arah yang lebih rendah terlihat pada seluruh klon kecuali IRR 300. Adapun klon yang telah di uji yang memiliki fosfat paling tinggi adalah klon IRR 300 8,10, sedangkan yang paling rendah terdapat pada klon IRR 315 2,29. Universitas Sumatera Utara Nilai rataan dari klon pembanding dapat dilihat pada lampiran 10. Dari beberapa klon yang diamati terdapat beberapa klon yang menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan klon pembanding BPM 24 seperti pada klon IRR 311, IRR 314 dan IRR 302. Hal ini diduga muatan negatif fosfat akan membantu dalam menstabilkan partikel karet sehingga koagulasi lateks akan terjadi lebih lambat dan lateks akan lebih lama mengalir. Selain itu diduga bahwa pada tanaman dengan kadar fosfat tinggi akan mampu mendukung berlangsungnya proses metabolisme terutama yang berkaitan dengan biosintesis lateks. Tabel 4. Hasil Rataan Yang Telah Dikoreksi dan Yang Belum Pada Parameter Fosfat mM Klon Hasil koreksi Rataan dikurang dengan klon pembanding belum sesudah PB 260 RRIC 100 BPM 24 IRR 300 8.05 8.10 2.28 3.36 4.06 IRR 301 3.36 3.35 -2.47 -1.39 -0.69 IRR 302 4.03 4.02 -1.80 -0.72 -0.02 tn IRR 303 3.58 3.53 -2.29 -1.21 -0.51 IRR 304 4.42 4.47 -1.35 -0.27 0.43 IRR 305 3.36 3.35 -2.47 -1.39 -0.69 IRR 306 3.36 3.31 -2.51 -1.43 -0.73 IRR 307 3.58 3.53 -2.29 -1.21 -0.51 IRR 308 4.92 4.97 -0.85 0.23 0.93 IRR 309 3.58 3.53 -2.29 -1.21 -0.51 IRR 310 2.68 2.63 -3.19 -2.11 -1.41 IRR 311 4.25 4.24 -1.58 -0.50 0.20 tn IRR 313 3.8 3.75 -2.07 -0.99 -0.29 IRR 314 3.8 3.85 -1.97 -0.89 -0.19 tn IRR 315 2.24 2.29 -3.53 -2.45 -1.75 IRR 316 5.37 5.36 -0.46 0.62 1.32 IRR 317 2.46 2.51 -3.31 -2.23 -1.53 IRR 318 5.15 5.20 -0.62 0.46 1.16 IRR 319 3.13 3.08 -2.74 -1.66 -0.96 IRR 321 3.8 3.79 -2.03 -0.95 -0.25 IRR 323 3.28 3.27 -2.55 -1.47 -0.77 Ket: tn=tidak berbeda nyata dengan klon pembanding pada taraf 5 = berbeda nyata dengan klon pembanding pada taraf 5 Universitas Sumatera Utara

2. Aliran Indeks Indeks Produksi

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

7 52 92

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Induksi Tunas Mikro TanamanKaret (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Medium WPM dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) Dan Naftalen Asam Asetat (NAA)

0 44 74

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Klon Irr Seri 400 Terhadap Penyakit Gugur Daun Corynespora cassicola (Berk. & Curt.)Wei. Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Di Laboratorium

0 32 92