BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia serta merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter
sehari-hari Hsin; Chen; Su, Jiang; Liu, 2010. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada dalam urutan ke-25 dari 50
pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit Mangunkusomo, 2007. Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu
oleh rinitis sehingga sinusitis sering disebut rhinosinusitis Ballenger, 2009. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus maksila,
kemudian etmoidalis, frontalis, dan sfenoidalis Mansjoer, 2000. Sinus maksila sering terkena sinusitis karena sinus ini merupakan sinus terbesar dan dasarnya
berhubungan dengan dasar akar gigi rahang atas. Klasifikasi secara klinis untuk sinusitis dibagi atas sinusitis akut, subakut dan kronis Hilger, 1997. Sedangkan
berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi kepada sinusitis tipe rinogen dan sinusitis tipe dentogen. Sinusitis tipe rinogen terjadi disebabkan kelainan atau
masalah di hidung dimana segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Sinusitis tipe dentogen pula terjadi
disebabkan kelainan gigi serta yang sering menyebabkan sinusitis adalah infeksi pada gigi geraham atas pre molar dan molar. Bakteri penyebab yang tersering
adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Streptococcus viridians, Staphylococcus aureus dan Branhamella catarrhalis Tucker dan
Schow, 2008. Sinusitis adalah penyakit multifaktorial. Faktor predisposisi lokal berupa
infeksi pada gigi, benda asing, polip, deviasi septum kavum nasi dan tumor dapat menyebabkan obstruksi ostial yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis. Pada
sinusitis maksila, dasar sinus maksila adalah processus alveolaris tempat akar gigi rahang atas terutama premolar dua; P2 dan molar satu; M1 rahang atas, sehingga
rongga sinus maksila hanya dipisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal
mudah menyebar secara langsung ke sinus atau pembuluh darah dan limfe. Sinusitis dentogen dapat timbul dari abses periapikal, periodontitis marginal luas
atau apikal kronik, atau setelah ekstraksi gigi Hilger, 1997.
Sinusitis maksila diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini akan menyebabkan
gangguan aerasi dan drainase sinus. Kejadian sinusitis ini dipermudah oleh faktor- faktor predisposisi baik lokal atau sistemik, maka diteliti apakah gambaran
penderita sinusitis maksila dengan infeksi gigi rahang atas. Mangunkusomo, 2007.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran penderita sinusitis maksila dengan infeksi gigi rahang atas di RSUP
Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010.
1.2. Rumusan Masalah