12
F. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori.
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan
perbandingan, pegangan teoritis.
11
Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau proses
tertentu terjadi
dan satu
teori harus
diuji dengan
menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto bahwa “kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain
bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”.
12
Menurut Burhan Ashofa, suatu teori merupakan serangkaian asumsi, preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antara konsep.
13
Menurut Siswojo teori dapat diartikan sebagai seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik
mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antara variable dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena.
14
Menurut Snelbecker yang mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis
yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu
11
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian
, Bandung: CV. Mandar Maju, 1994, halaman 80.
12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI Press, 1986, halaman 6.
13
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, halaman 19.
14
Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara, 1995, halaman 42.
Universitas Sumatera Utara
13
dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.
15
Kerangka teori yang akan dibahas dalam penelitian ini dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang mengartikan :
Hukum itu sebagai a command of the lawgiver perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa, yaitu suatu perintah mereka yang memegang
kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap, dan bersifat tertutup closed logical
system
. Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan pada penilaian baik-buruk.
16
Lembaga kenotariatan dikenal di Indonesia sejak Indonesia dijajah oleh Belanda. Pada mulanya lembaga ini diperuntukam bagi golongan Eropa dalam bidang
hukum perdata, yaitu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek
yang disingkat menjadi KUHPerdata. Didalam perkembangannya, lembaga kenotariatan tersebut, diadopsi menjadi Hukum Notariat Indonesia dan berlaku untuk
semua golongan, berkaitan dengan perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak, membuat keberadaan profesi notaris menjadi profesi yang sangat penting dan
dibutuhkan oleh masyarakat. Fungsi dan peran notaris dalam gerak pembangunan nasional yang semakin
kompleks dewasa ini tentunya makin luas dan makin berkembang, sebab kelancaran dan kepastian hukum segenap usaha yang dijalankan oleh segenap pihak makin
banyak dan luas, dan hal ini tentunya tidak terlepas dari pelayanan dan produk hukum
15
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Hukum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990, halaman 34.
16
Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2002, halaman 55.
Universitas Sumatera Utara
14
yang dihasilkan oleh notaris. Pemerintah dan masyarakat banyak tentunya mempunyai harapan agar pelayanan jasa yang diberikan oleh notaris benar-benar
memiliki nilai dan bobot yang dapat diandalkan. Jabatan notaris, selain sebagai jabatan yang menggeluti masalah-masalah
teknis hukum, juga harus turut berpartisipasi aktif dalam pembangunan hukum nasional, oleh karena itu harus senantiasa selalu menghayati idealisme perjuangan
bangsa secara menyeluruh. Untuk itu notaris harus selalu mengikuti perkembangan hukum nasional, yang pada akhirnya notaris mampu melaksnanakan profesinya
secara proporsional. Yang mana dalam menjalankan tugas jabatannya seorang notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan notaris, karena tanpa itu harkat dan
martabat profesionalisme akan hilang sama sekali.
17
Kode Etik dalam arti materil adalah norma atau peraturan yang praktis baik tertulis maupun tidak tertulis mengenai etika berkaitan dengan sikap serta
pengambilan putusan hal-hal fundamental dari nilai dan standar perilaku orang yang dinilai baik atau buruk dalam menjalankan profesinya yang secara mandiri
dirumuskan, ditetapkan dan ditegakkan oleh organisasi profesi. Kode Etik Notaris merupakan suatu kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan Ikatan Notaris
Indonesia berdasarkan Keputusan Kongres Perkumpulan danatau yang ditentukan dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan
17
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2002, halaman 35
Universitas Sumatera Utara
15
yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas dan jabatan sebagai Notaris.
18
Jabatan notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh Negara. Menempatkan notaris sebagai jabatan merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas
yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu kewenangan tertentu serta bersifat berkesinambungan sebagai suatu lingkungan
pekerjaan tetap.
19
Setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan hukumnya, dengan kata lain jika seorang pejabat notaris melakukan suatu tindakan
diluar wewenang yang telah ditentukan dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar hukum. Wewenang notaris sebagai mana yang dimaksud diatas tercantum
dalam Pasal 15 Undang-Undang No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang berisi :
1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan
grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.
2. Notaris berwenang pula: a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus.
18
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Yogyakarta : UII Press, 2009, halaman 162.
19
Habib Adjie, Sekilas Dunia Notaris PPAT Indonesia, Bandung : CV. Mandar Maju, 2009, Halaman 23.
Universitas Sumatera Utara
16
c. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan. d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya.
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. f.
Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan. g. Membuat akta risalah lelang. ,,
3. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan wewenang yang telah ditentukan, maka notaris telah melakukan tindakan di luar wewenang, maka produk atau akta notaris tersebut tidak mengikat
secara hukum atau tidak dapat dilaksanakan Non-executable, dan pihak atau mereka yang merasa dirugikan oleh tindakan notaris di luar wewenang tersebut, maka notaris
dapat digugat secara perdata ke Pengadilan Negeri.
20
Berdasarkan wewenang yang ada pada notaris sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 UUJN dan kekuatan pembuktian dari akta notaris, maka ada 2 dua
kesimpulan yaitu: 1. Tugas jabatan notaris adalah memformulasikan keinginantindakan para pihak
kedalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku. 2. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang
sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti lainnya, jika ada orangpihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut
tidak benar, maka orangpihak yang menilai atau menyatakan tidak benar tersebut wajib membuktikan penilaian atau pernyataannya sesuai aturan hukum yang
berlaku. Kekuatan pembuktian akta notaris ini berhubungan dengan sifat publik dari jabatan notaris.
21
Dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris, dikemukakan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua
20
Ibid, Halaman 25.
21
Ibid, Halaman 26
Universitas Sumatera Utara
17
perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik,
menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang akta itu oleh suatu peraturan tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.
22
Dari apa yang dikemukakan pasal tersebut terlihatlah dengan jelas bahwa tugas jabatan notaris adalah membuat akta otentik, adapun yang dimaksud dengan
akta otentik terdapat dalam Pasal 1868, KUHPerdata, dinyatakan: Suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuknya ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat mana akta dibuatnya.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 1868 KUHPerdata adalah sebagai berikut:
1. Bahwa akta itu dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut hukum. 2. Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum.
3. Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk membuatnya ditempat dimana akta itu dibuat.
Seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dimana notaris tidak berwenang membuat akta untuk kepentingan setiap orang, dimana bahwa notaris tidak diperbolehkan membuat akta bagi notaris itu sendiri,
isterinya, suaminya, keluarga sedarah atau keluarga semenda notaris dalam garis
22
Suhrawardi K. Lubis, Ibid, halaman 34.
Universitas Sumatera Utara
18
lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam garis kesamping sampai dengan derajat ketiga, baik secara pribadi maupun melalui kuasa.
23
Maksud dan tujuan dari ketentuan
ini ialah
untuk mencegah
terjadinya tindakan
memihak dan
penyalahgunaan jabatan. Sebelum
menjalankan jabatannya,
terlebih dahulu
notaris wajib
mengucapkanjanji menurut agamanya di hadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sumpah atau janji tersebut mengandung dua hal yaitu :
24
1. Secara vertikal wajib bertanggung jawab kepada Tuhan Secara vertikal kita wajib bertanggung jawab kepada Tuhan karena sumpah atau
janji yang diucapkan berdasarkan agama masing-masing. Artinya segala sesuatu yang kita lakukan akan diminta pertanggungjawabannya dalam bentuk yang
dikehendaki Tuhan.
2. Secara horizontal wajib bertanggung jawab kepada negara dan masyarakat Artinya, negara telah memberi kepercayaan kepada kita untuk menjalankan
sebagai tugas negara dalam bidang hukum perdata, yaitu dalam pembuatan alat bukti berupa akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna dan kepada
masyarakat yang telah percaya bahwa notaris mampu memformulasikan kehendaknya ke dalam bentuk akta notaris, dan percaya bahwa notaris mampu
menyimpan merahasiakan segala keterangan atau ucapan yang diberikan di hadapan notaris.
Bagi setiap notaris ditentukan daerah hukumnya daerah jabatannya dan hanya di dalam daerah yang ditentukan baginya itu ia berwenang untuk membuat akta
otentik. Akta yang dibuatnya diluar daerah jabatannya adalah tidak sah. Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari jabatannya, demikian juga
notaris tidak boleh membuat akta sebelum ia memangku jabatannya sebelum diambil sumpah. Apabila salah satu persyaratan diatas tidak dipenuhi, maka akta yang
23
Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
24
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia Kumpulan Tulisan Notaris dan PPAT
, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2009, halaman 5.
Universitas Sumatera Utara
19
dibuatnya itu tidak otentik dan hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat dibawah tangan, apabila akta itu ditandatangani oleh para penghadap.
Pasal 17 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris mengatur tentang larangan. Larangan tersebut meliputi :
a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya; b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 tujuh hari kerja berturut-turut
tanpa alasan yang sah; c. merangkap sebagai pegawai negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara; e. merangkap jabatan sebagai advokat;
f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta. g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar wilayah jabatan
notaris; h. menjadi notaris pengganti; atau
i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan,
atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan notaris.
Dalam melaksanakan tugas jabatannya notaris diberi hak untuk menolak memberikan bantuannya di dalam melakukan sesuatu yang dimintakan kepadanya,
tetapi harus mempunyai alasan yang mendasar gegronde redenen untuk itu. Alasan-
Universitas Sumatera Utara
20
alasan yang mendasar bagi notaris untuk melakukan penolakan memberikan bantuan adalah:
25
1. Apabila notaris sakit sehingga tidak dapat memberikan berhalangan karena sakit atau karena pekerjaan jabatan lain.
2. Apabila notaris tidak ada di tempat karena sedang dalam masa cuti. 3. Apabila notaris karena kesibukan pekerjaannya tidak dapat melayani orang lain.
4. Apabila surat-surat yang diperlukan untuk membuat suatu akta tidak diserahkan
kepada notaris. 5. Apabila penghadap atau saksi yang diajukan oleh penghadap tidak dikenal oleh
notaris atau tidak dapat diperkenalkan kepadanya. 6. Apabila yang berkepentingan tidak mau membayar biaya bea materai yang
diwajibkan. 7. Apabila karena pemberian jasa tersebut, notaris melanggar sumpahnya atau
melakukan perbuatan melanggar hukum. 8. Apabila pihak-pihak menghendaki bahwa notaris membuat akta dalam bahasa
yang tidak dikuasai oleh notaris yang bersangkutan, atau apabila orang-orang yang menghadap berbicara dengan bahasa yang tidak jelas, sehingga notaris tidak
mengerti apa yang sebenarnya dikehendaki oleh mereka.
Mengenai ketentuan pidana tidak diatur di dalam UUJN namun tanggung jawab notaris secara pidana dikenakan apabila notaris melakukan perbuatan pidana.
UUJN hanya mengatur sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh notaris terhadap UUJN sanksi tersebut dapat berupa akta yang dibuat oleh notaris tidak memiliki
kekuatan otentik atau hanya mempunyai kekuatan sebagai akta di bawah tangan. Terhadap notarisnya sendiri dapat diberikan sanksi yang berupa teguran hingga
pemberhentian dengan tidak hormat. Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum.
Larangan tersebut disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi yang melanggar larangan tersebut. Tentu pidana dalam hal ini adalah perbuatan pidana
25
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
, Bandung : Rafika Aditama, 2008, halaman 87.
Universitas Sumatera Utara
21
yang dilakukan notaris dalam kapasitasnya sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta dan tidak dalam konteks individu sebagai warga negara pada umumya.
Unsur-unsur perbuatan pidana meliputi :
26
a. Perbuatan manusia Perbuatan adalah tindakan dan kejadian yang ditimbulkan oleh perbuatan
tersebut. Menurut Moeljatno, di dalam hukum pidana perbuatan ada yang bersifat positif maupun negatif. Positif berarti terdakwa berbuat sesuatu sedangkan negatif
berarti seseorang tidak berbuat sesuatu yang diwajibkan atasnya. Adapun yang dimaksud dengan kelakuan perbuatan adalah suatu sikap jasmani, sebab tidak
berbuat sesuatu tidak dapat dimasukkan dalam pengertian tersebut dan yang termasuk dalam kelakuan tersebut terbatas hanya pada sikap jasmani yang
disadari saja.
b. Memenuhi rumusan peraturan perundang-undangan Agar suatu perbuatan dapat disebut sebagai tindak pidana harus memenuhi
rumusan undang-undang artinya berlaku asas legalitas. Asas legalitas menyatakan bahwa nulum delictum nulla poena sine praevia lege poenali yang memiliki
makna bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika hal tersebut tidak atau belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang. Arti
penting adanya asas legalitas adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum dan demi keadilan. Memenuhi peraturan perundang-undangan sebagai syarat dari
tindak pidana adalah merupakan syarat formil.
c. Bersifat melawan hukum Adanya sifat melawan hukum dalam tindak pidana merupakan syarat mutlak dan
juga merupakan syarat materiil. Setidaknya ada dua pendapat mengenai arti dari unsur sifat melawan hukum yang merupakan terjemahan dari bahasa Belanda
wederrechtelijk
. Pendapat tersebut adalah ajaran mengenai wederrechtelijk dalam arti formil dan dalam arti materiil. Menurut ajaran wederrechtelijk dalam arti
formil suatu perbuatan dapat dipandang sebagai bersifat melawan hukum apabila perbuatan tersebut memenuhi semua unsur yang terdapat di dalam rumusan suatu
delik menurut undang-undang. Sedangkan ajaran wederrechtelijk dalam arti materiil menilai suatu perbuatan digolongkan sebagai bersifat melawan hukum
atau tidak, perbuatan tersebut tidak hanya ditinjau dari segi yuridis formal semata namun juga harus ditinjau dan diukur menggunakan asas-asas hukum umum dari
hukum yang tidak tertulis.
Berbicara mengenai hukum pidana, maka untuk menentukan apakah seseorang telah melakukan perbuatan melawan hukum harus memenuhi unsur-unsur
26
Abdul Ghofur Anshori, ibid, halaman 38.
Universitas Sumatera Utara
22
dari tindak pidana. Adapun yang menjadi unsur tindak pidana dibedakan atas unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur Subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada
diri si pelaku, termasuk didalamnya adalah segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya. Unsur subjektif dari tindak pidana meliputi :
27
1. Kesengajaan atau ketidak sengajaan dolus atau culpa. 2. Maksud pada suatu percobaan seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1
KUHP. 3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti misalnya yang terdapat dalam
tindak pidana pencurian. 4. Merencanakan terlebih dahulu, seperti misalnya yang terdapat dalam Pasal 340
KUHP. Sedangkan unsur objektifnya adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan
keadaan-keadaan yaitu didalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur objektif dari tindak pidana meliputi :
28
1. Sifat melanggar melawan hukum. 2. Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang pegawai negeri dalam
kejahatan menurut Pasal 415 KUHP. 3. Kasualitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan
kenyataan sebagai akibat. Dalam hal melakukan tindak pidana pemalsuan surat kuasa yang dilakukan
oleh notaris sebagaimana dalam kasus Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 303 KPid2004, seharusnya seorang notaris tersebut dapat menolak memberikan bantuan.
Seorang notaris dalam hal menjalankanmelaksanakan tugas jabatan seharusnya lebih cermat, hati-hati, dan tidak menyimpang dari ketentuan undang-undang yang telah
ditetapkan didalamnya. Pemberian kuasa lastgeving diatur di dalam Buku III Bab
27
A. Fuad
Usfa dan
Tongat, Pengantar
Hukum Pidana
, Malang:
Universitas Muhammadiyah malang, 2004, halaman 33.
28
Ibid , halaman 33.
Universitas Sumatera Utara
23
XVI mulai dari Pasal 1792 sampai Pasal 1819 KUHPerdata. Pada Pasal 1792 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut:
“Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberi kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan”.
Dari hal tersebut dapat dilihat, bahwa unsur-unsur dari pemberian kuasa adalah: 1. Persetujuan
2. Memberi kekuasaan kepada penerima kuasa 3. Atas nama pemberi kuasa menyelenggarakan suatu urusan
Dalam hal melakukan kejahatan pemalsuan surat pada umumnya berupa pemalsuan surat dalam bentuk pokok bentuk standar yang dimuat di dalam Pasal
263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang rumusannya adalah sebagai berikut: 1 Barangsiapa membuat
surat palsu atau
memalsukan surat,
yang dapat
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian kewajiban atau sesuatu pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan,
dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau
mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.
2 Dengan hukuman serupa itu juga dihukum, barang siapa dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah surat itu asli dan
tidak dipalsukan, kalau hal mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu kerugian.
Membuat surat palsu adalah membuat sebuah surat yang seluruh atau sebagian isinya palsu. Palsu disini artinya tidak benar atau bertentangan dengan yang
sebenarnya.
29
Dalam hal membuat surat palsu ini dapat berupa:
29
Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Pemalsuan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001, halaman 99.
Universitas Sumatera Utara
24
1. Membuat sebuah surat yang sebagian atau seluruh isi surat tidak sesuai atau bertentangan dengan kebenaran, disebut juga dengan pemalsuan intelektual
intelectuele valschheid; 2. Membuat sebuah surat yang seolah-olah surat ini berasal dari orang lain selain si
pembuat surat, disebut juga dengan pemalsuan materiil materiele Valschheid. Palsunya surat atau tidak benarnya surat terletak pada asalnya atau si pembuat
surat. Disamping isinya dan asalnya surat yang tidak benar dari membuat surat
palsu, dapat juga tanda tangannya yang tidak benar. Hal ini dapat terjadi dalam hal misalnya:
1. Membuat dengan meniru tanda tangan seseorang yang tidak ada orangnya, seperti orang yang telah meninggal dunia atau secara fiktif dikarang-karang.
2. Membuat dengan meniru tanda tangan orang lain baik dengan persetujuannya ataupun tidak.
Tanda tangan yang dimaksud di sini adalah termasuk juga tanda tangan dengan menggunakan capstempel tanda tangan. Sedangkan perbuatan memalsukan
vervalsen surat adalah berupa perbuatan mengubah dengan cara bagaimanapun oleh orang yang tidak berhak atas sebuah surat yang berakibat sebagian atau seluruh isinya
menjadi lainberbeda dengan isi surat semula. Adapun surat-surat yang dapat dijadikan objek pemalsuan ini dibatasi dengan
empat macam surat, yaitu: 1. Surat yang menimbulkan suatu hak
Universitas Sumatera Utara
25
Dimana pada umumnya sebuah surat tidak melahirkan adanya suatu hak, melainkan hak itu timbul dari adanya perikatan hukum perjanjian yang tertuang
dalam surat itu, akan tetapi terdapat surat-surat tertentu yang disebut surat formil, yang langsung melahirkan suatu hak tertentu, misalnya cek, bilyet giro, wesel,
surat izin mengemudi, ijazah dan lain-lain. Dengan kata lain surat yang menimbulkan suatu hak adalah surat yang memuat suatu kesepakatan, perjanjian
dan sebagainya yang dimuat secara tertulis yang dapat menimbulkan suatu hak.
30
2. Surat yang dapat menimbulkan suatu perikatan Surat yang berisi suatu perikatan pada dasarnya berupa surat yang memuat
berbagai perjanjian yang menyebabkan timbulnya hak-hak dan keawajiban- kewajiban dari masing-masing pihak. Misalnya surat jual beli yang melahirkan
hak si penjual untuk menerima uang pembayaran harga suatu benda, dan pembeli mempunyai hak untuk memperoleh atau menerima benda yang dibelinya.
3. Surat yang dapat menimbulkan pembebasan utang Dalam suatu surat pembebasan utang, pembebasan utang pada dasarnya
disebabkan karena dan dalam hubungannya dengan suatu perikatan. Misalnya suatu kuitansi yang berisi penyerahan sejumlah uang tertentu dalam hal dan dalam
hubungannya dengan jual beli, utang piutang dan lain-lain. 4. Surat yang diperuntukkan sebagai bukti mengenai sesuatu hal
30
Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Beserta Uraiannya, Jakarta: Alumni Ahaem-Petehaem, 1989, halaman. 418.
Universitas Sumatera Utara
26
Dimana terdapat dua hal penting yang harus dimuat, yaitu:
31
a. mengenai diperuntukkan sebagai bukti mempunyai kekuatan pembuktian; yang dimaksud dengan bukti adalah sifatnya surat itu memiliki kekuatan
pembuktian bewijskracht, kemudian diadakan pembatasan bahwa yang akan ditindak dengan hukuman pidana hanya surat-surat tertentu yaitu yang
ditunjuk untuk membuktikan suatu kejadian atau peristiwa.
b. tentang sesuatu hal; Sesuatu hal yang dimaksudnya adalah kejadian atau peristiwa tertentu, baik
yang sengaja dilangsungkan, contohnya perkawinan, maupun karena peristiwa alam contonya peristiwa kelahiran dan kematian. Dimana peristiwa-peristiwa
tersebut mempunyai akibat hukum, yaitu kejadian yang memiliki pengaruh terhadap hubungan hukum orang-orang yang bersangkutan.
Dalam hal seseorang melakukan perbuatan dengan sengaja, maka dapat dikualifikasikan ke dalam tiga bentuk kesengajaan, yaitu :
32
1. Kesengajaan sebagai maksudtujuan opzet als oogmerk atau sering disebut dengan dolus directus.
Kesengajaan dengan maksud akan terjadi, apabila seseorang menghendaki melakukan suatu perbuatan sekaligus menghendaki terhadap timbulnya akibat
perbuatan itu. Artinya kehendak untuk melakukan perbuatan tersebut memang dimaksudkan atau ditujukan untuk menimbulkan akibat yang dikehendaki.
2. Kesengajaan dengan tujuan yang pasti atau yang merupakan keharusan. Jenis kesengajaan ini akan terjadi apabila seseorang melakukan suatu perbuatan
mempunyai tujuan untuk menimbulkan akibat tertentu, tetapi di samping akibat yang dituju itu pelaku insyaf atau menyadari, bahwa dengan melakukan perbuatan
untuk menimbulkan akibat yang tertentu itu, perbuatan tersebut pasti akan menimbulkan akibat lain yang sebenarnya tidak dikehendaki hanya disadari
kepastian akan terjadinya.
3. Kesengajaan dengan sadar akan kemungkinan atau kesengajaan dengan syarat voorwardelijk opzet atau juga sering disebut dengan istilah dolus evantualis.
Terjadi apabila seseorang melakukan suatu perbuatan mempunyai tujuan untuk menimbulkan akibat tertentu, tetapi di samping akibat yang dituju itu pelaku
insyaf atau menyadari, bahwa dengan melakukan perbuatan untuk menimbulkan akibat yang tertentu itu, perbuatan tersebut mungkin akan menimbulkan akibat
lain yang sebenarnya tidak dikehendaki hanya disadari kemungkinan akan terjadinya.
31
Adami Chazawi, Op.Cit., halaman 102
32
Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, Malang : UMM Press, 2008, halaman 241.
Universitas Sumatera Utara
27
Dengan hal-hal tersebut diatas, maka akta yang terbukti palsu yang terdapat dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia RI Nomor 303 KPid2004
menjadi tidak sah
33
, dan tidak mempunyai kekuatan sebagai bukti yang sempurna, atau kehilangan otentisitasnya sebagai akta otentik. Dalam hal ini notaris yang
terbukti telah melakukan perbuatan pidana tersebut tetap dapat dimintakan
pertanggungjawaban pidana serta dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Dimana
penjatuhan hukuman pidana terhadap notaris yang melakukan tindak pidana dalam menjalankan jabatannya, dilakukan berdasarkan perbuatan pidana yang dilakukan
serta ditambah dengan hukuman pemberat. Dengan demikian notaris harus memiliki perilaku profesional yang unsur-
unsurnya adalah sebagai berikut :
34
a. Harus menunjuk pada keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman yang tinggi.
b. Memiliki integritas moral, dalam arti segala pertimbangan moral harus melandasi tugas-tugas professional. Pertimbangan moral profesional ini harus diselaraskan
dengan nilai-nilai kemasyarakatan, nilai-nilai sopan santun dan agama. c. Menunjuk pada kejujuran, tidak saja pada pihak kedua atau ketiga, tetapi juga
pada dirinya sendiri. d. Dalam melakukan tugas jabatannya, notaris tidak boleh semata-mata didorong
oleh pertimbangan uang, tidak boleh diskriminatif. e. Notaris profesional harus memegang teguh kode etik profesi.
33
Maksud dikatakan akta yang tidak sah adalah : 1. isi dari akta tersebut bukan asli dari orang yang namanya dimuat dalam akta.
2. Tanda tangan akta dipalsukan, yaitu tanda tangan orang yang sudah meninggal ditiru.
34
E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum Norma-norma bagi Penegak Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995, halaman 159.
Universitas Sumatera Utara
28
Dengan demikian, notaris merupakan suatu profesi yang mempunyai tugas berat sebag harus menempatkan pelayanan masyarakat di atas segala-galanya. Di
samping profesi notaris juga merupakan expertise. Oleh karenanya rasa tanggung jawab baik individual maupun sosial, terutama ketaatan terhadap norma-norma
hukum positif dan kesediaan untuk tunduk pada kode etik profesi, merupakan suatu hal yang wajib sehingga akan memperkuat hukum positif yang sudah ada.
35
Agar notaris dapat menjalankan profesinya sesuai dengan tuntutan etika profesi, maka harus memiliki tiga ciri moral, yaitu :
36
1. Harus menjadi orang yang tidak diselewengkan dari tekadnya oleh segala macam perasaan takut, malas, malu, emosi, dan lain sebagainya. Artinya ia harus
memiliki kepribadian moral yang kuat. 2. Harus sadar bahwa mempertahankan tuntutan etika profesi merupakan suatu
kewajiban yang berat. 3. Harus memiliki cukup idealisme.
Sehingga dengan prilaku profesional tersebut seorang notaris dalam menjalankan tugas jabatannya haruslah senantiasa bertindak dengan seksama, hati-
hati, jujur serta bertanggungjawab, sehingga tidak seharusnya seorang notaris dapat terkena tipu daya, bahkan terbujuk, atau karena adanya suatu hubungan yang terjalin
begitu baik oleh penghadap dalam bentuk apapun juga, bahkan sampai melakukan
35
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Dalam Menegakkan Hukum Pidana, Yogyakarta : BIGRAF Publishing, 1995, halaman 13.
36
Franz Magnis Suseno, dkk, Etika Sosial, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1989, halaman 69.
Universitas Sumatera Utara
29
pekerjaan yaitu membuat surat kuasa di luar wilayah jabatannya. Dalam hal ini terbukti bahwa notaris tersebut telah sengaja melakukan kesalahan, sehingga tidak
ada alasan pemaaf dan alasan pembenar untuk kesalahannya tersebut.
2. Kerangka Konsepsi