BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan teori ekonomi secara sederhana investasi berarti pembelian dan berarti juga produksi dari kapitalmodal barang-barang yang tidak
dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang barang produksi. Investasi juga adalah suatu komponen dari PDB Produk Domestik Bruto dengan
rumus PDB = C + I + G + NX. Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= Y,i. Suatu pertambahan pada
pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal
tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Dalam teori pertumbuhan ekonomi, Menurut Rostow, sebuah negara perlu
mencapai tingkat investasi sebesar 15-20 persen sebagai prakondisi untuk lepas landas. Namun masalahnya, tingkat tabungan domestik khususnya tabungan
pemerintah di negara berkembang tidak cukup untuk membiayai kebutuhan investasi sebanyak itu. Itu sebabnya diperlukan bantuan modal asing untuk
melakukan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan
timbal balik tersebut terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan
yang bisa ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap kenaikan PDB serta
meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga kecenderungan untuk investasi lebih besar. Dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari
pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan
demikian, pertumbuhan merupakan fungsi investasi. Di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, program investasi
merupakan salah satu agenda ekonomi pemerintah yang diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Dengan bertumbuhnya investasi maka akan terbuka
peluang lapangan usaha yang lebih luas sehingga mampu menyerap tenaga kerja dan pada akhirnya akan mengurangi angka pengangguran. Sementara itu investasi
terkait erat dengan faktor-faktor penentu lainnya. Pertumbuhan investasi di suatu negara tergantung kebijakan perekonomian suatu negara serta didukung sarana
dan prasarana lainnya. Perkembangan situasi politik, penegakan hukum serta regulasi yang dapat
menciptakan iklim usaha yang kondusif juga sangat berpengaruh pada investasi. Faktor ketidakpastian juga berpengaruh dengan variable indikator seperti tingkat
suku bunga dan inflasi serta kepercayaan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan investasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Propinsi Sumatera Utara, sebagai salah satu propinsi terbesar di Indonesia merupakan salah satu daerah potensial untuk investasi. Secara umum gambaran
propinsi ini yaitu terletak pada 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur, yang pada tahun 2006 memiliki 25 Kabupaten dan 7 kota, dan terdiri dari 328
kecamatan. Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan.
Luas daratan Propinsi Sumatera Utara 71.680 km2. Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi
primadona perekonomian di propinsi ini. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat,
teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu,
dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia.
Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura sayur-mayur dan buah-buahan; misalnya Jeruk
Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut
telah diekspor ke Malaysia dan Singapura. Pemerintah Propinsi Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai
prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten di Sumatera Utara maupun antara Sumatera Utara dengan provinsi
lainnya. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial
kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah
Pembangunan. Sumatera Utara merupakan propinsi yang keempat terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk SP 1990 penduduk
Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 hari sensus berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar
11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2
dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000
adalah 1,20 persen per tahun. Dengan kondisi geografis dan sumber daya alam yang ada menunjukkan Sumatera Utara merupakan daerah yang potensial untuk
menarik investasi. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Nasional
BKPMN dapat dilihat persetujuan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN dan Penanaman Modal Asing PMA di Sumatera Utara. Dari seluruh
propinsi penyumbang nilai persetujuan PMDN dan PMA di seluruh Indonesia, propinsi Sumatera Utara memberikan kontribusi yang signifikan yakni dengan
menempati posisi ketiga dalam persetujuan PMDN yaitu sebesar Rp10,08 miliar atau dengan pangsa 7.
Universitas Sumatera Utara
Sementara untuk persetujuan PMA propinsi Sumatera Utara juga menempati peringkat ke 3 dengan total nilai sebesar US1,47 juta atau dengan
pangsa sebesar 11,1. Tingginya nilai persetujuan di propinsi Sumatera Utara baik untuk PMDN
dan PMA yang tidak diikuti oleh realisasi masih menunjukkan potensi Sumut yang cukup besar belum dioptimalkan dengan baik. Hal ini terlihat dari data
realisasi investasi PMDN dan PMA propinsi Sumatera Utara selama tahun 2006 hingga posisi bulan Oktober tahun 2006 belum menunjukkan perkembangan yang
cukup menggembirakan. Selama periode tersebut, Sumut hanya menempati posisi ke- 9 dalam realisasi PMDN dengan jumlah proyek 4 senilai Rp202,7 miliar atau
dengan kontribusi sebesar 1,5. Posisi serupa terjadi pada realisasi PMA dengan jumlah proyek sebanyak 6 buah senilai US87,7 juta dengan pangsa sebesar 2,0.
Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka penulis ingin menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi n investasi di Sumatera Utara yang dituangkan
dalam skripsi ini yang berjudul” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah