Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S- I EKSTENSI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI SUMATERA UTARA

Skripsi Diajukan Oleh: YAYUK MASITOH

030523056

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2011


(2)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara selama kurun waktu 1999-2009. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing.

Metode yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 4.1.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa: Variabel Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap Investasi di Sumatera Utara signifikan secara statistik pada α =5%.


(3)

Factors Analysis Influencing Investment In North Sumatera Abstract

Purpose of this research is to analyse determinant influencing Investment growth in North Sumatera during range of time 1999-2009. As for independent variable in this research is , Value Chain Of Money and Investor Variable.

Method applied in analysis to factors influencing Investor growth in North Sumatera is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 4.1.

Based on result of estimation indicates that: Investment variable, variable Value Chain Of Money, and Investor variable which are positive to Investment In North Sumatera and significant statistically at α =5%.


(4)

Kata Pengantar

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera

Utara” yang dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Ekonomi dari program Strata I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai pihak baik dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs John Tafbu Ritonga M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs Rahmat Sumanjaya, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs Rujiman MSi selaku dosen penguji I

5. Bapak Paidi SE MSi selaku dosen penguji II

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya dosen Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik


(5)

penulis selama perkuliahan beserta seluruh staf/pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam memberikan data yang berhubungan dengan skirpsi ini.

8. Teristimewa kepada ibunda tercinta Purnama Dewi Sihombing atas doa-doanya yang tak putus-putusnya kepada kami anak-anaknya dan teriring doa kepada Ayahanda Yahya Batubara (Alm) semoga Allah selalu memberi ampunannya.

9. Terkhusus buat suami tercinta Suhandi, dan anak-anakku yang kusayang Muhammad Haidar Tsaqib dan Aruna Yandini Mernissi yang menjadi spirit dan inspirasi dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini yang dibutuhkan sebagai pedoman di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Medan, Januari 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 INVESTASI ... 8

A. Pengertian Investasi ... 8

B. Kebijakan Pemerintah Tentang Investasi ... 10

C. Keuntungan Dengan Adanya Investasi ... 11

D. Teori Investasi Luar Negeri. ... 12

2.2 NILAI TUKAR UANG (KURS) ... 16

A. Pengertian Nilai Tukar ... 16

B. Teori Nilai Tukar ... 17

2.3 EKSPORT ... 20

A. Pengertian Eksport ... 20

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eksport ... 22

C. Eksport Sebagai Penerimaan Devisa ... 23

2.4 INFLASI ... 24

A. Pengertian Inflasi ... 24

B. Jenis- Jenis Inflasi ... 26

C. Teori Inflasi ... 31

D. Efek Inflasi ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 37

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan data ... 37

3.4 Pengolahan Data ... 38

3.5 Model Analisis Data ... 38

3.6 Test of goodness of fit (uji kesesuaian) ... 39

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 41

3.8 Defenisi Variabel Operasional ... 43

BAB IV PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian ... 45


(7)

C. Pertumbuhan Ekonomi ... 49

4.1. Perkembangann Investasi di Sumatera Utara ... 52

4.2. Perkembangan Nilai tukar Rupiah di Sumatera Utara ... 55

4.3. Perkembangan Eksport di Sumatera Utara ... 59

4.4. Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara ... 61

4.5. Hasil Analisa ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

4.1 Luas Daerah Propinsi Sumatera Utara Menurut Kab/Kota

Tahun 2009………..46 4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor di Sumatera Utara ...52 4.3 Penanaman Modal Asing Di Sumatera Utara Menurut Negara Asal Tahun 1999 s/d 2009 (000 US$)...53 4.4 Perkembangan Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara

Tahun 1999 s/d 2009 (000 USS) ...54 4.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1999 s/d 2009 (000 USS) .57

4.6 Kurs Tengah Rupiah Atas Dolar Amerika

Tahun 1999 s/d 2009 (000 USS) ...58 4.7 Perkembangan Eksport di Sumatera Utara

Tahun 1999 s/d 2009 (000 USS) ...60 4.8 Inflasi 4 Kota di Sumatera Utara dan Nasional

Tahun 2008 s/d 2009…………...61 4.9 Perkembangan Tingkat Inflasi Sumatera Utara

Tahun 1999s/d 2009…………...62 4.10 Hasil estimasi Model OLS dengan data

Time series…………...64

4.11 Hasil estimasi Data Cross Section Sebelum Krisis Ekonomi

Tahun 1995…………...67 4.12 Hasil estimasi Data Cross Section Pasca Krisis Ekonomi


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Inflationary Gap... 27

2.2 Demand Pull Imflation ... 28

2.3 Cost Push Inflation ... 30

4.1 Kurva uji t-statistik variabel Tingkat Nilai Uang ... 66

4.2 Kurva uji t-statistik variabel Tingkat Nilai Mata Uang Hasil Estimasi Pada Tahun 1995 ... 69

4.3 Kurva uji t-statistik variabel Tingkat Nilai Mata Uang Hasil Estimasi Pada Tahun 2007 ... 71


(10)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara selama kurun waktu 1999-2009. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing.

Metode yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 4.1.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa: Variabel Nilai Mata Uang, Penanaman Modal asing masing mempunyai pengaruh yang positif terhadap Investasi di Sumatera Utara signifikan secara statistik pada α =5%.


(11)

Factors Analysis Influencing Investment In North Sumatera Abstract

Purpose of this research is to analyse determinant influencing Investment growth in North Sumatera during range of time 1999-2009. As for independent variable in this research is , Value Chain Of Money and Investor Variable.

Method applied in analysis to factors influencing Investor growth in North Sumatera is Ordinary Least Squared (OLS) by using analyzer to process data that is by using Eviews 4.1.

Based on result of estimation indicates that: Investment variable, variable Value Chain Of Money, and Investor variable which are positive to Investment In North Sumatera and significant statistically at α =5%.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan teori ekonomi secara sederhana investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Investasi juga adalah suatu komponen dari PDB (Produk Domestik Bruto) dengan rumus PDB = C + I + G + NX. Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang.

Dalam teori pertumbuhan ekonomi, Menurut Rostow, sebuah negara perlu mencapai tingkat investasi sebesar 15-20 persen sebagai prakondisi untuk lepas landas. Namun masalahnya, tingkat tabungan domestik khususnya tabungan pemerintah di negara berkembang tidak cukup untuk membiayai kebutuhan investasi sebanyak itu. Itu sebabnya diperlukan bantuan modal asing untuk melakukan investasi.


(13)

Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan timbal balik tersebut terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap kenaikan PDB serta meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga kecenderungan untuk investasi lebih besar. Dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian, pertumbuhan merupakan fungsi investasi.

Di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, program investasi merupakan salah satu agenda ekonomi pemerintah yang diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Dengan bertumbuhnya investasi maka akan terbuka peluang lapangan usaha yang lebih luas sehingga mampu menyerap tenaga kerja dan pada akhirnya akan mengurangi angka pengangguran. Sementara itu investasi terkait erat dengan faktor-faktor penentu lainnya. Pertumbuhan investasi di suatu negara tergantung kebijakan perekonomian suatu negara serta didukung sarana dan prasarana lainnya.

Perkembangan situasi politik, penegakan hukum serta regulasi yang dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif juga sangat berpengaruh pada investasi. Faktor ketidakpastian juga berpengaruh dengan variable indikator seperti tingkat suku bunga dan inflasi serta kepercayaan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan investasi tersebut.


(14)

Propinsi Sumatera Utara, sebagai salah satu propinsi terbesar di Indonesia merupakan salah satu daerah potensial untuk investasi. Secara umum gambaran propinsi ini yaitu terletak pada 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur, yang pada tahun 2006 memiliki 25 Kabupaten dan 7 kota, dan terdiri dari 328 kecamatan. Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan.

Luas daratan Propinsi Sumatera Utara 71.680 km2. Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian di propinsi ini. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia.

Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten di Sumatera Utara maupun antara Sumatera Utara dengan provinsi lainnya. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain.


(15)

Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah Pembangunan.

Sumatera Utara merupakan propinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar 11,85 juta jiwa.

Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun. Dengan kondisi geografis dan sumber daya alam yang ada menunjukkan Sumatera Utara merupakan daerah yang potensial untuk menarik investasi.

Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Nasional (BKPMN) dapat dilihat persetujuan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Sumatera Utara. Dari seluruh propinsi penyumbang nilai persetujuan PMDN dan PMA di seluruh Indonesia, propinsi Sumatera Utara memberikan kontribusi yang signifikan yakni dengan menempati posisi ketiga dalam persetujuan PMDN yaitu sebesar Rp10,08 miliar atau dengan pangsa 7%.


(16)

Sementara untuk persetujuan PMA propinsi Sumatera Utara juga menempati peringkat ke 3 dengan total nilai sebesar US$1,47 juta atau dengan pangsa sebesar 11,1%.

Tingginya nilai persetujuan di propinsi Sumatera Utara baik untuk PMDN dan PMA yang tidak diikuti oleh realisasi masih menunjukkan potensi Sumut yang cukup besar belum dioptimalkan dengan baik. Hal ini terlihat dari data realisasi investasi PMDN dan PMA propinsi Sumatera Utara selama tahun 2006 hingga posisi bulan Oktober tahun 2006 belum menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Selama periode tersebut, Sumut hanya menempati posisi ke- 9 dalam realisasi PMDN dengan jumlah proyek 4 senilai Rp202,7 miliar atau dengan kontribusi sebesar 1,5%. Posisi serupa terjadi pada realisasi PMA dengan jumlah proyek sebanyak 6 buah senilai US$87,7 juta dengan pangsa sebesar 2,0%.

Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka penulis ingin menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi n investasi di Sumatera Utara yang dituangkan dalam skripsi ini yang berjudul” Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Investasi di Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terlebih dahulu merumuskan permasalahan sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan. Adapun perumusan masalah yang dibuat adalah:

1. Apakah berpengaruh tingkat suku bunga terhadap perlambatan investasi di Sumatera Utara


(17)

3. Apakah berpengaruh pendapatan perkapita masyarakat terhadap perlambatan inve stasi di Sumatera Utara

4. Apakah berpengaruh kondisi perkembangan ekonomi terhadap perlambatan investasi di Sumatera Utara

1.3Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Bedasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap investasi di Sumatera Utara

2. Inflasi berpengaruh positif terhadap investasi di Sumatera Utara

3. Pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap investasi di Sumatera Utara

4. Pengaruh kondisi perkembangan ekonomi (dummy/variable boneka) mempunyai pengaruh positif terhadap investasi di Sumatera Utara.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi investasi di Sumatera Utara. Sedangkan secara khusus tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bunga berdampak terhadap perlambatan investasi di Sumatera Utara


(18)

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi berdampak terhadap perlambatan investasi di Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita berdampak terhadap perlambatan investasi

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi perkembangan ekonomi berdampak terhadap perlambatan investasi di Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama departemen ekonomi pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 2. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi stake holder dan pengambil

kebijakan di masa yang akan datang

3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian sejenis.


(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS I. INVESTASI

A. Pengertian Investasi

Investasi Merupakan usaha yang dilakukan pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk menciptakan suatu produksi.

Investasi terbagi atas :

1. Investasi Langsung (Foreign Direct Investment)

Investasi yang bersifat langsung dilakukan oleh pihak asing atau dapat juga dikatakan sebagai investasi perusahaan secara penuh, dimana pengelolaan baik manajemen ataupun sebagian tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jem's penanaman modal asing ini biasanya dilakukan oleh perusahaan raksasa yang bergabung dalam Multi National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan mengendalikan berbagai kegiatan produktif dilebih dari satu negara

Investasi meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik dan biasanya menggunakan tekhnik-tekhnik produksi negara asal investor, jasa manajerial, pemasaran dan iklan yang ditentukan oleh Investasi tersebut

Investasi adalah berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara de facto dan de jure melakukan pengawasan atas assets (aktiva) yang ditanam di negara dimana penanam modal menginvestasikan modalnya. Dengan cara investasi itu, investasi asing langsung dapat mengambil beberapa bentuk, diantaranya pembentukan suatu cabang perusahaan dinegara pengimpor modal, pembentukan satu perusahaan dimana perusahaan investor memiliki saham


(20)

mayoritas, pembentukan suatu perusahaan dinegara pengimpor modal dimana biaya pembentukan peruasahan tersebut sepenuhnya dibiayai oleh perusahaan asing, atau mendirikan asset tetap di negara lain oleh perusahaan

Menurut analisis neoklasik Tradisional, Investasi merupakan hal yang sangat positif, karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang dihimpun dan dalam negeri dan juga menambah devisa serta membantu pembentukan modal domestik bruto.

Investasi secara langsung dapat diartikan sebagai dana-dana investasi yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat, fasilitas produksi seperti membeli lahan, membuka pabrik, membeli mesin-mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya. Yang bertindak sebagai kreditur disini adalah perusahaan-perusahaan swasta asing yang hendak memperluas usahanya hingga kenegara-negara berkembang.

2. Joint Ventura

Joint Ventura merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua atau lebih pihak yang merupakan badan hukum dimana masing-masing pihak memasukkan sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan berdasarkan proporsi modal tersebut. Jadi joint ventura merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan modal nasional. Tentang pengelolaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang. diterapkan oleh pemcrintali. investor asing bisa saja hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolan perusahaan dan tenaga kerja.


(21)

B. Kebijakan Pemerintah Tentang Investasi

Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia sesuai dengan semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan terutama untuk pembangunan di bidang ekonomi, sesuai dengan kebutuhan dana unluk pembangunan lersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik dana investor asing dengan memberikan berbagai kemudahan melalui berbagai kebijaksanaan. Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang Penanaman Modal asing adaiah Undang-Undang No. 1 1967. Penanaman Modal Asing yang dimaksud sesuai dengan undang-undang ini adaiah hanya Penanaman Modal Asing yang meliputi Penanaman Modal Asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan undang-undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik Modal secara langsung menanggung resiko atas Investasi tersebut.

a. Undang-undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau peminjaman modal melainkan hanya mengatur tentang Investasi.

b. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut dijalankan dengan modal asing sebelumnya.

c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tapi juga kekuasan dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesualunya memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan sesuai mana kebutuhannya tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum yang berlaku di Indonesia


(22)

Penanaman Modal Asing dalam undang-undang ini juga adalah alat pembayaran luar negeri yang udah merupakan bagian dari devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan barn milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh kekayaan devisa Indonesia. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini diperkenankan untuk ditransfer tetapi harus digunakan kembali untuk membiayai kembali perusahaan di Indonesia.

C. Keuntungan Dengan Adanya Invetasi

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya Invetasi, antara lain :

a. Produksi beberapa produk kebutuban rakyat dengan tujuan untuk ekspor (dengan penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia) akan meningkat kuantitas dan kualitasnya.

b. Bila produksi mengalami kegagalan, maka seluruh resiko akan ditanggung oleh penanam modal dalam investasi langsung (investor asing).

c. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kescmpatan kerja. dan dapat membiasakan diri dengan tekhnologi modern.

d. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan nasional yang sejenis, sehingga akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan di daerah.


(23)

e. Devisa negara akan meningkat sehingga dana untuk pembangunan juga meningkat.

f. Mendorong perusahaan lokai untuk bennvestasi lebih banyak pada industri pendukung atau dengan bekerja sama dengan perusahaan asing.

g. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembaii pada pengembangan atau modemisasi indusri terkait.

h. Kemungkinan terjadinya pelarian modal berkurang.

D. Teori Investasi Luar Negeri

Teori investasi luar negeri iangsung pada dasarnya berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengapa perusahaan melakukan investasi luar negeri Iangsung sebagai suatu bentuk keterlibatan internasional (Panglaykim, 1984:3). Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori mengenai investasi luar negeri, antara lain :

. Stephen Hymer

Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan keunggulan khas perusahaan dan ketidaksempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan motivasi yang mendasari .perusahaan dalam melakukan suatu investasi.

Menurut pendekatan ini. pengembalian investasi yang lebih tinggi di luar negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak memerlukan pemindahan perusahaan.


(24)

Sehi-ubungan dengan pengembalian investasi yang lebih tinggi dan" perusaiiaan yang lebih tinggi, penisahaan hams mampu menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi daripada perusahaan yang sudah ada atau yang potensial dinegara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidak unggulan operasi perusahaan tersebut di luar negeri.

Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahan yang ada pada negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya akses kesumber modal yang lebih mudah dan lebih besar, adanya pasar bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan memliki keahlian seperri keahlian manajemen, ketrampilan pemasaran dan sebagainya.

2. R. Vernon

Vemon mengemukakan suatu teori investasi luar negeri dimana teori ini lebih dikenal dengan nama teori Product cycle dalam produksi internasional, model ini terdiri atas beberapa taliap.

Tahapan pertama yaitu tahapan inovasi, yaitu produk masih belum distandarisasi dan dipasarkan didalam negeri. Perusahaan mempunyai keuntungan tekhnologi yang bersifat sementara untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia berusah didekat pasar. Pada waktu permintaan meningkat, suatu tingkat standarisasi diberlakukan dan dipasarkan didalam negeri.

Tahapan kedua, yakni perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar-pasar bam dinegara-ncgara yang relatif inaju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak


(25)

pada skaia ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran. Strategi-strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multi national

corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.

Pada tahapan terakhir, produk sudah distandarisasi sehingga riset dan ketrampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak kenegara-negara yang sedang berkembang dimana ongkos tenaga kerja masih lebih rendah. Produk-produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan diimpor kembali kenegara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi produksi akan lebih direnrukan oleh pebedaan biaya dan jarak pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovatimya.

3. Kiyoshi Kojima

Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komperatif suatu negara dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi luar negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber-sumber alam dan keungulan tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus investasi luar negeri.

4. S. Hircsh

Menurut Hirsch, investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan yang diharapkan datang dari keunggulan tertentu yang dimiliki oleh suatu pemsaliaan lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk mclakukan pengawasan di luar negeri.


(26)

Atau biaya-biaya produksi dan pengawasan di luar negeri tersebut lebili rendah daripada biaya-biaya produksi dalam negeri ditambah biaya-biaya pemasaran ekspor.Bila afiliasi di luar negeri telah terbentuk, maka diferensiasi biaya pemasaran menurun dan ekspor barang-barang lain seperti intermediate

goods dalam negeri dapat terlaksana.

Hircsh berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan spesialisasi berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi penghasilan atau pembentukan pabrik-pabrik baru di lokasi-lokasi dengan biaya serendah-rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar di dalam negeri dari lokasi tersebut.

5. J.H. Dunning

Dunning mengajukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba eklektik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori-teori perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional. Dunning berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan dan investasi) antar negara mengakibatkan perusahaan-perusahaan akan lebih memilih untuk berproduksi diluar negeri yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain.

Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif, sifat-sifat didalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan persaingan di dalam negeri, kendala-kendala perdagangan baik tarif maupun non tarif, jarak dari negara yang melakukan investasi, lingkungan politik


(27)

sosial dan ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan partisipasi nasional dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan

II. NILAI TUKAR (KURS) A. Pengertian Nilai Tukar

Secara sederliana, nilai tukar dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. Kurs menunjukkan harga suatu mata uang, jika dipertukarkan dengan mata uang lain. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah per USD sebesar Rp 9900,-/USD berarti untuk membeli 1 USD dibutuhkan Rp 9900,- , sebaliknya untuk memperoleh Rp 1 dibutuhkan 0,00043 USD (Sri Handaru, 2007:5)

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu men gal ami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga-harga barang ekspor dan impor Apabila harga suatu mata uang semakin mahal terhadap mata uang lain maka mata uang itu dikatakan berapresiasi, dan sebaliknnya jika harga mata uang tersebut turun terhadap mata uang lain, mata uang tersebut terdepresiasi. Untuk lebih jelasnya:

• Apresiasi yaitu peristiwa mengnatnya nilai tukar mata uang secara otomatis. akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan pada sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari periibahan kurs adalah harga produk negara itu bagi luar negeri semakin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik lebih murah.

• Depresiasi yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis. akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan pennintaan atas mata uang yang bersangkutan pada sistem pasar bebas.


(28)

Sebagai akibat dari periibahan kurs adalah harga produk negara itu bagi luar negeri menjadi lebih murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih mahal.

B. Teori Nilai Tukar

Ada beberapa teori ekonomi yang membahas tentang nilai tukar uang

(Dominic, 1997:43), yaitu:

1. Pendekatan Perdagangan Elastisitas Terhadap Pembentukan Kurs

Pendekatan perdagangan elastisitas terhadap pembentukan kurs yakni nilai tukar dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa yang terjadi diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini, kurs. ekuilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari suatu negara Jika nilai impor negara tersebut lebih besar dari pada nilai ekspornya, maka nilai mata uangnya akan mengalami penurunan sehingga membuat harga komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi importir atau pihak asing dan produk impor akan menjadi lebih mahal bagi pasar domestik.

Akibatnya ekspor akan kembali mengalami peningkatan sedangkan impornya terus turun sampai akhirnya nilai perdagangan interaasional benar-benar sejmbang. Adapun cara lain yang dapat ditempuh untuk menyeimbangkan perdagangan internasional dan memperbaiki nilai tukar mata uangnya adalah dengan menerapkan kebijakan-kebijakan domestik tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pembelanjaan domestik demi inenyisihkan menyisilikan lebih banyak


(29)

sumber daya domestik untuk menghasilkan produk ekspor dan subtitusi impor sehingga memungkinkan bcrfungsinya pendekatan elastisitas.

2. Teori Par Has Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory I'PI')

Teori paritas daya beli merumuskan bahwa nilai tukar antara dua jenis mata uang adalah identik dengan rasio dan tingkat harga umum dan kedua negara yang bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valas. Menurut teori ini, pasar valas berada dalam kondisi keseimbangan apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang sama (Krugman,2002:66)

3. Pendekatan Moneter (Monetary Approach)

Pendekatan moneter merumuskan bahwa nilai tukar tercipta dalam proses penyamaan total permintaan dan penawaran mata uang nasiona! dimasing-inasing negara. Penawaran uang disuatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang bersangkutan. .Namun sebaliknya permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan nil negara tersebut, suku bunga ekuilibrium terbentuk pada titik perpotongan antara kurva pennintaan dan kurva penawaran uang yang ada disuatu negara.


(30)

4. Pendekatan Keseimbangan Portofolio (Portofolio Balance Approach)

Pendekatan ini merumuskan bahwa kiirs sesungguhnya terbentuk dalam proses dan penyeimbangan total pennintaan dan penawaran asset-asset fmansial, diinana asuinsi yang dipergunakan dalam pcndekatan ini adalah :

• Obligasi domestik dan luar negeri sebagai subtitusi yang tidak sempurna

• Memperhitungkan arti penting perdagangan (sektor riil)

Menurut pendekatan ini, kenaikan penawaran uang di negara domestik akan menyebabkan terjadinya kemerosotan dinegara bersangkutan sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya menjadi mata uang domestik dan obligasi luar negeri dengan sendirinya menimbulkan depresiasi atas mata uang domestik,

Selanjurnya depresiasi itu akan merangsang peningkatan ekspor negara domestik dan sekaligus menurunkan impornya, sehingga akan menciptakan surplus perdagangan bagi negara tersebut yang segera .disusul dengan apresiasi mata uangnya. Dimana apresiasi ini akan meredam sebagian depresiasi yangtelah terjadi sebelumnya.

III. EKSPORT

A. Pengertian Eksport

Perdagangan antar negara mempakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena tidak ada satu negarapun yang mampu untuk memenuhi sendiri kebuluhanya, baik itu negara superpower seperti Amerika Serikat, maupun negara yang sering dianggap masih primitif yang mungkin tidak pemah kita dcngar namanya. Tiap negara akan tetap harus bergantung kcpada negara lain, sehingga


(31)

transaksi jual beli antar negara akan tetap terjadi. walaupun antara pelaku transaksi tersebut dipisahkan oleh berbagai perbedaan baik itu yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi.

Akibat dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang dimiliki terbatas maka tidak ada negara yang dapat melepaskan din dari ketergantungan ekonominya pada negara lain, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri perlu dilakukan suatu kerjasama dalam bidang perdagangan dengan negara lain. Kerjasama ini dikenal dengan nama perdagangan luar negeri, dimana aktivitas perdagangan ini meliputi dua bagian yaitu 'ekspor' (jual) dan 'impor' (beli).

Pada dasarnya ekspor dapat didefinisikan sebagai arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suatu negara ke pasar interaasional. Ekspor terjadi terutama karena kebutuhan akan barang/jasa tertentu sudah tercukupi didalam negeri atau karena produksi barang/jasa tadi bisa kompetitif baik dari segi harga maupun inutu dari produk sejenis di pasaran . Kemajuan teklmologi dalam bidang komunikasi dan transportasi, telah memudahkan terjadinya interaksi dan komunikasi manusia , khususnya dalam hubungan ekonomi internasional, dimana dengan arus informasi telah mernungkinkan setiap bangsa untuk lebih mengenal dan, memahami bangsa lain khususnya dalam bidang ekonomi, sehingga setiap bangsa dapat memenuhi kebutuhan ekonominya yang lebih berdaya guna dan akan lebih mud ah mengetahui dalam komoditi apa negara tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan komoditi serupa dari negara lain, dan juga memudahkan negara tersebut untuk memasarkan komoditi unggulan tersebut kenegara lain.


(32)

Ada tiga hal yang menjadi dasar yang memungkinkan adanya perdagangan komoditi dalam pasaran internasional, yaitu

a. Bila komoditi tersebut memiliki keunggulan mutlak antara keunggulan komperatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produksi komoditi yang sama dinegara lain. Asas ini lebih ditekankan pada masalah produksi, tingkat produktivitasnya dan efisiensi dari komoditi yang bersangkutan, suatu produk yang biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain dapat dikatakan memiliki potensi untuk diekspor kenegara lain yang biaya produksinya untuk komoditi yang sama lebih mahal atau lebih tinggi

b. Bila komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar negeri. Komoditi yang memiliki potensi ekspor dipandang dari sudut selera konsumen ini adalah komoditi yang mutu, desain, ketepatan waktu penyerahan, pengaturan packing dan standarisasi produknya sesuai dan memenuhi selera konsumen.

c. Bila komoditi tersebut diperlukan untuk diekspor dalam rangka pengamanan cadangan strategis nasional. Misalnya apabila pada suatu saat kita kekurangan bahan pangan seperti beras, maka untuk menutupi kekurangan tersebut kita justru akan melakukan ekspor beras yang bermutu tinggi dan berharga mahal dan pada waktu yang sama kita kan mengimpor beras dengan mutu yang lebih rendah tapi dengan jumlah yang lebih besar namun dengan nilai yang setaraf dengan nilai beras yang kita ekspor.


(33)

Ketiga asas ini dianggap sebagai asas utama dalam menetukan kebijaksanaan ekspor. dan setiap upaya yang mendorong ekspor haruslah memperhatikan ketiga asas ini.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eksport

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor antara lain :

1. Harga Internasional

Dimana makin besar selisih antara harga dipasar Internasional dengan harga domestik akan menyebabkan daya saing produk tersebut bertambah sehingga akhirnya jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah.

2. Nilai tukar uang (exchange rate)

Makin tinggi nilai tukar mata uang suatu negara maka harga ekspor negara itu dipasar Internasional menjadi mahal. Sebaliknya makin rendah nilai Tukar mata uang suatu negara maka harga ekspor negara itu dipasar internasional menjadi lebih murah.

3. Quota ekspor dan Impor

Merupakan kebijakan perdagangan Internasional berupa pembatasan jumlah suatu komoditi ekspor.

4. Kebijakan tarif dan non tarif

Tarif merupakan salah satu kebijakan yang digunakan suatu negara untuk melindungi produsen dalam negeri. Sedangkan kebijakan non tarif bertujuan untuk mendorong diversifikasi ekspor


(34)

C. Ekspor Sebagai Penerimaan Devisa

Bank Indonesia merupakan bank sentral yang bertanggung jawab atas pengaturan dan administrasi sistem perbankan di Indonesia dan juga bertanggung jawab atas pengaturan lalu lintas devisa. Seinua mata uang negara-negara Baral dan asia bebas dipertukarjan (freely convertihel) di Indonesia dan IMF juga telah menyatakan bahwa rupiali sebagai mata uang yang sepenuhnya dapat dipertukarkan dengan mata uang asing.

Namun sebagai mata uang yang masih terolong mata uang lemah, rupiali tidak dapat kita gunakan untuk keperluan -keperluan yang mendasar dalam perdagangan luar negeri, untuk itu dibutuhkan valuta asing sebagai alat pembayaran luar negeri. Adapun keberadaan valuta asing dibutuhkan untuk :

1. Mengimpor barang komsumsi, bahan baku industri dan sektor produksi lainnya, peralatan dan perlengkapan modal, perlengkapan pertahanan, keamanan dan sebagainya.

2. Melunasi jasa pihak asing seperti jasa perbankan, asuransi. pelayaran. penerbangan dan sektor jasa lainnya.

3. membayar utang luar negeri

Dan ekspor merupakan siimber devisa negara, baik itu ekspor nonmigas maupun nonmigas. Sehingga bila ekspor suatu negara meningkat maka cadangan devisanya akan turut naik dan hal ini akan lebih menjamin perekonomiannya hingga jangka waktu tertentu.

Pada saat ini posisi cadangan devisa Indonesia tidakiah terlalu baik, hal ini lebih disebabkan oleh utang luar negeri yang meniinipuk dimana selain hams nicmbayar utang pokok, kitajuga masih diwajibkan untuk membayar beban


(35)

Belum lagi untuk pembangunan proyek-proyek industri maupun proyek prasarana seperti jalan, jembatan, landasan udara, terminal, dermaga dan lainnya telah dipergunakan devisa yang sangat besar dari tahun ketahun. Untuk itu pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan penerimaanya. Adapim penerimaan pemerintah terdiri atas :

• Penerimaan dalam negeri, terdiri atas penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas) serta penerimaan diluar migas.

• Penerimaan pembangunan, yang terdiri dari banruan program dan bantuan proyek.

Karena penerimaan dalam negeri memegang peranan penting dalm pembangunan, pemerintah selalu berusaha meningkatkan penerimaan dalam negeri melalui berbagai kebijakan yang dapat mendorong ekspor.

IV. INFLASI A. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan atau proses dimana harga barang-barang mengalami kenaikan secara umuin dan berlangsung terus-menerus. Dari pengertian tersebut terdapat tiga syarat yang hams dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi :

1) Kenaikan Harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya.

2) Bersifat Turun- Naik

Kenaikan harga suatu komoditas belum tentu menimbulkan inflasi, jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum mengalami


(36)

3) Berlangsung Terus-Menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum tentu menimbulkan inflasi jika terjadi hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan, sebab dalam sebulan akan terlihat apakali kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih panjang adalah rriwulanan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan bahwa inflasi tahun ini adalah 12%. berarti akumulasi inflasi adalah 12% per tahun. Inflasi triwulanan rata-rata 3% (12% : 4), sedangkan inflasi bulanan sekitar 1% (12% : 12).

Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengukur laju inflasi selama satu periode tertentu, diantaranya adalah :

a. Indeks Harga konsumen (Consumers Price Index]

Indeks harga konsumen adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang hams dibeli konsumen dalam satu peiode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghilung harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobol berdasarkan lingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Prinsip perhitungan inflasi berdasarkan IHK adalah sebagai berikut (Manurung, 2001:245):

(IHK- IHK-i)

Inflasi = ————————— x 100% IHK-1


(37)

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Whosale Price Index)

Indeks harga perdagangan besar atau yang lebih dikenal dengan indeks

harga produsen melihat inflasi dari sisi produsen dan lebih menitikberatkan pada sejumlah barang di tingkat perdagangan besar. mi berarti bahwa harga bahan mentah, bahan baku dan bahan setengah jadi inasuk dalam perhitungan. Ukuran yang dipakai dalam menghitung IHP adalah penjualan. Prinsip perhitungannya adalah sebagai berikut:

(IHPB-IHPB-i)

Inflasi = ————————— x 100% IHPB-1

c. GNP Deflator

Deflator GNP mencakiip jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam perhitungan GNP. Deflator GNP diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas harga konstan) dan dengan demikian dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari seluruh komponen GNP (konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto).

GNP nominal

Deflator GNP = —————————— x 100% GNP riil

B. Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis (Boediono, 2001:156), yaitu :

Menurut sifatnya

Berdasarkan sifatnya, inflasi dapat dibedakan atas : (1) Inflasi ringan (dibawah 10% setahun) (2) Inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun) (3) Inflasi berat (antara 30% -100% setahun)


(38)

(4) Hiperinflasi (diatas 100% setahun)

Menurut Penyebabnya

(1) Demand Pit// Inflation

Demand pull inflation atau inflasi karena tarikan permintaan adalah inflasi

yang terjadi karena kelebihan permintaan agregat, sedangkan produksi telah berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh (full employment). Apabila kenaikan permintaan tersebut menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/melebihi GNP p'ada kesempatan kerja penuh, maka akan terdapat inflationary

gap. Inflationary gap inilah yang dapat menimbulkan inflasi. Secara grafik dapat

digambarkan sebagai berikut (Nopirin, 1994:178):

Keterangan gambar

Kenaikan pengeluaran total dari C + I. menjadi C' + I' akan menyebabkan keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (Yn:). Jarak A - B atau YH-.-Yi ini menunjukkan inflationary gap.


(39)

Keterangan gambar:

Bermula dengan harga P1 dan output Q, kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE Selanjutnya, kenaikan AD2 menjadi AD} menyebabkan harga naik menjadi P4 sedangkan output tctap pada QH-.Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya mfhtionan1 gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang


(40)

(2) Costl Push Inflation

Cost Push inflation atau inflasi karena dorongan biaya ditandai dengan

kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini timbul karena adanya penumnan penawaran total (agregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberap faktor di antaranya :

1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah. 2. Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat

menggunakan kekuasaannya di pasar unruk menentukan harga (yang lebih tinggi).

3. Kenaikan harga bahan baku industri.

Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan menurunkan produksi. Jika proses ini berjalan terus, maka timbullah cost push


(41)

Keterangan gambar:

Bermula pada harga P1 dan produksi QFE;. Terjadi kenaikan biaya produksi sehingga kurva penawaran total bergeser dari AS menjadi AS1, sehingga harga naik menjadi P2 tetapi produksi turun menjadi Q1 Kurva AS2 bergeser menjadi AS3, harga naik menjadi P3dan produksi turun menjadi Ch-

Menurut Asalnya

Menurut asalnya inflasi dapat dibedakan atas :

(1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Domestic inflation terjadi karena adanya defisit anggaran belanja yang


(42)

(2) Inflasi yang berasl dari luar negeri (imported inflation}

Imported inflation terjadi karena kenaikan harga di luar negeri, sehingga

dapat menyebabkan : (a) secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian barang-barang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor., (b) secara tidak langsiing menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah yang harus diimpor, (3) secara tidak langsiing menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri, karena kemiingkinan kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut.

C. Teori Inflasi

Ada beberapa teori di dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang inflasi, antara lain :

/. Teori Kuantitas Uang

Versi Irving Fisher (Transaction Equation) P . T = M . V Dimana: M = Jumlah uang beredar (Penawaran uang)

V = Kecepatan perputaran uang P = Harga-harga umum


(43)

Menurut teori ini inflasi disebabkan oleh : • Jumlah uang yang beredar

Inflasi hanya bisa terjadi bila ada penambahan jumlah uang beredar dalam masyarakat (uang giral dan uang kartal). Penambahan jumlah uang yang beredar ini merupakan sum her utama penyebab inflasi karena volume uang yang beredar lebih besar dari kesanggupan output untuk menyerapnya . Bila jumlah uang yang beredar tidak ditambah maka inflasi akan berhenti secara otomatis apapun yang menjadi penyebab timbulnya inflasi tersebut.

• Adanya perkiraan masyarakat akan kenaikan harga (Expectation)

Laju inflasi ditentukan oleh laju pertumbuhan jumlah uang beredar dan oleh psikologi (harapan masyarakat) mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang.

2. Teori Keynes

Keynes menyoroti faktor inflasi meleui pendekatan teori ekonomi makro. Menurut teori ini, inflasi akan terjadi bila masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Terjadinya inflasi melalui proses, adanya sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada kemampuan kelompok ini. Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang tersedia.

Hal ini akan menimbulkan inflationary gaps, yang timbul akibat akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional secara


(44)

nyata diwujudkan dalam kenaikan permintaan dipasar, dengan demikan akan mengakibatkan naiknya harga-harga barang

3. Teori Slnikturalis

Teori ini dikembangkan dan struktur perekonomian negara-negara berkembang, dimana infiasi dikaikan dengan faktor struktur perekonomian dan faktor struktur perekonomian Iianya berubah secara bertahap dan dalam jangka panjang. Menurut teori ini ada dua faktor yang menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan infiasi dalam negara berkembang, yaitu :

• Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu ekspor berkembang secara lamban dibandingkan dengan sektor lain dalam perkonomian. Hal ini disebabkan rendahnya harga-harga barang komoditi negara berkembang sehingga nilai ekspomya lebih kecil dan pada nilai impor. Akibatnya negara tersebut terpaksa mengambil kebijakan yang menekankan pemakaian barang produksi dalam negeri yang sebelumnya diimpor sehingga onkos produksi meningkat. Ongkos produksi yang tinggi akan mengakibatkan harga yang lebih tinggi, dengan demikian terjadi infilasi dalam perkonomian yang berkepanjangan.

• Ketidakelastisan dari produksi bahan makanan dalam negeri, mengakibatkan pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan. sehingga harga barang makanan ini meningkat melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Dan pada akhirnya kenaikan harga bahan makan ini akan menyebabkan terjadinya inflasi


(45)

D. Efek Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan , alokasi faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity

effect, sedang efek terhadap alokasi faktor produksi dan produk nasional

masing-masing disebut dengan efficiency effect dan output effect.

a) Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Misalnya seseorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp 3.600.000,00 per tahun, sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan nil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp 360.000,00.

Contoh lain yang dirugikan akibat adanya inflasi, adalah orang/pihak yang memberikan pinjaman uang dengan bunga yang lebih rendah dari laju inflasi. Misalnya, dia memberi pinjaman Rp 100.000,00 dengan bunga 10% per tahun. Apabila laju inflasi sebesar 15% per tahun, maka sebenarnya nilai nil pinjamannya menjadi lebih rendah (Nopirin, 2004:181).

Sebaliknya pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan (tidak dalam bentuk uang) yang nilainya naik dengan persentase lebih besar daripada laju inflasi.


(46)

b) Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi pennintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang tersebut pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada.

Memang tidak ada jaminan bahwa alokasi faktor produksi itu lebih efisien dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun, kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

c) Efek terhadap Output (Output Effects)

Inflasi dapat menyebabkan kenaikan produksi, alasannya bahwa dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kanikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Peningkatan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun, apabila laju inflasi cukup tinggi (hyper

inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya., yakni penurunan output.

Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang nil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output. Intensitas efek inflasi ini berbeda-beda, tergantung apakah


(47)

inflasi dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment atau tidak. Apabila produksi barang ikut naik, maka kenaikan produksi ini sedikit banyak dapat menekan laju inflasi. Tetapi apabila kondisi perekonomian berada dalam full

employment, intensitas efek inflasi makin besar. Inflasi dalam keadaan full employment sering disebut dengan inflasi murni.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dan informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, pendapatan perkapita masyarakat dan perkembangan ekonomi (dummy/variable boneka) berdampak terhadap terjadinya perlambatan investasi di Sumatera Utara.

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang akan digunakan adalah data kuantitatif sekunder dan sumber data dalam bentuk data berkala (time series) dalam kurun waktu 17 tahun yakni 1990 sampai 2006 yang bersumber dari Bank Indonesia (BI) Cabang Medan

3.3Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah,jurnal, artikel, majah, surat


(49)

kabar, laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topic yang diteliti.

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time series yaitu dari tahun1990 sampai 2006 (17 tahun).

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam skripsi ini.

3.5Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrik. Teknik analisis yang digunakan adalah model kuadran terkecil biasa (Ordinary Least Square). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistic yaitu persamaan regresi linear berganda.

Fungsi persamaannya adalah sebagai berikut: Y= f (X1,X2,X3,X4)………(1) Dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y =α +β1X1+β2X2 + β3X3 + β4X4 +µ…………(2) Dimana :

Y = Investasi di Sumatera Utara ( juta rupiah)

α = Intercept/ konstanta


(50)

X1 = Tingkat Suku Bunga (%)

X2 = Inflasi (%)

X3 = Pendapatan Per Kapita Masyarakat (juta rupiah)

X4 = Kondisi Perkembangan Ekonomi (dummy/variable

boneka)

µ = Term of Error

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

∂Y artinya jika X1 (tingkat suku bunga) menguat maka Y (Investasi) di Sumatera Utara akan mengalami penurunan, ceteris paribus

∂Y artinya X2 (tingkat inflasi) meningkat maka Y (Investasi di Sumatera Utara ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

∂Y artinya jika X3 (pendapatan perkapita masyarakat) meningkat maka Y (Investasi di Sumatera Utara) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

∂Y artinya jika X4 (kondisi perkembangan ekonomi) meningkat maka Y (Investasi di Sumatera Utara ) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6Test of Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variable independent secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variable dependen.


(51)

3.6.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variable dependen dengan menganggap variable lainnya konstan. Uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho:Hi = b Ha: bi≠b

Dimana bi adalah koefisien variable independent ke-i nilai parameter hipotetis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variable Xi terhadap Y. Bila nilai t-hitung >t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini bearti bahwa variable independent yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variable dependen. Nilai t- hitung diperoleh dengan rumus:

t-hitung = (bi-b) Sbi

Dimana:

bi = koefisien variable independent ke-i b = nilai hipotesis nol


(52)

3.6.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variable dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa berikut:

Ho:bi-b2 = bk ………..bk (tidak ada pengaruh) Ha:b2 = 0 ……….i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung . F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variable independent secara bersama-sama mempengaruhi variable dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung = R

Dimana:

R = Koefisien Determinasi k = Jumlah variable independent n = jumlah sample

3.7Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variable independent. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity


(53)

dapat dilihat dari R-Square, F-hitung, t-hitung serta standar error. Adanya multikolinearity ditandai dengan:

• standar error tidak terhingga

• tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1%

• terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

• R-square sangat tinggi

3.7.2 Autokorelasi ( Serial Correlation)

Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau ganguan µi dilambangkan dengan

E (µi : µ2) = i ≠ j

Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu

1. Dengan menggunakan atau memplot grafik 2. Dengan D-W Test (Uji Durbin Watson) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut: D-hitung =

……….

Bentuk hipotesisinya adalah sebagai berikut: Ho:p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ho:p ………


(54)

Dengan jumlah sample tertentu dan jumlah variable independent tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam table distribusi Durbin-Watson.

3.8Defenisi Operasional

1. Investasi adalah penggunaan daripada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak yang dimiliki oleh negara maupun swasta baik lokal atau asing maupun nasional swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan guna menjalankan sesuatu usaha baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Suku bunga adalah persentase balas jasa yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank yang bersangkutan yang besarnya dinyaakan dengan persentase.

3. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kecenderungan kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama, yang besarnya dinyatakan dalam persentase (%).

4. Pendapatan perkapita adalah pendapatan regional yang dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah Sumatera Utara

5. Kondisi perkembangan ekonomi (dummy/variable boneka) adalah suatu “proses”, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat yang dapat


(55)

dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian , yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sumatera Utara

A. Kondisi Daerah • Kondisi Geografis

Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat' Indonesia, terletak pada garis 1°- 4° LU dan 98°-100° BT dengan luas 71.680 km2 atau terbesar ke 7 dari luas RI. Letak propinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan intemasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 propinsi dengan batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan propinsi Daerah Istimewa Aceh

• Sebelah selatan berbatasan dengan propinsi Sumatera Barat dan propinsi Riau

• Sebelah barat berbatasan dengan Sainudera Hindia

• Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka

Bila dilihat dari segi pengembangan wilayah daerah, Sumatera Utara dibagi atas tiga wilayah pengembangan yaitu wilayah pengembangan Pantai Timur dengan luas sekitar 24,948 Km2 atau 34,8 % dari selumh luas Sumatera Utara. Wilayah pengembangan Pantai Barat dengan luas lira-kira 26.413Km2 atau sekitar 28,35 % dari luas Sumatera Utara, dan wilayah pengembangan Dataran tinggi dengan luas sekitar 20.317 km2 atau 28,3% dari luas Sumatera Utara


(57)

Tabel 4.1

Luas Daerah Propinsi Sumatera Utara Mcnurut Kab/Kota Tahun 2009

Kabupaten/Kota Luas (Km2)

Kabupaten:

1. Nias 5.318

2. Mandating Natal 6.620

3. Tapanuli Selatan 12.227

4. Tapanuli Tengah 2.188

5. Tapanuli Utara 7.165

6. Toba Samosir 3.440

7 Labuhan Batu 9.323

8. Asahan 4.581

9. Simalungun 4.369

10. Dairi 3.146

1 1 . Karo 2.127

12. Deli Serdang 4.339

13. Langkat 6.262

Kota:

1. Padangsidempuan 50

2. Sibolga 11

3. TanjungBalai 58

4. Pematang Siantar 70

5. TebingTinggi 31

6. Medan 265

7. Binjai 90

Sumatera Utara 71.680


(58)

Kondisi Iklim dan Topografi

Propinsi Sumatera Utara mempunyai iklim tropis basah yang dip«igaruhi oldl angin pasat dan angin muson dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1,43-5,05 milimeter setiap tahun. Suhu udara beragam antara 12,2°-33°celcius.Daerah Sumatera Utara merupakan wilayah dataran dengan topografi beragam yairu dataran rendah, bergelombang, berbukit, berpegunungan, dan wilayali kepulauan.

Daerah Sumatera Utara terletak pada ketinggian antara 0-2,15m di atas pennukaan laut. Wilayah ini juga memiliki perairan umum berupa danau dan sungai. Sebagian kawasan Sumatera Utara mempunyai kawasan yang rawan bencana alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, erosi, dan tanah longsor.

Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan propinsi ke-4 terbesar jumlah penduduknya di Indonesia. Jumlah penduduk Sumatera Utara (tidak termasuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap) meningkat dari tahun 2003 hingga taliun 2007, dan pada tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami penurunan karena berbagai faktor, seperti banyaknya penduduk yang yang melakukan emigrasi baik keluar daerah Sumatera Utara di Indonesia maupun ke luar negeri, sebagai akibat dan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Tahun 2006 jumlah penduduk di Sumatera Utara mencapai 18.754.100 jiwa, terdiri dari laki-laki 5.856.200 jiwa dan perempuan sekitar 5.903.900 jiwa. Pada tahun 2007 hingga tahun 2009, jumlah penduduk mengalami peningkatan kembali karena semakin


(59)

terasanya pengaruh otonomi daerah yang menyebabkan tingkat emigrasi menurun. Berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut pada tahun 2000, jumlah penduduk di Sumatera Utara yang beragama Islam 65,54%, Protestan 26,6%, Katolik 4,78%, Budha 3,32%, Hindu 0,19%. Pada tahun 2007, Warga Negara Asing (WNA) yang bertempat tinggal di Sumatera Utara trecatat sebanyak 231 orang. Warga negara asing ini berasal dari berbagai negara tapi yang terbanyak berasal dari Cina Taiwan yaitu sebanyak 33 orang, dan kemudian disusul oleh warga negara Inggris yaitu sebanyak 26 orang.

B. Potensi wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan cukup luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau, sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energi untuk pengembanganindustri, perdagangandanlain-lain. Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir, kuarsa, kaolin, diatome, emas, batubara, minyak dan gas bumi.

Kegiatan perekonomian terpenting di Sumatera Utara adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang' keburuhan,dalam negeri dan ekspor yang meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, industri kecil dan kerajinan.


(60)

Posisi strategis wilayah Sumatera Utara adalah jalur perdagangan internasional, yang ditinjau oleh adanya pelabuhan udara dan laut yaitu bandar udara Polonia, Pinangsori, Bineka, Aek Godang, Pelabuhan laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balau Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan labuhan Bilik. Disamping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti perhubungan darat, telephone, teleks, faksimili, pos dan giro telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebahagian besar kecainatan.

Kota Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara disamping merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah Sumatera utara sekaligus juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan. kelompok Sumatera, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya. Di Sumatera Utara, juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi, balai penelitian dan balai latihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

C. Pertumbuhan Ekonomi

Mulai tumbuhnya perekonomian Indonesia berdampak pada perekonomian Sumatera Utara. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009. Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator membaiknya ekonomi Sumatera Utara.


(61)

Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Sumatera Utara tumbuh sebesar 4,04 %, yaitu dan 24,91 triliun rupiah pada tahun 2006 menjadi 25,92 triliun pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2007 yakni 4,83 %, turun pada tahun 2008 menjadi 3,65 % sebesar 24,91 triliun rupiah dan kemudian naik kembali pada tahun 2009 yakni mencapai 4,83 % bemilai 25,92 triliun rupiah. Tumbuhnya ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2007 tersebut disebabkan oleh tingginya pertumbuhan pada sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar 8,60 % dan dari sektor industri sebesar 7,26 %.

Tingginya pertumbuhan dari kedua sektor ini sebenarnya berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara. Jika sektor listrik, gas dan air bersih merupakan penyedia energi yang dapat digunakan dalam proses produksi, maka sektor industri merupakan sektor kedua terbesar penopang ekonomi Sumatera Utara. Selain itu, makin baiknya kinerja perbankan sebagai penyedia dana di sektor riil juga menjadi alasan makin baiknya ekonomi Sumatera Utara. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara di sektor bank dan lembaga keuangan mengalami perkembangan yang cukup besar dan merupakan pertumbuhan terbesar dibandingkan sektor lainnya pada tahun 2007 hanya 1,91 % dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 5,90 % dan teru meningkat pada tahun 2009 yakni mencapai 7,46,%.

Kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan pada tahun 2001 pertumbuhannya mencapai 4,39 %, tahun 2008 meningkat menjadi 5,34 % dan terus meningkat pada tahun 2009 sehingga mencapai 5,98 %.


(62)

Sedangkan pertumbuhan di sektor pertanian mengalami penurunan pada tahun 2007 pertumbuhannya mencapai 3,31 %, dan tahun 2008 mengalami penurunan sehingga pertumbulian hanya mencapai 2,66 % dan pada tahun 2009 mengalami sedikit kenaikan dimana pertumbuhan mencapai 2,97 %. Berikut tabel Perkembangan dan Pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara tahun 2007-2009 (%).

Tabel 4.2

Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor di Sumatera Utara

Sektor 2007 2008 2009

1 . Pertanian 3.31 2.66 2.97

2. Pertambangan -6.47 2.06 1.36

3. Industri 4.39 5.34 5.98

4. Listrik,gas dan air 7.28 3.53 3.97

5. Konsrruksi 4.01 4.79 5.36

6.Perdag, Hotel dan Restoran 3.67 5.71 5.90

7. Angkutan, Komunikasi 6.80 2.80 2.99

8. Bank & Lembaga keuangan

1.91 5.90 7.46

9. Jasa 1.77 2.63 3.26


(63)

4. 1. Perkembangan Investasi di Sumatera Utara

Indonesia merupakan negara yang cukup kaya akan sumber daya alamnya, akan tetapi negara kita belum mampu mengolah sumber daya alam yang kita miliki secara maksimal. Hal ini terjadi karena kita tidak memiliki cukup modal dan tenaga ahli yang dapat mengolah sumber daya alam yang kita miliki itu. Negara-negara maju yang memiliki modal yang besar melihat negara Indonesia dengan keadaan tersebut, sehingga banyak negara maju menginvestasikan sebagian modalnya ke Indonesia. Hal ini disambut baik oleh negara kita sehingga terjadi hubungan kerja yang baik antara negara kita dengan negara-negara penanam modal tersebut

Begitu pula dengan Sumatera Utara dimana Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memilki potensi alam yang cukup baik. Sehingga banyak investor asing menanamkan modalnya di Sumatera Utara. Negara-negara tersebut bukan hanya berasal dari Asia tapi juga dari negara-negara lain.


(64)

Tabel 4.3

Penanaman Modal Asing Di Sumatera Utara Menurut Negara Asal Tahun 1999 s/d 2009 (000 US$)

No Negara Asal Rencana Realisasi

1 Jepang 2.441.380,49 2.061.083,26

2 Luxemburg 800. 423, 1 1 610.305, 17

3 Inggris 1.954. 109, 15 286.461,24

4 Singapura 592. 965,45 119.128,27

5 Hongkong 294. 965, 35 115.838,54

6 Belgia 88.002,51 114.726, 16

7 Malaysia 460.345,99 93. 423, 78

8 Usa 164.468,03 83.571,29

9 Francis 129.373,88 72.649,00

10 Thailand 101.003,56 68.058,79

Sumber: Laporan Tahunan Badan Investasi Promosi 2009

Negara penanam modal terbesar di Sumatera Utara adalah negara jepang dimana dana negara Jepang yang diinvestasikan di Sumatera Utara ini, mendominasi diantara seluruh investasi asing yang ada di Sumatera Utara, sejak 1999 disusul oleh negara Luxemburg, Inggris dan negara lainya.

Hampir semua dari seluruh negara penanam modal yang menginvestasikan dananya ke Sumatera Utara, rencana dan realisasinya jauh berbeda dan jauh lebih kecil dari jumlah investasi yang direncanakan sebelumnya, kecuali pada negara Belgia. Bila kita lihat Investasi di Sumatera Utara dari tahun ketahun semenjak tahun 1999 hingga tahun 2009 mengalami fluktuasi yang sangat besar. Hal ini dapa kita lihat pada tabel berikut ini


(65)

Tabel 4.4

Perkembangan Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara Tahun 1999 s/d 2009 (000 USS)

Tahun Penanaman Modal Asing (Rencana)

Penanaman Modal Asing (Realisasi)

1999 18.467,74 64.293,60 467.213,57 588. 560, 03

2000 73,193.10 561.103,59

2001 658.109,37 523. 855, 00

2002 70.642,98 55. 662, 63

2003 260.327,83 159.835,63

2004 210.484,97 88. 850, 04

2005 569.996,78 61.589,05

2006 2.186.965,78 47.233,05

2007 133.709,03 717. 400, 92

2008 121.301,12 7.717,00

2009 751.890,30 470.444,50

Sumber : laporan Tahunan BAIMPROM 2009

Pada tahun 1999, jumlah penanaman modal asing di Sumatera Utara hanya sekitar 7,2 juta US$ tetapi pada tahun 2000 drastis meningkat menjadi 588,5 jutaUSS. Hal ini terjadi karena dikeluarkannya suaru kebijakan pemerintah yang dikenal dengan nama " Gebrakan Sumarlin" sehingga didalam sektor perbankan terjadi banyak sekali perubahan. Hal ini memancing pertumbuhan ekonomi di Indonesia begitu juga di Sumatera Utara, karena keadaan ekonomi membaik, maka para investor asing banyak menanamkan inodalnya di Indonesia, termasuk


(66)

Pada tahun 2001 sampai dengan 2004 penanaman modal asing mengalami masa pasang dan surut. Pada tahun 2003 penanaman modal asing di Sumatera Utara menurun dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2002 penanaman modal asing yang terealisasi di Sumatera Utara mencapai sekitar 61, 59 juta US$ tetapi pada tahun 2002 penanaman modal asing yang terealisasi turun menjadi sekitar 47 juta US$.

Pada tahun 2003, Indonesia yang masih mengalami krisis moneter tetapi penanaman modal asing yang terealisasi di Sumatera Utara meningkat menjadi 77, 40 juta US$. Hal ini dapat tercapai karena adanya kepercayaan dari pihak investor asing bahwa perekonomian Indonesia akan membaik dikarenakan adanya pergantian kepemimpinan di Indonesia.

Tetapi sejak tahun 2007 sampai dengan 2008 , penanaman modal asing di Sumatera Utara yang terealisasi terns mengalami penrunan. karena hingga saat itu Indonesia masih belum mampu mengatasi krisis yang melanda negara ini sehingga kepercayaaan pihak asing terus menurun, dan hal ini juga turut mempengaruhi penurunan investasi asing di Sumatera Utara. Namun pada tahun 2009, realisasi penanaman modal asing yang disetujui pemerintah di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan yaitu mencapai 470,4 juta dolar US$.

4. 2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah di Sumatera Utara

Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, berawal dari krisis mata uang yang dialami oleh beberapa negara, termasuk juga Indonesia pada pertengahan 1999 yang lalu. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai tukar rupiah secara drastis terhadap dolar AS.


(67)

Dimana posisi nilai rupiah yang sebelumnya berada pada posisi Rp 2.665 per US$ pada bulan Agustus 1999, tiba-tiba anjlok menjadi Rp 10. 375 per US$ pada bulan Januari 2000 balikan sempat mencapai titik terendah pada bulan Juni 2000 yakni Rp 14.900 per US$, hal ini berarti Rupiah mengalami depresiasi hampir 500% hanya dalam beberapa bulan saja.

Depresiasi yang dialami nilai tukar Rupiah juga mengakibatkan menurunya kemampuan bank komersial dalam menciptakan kredit karena, turunnya nilai tukar rupiah tersebut menurunkan nilai aktivanya dan meningkatkan kewajiban beban pembayaran hutang luar negerinya dalam nilai rupiah yang akhirnya menjadi krisis perbankan. Untuk mengatasi hal ini maka pemerintah selanjutnya mengluarkan kebijakan pengetatan moneter yang mengurangi kemampuan menciptakan kredit melalui pendekatan rasio cadangan minimum, pembatasan akses pada pinjaman luar negeri, penghentian pemberian SBPU dan peningkatan suku bunga di pasar uang lewat peningkatan suku bunga SBI serta menetapkan arah penggunaan kredit.

Tabel 4. 5

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 1999 s/d 2009

(Rp/ USS ) Tahun

Bulan 1999 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 10.375 8.950 7.425 9.487 10.320 9.876 Februari 8.750 8.730 7.260 9.625 10.189 9.905


(68)

April 7.970 8.260 7.505 11.124 9.316 9.675

Mei 10.525 8.105 8.340 11.247 8.785 9.279

Juni 14.900 6.726 8.605 11.298 8.730 9.285

Juli 13.000 6.875 9.153 10.871 9.108 9.505

Agustus 11.075 7.565 8.346 10.497 8.867 9.535 September 10.700 8.386 8.631 9.778 9.015 10,191

Oktober 7.550 6.900 8.915 10.597 9233 11.987

November 7.300 7.425 9.347 1 1 .054 8.976 12.111 Desember 8.025 7.100 9.449 10.764 8.940 10.199

Sumber : Laporan Mingguan Bank Indonesia

Sebagai realisasi kebijakan tersebut, nilai tukar rupiah mulai menguat sampai pasa tingkat Rp 8.515 per USS pada pertengahan Juni 2007, akan tetapi penguatan ini tidak dapat bertahan lama karena akibat dari kebijakan pengetatan likuiditas tersebut, roda perekonomian nasional semakin lambat jalannya, khususnya dunia usaha.

Hal ini terjadi karena mahalnya biaya kredit, padahal kredit lewat kegiatan investasi merupakan salah satu motor penggerak pembangunan ekonomi. Bila kita lihat ke tahun 1993 sampai 1998 nilai tukar Rupiah. cukup stabil, tetapi setelah terkena krisis moneter maka nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi yang cukup besar.


(69)

Tabel 4. 6

Kurs Tengah Rupiah Atas Dolar Amerika Tahun 1999-2009

(Rp/US$)

Tahun Nilai Tukar Rupiah

1993 2.375

1994 2.015

1995 2.234

1996 2.062

1997 2.110

1998 2.200

1999 7.807

2000 8.374

2001 10.546

2002 8.280

2003 9.621

2004 8.374

2005

8.890

2006 9.261

2007 10.546

2008 9.870

2009 12.100


(1)

Jadi, berdasarkan kriteria diatas dapat dikatakan bahwa Nilai Mata Uang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Investasi yang ada di Sumatera Utara secara keseluruhan maupun di masing-masing Daerah yang ada di Sumatera Utara.

Namun begitupun perlu adanya suatu kehati-hatian dalam menyimpulkan bahwa urbanisasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Investasi, karena walaupun dikatakan berpengaruh positif terhadap Nilai Mata Uang bukan berarti kita dapat menyimpulkan bahwa jika kita ingin menaikkan Investasi yang ada di wilayah Sumatera Utara maka diharapkan semakin banyak pula orang untuk datang berbondong-bondong ke suatu wilayah perkotaan.

Akan tetapi yang dimaksud disini adalah meningkatnya Investasi di suatu wilayah perkotaan yang sebagian besar disebabkan oleh Pendapatan Penduduk merupakan suatu fenomena yang wajar dalam proses pertumbuhan suatu wilayah. Sehingga Nilai Mata Uang akan menciptakan sebuah aglomerasi ekonomi (baik formal maupun informal) suatu wilayah yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan kemajuan ekonomi wilayah tersebut.


(2)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan yang menjadi isu utama pada saat ini adalah Investasi di Sumatera Utara masih hanya dibeberapa kota-kota besar tertentu saja. Dalam hal ini diharapkan adanya peran serta dan kebijakan pemerintah untuk dapat mengatur penyebarluasan Investasi agar lebih merata sehingga dengan begitu semakin luas pula persebaran daerah-daerah pertumbuhan Investasi di Sumatera Utara.

2. Pemerintah diharapkan mampu menerapkan kebijakan mengenai Investasi di Sumatera Utara sehingga Nilai Mata di Sumatera Utara Dapat Meningkat Lebih baik.

3. Perlu dilakukan penelitian yang jauh lebih intensif untuk topik yang sama sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang jauh lebih mendetail


(3)

Lampiran 1

Hasil Estimasi Ordinary Least Square (OLS) Untuk Data Time Series

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 07/15/10 Time: 18:11 Sample: 1999 2009

Included observations: 10

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3228985. 482739.6 -6.688875 0.0000

X 1.009759 11861.87 8.512642 0.0000

R-squared 0.819138 Mean dependent var 832713.0

Adjusted R-squared 0.807834 S.D. dependent var 709733.2

S.E. of regression 311124.1 Akaike info criterion 28.23821

Sum squared resid 1.55E+12 Schwarz criterion 28.33714

Log likelihood -252.1439 F-statistic 72.46508

Durbin-Watson stat 1.397881 Prob(F-statistic) 0.000000

Estimation Command: ===================== LS Y C X

Estimation Equation: ===================== Y = C(1) + C(2)*X

Substituted Coefficients: =====================


(4)

Lampiran 2

Hasil Estimasi Data Cross Section 10 Negara menanamkan Modal asing Tahun 1995

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 07/15/10 Time: 15:33 Sample: 1 10

Included observations: 10

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -10467956 6333599. -2.652766 0.0014

X 0.299068 167084.9 4.368479 0.0002

R-squared 0.542944 Mean dependent var 14406145

Adjusted R-squared 0.519733 S.D. dependent var 18565962

S.E. of regression 14142671 Akaike info criterion 35.84109

Sum squared resid 4.80E+15 Schwarz criterion 35.93787

Log likelihood -463.9342 F-statistic 19.08361

Durbin-Watson stat 2.014384 Prob(F-statistic) 0.000207

Estimation Command: ===================== LS Y C X

Estimation Equation: ===================== Y = C(1) + C(2)*X

Substituted Coefficients: ===================== Y = -10467956.08 + 0.29906813*X


(5)

Hasil Estimasi Data Cross Section 10 Negara menanamkan Modal asing Tahun 2007

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 07/15/10 Time: 15:03 Sample: 1 10

Included observations: 10

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -10384536 3696903. -2.808982 0.0097

X 0.750467 75719.73 4.953091 0.0000

R-squared 0.605492 Mean dependent var 6747887.

Adjusted R-squared 0.594888 S.D. dependent var 9270960.

S.E. of regression 6653891. Akaike info criterion 34.33311

Sum squared resid 1.06E+15 Schwarz criterion 34.42988

Log likelihood -444.3304 F-statistic 24.53311

Durbin-Watson stat 2.022079 Prob(F-statistic) 0.000047

Estimation Command: ===================== LS Y C X

Estimation Equation: ===================== Y = C(1) + C(2)*X

Substituted Coefficients: =====================


(6)

Daftar Pustaka

1. Sukirno, Sadono, 2003, Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, Rajawali Press, Jakarta.

2. Sukirno, Sadono, 2004, Makro Ekonomi, Teori Pengantar, Rajawali Press, Jakarta.

3. Obstfeld, Maurice, Kaugman, R Paul, 2004, Ekonomi Intenasional, Teori dan Kebijakan, Rajawali Press, Jakarta.

4. Arsyad Lincolin, 2006, Ekonomi Pembangunan, STIE Yogyakarta, Yogyakarta.

5.

6.

7.

8. www.bkpm.go.id

9. Kantor Bank Indonesia Medan, Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah (LPPD) Sumatera Utara.

10.Singarimbun Masri, Effendi, Sofian (editor), 2004, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Yogyakarta.

11.Kerlinger N Fred, 2004, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.