alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan sains merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mempelajari dan memahami gejala-gejala alam dan lingkungan
sekitar, serta menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Komik sains merupakan rangkaian cerita bergambar yang memuat
pengetahuan berupa materi mata pelajaran sains khususnyafisika yang disusun dengan bahasa yang komunikatif dan ringan. Menurut Mediawati 2011 dengan
menggunakan media pembelajaran komik, maka akan tercipta suasana menyenangkan dan tidak membosankan baik bagi pengajar maupun peserta didik.
Dalam komik sains siswa diajak untuk memahami cerita dengan bantuan gambar yang menarik. Gambar dan ilustrasi ini dimaksudkan untuk mendukung
penjelasan materi yang disajikan, sehingga akan membantu siswa dalam memahami materi.
2.5 Pendidikan Karakter
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:
445. Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati
Kemendiknas, 2010: 1. Selaras dengan hal tersebut, Aqib dan Sujak 2011: 3
menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara
sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Pendidikan karakter di sekolah, terintegrasi pada komponen-komponen
pendidikan dan seluruh warga sekolah yang berada di lingkungan sekolah tersebut. Menurut Aqib dan Sujak 2011: 9 mengatakan bahwa pendidikan
karakter dimaknai sebagai suatu keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku yang dapat dilakukan atau bertindak secara
bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia
internasional. Selain itu, pendidikan karakter di sekolah dijalankan secara berkesinambungan dan bersifat elaboratif atau mencakup semua komponen yang
ada di dalam lingkungan sekolah. Karakter bangsa adalah modal dasar membangun peradaban tingkat tinggi,
masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja sama, patuh pada peraturan bisa dipercaya, tangguh dan memiliki etos kerja tinggi akan menghasilkan sistem
kehidupan sosial yang teratur yang baik. Berdasarkan Kemendiknas 2011: 1 pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan
yang baik moral knowing, akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good moral feeling, dan perilaku yang baik moral action.
Pengembangkan karakter di sekolah diperlukan agar peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik
dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Beberapa prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa di sekolah antara lain prinsip berkelanjutan, artinya proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dimulai dari awal sampai akhir peserta
didik berada di satuan pendidikan. Pengembangan pendidikan karakter melalui semua mata pelajaran, artinya proses pengembangan nilai budaya dan karakter
bangsa dilakukan di setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler. Pada pelaksanaannya, nilai-nilai pendidikan karakter tidak
diajarkan tapi dikembangkan, artinya bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa tidak dijadikan sebagai pokok bahasan, tetapi diintegrasikan ke dalam
pokok bahasan atau materi yang diajarkan. Disamping itu, proses pendidikan
karakter dilakukan peserta didik secara aktif dan meyenangkan, artinya bahwa proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh siswa bukan
oleh guru serta proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang.
Pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran akan memiliki dampak langsung pada prestasi belajar siswa, sehingga diperlukan
pengintegrasian pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Juhartutik 2011 yang menjelaskan bahwa salah satu kriteria
paling objektif dalam keberhasilan pendidikan karakter adalah prestasi akademis peserta didik.
Kemendiknas mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 1 religius, 2 jujur, 3
toleransi, 4 disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu, 10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai
prestasi, 13 bersahabat komuikatif, 14 cinta damai, 15 gemar membaca, 16 peduli lingkungan, 17 peduli sosial, dan 18 tanggung jawab.
Dalam penelitian ini dipilih lima karakter yaitu religius, disiplin, kreatif, peduli lingkungan, dan rasa ingin tahu. Religius merupakan sikap dan perilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kreatif adalah kemampuan berpikir dan
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
2.6 Tinjauan Materi