Reaksi tanah pH Tanah C-Organik

a. Reaksi tanah pH Tanah

Reaksi tanah pH tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen H + di dalam tanah. Makin tinggi ion H + di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut, dan jumlah ion OH - di dalam tanah berbanding terbalik dengan jumlah ion H + . Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H + lebih tinggi daripada jumlah ion OH - , sedang pada tanah alkalis sebaliknya. Bila kandungannya sama maka tanah bereaksi netral, yaitu mempunyai pH = 7 Hardjowigeno, 2003. Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting, sebab terdapat beberapa hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara, juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Sejumlah organisme mempunyai toleransi lain dapat toleran terdapat kisaran pH yang lebar. Penelitian-penelitian telah memperlihatkan bahwa konsentrasi aktual H + dan OH - tidak begitu penting, kecuali dalam lingkungan yang ekstrim. Hal ini merupakan kondisi yang berkaitan dari suatu nilai tertentu yang terpenting Foth, 1994.

b. C-Organik

Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah dengan tingkat pelapukan yang berbeda Hasibuan, 2006. Bahan organik merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar setengah dari Kapasitas Tukar Kation KTK berasal dari bahan organik Hakim et al, 1986. Universitas Sumatera Utara Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Selain itu, menurut Kohnke 1968 dalam Utami 2009 menyatakan bahwa fungsi bahan organik adalah sebagai berikut : i sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme, ii membantu keharaan tanaman melalui perombakan dirinya sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, iii menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat- agregat tanah, iv memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, v serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa 2007 dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK Kapasitas Tukar Kation dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Secara umum karbon dari bahan organik tanah terdiri dari 10-20 karbohidrat, terutama berasal dari biomasa mikroorganisme, 20 senyawa Universitas Sumatera Utara mengandung nitrogen seperti asam amino dan gula aminom 10-20 asam alifatik, alkane, dan sisanya merupakan karbon aromatik. Karena fungsinya yang sangat penting, maka tidak mengherankan jika dikatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi produktifitas baik tanah yang dibudidayakan maupun tanah yang tidak dibudidayakan adalah jumlah dan kedalaman bahan organik tanah Paul and Clark, 1989.

c. Kapasitas Tukar Kation