BAB V PEMBAHASAN UMUM
Pemilihan alat dan metode yang tepat diperlukan dalam penelitian yang terkait dengan keanekaragaman semut pada daerah kepulauan. Hubungan
keanekaragaman semut dengan karakteristik pulau dapat diketahui apabila menggunakan 1 data karakteristik pulau yang tepat dan 2 data keanekaragaman
semut yang menggambarkan keseluruhan jenis spesies semut pada pulau tersebut. Penggunaan SIG dalam penelitian ini sangat membantu dalam pengukuran data
karakteristik pulau. SIG mempermudah baik dalam tahap pengambilan data di lapangan maupun pada proses pemetaan dan pengukuran karakteristik pulau.
Metode koleksi semut secara intensif dalam suatu plot yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode yang sangat efektif untuk menggambarkan
keanekaragaman semut pada pulau tersebut. Koleksi semut yang dilakukan pada tanah atau serasah, permukaan tanah, dan vegetasi tumbuhan dapat memberikan
informasi yang lengkap mengenai keanekaragaman semut pada keseluruhan habitat di suatu pulau. Walaupun demikian, jumlah plot pengambilan contoh
yang digunakan pada suatu pulau juga menentukan kelengkapan jenis spesies semut yang diperoleh. Plot pengambilan contoh yang banyak dan penempatannya
mewakili keseluruhan patch penggunaan lahan pada suatu pulau akan mendapatkan keanekaragaman semut yang menggambarkan keseluruhan spesies
semut yang ada pada suatu pulau yaitu ditunjukkan dengan nilai prediksi ICE yang tinggi. Prediksi kelengkapan pengambilan contoh semut di lapangan yang
dilakukan pada penelitian ini adalah berdasarkan tidak adanya penambahan spesies semut yang baru dengan penambahan plot pengambilan contoh. Hal
tersebut dilakukan untuk efisiensi pelaksanaan penelitian di lapangan. Informasi yang diperoleh melalui metode tersebut cukup menggambarkan keanekaragaman
spesies semut pada suatu pulau walaupun berdasarkan prediksi ICE rendah. Jumlah plot pengambilan contoh semut pada suatu pulau tidak selalu
berhubungan dengan luas pulau tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini jumlah plot minimal untuk pengambilan contoh semut pada pulau-pulau di Kepulauan
Seribu adalah 20 plot. Penambahan jumlah plot pengambilan contoh diperlukan
49 pada kondisi 1 pulau dengan jenis penggunaan lahan yang heterogen atau 2
masih ditemukannya spesies semut yang baru apabila dilakukan penambahan jumlah plot pengambilan contoh.
Model equilibrium dalam teori biogeografi kepulauan MacArthur Wilson 1967 tidak dapat digunakan untuk prediksi keanekaragaman semut di
Kepulauan Seribu. Hubungan keanekaragaman semut pada suatu pulau tidak hanya dipengaruhi oleh jarak isolasi dan luas pulau tetapi juga dipengaruhi oleh
karakteristik pulau yang lain. Hal tersebut sejalan dengan Lomolino 2000 bahwa karakteristik pulau dan gangguan habitat yang ada pada suatu pulau dapat
mempengaruhi adaptasi dan penyebaran spesies pada suatu pulau. Penggunaan analisis MDS dapat membantu untuk menggambarkan hubungan antara
keanekaragaman semut dengan karakteristik pulau yaitu berdasarkan kemiripan komposisi spesies semut tertentu pada karakteristik pulau tertentu. Sedangkan
hubungan keberadaan spesies semut tertentu dengan karakteristik pulau tertentu dapat diketahui dengan menggunakan ordinasi CCA.
Keberadaan spesies semut pada suatu pulau di Kepulauan Seribu diduga dipengaruhi oleh 1 spesies tersebut telah ada sejak pulau itu terbentuk, 2
spesies tersebut mampu melakukan migrasi ke pulau tersebut, dan 3 spesies tersebut terbawa oleh manusia ke pulau tersebut. Keberadaan spesies semut
cryptic pada suatu pulau diduga telah ada sejak pulau tersebut terbentuk, kecuali beberapa spesies seperti S. emmae karena spesies semut tersebut menurut
McGlynn 1999 termasuk spesies transfer pendatang yang menyebar ke suatu pulau melalui perantara manusia. Spesies A. gracilipes dan S. geminata karena
termasuk spesies semut eksotik invasif McGlynn 1999 keberadaaanya pada suatu pulau dipengaruhi oleh keberadaan manusia. Berbeda dengan spesies semut
yang lain, P. longicornis memiliki kemampuan penyebaran yang sangat baik dan mampu beradaptasi dengan berbagai macam kondisi habitat Brown 2000;
McGlynn 1999, sehingga spesies semut tersebut dapat ditemukan keberadaannya pada keseluruhan pulau di Kepulauan Seribu.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN