I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Perencanaan kota yang dinamis pada dasarnya merupakan upaya untuk
mengelola dan mengatur kehidupan kota yang selalu berubah namun dibatasi oleh ketersediaan lahan yang statis Irwan 1998. Pembangunan perkotaan sering
menimbulkan permasalahan lingkungan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan semakin majunya semua aspek pembangunan
beserta implikasinya. Permasalahan lingkungan yang umumnya timbul di perkotaan antara lain berupa meningkatnya suhu udara, penurunan permukaan air
tanah, banjirtergenang, intrusi air laut, abrasi pantaipinggiran sungai, pencemaran air oleh logam berat, berbau, pencemaran udara seperti meningkatnya
kadar CO
2,
O
3,
hydrocarbon, SO
x
, NO
x
, debu, dan kebisingan. Selanjutnya Wibowo 2002 menjelaskan bahwa untuk mengatasi masalah lingkungan kota ini
maka keserasian antara areal terbangun, infrastruktur kota, dan ruang terbuka hijau RTH menjadi sangat penting khususnya untuk mengurangi tekanan
terhadap daya dukung lingkungan kota. Perencanaan suatu tata ruang kota bertujuan untuk mewujudkan kota yang nyaman, indah dan sehat serta
menghindarkan potensi konflik antar kepentingan. Salah satu kriterianya adalah dengan menyediakan zona ruang sesuai dengan peruntukannya, terutama ruang
terbuka hijau secara proporsional dan berkelanjutan. RTH kota secara umum mempunyai fungsi yang sangat komplek bagi
sebuah lingkungan perkotaan diantaranya fungsi estetis, ekologis serta fungsi sosial ekonomi bagi penghuninya. Berdasarkan fungsinya keberadaan RTH dapat
merupakan jaringan yang kuat antara lanskap perkotaan dengan komponen penyusun ruang terbuka hijau diantaranya jalur hijau kota, taman kota, lapangan
olah raga, taman rekreasiagrowisata, pemakaman umum, green belt, dan hutan kota.
Kota Pontianak merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Barat dalam rencana strategis pembangunan mempunyai visi “Pontianak kota khatulistiwa
berwawasan lingkungan, sebagai pusat perdagangan dan jasa bertaraf
internasional”. Makna dari visi tersebut menunjukkan bahwa ciri khas Kota Pontianak merupakan kota khatulistiwa yang berwawasan lingkungan.
Secara umum sebagian besar wilayah kota terdapat di lahan gambut, dan pada bagian lain yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air Sungai Kapuas
melalui paritkanal yang tersebar di seluruh kota. Sebagai kota khatulistiwa sinar matahari banyak, dan curah hujan yang tinggi. Pada bulan Maret dan September
setiap tahun posisi matahari tepat berada pada titik 0 di garis belahan bumi,
benda -benda yang terletak tepat pada garis ini tidak terdapat bayangan, fenomena alam ini dikenal dengan titik kulminasi matahari.
Pengelolaan wilayah potensial tersebut dipengaruhi aspek ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam pelaksanaannya, seringkali terjadi bahwa
hanya aspek ekonomi yang diperhatikan dan dipacu menjadi prioritas pengembangan, sedangkan aspek lainnya yaitu ekologi, sosial dan budaya
cenderung diabaikan. Akibatnya ha sil pembangunan yang dilaksanakan sering diikuti dengan dampak negatif bagi masyarakat.
Perencanaan kawasan ruang terbuka hijau kota Pontianak merupakan salah satu bentuk perencanaan sektor strategis sesuai dengan Peraturan Daerah Perda
Kota Pontianak Nomor 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Pontianak tahun 2002-2012. Peraturan tersebut memuat rumusan
kebijakan dan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang disusun dan ditetapkan untuk menyiapkan perwujudan ruang bagian-bagian kota, yang dapat
dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta Pemda Kota Pontianak 2002. Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakannya adalah perubahan
kondisi ekologis kota yang semakin menurun, hal tersebut diakibatkan antara lain perubahan pemanfaatan lahan, tingkat sedimentasi sungai dan parit yang tinggi
dan perubahan iklim mikro umumnya semakin kurang nyaman. Kondisi ruang terbuka hijau yang ada semakin menurun baik secara kuantitas maupun kualitas,
lahan yang sebelumnya merupakan kawasan hijau menjadi kawasan terbangun semakin cepat, yang diperuntukkan antara lain sebagai permukiman.
Jenis penggunan lahan menurut RTRW Kota Pontianak tahun 2002-2012 dan kondisi luas lahan tahun 2003 disajikan pada Tabel 1. Perubahan yang cukup
besar terjadi pada hutan, kebun karet dan campuran yaitu seluas 1.286 ha dari
kondisi tahun 2003 seluas 1.676 ha, atau terjadi pengurangan seluas 390 ha atau 3,62. Pada permukiman sesuai rencana peruntukannya yaitu seluas 5.866 ha,
dan kondisi pada tahun 2003 seluas 6.573 ha atau terjadi peningkatan luas dari rencana yang sudah ditetapkan, yaitu seluas 707 ha atau 6,56.
Tabel 1. P enggunaan lahan Kota Pontianak berdasarkan R TRW 2002- 2012 dan kondisi tahun 2003
RTRW 2002-2012 Kondisi 2003
Jenis Penggunaan Luas
ha Persen-
tase Luas
ha Persen-
tase Permukiman
5.866 54,4 0
6.573 60,96
Perdagangan dan jasa 650
6,03 362
3,36 Perkantoran Pemerintah
183 1,70
135 1,25
Fasilitas sosial dan fasilitas umum 1.678
15,56 1.095
10,15 Fasilitas Pendidikan
270 2,50
185 1,72
Industri dan pergudangan 245
2,27 156
1,45 Hutan, kebun karet dan campuran
1.286 11,93
1.676 15,54
Lainnya sungai, pulau 600
5,56 600
5,56 Luas Total Kota Pontianak
10.782 100,00
10.782 100,00
Sumber: Bappeda Kota Pontianak 2004 dan hasil analisis
Jika berdasarkan RUTRK 1994-2004, dengan kondisi penggunaan lahan pada tahun 1998 luas hutan, kebun karet dan campuran yaitu seluas 4.365 ha,
sampai dengan kondisi tahun 2003 yaitu seluas 1.676 ha, maka terjadi pengurangan luas sebesar 2.689 ha atau 24,94. Sedangkan untuk permukiman
jika kondisi pada tahun 1998 seluas 3.165 ha, dan kondisi pada tahun 2003 seluas 6.573 ha, maka terjadi penambahan luas sebesar 3.408 ha atau 31,61. Jadi
berdasarkan analisis tersebut sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 pengurangan lahan hutan, kebun karet dan campuran berjumlah 3.079 ha atau
28,55. Berkurangnya luas lahan tersebut sebagian besar akibat bertambahnya luas permukiman. Berdasarkan analisis di atas sampai dengan tahun 2003 lahan
hutan, kebun karet dan campuran seluas 4.115 ha atau 38,16. Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan tersebut harus dikendalikan,
karena berdasarkan RTRW Kota Pontianak 2002-2012 dan kondisi spesifik wilayah 50 dari luas lahan hutan karet dan kebun campuran diperuntukkan
sebagai kawasan konservasi. Kawasan tersebut berpotensi sebagai RTH sabuk hijau green belt, yang berfungsi sebagai menyangga kawasan sekitarnya. Selain
itu jenis tanah yang mendominasi adalah tanah gambut. Menurut Keppres Nomor 32 tahun 1990, tanah gambut dengan kedalaman 3 m harus dipe rtahankan
sebagai kawasan lindung atau konservasi. Berdasarkan kondisi Kota Pontianak seperti diuraikan di atas, maka
penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perubahan penggunaan lahan yang berpotensi untuk pengembangan RTH ke pe nggunaan
yang lain. Peran serta masyarakat dalam studi ini diwujudkan dalam proses penilaian terhadap fungsi dan jenis RTH di wilayah studi. Hal yang ingin dikaji
adalah keseimbangan antara fungsi RTH dari aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Batasan RTH dalam studi ini mencakup wilayah administratif Kota Pontianak. Terdiri dari kawasan RTH publik yang merupakan wewenang Pemda
Kota Pontianak serta kawasan RTH yang berpeluang untuk dikembangkan. Melalui studi ini, kondisi spesifik wilayah merupakan dasar pertimbangan dalam
menyusun rekomendasi arahan pengembangan RTH di Kota Pontianak. 1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk: 1. Mengidentifikasi prioritas fungsi RTH berdasarkan preferensi masyarakat
2. Menganalisis jenis RTH sesuai karakter lanskap Kota Pontianak 3. Menyusun rekomendasi pe ngembangan RTH sesuai lokasi spesifik dan
karakteristik kondisi wilayah
1.3. Manfaat Penelitian Hasil analisis penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan
pemikiran berupa informasi dan rekomendasi untuk perencanaan RTH Kota Pontianak.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kota