1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan investasi terhadap setiap perusahaan sangat menentukan perkembangan perusahaan dan secara tidak langsung meningkatkan perekonomian
pada suatu pulau, provinsi, maupun negara. Negara maju maupun yang berkembang adalah negara yang memiliki perusahaan-perusahaan yang
berkualitas, menurut peneliti salah satu indikator untuk melihat kualitas perusahaan adalah Nilai Perusahaan, dimana nantinya perusahaan terbaik akan
diurutkan dan mendapat peringkat didunia World Coorporate Record seperti yang sering dirilis salah satu media yaitu Fortune 500 yang menampilkan
peringkat perusahaan terbaik dunia setiap tahunnya berdasarkan nilai setiap perusahaan.
Dimasa sekarang dimana persaingan global semakin ketat, mengharuskan setiap perusahaan berusaha meningkatkan kualitas dan daya saing di berbagai
sektor yang bertujuan untuk menarik minat investor untuk berinvestasi. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering
dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi mengindikasikan nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book
value. Peningkatan nilai Price to book value dapat memberikan sinyal positif kepada investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang
tinggi membuat pasar investor percaya dan tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Dengan ini investor
Universitas Sumatera Utara
2 akan berani untuk membeli saham dengan harga yang tinggi terhadap perusahaan
yang dinilai tinggi. Hal ini juga yang menjadi keinginan setiap pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi Soliha dan Taswan, 2002. Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham pemilik perusahaan yang sering disebut agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer
perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham.
Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict, hal tersebut terjadi karena
manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer
tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham
sehingga menurunkan nilai perusahaan Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wien Ika Permanasari, 2010: 1.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan telah banyak dilakukan sebelumnya. Salah satu faktor yang mendukung
peningkatan nilai perusahaan adalah dengan diterapankannya good corporate governance GCG kedalam mekanisme perusahaan. Dalam memasuki zaman
yang serba bebas dengan sistem ekonomi yang bebas dan terbuka dibutuhkan pengelolaan perusahaan yang lebih kompleks, yang berimplikasi pada
Universitas Sumatera Utara
3 meningkatnya kebutuhan praktik tata kelola usaha yang baik Good Corporate
Governance untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Perusahaan yang dikelola dengan baik akan menumbuhkan keyakinan pihak-pihak
eksternal dan memperoleh kepercayaan dari pasar. Konsep corporate governance ini pada pertama kali dikemukakan oleh dua
pakar hukum, yaitu Adolf Augutus Berle dan Gardiner C. Means yang dalam monograf mereka yang berjudul “The Modern Corporation and Private
Property ”, dimana kemudian disusul oleh Eugene Fama dan Michael Jense dalam
tulisan “Separation of Ownership and Control” bersama dengan Principal Agency Theory-nya. Isu - isu mengenai corporate governance semakin berkembang saat
beberapa peristiwa ekonomi penting terjadi. Seperti kejatuhan perusahaan Enron dan Worldcom tahun 2002 di USA, Marconi di Inggris, Royal Ahold di Belanda,
dan One- tel di Australia, serta munculnya opini terbaru “krisis subprime
mor tgage” yang mengakibatkan krisis ekonomi di Amerika Serikat pada tahun
2008. Peristiwa-peristiwa ini pun semakin menyadarkan dunia akan pentingnya penerapan good corporate governance.
Di Negara Indonesia good corporate governance dikemukakan setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1997-1998. Sejak
masa itu, pemerintah maupun investor memberikan perhatian serius dalam praktek corporate governance. Oleh karena itu, untuk mengembalikan kepercayaan
investor terhadap perekonomian, bergantung pada perbaikan standar good corporate social yang merupakan stategi yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan Leng, 2004.
Universitas Sumatera Utara
4 Perusahaan yang dikelola GCG seperti kepemilikan institusional dan
komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan, Etty 2009, Lastanti 2004, Handoko 2010 Praditia 2010 dan Yunita 2011
berpendapat bahwa “kepemilikan institusional dan komisaris independen yang tinggi dapat menurunkan nilai perusahaan.”
Good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik membantu
terciptanya hubungan
yang kondusif
dan dapat
di pertanggungjawabkan antara elemen dalam perusahaan dewan komisaris,
komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan para pemegang saham dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Dalam paradigma ini,
dewan komisaris berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen telah benar-benar bekerja untuk kepentingan perusahaan sesuai strategi yang telah
ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan Alhamdi, 2012.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan juga, yaitu aktivitas dari Corporate Social Responsibility CSR yang dijalankan perusahaan.
Admin Widjaja Tunggal merumuskan defenisi tanggung jawab sosial perusahan sebagai suatu kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijaklan, mengambil
keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Tunggal, 2008.
Pentingnya diterapkan CSR karena perusahaan tidak hanya memiliki tanggung jawab ekonomis kepada para pemegang saham stakeholders untuk
dapat memperoleh profit yang besar, tetapi perusahaan juga harus memiliki
Universitas Sumatera Utara
5 tanggung jawab sosial terhadap stakeholders di lingkungan tempat perusahaan
melakukan aktivitasnya. Di Indonesia CSR mulai diterapkan dan menjadi kesadaran perusahaan
untuk menjaga lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan, dimana sudah diatur dalam UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 yang
menjelaskan bahwa perseroanperusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Dengan menerapkan CSR di perusahaan maka pelanggan akan semakin banyak sehingga mengakibatkan penjualan semakin meningkat dan
keuntungan juga semakin meningkat. Meningkatnya keuntungan profit pada perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan juga. Oleh karena itu, peranan
CSR dalam perusahaan sangat penting dalam meningkatkan nilai perusahaan yang dilihat dari banyaknya pelanggan dan juga penjualan yang meningkat yang
dilakukan dengan aktivitas sosial di lingkungan masyarakat Rimba, 2010 ; Permanasari, 2010 ; Handoko, 2010.
Oleh karena itu, ternyata peranan CSR dalam perusahaan sangat penting dalam meningkatkan nilai perusahaan yang dilihat dari banyaknya pelanggan dan
juga penjualan yang meningkat yang dilakukan dengan aktivitas sosial di lingkungan masyarakat Rimba, 2010 ; Permanasari, 2010; Handoko, 2010.
Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya dan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakuan penelitian dengan judul
“Pengaruh Good Coorporate Governance dan Coorporate Social Responsibility Terhadap
Nilai Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Universitas Sumatera Utara
6
Indonesia” Kenapa Property dan Real Estate? Karena melihat perkembangan saat
ini, dimana bisnis property dan real estate sangat berkembang pesat di Indonesia, tetapi apakah mereka sudah menerapkan GCG pada manajemen mereka dan CSR
dalam menjaga kelestarian lingkungan akan limbah mereka? Maka penelitian ini dilakukan dan didukung dengan data
– data keuangan terbaru yaitu tahun 2011- 2013. Dengan data keuangan terbaru, diharapkan data yang digunakan dalam
penelitian dapat mewakili kondisi faktual perusahaan yang diteliti.
1.2 Perumusan Masalah