Konsep Ikan Karang Ekonomis sebagai Taksiran Nilai Ekonomi Jasa

dengan nilai yang hilang per km 2 akibat peracunan ikan sebesar US 40.000; akibat pemboman ikan sebesar US 86.000; akibat penambangan karang sebesar US 94.000; akibat sedimentasi sebesar US 81.000; dan akibat tangkap lebih sebesar US 109.000. Didasarkan pada asumsi akan dampak dari praktek-praktek tersebut pada terumbu karang dan perikanan. Dengan menggunakan cara yang sama juga dilakukan untuk turisme, didasarkan pada asumsi akan dampak dari praktek peracunan ikan, pemboman ikan dan penambangan karang, dan sedimentasi yang merusak terumbu karang dan menyebabkan penurunan pontensi penerimaan dari turisme. NPV dari turisme dengan nilai yang hilang per km 2 akibat peracunan ikan sebesar antara US 3.000 sampai US 436.000; akibat pemboman ikan dan penambangan karang sebesar antara US 3.000 sampai US 482.000; dan akibat sedimentasi sebesar US 192.000.

2.10. Konsep Ikan Karang Ekonomis sebagai Taksiran Nilai Ekonomi Jasa

Terumbu Karang sebagai Tempat Pemijahan, Pengasuhan dan Mencari Makan Fungsi ekologis ekosistem terumbu karang secara khusus dapat diketahui dengan melihat asosiasinya dengan ikan-ikan karang. Sebagai tempat pemijahan, ikan karang ekonomis penting seperti famili Pomacentridae dan Balistidae yang digolongkan sebagai ikan dengan model pemijahan demersal spawning demersal egg Leis, 1991; Allen dan Robertson, 997. Sebagai tempat pengasuhan, dapat dicontohkan pada studi yang dilakukan oleh Meyer et al. 2002 untuk ikan karang ekonomis famili Carangidae, berdasarkan ukuran hasil tangkapan ikan berukuran kecil 350 mm mayoritas tertangkap di sekitar area terumbu karang dan ukuran besar 500 mm mayoritas tertangkap di luar area terumbu karang, yang disimpulkan bahwa area terumbu karang sebagai tempat pengasuhan untuk ikan-ikan muda. Sebagai tempat mencari makan, studi oleh Bel dan Galzin 1984 mempertunjukan korelasi antara karang hidup dan komunitas ikan, terumbu karang menyediakan makanan untuk ikan, tidak hanya untuk pemakan karang obligate tetapi juga untuk ikan mangsa lainnya yang tergantung pada karang hidup. Asosiasi ini dapat dilihat juga pada studi yang dilakukan oleh Robertson dan Gaines 1986 di Barrier Reef Aldabra, dilaporkan bahwa terumbu karang menyediakan tiga kelompok pemberian makan utama bagi 13 jenis ikan karang ekonomis famili Acanthuridae Surgeonfishes dalam aturan makannya, yaitu: microalgivores Acanthurus lineatus, A. leucosternon, A. nigrofuscus, A. triostegus, dan Zebrasoma scopes; macroalgivores Zebrasoma veliferum, Naso brevirostris, N. lituratus, dan N. unicornis; dan detrivores Acanthurus tennenti, A. nigricaudus, Ctenochaetus striatus, dan C. strigosus. Asosiasi yang telah diperlihatkan antara terumbu karang dan ikan-ikan karang ekonomis ini dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi ekosistem terumbu karang sebagai tempat pemijahan, pengasuhan dan mencari makan. Ini dapat dilakukan dengan asumsi bahwa ekosistem terumbu karang dipandang sebagai input untuk menghasilkan produk akhir final goods, khususnya berupa ikan-ikan karang yang memiliki nilai pasar market value. Produk akhir yang memiliki nilai pasar ini dapat digunakan untuk melakukan penilaian seberapa besar kontribusi ekosistem terumbu karang dari ke-tiga jasa tersebut terhadap ikan-ikan karang ekonomis. Pendekatan ini digunakan karena jasa terumbu karang tersebut merupakan manfaat tidak langsung, yang sulit dikuantifikasikan untuk mendapatkan nilai moneternya, karena sifatnya yang tidak tampak intangible dan tidak memiliki nilai pasar non-market valuation. Keadaan ini terjadi karena pasar tidak mampu untuk merefleksikan keseluruhan manfaat dan biaya sosial dari jasa atau barang yang dihasilkan lingkungan, apa yang kita kenal sebagai kegagalan pasar market failure , sehingga manfaat ekologis tersebut luput dikuantifikasi dan diberikan nilai moneter untuk mendapatkan nilai riil atau potensi sumber daya terumbu karang. Dengan demikian harapannya nilai ekonomi dari pendekatan ini dapat memberikan nilai riil dari ekosistem terumbu karang. Penilaian non-pasar ini kemudian dilakukan dengan cara memilah ikan-ikan karang ekonomis tersebut berdasarkan asosiasinya dengan terumbu karang. Untuk nilai ekosistem atas jasa tempat pemijahan dilakukan dengan melakukan kuantifikasi terhadap ikan karang ekonomis dengan model pemijahan demersal, yang adalah memanfaatkan substratum terumbu karang dan yang ada disekitarnya sebagai tempat pemijahannya. Kuantifikasi untuk jasa tempat pengasuhan dan mencari makan dilakukan pada semua famili ikan karang ekonomis, baik yang tergolong sebagai ikan “jenis terumbu karang” dan “jenis yang dihubungkan dengan terumbu karang”, merujuk pada klasifikasi oleh Choat dan Bellwood 1991. Dengan asumsi bahwa, karena keberadaannya sebagai ikan-ikan karang, sudah tentu lingkungan atau tempat hidupnya adalah pada ekosistem terumbu karang, dan ekosistem terumbu karang menyediakan tempat untuk pengasuhan dan mencari makan. Menurut Polunin dan Roberts 1993 bahwa, banyak ikan menghabiskan keseluruhan hidupnya di terumbu karang, tetapi terumbu karang juga bertindak sebagai sebagai suatu tempat pemeliharaan dan pengasuhan untuk banyak ikan. Menurut Fauzi 2004 bahwa mengingat pentingnya fungsi-fungsi ekonomi dan non-ekonomi dari sumber daya alam, tantangan yang dihadapi oleh penentu kebijakan adalah bagaimana memberikan nilai yang komprehensif terhadap sumber daya alam itu sendiri. Dalam hal ini, nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut. Permasalahan ini yang kemudian menjadi pertimbangan untuk melakukan valuasi non-pasar terhadap jasa ekosistem terumbu karang sebagai tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan bagi ikan-ikan karang ekonomis.

2.11. Analisis Sensitifitas Sensitivity Analysis