Jepang memproduksi
nori dengan metode yang sangat sederhana namun
menghasilkan nori yang memiliki nilai jual dan nutrisi yang tinggi. Metode pengolahan nori di Jepang adalah dengan menumbuk atau merebus rumput laut
Porphyra sampai menjadi bubur lalu dikeringkan atau dipanggang diatas cetakan.
Pada penelitian pengolahan nori, dilakukan metode yang juga sangat sederhana dimana hanya dilakukan modifikasi pada proses perebusan dan perendaman pada
NaOH serta formulasi untuk menghasilkan tekstur nori yang menyerupai nori komersil. Selain itu proses modifikasi dilakukan dikarenakan bahan baku yang
digunakan dari jenis yang berbeda yaitu jenis Glacilaria sp.
4.2 Karakteristik Fisik Nori Hasil Penelitian
Karakteristik fisik yang dilakukan pengujian pada nori hasil penelitian
meliputi kuat tarik 4.2.1
Kuat tarik nori hasil penelitian
Kuat tarik adalah regangan maksimal yang masih dapat diterima oleh sampel sebelum putus. Kuat tarik menunjukkan ukuran ketahanan nori, dan kuat
tarik merupakan parameter kualitas agar Marinho-Soriano et al. 1999. Nilai rata- rata kuat tarik nori hasil penelitian terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Histogram kuat tarik nori hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan nori dengan formulasi tanpa penyaringan
memiliki kuat tarik elongasi sebesar 0 , sedangkan kuat tarik elongasi yang mendekati kontrol atau nori komersil adalah nori dengan formulasi 30 yaitu
sebesar 24,60
8,87 10,60
24,60 30,45
5 10
15 20
25 30
35
P1 P2
P3 P4
P5 Kontrol
Perlakuan
Menurut Gontard dan Guilbert 1994, faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tarik suatu bahan adalah total padatan terlarut dan interaksi molekul di
dalamnya. Peningkatan kekuatan tarik diduga dikarenakan adanya ikatan hidrogen antar molekul CH
2
OH pada struktur agar dan OH
-
pada air yang saling berinteraksi. Reaksi tersebut akan memutus ikatan CH
2
OH sehingga membentuk rantai OH
-
yang panjang sehingga akan meningkatkan kuat tarik lembaran. Menurut Wu dan Bates 1973, kuat tarik yang dihasilkan dipengaruhi
oleh formulasi bahan. Agar-agar mengandung dua komponen yaitu agarosa dan agaropektin. Komponen terbesar yang dimiliki adalah agarosa, dimana
perbandingan agarosa terhadap agaropektin adalah 7 : 3 Arasaki dan Arasaki 1983. Agarosa merupakan komponen pembentuk gel. Besarnya kandungan
agarosa dalam agar mengakibatkan semakin meningkatnya kekuatan gel dari agar sehingga meningkatkan kuat tarik nori hasil penelitian Glicksman 1983.
Pada saat proses pendinginan, atom-atom hidrogen pada ketiga kutub dari 3,6-anhidro-L-galaktosa akan mendesak molekul membentuk pilinan, interaksi
dari pilinan ini akan membentuk gel, selanjutnya akan membentuk agregasi dari titik-titik silang tersebut dan membentuk struktur tiga dimensi. Hal ini
mengakibatkan gel semakin kuat dan kuat tarik nori hasil penelitian semakin tinggi Rees 1972.
4.3 Karateristik Kimia Nori Hasil Penelitian