IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Pupuk Organik Hayati Terhadap Tinggi Tanaman dan
Jumlah Daun
Hasil uji DMRT taraf 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan kombinasi 50 pupuk anorganik dan pupuk organik hayati nyata
meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun caisin. Mulai pada umur tiga minggu setelah tanam Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa tanaman yang
mendapat perlakuan 100 NPK dan tanaman yang diberi pupuk organik hayati perlakuan Fertismart, Biost, dan Ponti yang dikombinasikan dengan 50 NPK
mengalami pertumbuhan yang jauh lebih pesat dibandingkan kontrol dan perlakuan DOP + 50 N.
Tabel 3. Pengaruh berbagai perlakuan pupuk terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman caisin pada pot
Perlakuan 1MST 2MST
3MST 4MST
5MST ------------------------------- cm --------------------------
Kontrol
3.36 b 7.65 a
9.78 ab 12.60 a
14.21 a
100 NPK
1.86 a 5.64 a
10.78 abc 18.19 b
23.63 b
Fertismart + 50 NPK
3.18 b 7.71 a
14.81 cd 21.44 b
26.13 b
Biost + 50 NPK
2.95 ab 7.20 a
13.00 bcd 18.90 b
23.31 b
Ponti + 50 NPK
3.71 b 8.55 a
16.00 d 21.91 b
25.59 b
DOP + 50 N
2.93 ab 7.26 a
8.10 a 13.00 a
14.69 a
angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5
Pada awal mula pertumbuhan, rata-rata tertinggi kedua parameter adalah pada kontrol namun setelah minggu ke 3, pertumbuhan tanaman kontrol dan
tanaman dengan perlakuan DOP + 50 N tertinggal dibanding pertumbuhan tanaman yang diberi perlakuan lainnya Gambar 1. Hal ini terjadi karena pada
perlakuan 100 NPK dan pupuk organik hayati yang dikombinasi dengan 50 NPK memungkinkan tanaman mendapat suplai N yang cukup untuk
pertumbuhan. Pada kontrol yang tidak mendapat tambahan pupuk urea, jelas mengalami kekurangan N dan pada perlakuan DOP + 50 N hanya mendapat
setengah dosis urea sehingga unsur N telah habis terpakai maupun tercuci, hal ini menunjukkan bahwa pupuk organik DOP tidak mampu mensubstitusi setengah
dosis pupuk N pada tanaman caisin.
Tabel 4. Pengaruh berbagai perlakuan pupuk terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman caisin pada pot
Perlakuan 1MST 2MST
3MST 4MST
5MST ----------------------- helaitanaman ----------------------
Kontrol 1.00 b
2.13 ab 3.25 a
4.38 a 6.38 a
100 NPK 0.25 a
2.00 ab 3.75 ab
5.50 b 8.88 b
Fertismart + 50 NPK 0.75 ab
2.38 ab 4.25 bc
6.25 b 9.00 b
Biost + 50 NPK 0.50 ab
2.25 ab 3.50 ab
6.38 b 9.00 b
Ponti + 50 NPK 0.88 b
2.88 b 4.88 c
6.38 b 9.50 b
DOP + 50 N 0.88 b
1.88 a 3.50 ab
4.25 a 7.13 a
angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5
Perlakuan pupuk organik hayati yang dikombinasikan dengan 50 NPK mampu mengimbangi pertumbuhan tanaman dengan 100 NPK, hal ini terjadi
karena pada masing-masing pupuk organik hayati terkandung mikrob pelarut fosfat MPF, yang selain dapat melarutkan P-anorganik, MPF seperti
Pseudomonas diketahui dapat membantu pertumbuhan tanaman karena
Pseudomonas mampu menghambat pertumbuhan patogen dan melalui produksi
zat pengatur tumbuh seperti auksin, gibberalin, dan vitamin. Perlakuan pupuk organik hayati juga hanya mendapat setengah dosis pupuk urea namun ketiga
pupuk organik hayati mengandung mikrob penambat N yaitu Azospirillum dan Azotobacter
. Kedua mikrob yang terkandung dalam pupuk hayati yang digunakan mampu meningkatkan efisiensi pupuk N, sehingga kebutuhan tanaman tetap
terpenuhi meskipun dosis urea dikurangi. Azospirillum dan Azotobacter juga merupakan mikrob yang mampu menghasilkan faktor tumbuh seperti IAA dan
auksin. Penelitian Panjaitan 2004, melaporkan bahwa inokulasi cendawan Mikoriza arbuskula
dan Azospirillum dapat mengefisienkan 50 - 70 penggunaan pupuk N dan P pada dosis 125 kgha Urea dan 75kgha SP-36 pada tanaman
Setaria splendida .
ULANGAN 2
Kontrol 100
NPK Ponti+
50NPK Fert+
50NPK DOP+
50N Biost+
50NPK
Gambar 1. Pengaruh pupuk organik hayati terhadap pertumbuhan caisin pada pot 4 minggu setelah tanam
Menurut Gardner 1985, N merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida, nukleotida, dan nukleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel,
pembesaran sel, dan karenanya untuk pertumbuhan. Defisiensi N mengganggu proses pertumbuhan, menyebabkan tanaman kerdil, menguning dan berkurang
hasil panen berat keringnya. Lakitan 1996 menambahkan, tanaman yang tidak mendapat tambahan unsur N tumbuhnya kerdil serta daun lebih kecil, tipis dan