Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpilkan bahwa penggunaan media audiovisual khususnya media gambar atau video animasi mempunyai peranan yang
penting dalam bidang pendidikan. Sehu-bungan dengan itu, audiovisual akan membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan akan membantu
siswa lebih giat lagi atau bersemangat untuk belajar
.
2.1.10 Teori yang Mendasari Model Examples non Examples dengan Media
Audiovisual
2.1..10.1 Teori Belajar Behaviorisme Pembelajaran menurut aliran behaviorisme adalah upaya membentuk tingkah
lakunyang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa, karena itu juga disebut pembelajaran tingkah
laku. Rifa‟i dan Anni, 2011:205 Teori belajar beavioristik mendefinisikan bahwa belajar merupakan perubahan
berperilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku yang baru sebagai hasil belajar, buka sebagai hasil proses pematangan atau pendewasaan
semata. Prinsip penerapan pembelajaran berdasarkan teori belajar behaviorisme
tampak dalam langkah-langkah pembelajaran berikut : a.
Menentukan tujuan instruksional b.
Menganalisis lingkungan kelas, termasuk identifikasi entry behavior siswa c.
Menentukan materi pelajaran d.
Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil
e. Menyajikan materi pelajaran
f. Memberikan stimulus yang mungkin berupa pertanyaan, latihan, dan tugas-tugas
g. Mengamati dan mengkaji respon peserta didik
h. Memberikan penguatan mungkin postif atau negatif
i. Memberikan stimulus baru.
Penerapan teori behaviaorisme ini dalam penelitian tindakan kelas yang menggunakan model pembelajaran examples non examples dengan media audio-
visual dengan membiasakan siswa lebih aktif dalam berdiskusi dan menuliskan apa yang telah meraka dapatkan. Dengan teori behaviorisme yang menyatakan bahwa
perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar siswa maka penelitian ini juga akan mengubah perilaku pasif siswa dalam pembelajaran khusunya saat berdiskusi dan
keterampilan siswa dalam menulispun akan meningkat. 2.1.10.2 Teori Belajar Kognitivisme
Teori kognitivisme memandang bahwa belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Menurut Bruner
dalam Sugiyono,2012: 24 pekembangan kognitif akan melalui tiga taha-pan, yaitu : a.
Tahap enaktif yaitu individu melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya-nya memahami lingkungan sekitarnya. Memahami dunia sekitarnya dengan
pengetahuan motorik. b.
Tahap ikonik yaitu individu memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi verbal. Memahami dunia sekitarnya dengan bentuk perumpamaan
dan perbandingan.
c. Tahap simbolik yaitu individu telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-
gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Memahami dunia sekitarnya melalui simbol-simbol bahasa, logika,
matematika, dan sebagainya. Menurut Piaget dalam Winataputra 2008:3.40-3.41, perkemabangan kognitif
kecerdasan anak dibagi menjadi empat tahap yaitu : 1
Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak mengatur sensorinya indranya dan tindakan-
tindakannya. Pada awal periode ini anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek- objek secara permanen. Artinya anak belum dapat mengenal dan menemukan
objek, benda apa pun yang belum dapat dilihat, tidak disentuh atau tidak didengar. 2
Tahap preoperasional, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memahami objek-objek
secara sempurna. Artinya anak sudah mempunyai kesadaran akan eksistensi suatu benda yang ada atau biasa ada walauopun benda tersebut sudah tidak dilihat atau
didengarnya lagi. 3
Tahap konkret opersional, yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 7 sampai 11 tahun. Dalam tahap ini anak sudah mulai melakukan operasi, mulai
dapat berpikir rasional. Dalam tahap ini anak mampu mengambil keputusan- keputusan secara logis.
4 Tahap formal operasi, yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 11
sampai 15 tahun. Tahap ini dapat dikatakan terjadi pada anak yang bernjak remaja.
Dalam tahap ini anak sudah mampu berpikir hipotetik, dan mampu mempelajari materi-materi yang abstrak.
Dalam penelitian untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan pengmatan menggunakan model examples non examples media audiovisual yang
dilakukan juga berpedoman pada tahap-tahap berpikir siswa menurut Piaget, yaitu pada tahap konkret operasi yang akan melatih siswa dalam memecahkan masalah
dengan logis dan konkret. Masalah yang konkret akan memudahkan siswa dalam memahami dan menemukan pemecahan masalahnya. Masalah yang diberikan juga
akan dipecahkan melalui diskusi kelompok sehingga kemampuan berpikir logis siswa akan meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan berpikir logis siswa,
keterampilan menulis siswa pun akan meningkat.
2.1.11 Penerapan Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Melalui Model