optimal.
2. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik mengenai pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta al. mengarang,
kerajianan tangan, kesenian, dll maupun yang utama yakni pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kereatif haruslah seimbang
dengan pengembangan kemampuan berpikir rasional logis. Pembelajaran di SD-MI, pada umumnya telah banyak mengupayakan pengembangan kemampuan berpikir rasional logis,
utamanya melalui pembelajaran matematika latihan mengerjakan soal matematika dengan jawaban tunggal dan pertanyaan tertutup jawabannya tunggal dalam berbagai
mata pelajaran. Yang perlu mendapat perhatian dan upaya yang lebih banyak, adalah pengembangan kemampuan berpikir kreatif., baik melalui pembelajaran matematika
maupun pembelajaran lainnya. Meskipun mempunyai kaitan yang erat, namun dapat dibedakan antara berpikir
kritis dan berpikir kreatif. Kedua jenis berpikir tersebut dapat dikaitkan dengan beberapa pendapat tentang berpikir. Edward de Bono membedakan antara 1 berpikir vertikal yakni
logis yang lasim digunakan orang, dan 2 berpikir lateral yakni cara berpikir yang tidak lasim dan berbeda dari yang biasa digunakan orang pada umumnya. J.P. Guilport dan
beberapa pakar lainnya membedakan antara 1 berpikir konvergen yakni berpikir memusat yang cenderung memilih cara-cara tradisional dan yang rutin dalam pemecahan
masalah, dan 2 berpikir divergen yakni berpikir memencar yang cenderung mencari cara- cara baru yang tak lasim, bahkan kadang-kadang nyentrik, dalam memecahkan persoalan.
Berpikir rasional logis yang kritis pada umumnya termasuk dalam berpikir vertikal atau berpikir konvergen, sedang berpikir kreatif termasuk dalam berpikir lateral atau berfikir
divergen. Perlu ditekankan bahwa klasifikasi tersebut bukanlah sesuatu yang bertentangan dan saling meniadakan, karena kedua jenis berpikir itu vertikal dan lateral, konvergen dan
divergen, ataupun kritis dan kreatif dapat berkembang sepenuhnya dalam diri seseorang.Selanjutnya, berpikir itu erat kaitannya dengan fungsi otak besar
cerebrum. Otak tersebut terdiri atas dua bagian, yakni 1 belahan kiri yang berhubungan dengan fungsi tubuh sebelah kanan, dan 2 belahan kanan yang
berhubungan dengan fungsi tubuh sebelah kirl. Dalam kaitannya dengan berpikir, kedua belahan otak tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Beberapa pakar seperti Betty
Edwards dan Conny R. Semiawan dari Sulo Lipu La Sulo, 2006:2 menyatakan
bahwa pada orang biasa bukan kidal, belahan otak kiri lebih berfungsi untuk berpikir linier, logis, rasional, memorisasi dan persepsi kognitif konvergen; sedangkan belahan otak kanan
berfungsi untuk menyimak situasi keseluruhan secara holistik, imaginatif, kreatif dan sistematik. Dengan demikian, pengembangan secara seimbang antara berpikir kritis dan
berpikir kreatif akan memberi peluang pengembangan kedua belahan otak tersebut secara seimbang. Pengembangan berpikir logiskritis sangat sesuai dengan pelatihan
intelektual yang menuntut jawaban tunggal dan pasti umpamanya latihan dengan pertanyaan tertutup matematika 4 x 3 = .... , tes objektif, tes isian singkat, dll. Sedang
pengembangan berpikir kreatif dilakukan dalam latihan intelektual yang menuntut jawaban jamak dan bervariasi, umpamanya pertanyaan terbuka mengapa, apa
alasannya, apa bukticontohnya, dll dalam pembelajaran matematika dengan pertanyaansoal yang jawaban jamak al: : .... x .... = 12 , dalam
menjawab soaltes
essei, dsb.
Pembelajaran dengan metode tanya jawab yang berisi pertanyaan-pertanyaan kognitif tingkat tinggi aplikasi, analisis, sintesis, dan atau evaluasi, dengan metode diskusi yang
memberi kebebasan murid mengemukakan pendapat, metode curah pendapat, metode debat, dll merupakan sarana yang baik untuk pengembangan kemampuan berpikir kreatif
itu.
3. Pembelajaran efektif.