Evaluasi Program Penerapan Pendekatan Pemberdayaan.

Masyarakat, Hasil verifikasi desa PUAP oleh Tim PUAP Pusat, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai desa PUAP Anonim, 2009a.

2.2 Evaluasi Program

Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draftusulan program yang sudah dirumuskan, sebelum program itu dilaksanakan. Kegiatan evaluasi seperti ini, selain bertujuan untuk mengkaji kembali keterandalan program untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pedoman patokan- patokan yang diberikan dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa bertanggung jawab terhadap program yang mereka rumuskan itu, jika program tersebut kelak akan dilaksanakan. Karena itu, didalam evaluasi program, selain dievaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga dievaluasi tentang semua unsur program, yang menyangkut: pengumpulan informasi data dan fakta, analisis keadaan, perumusan masalah,, tujuan, dan cara-cara mencapai tujuan yang menyangkut: kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang akan diterapkan, sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang dipergunakan. Tentang evaluasi program ini, secara khusus sangat menekankan pentingnya kegiatan evaluasi terhadap: 1. Siapa kelompok sasaran program, dimana lokasinya, dan bagaimana spesifikasi kekhususan kelompok sasaran program tersebut? 2. Apa metoda terbaik yang akan diterapkan, demi tercapainya tujuan yang diinginkan? 3. Apakah program tersebut benar-benar konsisten dengan tujuan yang diinginkan? 4. Seberapa jauh peluang keberhasilan program yang akan dilaksanakan itu

2.3 Penerapan Pendekatan Pemberdayaan.

Penggunaan pendekatan pembangunan di Deptan mengikuti kecendrungan pemikiran yang sedang berkembang ditingkat dunia. Pada era 1960an, pendekatan pembangunan pertanian lebih banyak berpedoman kepada pendekatan wilayah atau pedesaan. Pada era selanjutnya 1970-an dan 1980-an, pendekatan pengembangan komoditas sangat mendominasi, terutama padi yang menjadi target utama pemerintah Bimas sampai Supra Insus. Pada awal 1990-an isu kemiskinan mewarnai aktivitas di Deptan, yang dilanjutkan isu Gender. Terakhir, sejak akhir 1990-an hingga awal 2000-an, isu “pemberdayaan” telah mewarnai berbagai kegiatan di Deptan. Dari empat kegiatan di Deptan yang dipelajari, P4K merupakan kegiatan yang paling lama mulai tahun 1979 dan telah berlangsung selama tiga fase. Jika dicermati buku pedoman dan petunjuk yang dikeluarkan dari kegiatan ini, maka terlihat makin kentalnya pendekatan pemberdayaan. Pada tahap awal, cakupan kegiatan ini relatif sempit, terbatas sebagai upaya menyediakan pemodalan untuk masyarakat miskin. Namun pada fase ketiga dikatakan bahwa P4K melaksanakan kegiatan berlandaskan kepada sistem yang partisipatif dan berkelanjutan. Kegiatan PIDRA yang dimulai dari tahun 2001, merupakan dampak dari kekeringan yang terjadi pada akhir 1990-an, yang diikuti oleh krisis ekonomi. PIDRA melibatkan partisipasi masyarakat dengan memberikan pioritas kepada masyarakat miskin, daerah tadah hujan yang kurang mendapat kesempatan dalam proses pembangunan, masyarakat yang berusaha tani secara tradisional, dengan fasilitas sarana dan prasarana yang belum memadai, dan kemampuan ekonomi dalam modal usaha lemah akibat kemiskinan. Kegiatan P4MI yang dimulai pada tahun 2003 di lima kabupaten bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani miskin melalui inovasi pertanian, mulai dari tahap produksi sampai memasaran hasil. Untuk itu diperlukan peningkatan akses petani terhadap informasi pertanian, dukungan pengembangan inovasi pertanian, dan upaya pemberdayaan petani, pendekatan partisipatif dalam perencanaan dan pelaksanaan, pengembangan kelembagaan, dan perbaikan infrastruktur tang dibutuhkan di desa merupakan alternatif dalam pemberdayaan petani untuk meningkatkan kemampuan inovasi. Terakhir, Prima Tani yang dimulai pada tahun 2005, diimplementasi untuk dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai modus diseminasi dan sekaligus sebagi laboratorium lapang penelitian dan pengembangan teknologi pertanian. Dari empat kegiatan di Deptan P4K, PIDRA, P4MI, dan Prima Tani, penerapan pemberdayaan dalam kegiatannya terlihat setidaknya dari 4 aspek. Pertama, penempatkan proses sebagai prinsip utama dibandingkan dengan hasil kegiatan. Kegiatan P4K memberikan fasilitas kredit untuk rumah tangga miskin, P4MI mengutamakan insfrastruktur desa, PIDRA memberikan bantuan permodalan dan ketrampilan, dan Prima Tani mengutamakan diseminasi teknologi pertanian dan rekayasa kelembagaan. Namun, partisipasi masyarakat dan stakeholders sangat dihargai untuk mendapatkan proses yang matang. Durasi kegiatan yang bersifat multiyear dan kontinu merupakan indikator yang menunjukkan dihargainya proses diatas hasil. Kedua, terjadinya peningkatan kontrol dan akses terhadap sumber daya ekonomi yang dimaknai sebagai penyediaan modal berusaha berupa kredit pada P4K dan PIDRA. Pada kegiatan P4MI, penyediaan modal juga ditekankan pada pengembangan lembaga keuangan mikro masyarakat. Di Prima Tani, penyediaan modal bukan merupakan keharusan, yang difasilitasi adalah berupa alternatif-alternatif. Ketiga, peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Kegiatan P4MI dan Prima Tani secara tegas menyebutkan adanya komponen difusi inovasi teknologi, mungkin karena keduanya berada dibawah koordinasi Badan Litbang Pertanian. Demikian pula P4MI, dimana komponen pengembangan sumber daya informasi nasional dan lokal bertujuan untuk mengembangkan sumber informasi pasar dan teknologi pertanian dengan membangun sistem informasi tepat guna, sehingga petani memiliki kemampuan untuk mengakses pasar dan mengarahkan produksi pertaniannya berdasarkan keunggulan kompetitif. Dalam Prima Tani, diseminasi teknologi merupakan tujuan utama. Prima Tani diirancang untuk dua tujuan, yaitu untuk mendesiminasikan hasil-hasil penelitian dan sebagai laboratorium lapang untuk mendapatkan feedback dari teknologi-teknologi yang didesiminasikan. Keempat, penggunaan kelembagaan lokal. Keempat kegiatan menjadikan pengembangan kelembagaan lokal sebagai komponen penting dari kegiatannya. Pengembangan kelembagaan berupa organisasi formal yang beranggotakan petani, selain merupakan wadah untuk melaksanakan kegiatan juga merupakan syarat wajib untuk implementasi kegiatan secara keseluruhan. P4K menumbuhkan Kelompok Petani Kecil KPK dan Gabungan KPK, sedangkan PIDRA membentuk Kelompok Mandiri KM sebagai kelompok partisipan, federasi untuk jaringan pemodalan, koperasi, dan Lembaga Pembangunan Desa LPD. Dalam pelaksanaan P4MI, di tingkat desa di bentuk komisi Investasi Desa KID dan Forum Antar Desa FAD, Fasilitator Desa FD, dan kelompok tani. Sementara di Prima Tani, kelembagaan merupakan komponen yang amat penting karena pada hakekatnya hanya ada dua inovasi, yaitu inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi Anonim 2007.

2.4 Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Keberhasilan Program Usaha Agribisnis Pedesaan di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang T1 522004005 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Keberhasilan Program Usaha Agribisnis Pedesaan di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang T1 522004005 BAB IV

0 1 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Keberhasilan Program Usaha Agribisnis Pedesaan di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang T1 522004005 BAB V

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Keberhasilan Program Usaha Agribisnis Pedesaan di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang T1 522004005 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Keberhasilan Program Usaha Agribisnis Pedesaan di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Keberhasilan Program Usaha Agribisnis Pedesaan di Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

0 1 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB IV

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Dhawuhan Ngembang di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang T1 152009013 BAB V

0 0 2