1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui jumlah
ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ
maf’ulun bihi pada surat
ﻦﲪﺮﻟا
Ar-ra ḥmān.
2. Untuk mengetahui kedudukan
ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ
maf’ulun bihi dari segi bentuknya pada surat
ﻦﲪﺮﻟا
Ar-ra ḥmān.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk menambah serta memperdalam pengetahuan tentang kedudukan
ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ
Maf’ulun bihi pada surat dalam Al-qur’an. 2.
Untuk melengkapi dan mengembangkan penelitian yang telah ada tentang
ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ
Maf’ulun bihi. 3.
Untuk menambah referensi bagi program studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU.
1.5 METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan Library Research. Seorang peneliti yang mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi
pengetahuan yang ada dalam kepustakaan sumber bacaan, buku-buku referensi atau hasil penelitian lain untuk menunjang penelitiannya, disebut mengkaji bahan
pustaka atau studi kepustakaan Hasan, 2002:45. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu menggambarkan dan memaparkan
Universitas Sumatera Utara
keadaan objek yang diteliti apa adanya, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan
gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan
“apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan Arikunto, 1990:309- 310. Adapun data yang dijadikan objek penelitian adalah surah Ar-rahman pada
Al-qur’an Al-karim. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan dan membaca buku-buku referensi yang berkaitan dengan
pokok pembahasan. 2.
Mengklasifikasikan data yang telah terkumpul. 3.
Menganalisis data dan selanjutnya menyusunnya menjadi sebuah laporan atau karya ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis-Jenis Maf’ûl
Penelitian tentang
ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ
maf’ulun bihi sudah pernah diteliti pada program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, tetapi
dalam objek yang berbeda. Adapun judul yang sudah diteliti adalah: Analisis Kontrastif Maf’ul bih dalam Bahasa Arab dan Obyek Dalam Bahasa Indonesia
oleh Amanah 1994, inti hasil penelitian Analisis Kontrastif Maf’ul bih Dalam Bahasa Arab Dan obyek dalam Bahasa Indonesia ini adalah menunjukkan
perbedaan maf’ul bih dalam bahasa Arab wajib dibaca nasab atau berbaris fatah sedangkan di dalam bahasa Indonesia tidak mengenal baris atau harkat,
persamaannya terkadang suatu kalimat dalam bahasa Indonesia dapat mempunyai objek atau pelengkap penderita yang berupa kata ganti. Dalam sastra Arab juga
dijumpai kalimat yang mempunyai maf’ul bih yang berupa kata ganti atau dhamir. Dalam hal ini penulis juga melakukan penelitian terhadap maf’ul bih tetapi
lebih memfokuskan pada salah satu surat dalam Al-Qur’an yaitu surat Ar- Rahman. Penelitian terhadap maf’ul bih yang terdapat dalam surat Ar-Rahman
diberi judul “Analisis Maf’ul bih pada Surah Ar-rahman”
.
Dalam bahasa Arab dikenal beberapa bentuk objek selain maf’ul bih. Adapun bentuk objek atau
diistilahkan dengan “al-maf’ul” dalam bahasa Arab tersebut adalah Nu’mah: 2007 dan Fawwal Babti: 1992:
Universitas Sumatera Utara
1.
ﻖﻠﻄﳌا لﻮﻌﻔﳌا
Al-Maf’ulu al-mu
ṭlaqu
yaitu isim yang dina ṣabkan berbentuk
isim ma ṣdar dari fi’ilnya, berfungsi untuk menegaskan, menguatkan atau
menjelaskan jenis dan jumlahnya, contoh:
ﺎﻈﻔﺣ سرﺪﻟا ﺖﻈﻔﺣ
ḥafiẓtu al-darsa ḥifẓan “saya sudah betul-betul menghafal pelajaran itu”
نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ :ﻆﻔﺣ
ḥafiẓ: fi’lu al-maḍi mabni ‘ala al-sukûn “fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun”
ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﻊﻓر ﻞﳏ ﰱ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻞﻋﺎﻓ : ت
Tu: fâ’il mabni ‘ala al- ḍammi fi ma
ḥ
alli raf’in li annahu ḍamîr muttaṣil “tu: fa’il
ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah dhamir muttashil”
ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ :سرﺪﻟا
Al-darsa: mafûl bih man ṣûb wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi
“al-darsa: maf’ul bih dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”
ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻞﻌﻔﻟا ﲎﻌﳌ ﺪﻴﻛﺄﺗ ﻖﻠﻄﳌا لﻮﻌﻔﻣ :ﺎﻈﻔﺣ ﻩﺮﺧآ ﰲ
ḥifẓan: maf’ûl muṭlaq ta`kîd li ma’na al-fi’li manṣûb wa ‘alâmatu naṣbihi fat
ḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi “hifzhan: maf’ul muthlaq yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa kata yang berfungsi sebagai pengganti mafûl mu ṭlaq, di
antaranya adalah: a.
Kata “
ﻞﻛ
kullu dan
ﺾﻌﺑ
ba’ ḍu yang menjadi mu
ḍaf
kepada ma
ṣdar,
contoh:
ماﱰﺣﻹا ﻞﻛ ﻪﺘﻣﱰﺣإ
i ḥtaramtuhu kulla al-iḥtirâmi “saya menghormatinya dengan segala
hormat”
مﱰﺣإ :
نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ
i ḥtaram: fi’lu al-maḍi mabni ‘ala al-sukûn “ihtaram: fi’il madhi
ditetapkan baris akhirnya sukun”
ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﻊﻓر ﻞﳏ ﰱ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻞﻋﺎﻓ :ت
tu: fâ’il mabni ‘ala al- ḍammi fi ma
ḥ
alli raf’in li annahu ḍamîr muttaṣil
“tu: fa’il ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah dhamir muttashil”
ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﺐﺼﻧ ﻞﳏ ﰱ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ :ه
hu: mafûlun bihi mabniyyun ‘ala al- ḍammi fi ma
ḥ
alli na
ṣbin
li annahu ḍamîrun muttaṣilun “hu: maf’ul bih ditetapkan baris akhirnya dhammah
pada tempat nashab karena ia adalah dhamir muttashil”
ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻞﻌﻔﻟا ﲎﻌﳌ ﺪﻴﻛﺄﺗ ﻖﻠﻄﳌا لﻮﻌﻔﳌا :ﻞﻛ ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ
Universitas Sumatera Utara
kulla: al-mafûlu al-mu ṭlaqu ta`kîdun li ma’na al-fi’li manṣûbun wa
‘alâmatu na ṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi “kulla: maf’ul muthlaq
yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”
ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋ و روﺮﳎ ﻪﻴﻟإ فﺎﻀﻣ :ماﱰﺣﻹا
al-i ḥtirâmi: muḍafun ilaihi majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun
ẓâhiratun fî âkhirihi “al-ihtiram: mudhaf ilaih dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”
b. Kata yang bersinonim dengan ma
ṣdar fi’ilnya, contoh:
اﺰﻔﺣ ﻪﺘﻌﻓد
dafa’tuhu
ḥafzan “saya benar-benar telah membayarnya”
ﻊﻓد :
نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ
dafa’: fi’lu al-ma ḍi mabniyyun ‘ala al-sukûn “dafa’: fi’il madhi
ditetapkan baris akhirnya sukun”
ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﻊﻓر ﻞﳏ ﰱ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻞﻋﺎﻓ :ت
tu: fâ’ilun mabniyyun ‘ala al- ḍammi fi ma
ḥ
alli raf’in li annahu ḍamîrun
mutta ṣilun “tu: fa’il ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah
dhamir muttashil”
ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﺐﺼﻧ ﻞﳏ ﰱ ﺾﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ : ه
Universitas Sumatera Utara
hu: mafûlun bihi mabniyyun ‘ala al- ḍammi fi ma
ḥ
alli na
ṣbin
li annahu ḍamîrun muttaṣilun “hu: maf’ul bih ditetapkan baris akhirnya dhammah
pada tempat nashab karena ia adalah dhamir muttashil”
ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻞﻌﻔﻟا ﲎﻌﳌ ﺪﻴﻛﺄﺗ ﻖﻠﻄﳌا لﻮﻌﻔﳌا :اﺰﻔﺣ ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ
ḥafzan
: al-mafûlu al-mu ṭlaqu ta`kîdun li ma’na al-fi’li manṣûbun wa
‘alâmatu na ṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi “
ḥafzan
: maf’ul muthlaq yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah
fathah yang jelas di akhirnya” c.
Kata yang menunjukkan sifat ma ṣdar tanpa menyebutkan maṣdarnya.
Contoh:
ﺎﻌﻳﺮﺳ ةﺎﻴﳊا رﻮﻄﺘﺗ
tata ṭawwaru al-ḥayâtu sarî’an “kehidupan
ini berkembang secara cepat”. Kalimat ini pada asalnya adalah
رﻮﻄﺘﺗ ﺎﻌﻳﺮﺳ ارﻮﻄﺗ ةﺎﻴﳊا
tata ṭawwaru al-ḥayâtu taṭawwuran sarî’an
“kehidupan ini berkembang dengan perkembangan yang cepat”. Dalam hal ini kata “
ارﻮﻄﺗ
” sebagai mafûl mu ṭlaq dibuang dan diganti dengan kata
“
ﺎﻌﻳﺮﺳ
dan sekaligus ia dii’rab sebagai pengganti mafûl mu ṭlaq yang
dina
ṣabkan dengan harkat
fat ḥah.
d. Kata isim isyarah yang muncul sebelum ma
ṣdar. Contoh:
ﻚﻟذ ﻪﺘﻣﺮﻛأ ماﺮﻛﻹا
akramtuhu żalika al-ikrâma “saya memuliakannya dengan kehormatan itu”. Pada contoh ini kata “
ﻚﻟذ
ż
âlika adalah isim isyarah mabniy yang menempati posisi na
ṣab sebagai
mafûl mu ṭlaq sedangkan kata
Universitas Sumatera Utara
“
ماﺮﻛﻹا
adalah badal pengganti untuk isim isyarah dan dina
ṣabkan dengan harkat
fat ḥah.
e. Kata yang menunjukkan bilanganjumlah ma
ṣdar. Contoh:
ةﺪﻋ ﻪﺘﻠﺑﺎﻗ تاﺮﻣ
qâbaltuhu ‘iddata marrâtin “saya telah menemuinya beberapa kali”. Pada kalimat tersebut mafûl mu
ṭlaq ditunjukkan oleh kata “
ةﺪﻋ
yang menunjukkan jumlah. f.
Dalam beberapa konteks kalimat, mafûl mu ṭlaq kadang-kadang tidak
diungkapkan bahkan dibuang. Contoh kata
اﺮﻜﺷ
syukran: “terima kasih” yang berasal dari kata
اﺮﻜﺷ كﺮﻜﺷأ
asykuruka syukran: “aku berterima kasih kepadamu”.
2.
ﻪﻠﺟﻷ لﻮﻌﻔﳌا
al-
Maf’ulu li ajlihi yaitu isim yang dina
ṣabkan yang disebutkan setelah fi’ilnya untuk menjelaskan sebab terjadinya fi’il tersebut. Contoh:
ﲔﻠﻣﺎﻌﻠﻟ ﺎﻌﻴﺠﺸﺗ تﺂﻓﺎﻜﳌا فﺮﺼﺗ
tu ṣarrafu al-mukâfa`âtu tasyjî’an lil ‘âmilîn “hadiah itu diberikan untuk
memberi semangat kepada para pekerja”.
فﺮﺼﺗ :
ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ عرﺎﻀﳌا ﻞﻌﻓ
tu ṣarrafu: fi’lu al-muḍâri’ mabniyyun ‘ala al’ḍammi
“
tu
ṣarrafu: fi’il muḍ
ari’ ditetapkan baris akhirnya
ḍ
ammah”.
ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﻤﺿ ﻪﻌﻓر ﺔﻣﻼﻋو عﻮﻓﺮﻣ ﻞﻋﺎﻓ :تﺂﻓﺎﻜﳌا
Universitas Sumatera Utara
al-mukâfa`âtu: fâ’ilun marfû’un wa ‘alâmatu raf’ihi ḍammatun ẓâhiratun fî
âkhirihi “al-mukâfa`âtu: fa’il dirafa’kan tanda rafa’nya adalah ḍammah yang
jelas di akhirnya”.
ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋو بﻮﺼﻨﻣ ﻪﻠﺟﻷ لﻮﻌﻔﻣ :ﺎﻌﻴﺠﺸﺗ
tasyjî’an: maf’ûlu li ajlihi man ṣûbun wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun
fî âkhirihi “tasyjî’an: maf’ul li ajlihi dina ṣabkan tanda naṣabnya adalah fathah
yang jelas di akhirnya”.
ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ ﲔﻠﻣﺎﻌﻟا ،ﺮﺟ فﺮﺣ ل :ﲔﻠﻣﺎﻌﻠﻟ
lil ‘âmilîn: li harfu jarrin, ‘âlamîn majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî âkhirihi “lil âmilîn: li adalah huruf jar, ‘âlamîn dijarkan tanda
jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”. Pada dasarnya maf’ûl li ajlihi dii’rab na
ṣab, tetapi ia boleh juga dijarkan dengan huruf lâm, dan ketika itu ia dii’rab sebagai jar majrur berkaitan dengan
pernyataan sebelumnya dan bukan dii’rab sebagai maf’ûl li ajlihi. Contohnya adalah kata “
ﻊﻴﺠﺸﺗ
tasyjî’ dalam kalimat berikut ini
تﺂﻓﺎﻜﳌا فﺮﺼﺗ ﲔﻠﻣﺎﻌﻟا ﻊﻴﺠﺸﺘﻟ
tu ṣarrafu al-mukâfa`âtu litasyjî’i al-‘âmilîn “hadiah itu
diberikan untuk memberi semangat kepada para pekerja”.
فﺮﺼﺗ :
ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ عرﺎﻀﳌا ﻞﻌﻓ
tu ṣarrafu: fi’lu al-muḍâri’i mabniyyun ‘ala al’ḍammi
“
tu
ṣarrafu: fi’il muḍ
ari’ ditetapkan baris akhirnya
ḍ
ammah”.
ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﻤﺿ ﻪﻌﻓر ﺔﻣﻼﻋو عﻮﻓﺮﻣ ﻞﻋﺎﻓ :تﺂﻓﺎﻜﳌا
Universitas Sumatera Utara
al-mukâfa`âtu: fâ’ilun marfû’un wa ‘alâmatu raf’ihi ḍammatun ẓâhiratun fî
âkhirihi “al-mukâfa`âtu: fa’il dirafa’kan tanda rafa’nya adalah ḍammah yang
jelas di akhirnya”.
ل :
ﺮﺟ فﺮﺣ ل
li: harfu jarrin “li: adalah huruf jar”.
ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ :ﻊﻴﺠﺸﺗ
tasyjî’i: majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî âkhirihi “tasyjî’i:
majrur dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”.
ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ ﻪﻴﻟإ فﺎﻀﻣ: ﲔﻠﻣﺎﻌﻟا
al-‘âmilîn: mu ḍâfun ilaihi majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî
âkhirihi “al-âmilîn: mu ḍâf ilaih dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas
di akhirnya”. 3.
ﻪﻌﻣ لﻮﻌﻔﳌا
al-Maf’ûlu ma’ahu yaitu isim yang dina ṣabkan, disebutkan
setelah huruf “waw” yang bermakna “serta”. Contoh:
ﻞﻴﻨﻟاو تﺮﺳ
sirtu wa al- naila “saya berjalan bersamaan dengan aliran sungai nil”. Kata “
ﻞﻴﻨﻟا
dalam kalimat ini adalah maf’ûl ma’ah yang dina
ṣabkan dengan harkat fat
ḥah.
4.
ﻪﻴﻓ لﻮﻌﻔﳌا
al-Maf’ûl fîhi yaitu isim yang dina ṣabkan dan disebutkan untuk
menjelaskan waktu disebut juga ẓarf zamân: keterangan waktu dan tempat
disebut ẓarf makân: keterangan tempat terjadinya perbuatan. Artinya untuk
menjawab pertanyaan “kapan” dan “di mana” sebuah perbuatan terjadi. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
ﻼﻴﻟ ةﺮﺋﺎﻄﻟا تﺮﻓﺎﺳ
sâfarati al- ṭâ`iratu lailan “pesawat itu terbang di malam
hari”. Kata “
ﻼﻴﻟ
adalah ẓarf zamân yang dinaṣabkan dengan harkat fat
ḥah.
سرﺪﳌا مﺎﻣأ ﺐﻟﺎﻄﻟا ﻒﻗو
waqafa al- ṭâlibu amâma al-mudarrisi “siswa itu
berdiri di depan guru”. Kata “
مﺎﻣأ
amâma adalah ẓarf makân yang
dina ṣabkan dengan harkat fat
ḥah.
Demikianlah beberapa pembagian objek atau al-maf’ûl dalam bahasa Arab yang penting untuk diketahui. Meskipun semuanya adalah merupakan objek tetapi
bentuk kalimat yang diungkapkan dapat membedakan posisi dari maf’ûl itu sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak semua objek atau maf’ûl yang ada dalam
sebuah kalimat adalah maf’ûl bih tetapi bisa jadi adalah maf’ûl yang lainnya.
2.2 Pengertian dan Pembagian Maf’ûl Bih