17
Negara tidak perlu bertindak sebagai pemilik, seperti telah dicantumkan dalam pasal tersebut di atas, Negara cukup bertindak sebagai penguasa untuk
memimpin dan mengatur kekayaan nasional untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dari ketentuan dalam pasal tersebut dapat disimpulkan, bahwa kekuasaan yang
diberikan kepada Negara memberikan kewajiban kepada Negara untuk mengatur pemilikan dan menentukan kegunaannya, hingga semua tanah di seluruh wilayah
Negara dapat dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
10
Hal yang menyangkut tujuan pokok yang ingin dicapai dengan hadirnya UUPA sebagai hukum agraria Indonesia ini adalah:
11
1. Meletakan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang
akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan, dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka
masyarakat yang adil dan makmur. 2.
Meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan, dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan.
3. Meletakan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai
hak-hak atas tanah bagi rakyat keseluruhan.
1. Gambaran Hukum Tanah Nasional.
12
Sifat-sifat nasional Hukum Tanah.
UUPA memulai dengan menyebutkan dalam Konsiderannya cacat-cacat dan kekurangan-kekurangan Hukum Tanah yang lama, sebagai yang telah dibicarakan
dalam Bab II. Berhubung dengan itu hukum tanah yang lama tersebut harus diganti dengan hukum tanah yang baru Hukum Tanah Nasional. Hukum tanah
10
Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah Berlakunya UUPA, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 1
11
Supriadi, op.cit, hlm. 2-3
12
Boedi Harsono, Hukum Agraria Nasional : Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya; Jilid I Hukum Tanah Nasional, Djambatan, Jakarta, 1999, hlm. 162-163
18
yang baru ini harus bersifat nasional baik mengenai segi fomal maupun materiilnya.
Sifat nasional formal: Sifat nasional formalnya Hukum Tanah Nasional
harus harus dibuat oleh pembentuk Undang-Undang Indonesia, dibuat di Indonesia dan disusun dalam bahasa Indonesia. lagipula Hukum Tanah Nasional
berlaku di seluruh wilayah Indonesia dan meliputi semua tanah yang ada di wilayah negara. UUPA telah memenuhi syarat nasional yang formal itu.
Sifat nasional materiil: Sifat nasional materiilnya Hukum Tanah yang baru
harus nasional pula, yaitu berkenaan dengan tujuan, konsepsi, asas-asas, sistem dan isinya. Dalam hubungan ini UUPA menyatakan pula dalam Konsiderannya
“Berpendapat” huruf a sd d, bahwa Hukum AgrariaTanah yang baru itu: a.
Harus didasarkan atas hukum adat tentang tanah; b.
Harus sederhana; c.
Harus menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia; d.
Harus tidak mengabaikan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama; e.
Harus memberi kemungkinan supaya bumi, air dan ruang angkasa dapat mencapai fungsinya dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur;
f. Harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia;
g. Harus memenuhi pula keperluan rakyat Indonesia menurut permintaan zaman
dalam segala soal agraria; h.
Harus mewujudkan penjelmaan daripada Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial, sebagai asas
kerohanian Negara dan cita-cita Bangsa, seperti yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar;
i. Harus merupakan pelaksanaan daripada Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959
dan Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai yang ditegaskan dalam Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960;
j. Harus melaksanakan pula ketentuan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar,
yang mewajibkan negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin
19
penggunaannya hingga semua tanah di seluruh wilayah kedaulatan Bangsa dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; penggunaan itu bisa
secara perseorangan maupun secara gotong royong.
2. Subyek pemegang hak-hak atas tanah.