11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asas-Asas Dalam Ilmu Hukum.
Asas Equality Before The Law:
1
asas yang menyatakan, bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum. Karena itu setiap orang harus
diperlakukan sama, memperoleh hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada pilih kasih atau pandang bulu, satu sama lain mendapat perlakuan yang sama.
Asas Lex Superior Deerogat Lex inferiory:
2
asas berlakunya undang-undang, yang menyatakan bahwa undang-undang yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang yang kedudukannya lebih tinggi. Misalnya, Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Pemerintah; Peraturan
Pemerintah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang; dan undang-undang tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
B. Warganegara Menurut Undang-Undang No.12 Tahun 2006.
Setiap negara mempunyai wewenang untuk menentukan siapakah yang dapat menjadi warga negaranya. Kedaulatan negara dalam menentukan status
kewarganegaraan juga diimbangi dengan kebebasan dari warga untuk menentukan hak kewarganegaraannya. Hal ini dinyatakan dalam Artikel 15 Deklarasi Universal
HAM tahun 1948 yang berbunyi: “setiap orang berhak atas sesuatu
1
Riduan Syahrani, Kata-Kata Kunci Mempelajari Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2009, hlm. 16
2
Ibid, hlm. 141
12
kewarganegaraannya. Tidak seorang pun dengan semena-mena dapat dicabut kewarganegaraannya ata
u ditolak haknya untuk mengganti kewarganegaraan.”
3
Dalam Konstitusi Negara Indonesia yaitu dalam UUD 1945 Pasal 26 ayat 2 dikatakan bahwa:
“setiap warga negara dan penduduk diatur dengan undang- undang.”
Di Indonesia terkait dengan pengaturan kewarganegaraan yang telah diamanatkan oleh UUD 1945 telah diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dahulu sebelum diberlakukannya Undang-undang No. 12 Tahun 2006 tentang
kewarganegaraan Republik Indonesia, di Indonesia diberlakukan Undang-undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dijelaskan dalam
Penjelasan Umum Atas Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 didasarkan pertimbangan bahwa secara filosofis, yuridis, dan sosiologis UU No. 62 Tahun 1958
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan Indonesia. secara filosofis, undang-undang tersebut masih mengandung ketentuan-
ketentuan yang belum sejalan dengan ketentuan falsafah Pancasila, antara lain karena bersifat diskriminatif, kurang menjamin pemenuhan hak asasi dan persamaan antar
warga negara, serta kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak- anak. Secara yuridis, landasan konstitusional pemberlakuan undang-undang tersebut
adalah Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 yang sudah tidak berlaku sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan kembali kepada Undang-Undang Dasar
1945. Dalam perkembangannya, Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami perubahan yang lebih menjamin perlindungan terhadap hak asasi manusia dan hak
warga negara. Secara sosiologis, Undang-Undang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat internasional dalam pergaulan global, yang menghendaki adanya
3
Sri Harini Dwiyatmi et al.., Pendidikan Kewarganegaraan, Widya Sari, Salatiga, 2010, hlm. 281-282
13
persamaan perlakuan dan kedudukan warga negara dihadapan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan gender.
4
Pengertian warga negara menurut Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2006 yaitu, dikatakan:
“yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara.” Penjelasan dari bunyi pasal tersebut memberikan penegasan bahwa untuk
“orang-orang bangsa Indonesia asli” adalah orang Indonesia yang menjadi warga negara sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas
kehendaknya sendiri. Sedangkan pengertian dari “orang-orang bangsa lain” yang dimaksud adalah orang-orang seperti peranakan Belanda, Tionghoa, dan Arab yang
bertempat tinggal di Indonesia, yang mengakui Indonesia sebagai tumpah darahnya dan sikap setia kepada negara Republik Indonesia.
5
Dalam UU No. 12 Tahun 2006 tidak menyebutkan warganegara keturunan yang dalam hal ini WNI suku Tionghoa, jadi dapat dipahami bahwa baik warga
negara suku Tionghoa maupun pribumi asli sudah sama-sama berstatus sebagai warga negara Indonesia WNI menurut undang-undang ini.
Dengan adanya ketentuan yang baru tersebut diharapkan tidak ada lagi pembedaan penamaan penduduk Indonesia atas golongan pribumi dan keturunan
yang dapat memicu konflik antar penduduk di Indonesia.
6
Di dalam Penjelasan Umum I Undang-Undang No. 12 Tahun 2006, guna untuk menenuhi tuntutan masyarakat dan melaksanakan amanat Undang-Undang
Dasar, Undang-Undang ini memperhatikan asas-asas kewarganegaraan umum atau universal, yaitu asas ius sanguinis, Ius soli dan campuran.
4
Ibid, hlm. 295
5
Ibid, hlm. 291
6
Ibid, hlm. 294
14
Adapun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang ini, sebagai berikut: 1.
Asas Ius Sanguinis law of the blood adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan
negara tempat kelahiran. 2.
Asas Ius Soli low of the soil secara terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
3. Asas Kewarganegaraan Tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang. 4.
Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang ini. Adapun dasar penyusunan Undang-Undang Kewarganegaan Indonesia
memiliki Asas-asas khusus diantaranya: 1.
Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang
bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri.
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa
pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. 3.
Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan
yang sama di dalam hukum dan pemerintahan. 4.
Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat
permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
15
5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam
segala hak ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin, dan gender.
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas
yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya
dan hak warga negara pada khususnya. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan mengakibatkan orang tersebut
memiliki pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Kewarganegaraan menghasilkan akibat hukum yaitu adanya hak dan kewajiban
warganegara, maupun negara yang bersifat timbal balik. Setiap hak-hak warganegara wajib dihormati, dilindungi, dan difasilitasi, serta dipenuhi oleh negara.
7
C. Hukum Agraria Nasional.