b. Keterangan Ahli
Selain saksi tersebut, Terdakwa dan Penasihat Hukumnya juga mengajukan 3tiga orang ahli yang memberikan pendapatnya dengan bersumpah
dipersidangan, yang pada pokoknya sebagai berikut :
1 Ahli Hasiholan Pasaribu, S.E.,MPKP
Menurut saksi Kepmendagri No.29 unit Pemegang Kas SKPD dia adalah secara fungsional bertanggungjawab ke BUD tidak bertanggung
jawab kepada Kepala SKPD karena ini adalah akuntasni yang menerima, menyimpan, mengeluarkan berdasarkan apa yang diajukan kepala SKPD
kepada Kepala Daerah melalui Bendahara Umum Daerah.
2 Ahli Prof Dr. Zudan Arif Fakrullah, S.H.,M.H
Ahli menjelaskan bahwa Kepmendagri No.29 Tahun 2002 itu induknya adalah di Undang-undang No.22 Tahun 1999, kekuasaan
pemerintahan itu banyak diserahkan kepada Pemerintah Daerah termasuk pengelolaan keuangan di dalam pengelolaan keuangan itu sudah
dilakukan desentralisasi, desentralisasi ada mengatur dan mengurus 2 dua aspek ini kemudian dijabarkan di dalam PP No.105 di mana dalam
PP itu kalau sudah desentralisasi itu delegasi diberikan penuh kepada daerah, kekuasaan penuh pengelolaan keuangannya jadi pengelolaan
keuangan sudah dilimpahkan kepada Kepala Daerah. Azas kontinuitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, prinsipnya
adalah pemerintahan tidak boleh berhenti dengan bergantinya pejabat dan pada saat serah terima jabatan ada Berita Acara Serah Terima
Universitas Sumatera Utara
Jabatan, dalam praktek selalu dimuat apa saja yang sudah dilakukan karena terkait anggaran, berapa yang sudah diambil dan dari pos mana,
itu biasanya yang dilakukan dalam praktek di Pemerintahan.
3 Ahli Dr. Mahmud Mulyadi, S.H.,M.H
Ahli adalah staf pengajar pada Fakultas Hukum USU, Pengajar Program Pascasarjana Ilmu Hukum USU, Ilmu Hukum UMU, Ilmu
Hukum UDA dan Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Batam, dan ahli di bidang hukum pidana.
Ahli menjelaskan di dalam hukum pidana ada dua azas legalitas yaitu Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Ketika ada dugaan
tindak pidana, unsur dalam setiap pasal harus ada pembuktian, dan harus ada peraturan perundang-undangan, tempus delicti, apakah
daluarsa, bisakah dipertanggungjawabkan secara objektif dan subjektif. Administrasi manajemen ada tupoksinya yang memerlukan wewenang,
bukan sembaranganan, jika tidak menjalankan tugasnya dan agar seseorang dihukum, yang dicari adalah di mana titik apinya titik
lobangnya, siapa yang berbuat dia yang bertanggungjawab. Pertanggungjawaban pidana, sejak mulai penyidikan sangat tergantung
dengan aturan yang mengatur, menurut ahli administrasi, ahli keuangan daerah, kalau tidak ada pertanggungjawaban disitu maka kemungkinan
besar ada perbuatan melawan hukum, sangat tergantung pada ahli yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Ahli juga mengatakan jika perbuatan hukum pidana itu terjadi, siapa yang berbuat dia yang bertanggungjawab didukung pembuktian hukum
pidana adalah satu saksi bukan saksisatu saksi bukan alat bukti Unus testis nulus testis
Ahli menjelaskana tentang delik formil harus sesuai Pasal 2 dan Pasal 3 dan potensi kerugian bisa dihitung dan harus jelas, sekian, tidak
boleh pakai asumsi, bukan sesuatu menghayal. Hukum pidana itu selalu terukur dan harus terukur, maka sejak proses penyidikan harus
mengakumulasi aspek-aspek lain diluar hukum pidana yang berkaitan dengan pelanggaran atau kejahatan.
c. Surat-Surat