PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KEGEMARAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS II SD SETIA BUDI TELUK BETUNG SELATAN BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

(1)

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KEGEMARAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA

SISWA KELAS II SD SETIA BUDI TELUK BETUNG SELATAN BANDARLAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Oleh

Magdalena Yuniarti

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitsa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik dengan tema kegemaran di SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandarlampung, Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pembelajaran tematik pada tema kegemaran di SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandarlampung melalui media gambar.

Penelitian ini dilaksanakan dengan model Penelitian Tindakan Kelas melalui siklus berdaur ulang. Setiap siklusnya terdiri atas : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) obsevasi, (4) refleksi.

Hasil penelitian pembelajaran tematik dengan tema kegemaran menggunakan media gambar menunjukan bahwa : (1) terdapat peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan II. Dari hasil penilitian siklus I dan II terjadi peningkatan aktivitas sebesar 19,15% dari 58,64% menjadi 77,79%, (2) kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung baik. Peningkatan kinerja guru dari siklus I ke siklus II sebesar 22,28% dari 61,81% menjadi 84,09% (3) hasil pembelajaran tematik menunjukan peningkatan dengan ketuntasan belajarnya sebesar 31,58 dari 52,63% menjadi 84,21%, pada siklus I siswa yang tuntas belajar baru 10 siswa 52,63% , pada siklus II meningkat menjadi 16 siswa 84,21% dengan katagori “ baik”.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar tabel ... .xii

Daftar digram ... .xiii

Daftar gambar ... xiv

Daftar lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ... 8

2.2.Pengertian Aktifitas Belajar ... 9

2.3 Pengertian Hasil Belajar ... 11

2.4 Pembelajaran Terpadu ... 14

2.4.1 Pengertian Pembelajaran Tepadu ... 14

2.4.2 Ciri-ciri pembelajaran Terpadu ... 15

2.4.3 Kelebihan Pembelajaran Terpadu ... 16

2.4.4 Kelemahan Pembelajaran Terpadu ... 16

2.5 Pembelajaran Tematik ... 18


(7)

2.5.4 Ciri Pembelajaran Tematik ... 24

2.5.5 Rambu-rambu Pembelajaran Tematik ... 24

2.5.6 Manfaat Pembelajaran Tematik ... 24

2.6 Pengertian Media Pembelajaran ... 25

2.6.1 Jenis-jenis Media Pembelajaran ... ... 25

2.6.2 Manfaat dan Fungsi Media ... . 26

2.7 Pengertan Media Gambar ... 27

2.7.1 Kelebihan Media Gambar ... 28

2.7.2 Kelemahan Media Gambar ... 29

2.7.3 Langkah-langkah Penerapan Media Gambar ... 30

2.8 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Sutting Penelitian ... 33

3.2.1 Waktu Penelitian ... 33

3.2.2 Tempat Penelitian ... 33

3.2.3 Subjek Penelitian ... 33

3.3 Tehnik dan Alat Pengumpulan Data ... 33

3.3.1 Tehnik Pengumpulan Data ... 33

3.3.2 Alat Pengumpulan Data ... 34

3.5 Rincian Persedur Penelitian ... 37


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Dikripsi Laporan Tindakan Siklus I ... 40

4.1.1 Perencanaan ... 40

4.1.2 Tindakan ... 41

4.1.3 observasi ... 44

4.1.4 Refleksi ... 48

5.1 Tahap Hasil Tindakan Siklua II ... .49

5.2 Hasil Observasi Tindakan Siklus II ... 52

5.3 Refleksi ... 56

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... .64

Daftar Pustaka ... 66


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data hasil penelitian kelas 2 SD Setia Budi Teluk

Betung Selatan Bandarlampung ... 3

1.2 Klasifikasi aktivitas belajar siswa dan kinerja guru ... 35

1.3 Klasifikasi hasil belajar siswa ... 37

4.1 Aktivitas siswa siklus I ... 45

4.2 Hasil observasi kinerja guru ... 46

4.3 Rekafitulasi nilai hasil belajar siswa siklus II ... 47

4.4 Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II ... 53

4.5 Hasi observasi kinerja guru siklus II ... 54

4.6 Rekapitulasi nilai hasil belajar siswa siklus II ... 55

4.7 Peningkatan aktivitas belajar siswa siklus II ... 57


(11)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Peningkatan aktivitas belajar siswa siklus I dan II ... 57 4.2 Peningkatan kinerja guru siklus I dan II ... 58 4.3 Ketuntasan belajar siswa siklus I dan II ... 59


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jaringan Tema ... 69

2. Pemetaan SK-KD ... 70

3. Silabus ... 71

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 72

5. Lembar Kerja Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 77

6. Lembar Kerja Siswa Mata Pelajaran IPS ... 79

7. Lembar Kerja Siswa Mata Pelajaran KTK ... 80

8. Kunci Jawaban ... 81

9. Rencana Pembelajaran Siklus II ... 82

10. Lembar kerja siswa siklus II Bahasa Indonesia ... 90

11. Lembar kerja siklus II mata pelajaran IPS ... 92

12. Lembar kerja siswa siklus II mata pelajaran KTK ... 93

13. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I Pertemuan I. ... 94

14. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II Pertemuan II ... 94


(13)

16. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II

Pertemuan II ... 96

17. Tabel hasil belajar siswa siklus I ... 97

18. Tabel hasil belajar siklus II ... 98

19. Tabel hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan I ... 99


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan dan perkembangan pendidikan terus mengalami perubahan, sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan mutu pendidikan pada semua tingkat perlu terus dilakukan sebagai antisipasi untuk kepentingan masa depan. Untuk mendukung pembangunan masa depan pendidikan diharapkan mampu mengembangkan potensi siswa sebagai peserta didik, sehingga peserta didik mampu menghadapinya. Pendidikan semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan masyarakat dan dunia kerja karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problem yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, saat ini maupun saat yang akan datang. Pembelajaran yang baik dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa, itu yang diharapkan dalam Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi dalam KKM tiap mata pelajaran berkisar 0-100% Kriteria idial ketuntasan untuk masing-masing indikator minimal 75%. Permendiknas no 20 Tahun 2007 Pasal 10 kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) adalah kriteria ketuntasan belajar ( KKM ) yang ditentukan satuan pendidikan. Selanjutnya untuk mencapai KKM mata pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum harus dikembangkan dalam


(15)

pembelajaranuntuk menumbuhkan percaya diri serta prilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang mendidik anak usia 6 – 12 tahun. Di SD kususnya kelas renda kelas I, II, dan III dituntut untuk mengajarkan beberapa mata pelajaran yang terangkum dalam satu tema yang dilenal dengan pembelajaran Tematik. Konsep pembelajaran tematik tercantum dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan ( KTSP ), yang dijelaskan bahwa pembelajaran tematik adalah pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang dilakukan di kelas II SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandarlampung pada pelaksanaan pembelajaran Tematik kurang memuaskan terlihat dari dokumen ketuntasan belajar baru tercapai 36,9 % ( 7 siswa ) terdiri dari 19 siswa dengan KKM 65 seperti tabel berikut


(16)

3

Tabel 1.1 Data hasil Evaluasi Pra penelitian Kelas II SD Setia Budi Teluk Betung Bandarlampung

Nilai Turus Jumlah / frekuensi Ketuntasan

95 II 1 Tuntas

90 I 1 Tuntas

80 I 1 Tuntas

75 II 1 Tuntas

70 II 1 Tuntas

65 III 2 Tuntas

60 III 4 Belum tuntas

55 III 4 Belum tuntas

50 II 4 Belum tuntas

Jumlah 19 19

Jumlah ketuntasan : 7 siswa 36,9% (tuntas)

Jumlah belum tuntas : 12 siswa 63,1% ( belum tuntas )

Dari data di atas terlihat jelas bahwa dari jumlah siswa 19 yang mencapai nilai KKM hanya 7 siswa (36,9%) sedang yang belum mencapai KKM 12 siswa (63,1%). Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan :

~ Perencanaan pembelajaran tematik belum dipersiapkan secara baik. ~ Pembelajaran yang cenderung membosankan.

~ Metode yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi. ~ Siswa kurang bervokus dalam pembelajaran tematik


(17)

~ Siswa kurang aktif cenderung pasif.

~ Kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru

~ Pemisahan mata pelajaran masih tampak jelas walaupun fokus pembelajaran diarahkan pada tema-tema

Sehubungan dengan permasalahan di atas, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar. Dengan harapan setelah menggunakan model pembelajaran ini membuat murid lebih tertarik.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan anak dalam pembelajaran tematik adalah dengan menggunakan media gambar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran temati kelas 2 SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandarlampung Tahun ajaran 2013 / 2014.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini rendahnya aktifitas belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Tematik kelas 2 SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandarlampung.

2. Rendahnya hasil belajar Pembelajaran Tematik di kelas 2 SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandarlampung.sehingga tidak mencapai KKM. 3. Perencanaan pembelajaran tematik belum dipersiapkan secara baik. 4. Pembelajaran yang cenderung membosankan .


(18)

5

6. Siswa kurang bervokus dalam pembelajaran tematik. 7. Siswa kurang aktif cenderung pasif.

8. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru. 9. Pemisahan mata pelajaran masih tampak jelas walaupun fokus pembelajaran diarahkan pada tema-tema.

1.3 Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang identifikasi masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1Bagaimanakahmeningkatkan aktivitas pembelajaran tematikdengan tema kegemaran melalui media gambar kelas II SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandarlampung ?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar membelajaran tematik dengan tema kegemaran melalui media gambar kelas II SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandalampung ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan aktivitas membelajaran tematik dengan tema kegemaran melalui media gambar kelas II SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandar lampung.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar membelajaran tematik dengan tema

kegemaran melalui media gambar kelas II SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandarlampung.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: A. Bagi siswa


(19)

1. Memberikan pengalaman baru terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik.

2. Memberi kontribusi terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik.

3. Siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar melalui pembelajaran tematik dalam rangka pengembangkat potensi diri yang lebih baik.

B. Bagi guru

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru tentang teknik mengajar melalui pembelajaran tematik.

2. Sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan profesional.

3. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri.

C. Bagi sekolah

1. Sebagai tolak ukur dalam peningkatan dan perbaikan mutu pembelajaran tematik di sekolah.

2. Mengembangkan penerapan pembelajaran tematik .

D. Bagi peneliti

1. Dapat menambah wawasan dan pengembangan untuk persiapan proses belajar mengajar melalui pembelajaran tematik.

2. Sekolah dan guru memiliki kemampuan untuk melakukan perbaikan kinerja secara profisional.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah kunci yang paling vital dalam pendidikan, sehingga tanpa belajar sesunggunya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan. Pada dasarnya belajar merupakan proses perubahan yang dimaksud adalah perubahan mental, psikis karena pengaruh interaksi sosial.

Pendapat ini sejalan dengan apa yang disimpulkan oleh Ahmad Mudzakir (1997:34) bahwa belajar adalah suatu usaha kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup penambahan tingkahlaku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan

dansebagainya.

Menurut Natawijaya (1997:1) dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman terorganisir.


(21)

Menurut peneliti, belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan berdasarkan pengalaman dan latihan yang terus menerus sepanjang hidup.

2.2 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Menurut Sardiman Aktivitas belajar adalah yang bersifat fisikemaupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Ini sejalan dengan pendapat Rohani ( 2004 : 6 ) juga mengemukakan bahwa belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas fisik maupun psikis.

Aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu bermain, atau bekerja ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Dan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses yaitu prses belajarsesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolahbahan belajaratau pengalaman lain ( Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 236-238 )

Menurut Poerwadarminto( dalam Sugihharto 2011 : 102 ) aktivitas adalah Kegiatan atau kesibukan.Nasution (dalam Sugihharto 2011 : 102) mengemukakan aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohanidan kedua-duanya harus dihubungkan.

Menurut Hamalik ( 2011: 90-91 ) kegiatan aktivitas belajar dibagi menjadi 8 kelompok sebagai berikut:

a. Kegiatan vitsusl : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksprimen, demontrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau


(22)

9

bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan : menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan , memberi saran, mengemukakan pendapat,berwawancara, berdiskusi.

c.Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, atau berdiskusikelompok, mendengarkan suatu permainaninstrukmen musik, mendengarkan radio.

d. Kegiatan kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa laporan, memeriksa karangan, membuat skesta, atau membuat

rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan menggambar: menggambar grafik, diagram, peta

f. Kegiatan-kegiata matrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan peran, membuat model, menyelenggarakanpermainan (simulasi), menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiata mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalesis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h.Kegiata-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang. Berdasarkan uraian di atas peneliti simpulkanbahwa aktivitas belajar adalah interaksi guru dan siswa atau siswa dan siswa untuk melakukan kegiatan tertentu hingga tujuan yang diharapkan tercapai.


(23)

2.3 Pengerian Hasil Belajar

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, hasil belajar memegang peranan penting. Dimana hasil belajar merupakan gambaran keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Hudoyo, 1975:28) bahwa hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan.

Menurut Hamalik ( 2006 : 30 ) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misal dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut peneliti, hasil balajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai seseorang dari proses belajar yang dilakukan sehingga menjadi tahu dan membentuk kepribadian seseorang.

(Menurut sardiman, 2008 : 108 )Faktor yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar dibedakan menjadi dua katogeri yaitu:

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisikologis dan psikologis.


(24)

11

a. Faktor fisikologis

Faktor-faktor fisikologis ini mencangkup faktor matrial pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi indifidual subjek didik.

b. Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah kegiatan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi, minat, sikap dan bakat.

2. Faktor eksteral

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksentral juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor eksentral yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi duagolongan, yaitu faktor lingkunga sosial dan faktor lingkungan non sosial.

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, dan teman-teman sekelasdapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa( Sardiman, 2008 : 108 ). a.1 Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.


(25)

b.2 Lingkunga sosial keluarga

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar, ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga ( letak rumah ), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.

b. Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial yaitu: b.1 Lingkunga alamiah

Lingkungan alamiah meliputi kondisi udara segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar mata yang tidak selalu silau/kuatatau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang

b.2 Faktor Instrumental

Perangkat instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama hardware, seperti : gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah ragadan lain sebagainya. Kedua

software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebagainya.

b.3 Faktor materi pelajaran

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu , agar guru dapat memberikan kontribusi


(26)

13

yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

2. 4 Pembelajaran Terpadu

2.4.1 Pengertian pembelajaran terpadu

Menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses

pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan

ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan

dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran

terpadu dan IPA terpadu . Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu

merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang

studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat

memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti

bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak

akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari

dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan

konsep lain yang sudah mereka pahami.

Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/

pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak

didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema

tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses

pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pembelajaran dengan menggunakan


(27)

pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum

dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan

kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut

terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang

melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat

kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu

mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung,

pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar

kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).

2.4. Ciri-Ciri Pembelajaran Terpadu

Ciri-ciri pembelajaran terpadu menurut Prabowo,( 2000 : 3 )

1. berpusat pada anak (student centered),

2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung. 3. Pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas

4. Pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran.

5.Mempunyai sifat luwes.

6. Pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.


(28)

15

2.4.3 Kelebihan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan (Depdikbud, 1996) sebagai

berikut :

1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat

perkembangannya.

2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

3. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan

lama.

4. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran

terpadu.

5. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan

anak.

6. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran

terpadu.

Ketrampilan sosial ini antara lain adalah : kerja sama, komunikasi, dan

mau mendengarkan pendapat orang lain

2.4.4 Kelemahan Pembelajaran Terpadu

1. Aspek Guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan


(29)

dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.

2. Aspek peserta didik

Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.

3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi

yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.

4.Aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

5. Aspek penilaian

Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.


(30)

17

6. Suasana pembelajaran

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan „tenggelam‟nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri. ( Rudi Unesa )

2.5 Pembelajaran Tematik 2.5.1 Pengertian pembelajaran

Menurut Komalasari (2011 : 3) pembelajaran dapat di definisikan sebagai

suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang

direncanakan atau didesain,dilaksanakan ,dan dievakuasi secara

sistematis agar subjek/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran secara efektif dan efisien.

Secara umum pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan di

dalam ruangan atau kelas dengan melibatkan antara guru dan murid untuk

mencapai suatu tujuan yang telah di tetapkan .Pembelajaran merupakan

usaha sadaryang di rencanakan dan dilaksanakan secara

berkesinambungan baik dari materi pembelajaran maupun jenjang

pendidikan.

Menurut Suherman dkk ( 2007 : 3 ) menjelaskan bahwa pembelajaran

adalah proses yang di lakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan


(31)

Berdasarkan uraian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran

adalah proses yang direncanakan oleh pengajar menggunakan prosedur

dan metode agar dalam kegiatan belajar terjadi proses perubahan perilaku

secara komprehensif serta memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan

belajar aktif untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

2.5.2 Pengertian Pembelajaran Tematik

Sesuai dengan tahap perkembangan anak ,karakteristik cara anak belajar,

konsep balajar dan pembelajaran bermakna ,maka kegiatan pembelajaran

bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran

Tematik. Pengertian Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu

yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema

adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok

pembicaraan.

Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pembelajaran. Batasan waktu dan

cakupan materi kegiatan siswa di sekolah didasarkan pada tema yang

dikembangkan, bukan di dasarkan pada mata pelajaran ( Permendiknas

No 22.th.2006 ).

Peserta didik yang berada di sekolah dasar kelas I,II,III berada pada

rentangan usia dini. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat


(32)

19

hubungan antara konsep sederhana. Proses pembelajaran masih

bergantung pada objek-objek konkret dan pengalaman yang di alami

secara langsung.

Sesuai dengan tahap perkembangan anak maka kegiatan pembelajaran

bagi anak kelas I,II,dan III, sebaiknya di lakukan dengan pembelajaran

tematik. Tema merupakan pokok pikiran atau gagasan pokok yang

menjadi pokok pembicaraan . Tema tersebut diharapkan dapat

memberikan banyak keuntungan diantaranya : (1) siswa mudah

memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu ; (2) siswa mampu

mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar

antara mata pelajaran dalam tema yang sama ; (3) pemahaman terhadap

materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) kompetensi dasar

dapat di kembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain

dengan pengalaman pribadi siswa; (5) siswa mampu lebih merasakan

manfaat dan makna belajar karena materi di sajikan dalam konteks tema

yang jelas; (6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi

dalam situasi nyata,untuk mengemangkan suatu kemampuan dalam satu

mata pelajaran sekaligus mempelajari pelajaran lain;dan (7) guru dapat

menghemat waktu karena mata pelajaran yang di sajikan secara tematik

dapat di persiapkan sekaligus dan di berikan dalam dua atau tiga

pertemuan ,waktu selebihnya dapat di gunakan untuk kegiatan remedial

,pemantapan,atau pengayaan.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik menurut Kunandar (2007 : 315 ) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu :


(33)

1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. 2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4. Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan

persoalan yang dihadapi.

5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

6. Memiliki sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Selain memiliki kelebihan pembelajaran tematik juga memilki kelemahan, adapun kelemahan pembelajaran tematik terjadi jika dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran.

2.5.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran moderen yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran temati dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada suatu yang nyata ( konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebihabstrak.


(34)

21

c. Pemisahan pembelajaran tidak begitu jelas

Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep berbagai mata pelajaran

pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalahyang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersiat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

f. Hasil membelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

2.5.4 Ciri Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki ciri khas tersendiri. Antara lain : (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat pengembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2)


(35)

kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari dari minat dan kebutuhan siswa; (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; (4) membantu ketrampilan berfikir siswa ; (5) menyajikan kegiatan belajar yang besifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik dilingkungannya; (6) mengembangkan ketrampilan siswa seperti kerja sama , toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain ( KTSP 2006 ).

Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator, serta isi dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan kerena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubunga bermakna, sebab isi atau materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir ( Kunandar 2007: 337 ).

Sehubungan dengan hal di atas, pembeljaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar lebih bermakna dan utuh. Strategi pembelajaran tematiklebh mengutamakan pengalaman belajar siswa, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Penanaman konsep atau pengetahuan dan ketrampilan pada siswa tidak harus memberikan latihan menghafal berulang-ulang ,melainkan siswa belajarmelalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang sudah dipahami.


(36)

23

2.5.5 Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki rambu-rambu sebagai berikut: (1) tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan ; (2) dimungkinkan terjadinya penggabungan kompetensi dasar lintas semester ; (3) kopetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri ; (4) kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri ; (5) Kegiata pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, minat, lingkungan, dan daerah setempat ( KTSP 2006 ).

2.5.6 Manfaat Pembelajaran Tematik

Dengan pelaksanaan pembelajaran denga memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadipenghematan, karena tumpang tindih matri dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubunga- hubungan yang bermakna sebab isi /materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah, 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

2.6 Pengertian Media Pembelajaran

Pengertian media pembelajaran menurut (Zainal Aqib : 50). 1. Media : Perantara, pengantar.


(37)

2.Media pembelajaran: Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada pembelajaran. 3. Makna media pembelajaran lebih luas dari alat peraga, alat bantu mengajar, media audio vitsual.

Media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Nana Sudjana, 1982:2 dalam Arsyad 2000:3).

2.6.1 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak jenisnya dan macamnya, dari yang murah sampai yang mahal dan yang sederhana hinggga yang canggih. Media pembelajaran bisa diambil dari lingkungan sekolah ( nyata) atau dapat dibuat guru.

Sementara itu Sehram (dalam Ahmad Sudrajat 2008) menggolongkan media menjadi dua golongan yaitu media besar (media besar mahal dan kompleks misalnya: Film, TV, Video, LCD) dan media kecil (media sederhana dan murah misalnya: Slide, Audio, Transparansi, dan teks).

Berdasarkan jenisnya, media dapat dibedakan atas (1) Media audiktif, (2) Media visual, (3) Media audiovisual. Media audiktif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, misalnya: tape recorder dan radio. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra


(38)

25

penglihatan, misalnya: gambar, foto serta benda nyata yang tidak bersuara. Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar, misalnya: telivisi, video, film atau demonstrasi langsung.

Media audiovisual dapat dibedakan menjadi audiovisual diam dan audiovisual gerak. Audiovisual diam adalah media yang menampilkan suara dan gambar diam ( tidak bergerak ), misalnya: film bingkai suara sound system, film rangkai suara dan cetak suara. Audiovisual gerak adalah media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, misalnya:

film suara dan video kaset. 2.6.2 Manfaat dan Fungsi Media

Secara umum, manfaat media dalam proses belajar pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaranakan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton ( dalam Depdiknas, 2006 ) mengedentifikasikan beberapa media dalam pembelajaran yaitu:

a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. c. Proses membelajaran menjadi lebih interaktif.

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

g. Media dapat menumbuhkan sikap positif terhadap materi dan proses belajar.

Fungsi media pembelajaran antara lain:


(39)

b. Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Mendorong motifasi belajar.

d. Menambah variasi dan penyajian materi.

e. Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan. f. Mudah diserna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan. 2.7 Pengertian Media Gambar

Media gambar lebih umum dipakai di antara berbagai macam media pembelajaran. Media gambar merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Media gambar sangat penting digunakan dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik, sehingga dengan menggunakan media gambar peserta didik dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan pelajaran.

Pepatah Cina yang mengatakan bahwa ”Sebelum gambar berbicara banyak dari pada seribu kata”, karena gambar, pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan setiap peserta didik.

Pengertian media gambar dalam kamus besar Bahasa Indonesia ( 2001: 329 ) gambar adalah tiruan binatang, tumbuhan, dan sebagainya.

Pemilihan media gambar sebagai media pembelajaran terutama untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan tingkat sekolah dasar sangat besar manfaatnya. Hal ini dikarenakan pada usia ini anak masih berada pada tahap berpikir konkret dan belum mampu berpikir abstrak. Oleh karenat itu media gambar yang disajikan hendaknya mampu


(40)

27

melukiskan situasi yang dimaksudkan, komposisi gambar dan ukuran objek jelas, memperlihatkan aktivitas tertentu, menarik, dan memiliki nilai seni sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penggunaan media gambar sangatlah membantu siswa dalam memahami konsep tertentu yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa.

2.7.1 Kelebihan Media Gambar

Beberapa kelebihan media gambar ( menurut Yustina 2011: 17) yaitu: (1) Sifat konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan perbal semata, (2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu,tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut, (3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Misalnya, sel atau penampang daun yang tidak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar, (4) Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman, (5) Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

2.7.2 Kelemahan Media Gambar

Beberapa kelemahan media gambar ( Yustina 2011:17) yaitu: (1) Gambar hanya menekankan persepsi indara mata, (2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, (3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.


(41)

Selain itu, ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yaitu: (1) Autentik, gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti jika seseorang sedang melihat benda sebenarnya, (2) Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar, (3) Ukuran relatif, gambar yang membesarkan atau memperkecil objek benda sebenarnya. Hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapat membantunya membayangkan gambar, (4) Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam, tetapi memperlihatkan aktifitas tertentu. (5) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran walaupun dari segi mutu kurang.

2.7.3 Langkah-langkah Penerapan Media Gambar

Sebelum KBM dilakukan guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan diantara guru dan siswa sebelum kegiatan KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan akan membuat siswa bermotivasi untuk betah belajar di sekolah.

Adapun langkah-langkah penerapan media gambar adalah menurut peneliti adalah :


(42)

29

1. Siswa di bagi menjadi empat kelompok.

2 Guru menyiapkan media gambar melalui tayangan LCD. 3. Guru menunjukan gambar melalui tayangan LCD.

4. Guru menerangkan berkaitan dengan tayangan gambar dan materi pembelajaran.

5. Masing – masing siswa mencermati gambar.

6. guru membagi lembar kerja pada masing-masing kelompok. 7. Masing-masing anggota kelompok mengerjakan lembar LKS. 8. Masing-masing kelompok mengumpulkan lembar LKS. 2.8 Hipotesis

Apabila pembelajaran tematik dengan media gambar pada tema kegemaran di kelas II SD Setia Budi Teluk Betung Selatan Bandar lampung dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lajim dikenal dengan classroom action research Wardani, dkk., ( 2007: .1.3 ) pengemukakan penelitian tindakan kelas ( PTK ) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pelajaran. Menurut Hopkins ( dalam Arikunto, dkk, 2006:58 ) daur ulang penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), mengobservasi tindakan (observing) dan melakukan refleksi (reflection) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan pelaksanaan dua siklus, tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yakni: perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi. Pada akhir kegiatan diadakan tes formatif. Siklus penelitian ini digambarkan sebagai berikut :


(44)

31

Gambar I. Alur siklus PTK. Adaptasi dari Arikunto (2004: 16)

Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Refleksi I Pelaksanaan I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pelaksaan II

Refleksi II

Pengamatan II

Dan seterusnya


(45)

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan di bulan Juli sampai bulan

September 2013, sebab diperkirakan pada bulan-bulan tersebut peneliti menjalani tugas akhir Penilitian Tindakan Kelas (PTK) 3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas II SD Setia Budi Teluk Betung

Selatan Bandarlampung Tahun 2013. Pemilihan tempat ini adalah berdasarkan sebagai tempat tugas peneliti. Selain itu juga untuk efesien

waktu dan biaya peneliti. 3.2.3 Subjek Penelitian

Sabjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II dengan jumlah siswa 19 terdiri dari 11 laki-laki dan 8 perempuan

3.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan tehnik-tehnik pengumpulan data, test dan non test melelui berbagai aspek. Aspek yang diukur yaitu:

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif, bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa, yang diperoleh dari nilai pada siklus 1 dan II


(46)

33

2. Data Kualitatip

Data kualitatif diperoleh melalui observasi. Pengelolaan data yang dilakukan terhadap lembar obserfasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru

3.3.2 Alat Pengumpulan Data

1. Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan kinerja guru menggunakan media gambar

dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Soal-soal tes formatif digunakan untuk pengumpulan data yang berupa nilai-nilai siswa setelah menggunakan media gambar guna mengetahui hasil belajar siswa.

3.4 Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

3.4.1 Data kualitatif

Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan perkembangan suatu data dengan tidak memerlukan

statistik. Analisis data tersebut menunjukan proses dengan memberikan pemaknaan secara kontektual dan mendalam sesuai dengan

permasalahan penelitian, yaitu tentang aktivitas belajar siswa dan kinerja guru yang bersumber dari observasi.


(47)

Persentase aktivitas siswa dan kinerja guru diperoleh rumus berikut ini : NP =

Keterangan :

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum yang diharapkan 100 = Bilangan tetap

Adopsi dari Purwanto (2008: 102).

Tabel 1.2 Klasifikasi Aktivitas Belajar Siswa dan Kinerja Guru

Persentase Keterangan

86% - 100% 71% - 85% 56% - 70% 41% - 55% 26% - 40%

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang

Adaptasi dari Arikunto (2007: 17) 3.4.2 Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendiskripsikan kemampuan belajar siswa yang erat hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Untuk menghitung prosentase ketuntasa belajar siswa secara

individu digunakan rumus sebagai berikut di bawah ini : S = x 100


(48)

35

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor yang dijawab benar N = Nilai maksimum

100 = Bilangan tetap

( Sumber Purwanto, 2008: 112 ).

Untuk menghitung nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus berikut :

=

Keterangan :

= Nilai rata-rata yang dicari ∑x = Jumlah nilai

N = Banyak siswa (Adopsi Muncarno, 2010; 15) Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut :


(49)

Tabel1.3 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa

No Tingkat keberhasilan Keterangan

1 80 Baik Sekali

2 66 - 81 Baik

3 56 - 66 Cukup

4 41 - 56 Kurang

5 41 Gagal

( Sumber : Arikunto dalam Suherman, 2008 ; 30) 3.5 Rincian Prosedur Penelian

Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah- langkah sebagai berikut:

SIKLUS I

1. Tahap Perencanaan ( Planning )

a. Bersama dengan observer membuat jadwal perencanaan tindakan untuk

menentukan tema dan sub tema pokok yang akan diajarkan. b. Mempersiapkan kelengkapan yang digunakan dalam proses pembelajaran

seperti jaringan tema, pemetaan SK-KD, silabus, Rencana pelaksanaan Pembelajaran

c. Merancang model pembelajaran klasikal.

d. Mempersiakan media pembelajaran melalui media gambar.

e. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa,pedoman observasi siswa dan guru, tes akhir.


(50)

37

2. Tahap Pelaksanaan ( Action )

a. Peneliti melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan. b. Peneliti menerapkan model pembelajaran klasikal.

c. Peneliti melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan.

d. Peneliti memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang yang dilaksanakan.

e. Peneliti mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.

3. Tahap Mengamati ( observasi )

a. Peneliti melakukan diskusi dengan observer ( guru pendamping atau teman sejawat ) dan kepala sekolah untuk rencana observasi.

b. Observer mengamati kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media gambar.

c. Peneliti melakukan pengamatan terhadapkegiatan belajar siswa. d. Obsever mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat belajar.

e. Melakukan diskusi dendan guru pendamping atau rekan sejawat untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan –

kekurangan pada penerapan pembelajaran dengan media gambar dan memberikan perbaikan untuk pelajaran berikutnya.


(51)

4. Tahap Refleksi ( Reflection )

a. Menganalesis temuan saat melakukan observasi.

b. Menganalesis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media pembelajaran menggunakan media gambar.

c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

3.6 Indikator Keberhasilan

1. Adanya peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru pada setiap siklusnya.

2. Pada akhir penelitian secara klasikal nilai ketuntasan belajar siswa ≥ 83,68% dari 19 siswa dengan KKM 65.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.1.1 aktivitas siswa

Berdasarkan hasil penelitian aktivitas belajar siklus II dari 5 aspek yang diamati mengalami peningkatan. Ke lima aspek itu antara lain :

~ Perhatian terhadap penjelasan guru mencapai 78,41% katagori baik. ~ Berdiskusi kelompok 75,78% katagori baik .

~ Mengerjakan tugas 82,66 katagori baik sekali. ~ Memberikan tanggapan 76,84 % katagori baik. ~ Menggunakan alat peraga 75,26% katagori baik.

Dari keseluruhan persentase aktivitas siswa rata-rata 77,79% dengan katagori baik.

5.1.2 Kinerja guru

Berdasarkan hasil penelitian kinerja guru siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu persentase kinerja guru silkus I 61,81% menjadi 84,09% pada siklus II, dan terjadi peningkatan 22,28%


(53)

5.1.3 Hasil belajar

Dari setiap siklus yang dilaksanakan , diketahui siswa memiliki kemampuan yang signifikan terhadap proses dan hasil belajar baik secara individu maupun kelompok dengan membandingkan tes sebelum dan sesudah menggunakan media gambar dalam pembelajaran tematik dengan tema kegemaran. Berdasarkan analisis data hasil belajar pada siklus I dan pada akhir siklus II menunjukan adanya kemajuan perbaikan hasil tes yaitu meningkatkan perolehan hasil belajar siswa setiap tes dilakukan. Rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 68,42 meningkat menjadi84,21 pada skhir siklus II, dan pada siklus I sebanyak 10 orang siswa atau 52,63 telah berhasil mencapai keriteria ketuntasan minimal dan pada siklus II meningkat menjadi 16 orang siswa atau 84,21% dari 19 orang siswa, hanya 3 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal.

5.2 Saran

Beberapa saran dalam pembelajaran melalui media gambar dalam pembelajaran tematik dengan tema kegemaran untuk perbaikan di masa mendatang sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Dalam penyusunan RPP guru yang menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini, untuk selanjutnya dapat menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran di kelas. b. Pembelajaran tematik dengan media gambar lebih efektif, guru harus mempersiapkan dan memperhatikan bahan ajar, metode, sarana dan pasarana serta kondisi siswa, agar siswa dapat terlibat ke dalam proses


(54)

64

pembelajaran dan dapat menciptakan suasana kelas yang kondustif.

C Guru hendaknya selalu mencoba kemampuannya dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang efektif dengan bermacam-macam variasi gaya mengajar yang lebih baik .

2. Bagi Sekolah

Adanya keperdulian kepala sekolah dan guru untuk bersama-sama satu tujuan dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam meningkatkan kualitas pendidik dengan mencari media-media yang sesuai untuk diberikan dalam proses pembelajaran


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno. 1997. Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK.

Yrma Widya. Bandung.

Bloom. 1981. Evaluationin Education. Allynand Bacon. New York.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994/1995. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar. DirjenDikdasmen. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hambalik Oesman. 2001. Proses Belajar Mengajar. Balai Pustaka. Jakarta. Hambalik Oesman. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bumi Angkasa. Bandung. Komalasari. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung .

Kusnandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Kusnandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pres. Jakarta.

Muncarno. 2010. Ajar Statistik Pendidikan. Bahan Ajar. Metro.

Natawijaya, Rachman. 1997. “ Konsep Dasar Penelitian Tindakan ( Action

Research ) “. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. IKIP Bandung.

Ngalim, Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip Tehnik dan Evaluasi Pengajaran.

Remaja Rosdakarya. Bandung.


(56)

Wikimedia, ensekklopedia bebas.

Prabowo. 1984. Pengertia Pembelajaran Terpadu. Di akses 4 Juli 2013 pada 07.05 dari anwarholil.blogspot.com 2008/04/pengertian-pembelajaran- terpadu-html

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 1991 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka Jakarta

.Rohani. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Rudi Unesa. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu. Di akses 4 Juli 2013.pada 07.44. dari rudi-unesa-blogspot.com/204/01/kekuatan- dan-kelemahan-pembelajaran.htlm

Sardiman. 2008. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiharto.2011. Pengertian AktivitasBelajar. Bumi Aksara. Jakarta. Sujana Nana. 2006. Penelitian Hasil Proses Pelajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suherman.,dkk. 2001. Strategi Pembelajaran. UPI-JIKA. Bandung.

Wardani. IGAK dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta. Yustina Supartini. Sekripsi PTK Peningkatan Kemampuan Pembaca Permulaan. 2011. UNILA. Lampung


(1)

38

4. Tahap Refleksi ( Reflection )

a. Menganalesis temuan saat melakukan observasi.

b. Menganalesis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media pembelajaran menggunakan media gambar.

c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

3.6 Indikator Keberhasilan

1. Adanya peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru pada setiap siklusnya.

2. Pada akhir penelitian secara klasikal nilai ketuntasan belajar siswa ≥ 83,68% dari 19 siswa dengan KKM 65.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.1.1 aktivitas siswa

Berdasarkan hasil penelitian aktivitas belajar siklus II dari 5 aspek yang diamati mengalami peningkatan. Ke lima aspek itu antara lain :

~ Perhatian terhadap penjelasan guru mencapai 78,41% katagori baik. ~ Berdiskusi kelompok 75,78% katagori baik .

~ Mengerjakan tugas 82,66 katagori baik sekali. ~ Memberikan tanggapan 76,84 % katagori baik. ~ Menggunakan alat peraga 75,26% katagori baik.

Dari keseluruhan persentase aktivitas siswa rata-rata 77,79% dengan katagori baik.

5.1.2 Kinerja guru

Berdasarkan hasil penelitian kinerja guru siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu persentase kinerja guru silkus I 61,81% menjadi 84,09% pada siklus II, dan terjadi peningkatan 22,28%


(3)

63

5.1.3 Hasil belajar

Dari setiap siklus yang dilaksanakan , diketahui siswa memiliki kemampuan yang signifikan terhadap proses dan hasil belajar baik secara individu maupun kelompok dengan membandingkan tes sebelum dan sesudah menggunakan media gambar dalam pembelajaran tematik dengan tema kegemaran. Berdasarkan analisis data hasil belajar pada siklus I dan pada akhir siklus II menunjukan adanya kemajuan perbaikan hasil tes yaitu meningkatkan perolehan hasil belajar siswa setiap tes dilakukan. Rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 68,42 meningkat menjadi84,21 pada skhir siklus II, dan pada siklus I sebanyak 10 orang siswa atau 52,63 telah berhasil mencapai keriteria ketuntasan minimal dan pada siklus II meningkat menjadi 16 orang siswa atau 84,21% dari 19 orang siswa, hanya 3 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal.

5.2 Saran

Beberapa saran dalam pembelajaran melalui media gambar dalam pembelajaran tematik dengan tema kegemaran untuk perbaikan di masa mendatang sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Dalam penyusunan RPP guru yang menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini, untuk selanjutnya dapat menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran di kelas. b. Pembelajaran tematik dengan media gambar lebih efektif, guru harus mempersiapkan dan memperhatikan bahan ajar, metode, sarana dan pasarana serta kondisi siswa, agar siswa dapat terlibat ke dalam proses


(4)

64

pembelajaran dan dapat menciptakan suasana kelas yang kondustif.

C Guru hendaknya selalu mencoba kemampuannya dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang efektif dengan bermacam-macam variasi gaya mengajar yang lebih baik .

2. Bagi Sekolah

Adanya keperdulian kepala sekolah dan guru untuk bersama-sama satu tujuan dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam meningkatkan kualitas pendidik dengan mencari media-media yang sesuai untuk diberikan dalam proses pembelajaran


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno. 1997. Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK.

Yrma Widya. Bandung.

Bloom. 1981. Evaluationin Education. Allynand Bacon. New York.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994/1995. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar. DirjenDikdasmen. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hambalik Oesman. 2001. Proses Belajar Mengajar. Balai Pustaka. Jakarta. Hambalik Oesman. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bumi Angkasa. Bandung. Komalasari. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung .

Kusnandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Kusnandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pres. Jakarta.

Muncarno. 2010. Ajar Statistik Pendidikan. Bahan Ajar. Metro.

Natawijaya, Rachman. 1997. “ Konsep Dasar Penelitian Tindakan ( Action

Research ) “. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. IKIP Bandung. Ngalim, Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip Tehnik dan Evaluasi Pengajaran.

Remaja Rosdakarya. Bandung.


(6)

Wikimedia, ensekklopedia bebas.

Prabowo. 1984. Pengertia Pembelajaran Terpadu. Di akses 4 Juli 2013 pada 07.05 dari anwarholil.blogspot.com 2008/04/pengertian-pembelajaran- terpadu-html

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 1991 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka Jakarta

.Rohani. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Rudi Unesa. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu. Di akses 4 Juli 2013.pada 07.44. dari rudi-unesa-blogspot.com/204/01/kekuatan- dan-kelemahan-pembelajaran.htlm

Sardiman. 2008. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiharto.2011. Pengertian AktivitasBelajar. Bumi Aksara. Jakarta. Sujana Nana. 2006. Penelitian Hasil Proses Pelajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suherman.,dkk. 2001. Strategi Pembelajaran. UPI-JIKA. Bandung.

Wardani. IGAK dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta. Yustina Supartini. Sekripsi PTK Peningkatan Kemampuan Pembaca Permulaan. 2011. UNILA. Lampung


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA GAMBAR TEMA KEGEMARAN PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI KELAS III SD KRISTEN 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 60

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS II SD NEGERI 2 BERINGIN RAYA BANDAR LAMPUNG

0 23 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN 3 TALANG TELUK BETUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA LINGKUNGAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I WAY KANDIS BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

1 18 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PERMAINAN BAHASA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I B SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GULAK GALIK TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 39

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 02 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 83

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA LINGKUNGAN MELALUI METODE BERMAIN KARTU SISWA KELAS I A SD XAVERIUS I TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KELUARGA MELALUAI MEDIA REALIA SISWA KELAS IA SD XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 17 56

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN 3 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 70