PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KELUARGA MELALUAI MEDIA REALIA SISWA KELAS IA SD XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KELUARGA MELALUAI MEDIA REALIA

SISWA KELAS IA SD XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

MargarethaWarsiyah

Penelitianinidilatarbelakangiolehmasalah (1) rendahnyaaktivitasbelajarsiswa, (2) rendahnyahasilbelajarsiswa.Olehkarenaitupenelitianinibertujuanuntuk : (1) meningkatkanaktivitasbelajarsiswamelaluipenggunaan media pembelajaran media realia , (2) meningkatkanhasilbelajarsiswamelaluipenggunaan media pembelajaran media realia.

MetodepenelitianinimenggunakanPenelitianTindakanKelas yang dilakukandalam 4 langkahkegiatan yang meliputikegiatanperencanaan, melakukantindakan, observasi, danrefleksi.Instrumen yang digunakanadalahperangkattes,

lembarobservasi, dancatatanlapangan yang

digunakanuntukmengamatiaktivitassiswadankinerja guru.

Berdasarkanhasilanalisisdaripenelitianinidiperoleh data bahwa: (1) terdapatpeningkatanaktivitassiswadilihatdarihasilperbandinganpengamatandarisikl us I dansiklus II, darihasilobservasiaktivitassiswapadasiklus I 67,14%dansiklusII82,62%terjadipeningkatanaktivitassebesar 15,48 % (2) kinerja guru dalampelaksanaanpembelajaranmatematikamelaluipenggunaan media pembelajaran media realiadapatberjalanbaik. Peningkatankinerja guru darisiklus I kesiklus II darihasilkinerja guru siklusI74,38 dansiklus II 81,46 terjadipeningkatan 7,08(3) hasilbelajarmatematikasiswasecaraklasikalmelaluipenggunaan media realiamenunjukanpeningkatan yang cukupberartidenganhasilbelajarsiklus I 78,41 dansiklus II 84.77terjadipeningkatanhasilbelajarsebesar 6,13Dengandemikianpembelajarandenganmenggunakan media

realiadapatdijadikansalahsatu alternative

dalampembelajaranuntukmeningkatanaktivitasdanhasilbelajar. Kata kunciAktivitas,hasilbelajar, media realia.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LatarBelakangMasalah

Undang-undang No 20 tahun 203 pasal 1 ayat 1 tentang pendidikan menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembeljaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan., pengendalian diri , kepribadian, keceerdasan, akhlak, mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.Dasar Pendidikan Nasional termuat dalam pasal 2 yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Guna mewujudkan tujuan pendidikan Nasional yang termuat dalam Undang – Undang No 20 tahun 2003 diperlukan suatu pembelajara bagi siswa dan guru yang mengacu pada kurikulum. Dimana kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP) yang mengelompokan pembelajaran pada kelas ! sampai kelas 3 menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan tematik merupakan sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam sesuatu, dimana anak pada usia 6-8 tahun


(3)

masih dalam pertumbuhan yang belum bisa mengkotakkotak pelajaran , untuk itu digunakan model pembelajaran tematik. Dimana modelpembelajaran itu memadukan satu tema yang sama sehingga anak bukan mempelajari satu pelajaran saja tetapi dengan satu tema anak sudah mempelajari semua mata pelajaran di sekolah dasa.

Mengingat begitu pentingnya tahapan pembelajaran pada masa perkembangan anak tanpa mengesampingkan tujuan dari pembelajaran itu sendiri, maka guru harus benar-benar mengerti dan paham tentang pembelajaran tematik, meemahami cara menerapkannya, mengerti konsepnya, dan mamapu mengaplikasikannya agar tidak terjadi kekeliruan sehingga berpengaruh dalam hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, secara umum pembelajaran di SD kelas I Xaverius 3 Bandar Lampung belum dilaksanakan secara optimal. Pada pembelajaran berhitung tentang pengurangan guru hanya menulis di papan tulis dan menggunkan 10 jari tangan, 2) Suasana kelas kurang kondisif terlihat adanya siswa sering bermain sendiri ketika pembelajaran berlansung.PEmbelajaran juga kurang melibatkan siswa, hanya berlangsung satu arah guru mengajar sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru, Guru juga tidak menggunakan alat peraga pembelajaran. Pembelajaran seperti terkesan tidak kondusif dan kurang menyenangkan dan berakibat pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada tema keluarga.


(4)

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada tema keluarga salah satunya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelaran sehingga mengakibatkan rendahnya rendahnya hasil belajar, dan siswa menjadi malas.Upaya yang dilakukan guru sebagai guru sebagai tenaga pendidik sebaiknya menciptakan suasana pembelajaran di kelas yang mampu membuat peserta didik lebih aktif sehingga meningkatkan hasil belajar mereka. Hasil belajar siswa tema keluarga kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung belum memuaskan,hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 belum mencapai ketuntasan belajaran secara klasikal karena dari 42 orang keseluruhan siswa baru 27 orang yang mencapai KKm yang ditentukan sekolah 7,4. Ini berate hanya 64,29% yang tuntas belajar, Sedangkan 15 orang siswa atau 35,71% belum tuntas KKM dalam mata pe;lajaran matematika pengurangan 1-20.

Adapun salah satu tindakan yang dianggap tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil siswa adalah dengan menggunakan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tematik dengan menggunakan media realia. Mengingat pendekata pembelajaran tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajaran sesatu. Sedangkan media realia adalah salah satu media visual yang bisa menggambarkan materi yang akan disampaikan oleh guru, guna mempermudah guru menyampaikan pesan informasi pelajaran kepada siswa. Karena dengan media realia siswa akan lebih cenderung menyukai pembelajaran yang diadakan di kelas. Pada hakekatnya anak-anak lebih


(5)

banyak menyukai benda-benda nyata daripada mereka mendengarkan atau menghitung menggunakan jari tangan. Maka penulis mengambil judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hassil Belajar Pembelajaran Dengan Tema Keluarga Melalui Media Realia Siswa Kelas I Sd Xaverius 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.”

1.2 IdentifikasiMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, selanjutnya dapat diidentifikan masalah tersebut sebagai berikut:

1.2.1 Kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

1.2.2 Guru dalam menyampaikan materi pelajaran belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

1.2.3 Penggunaan media pembelajaran belum maksimal.

1.2.4 Guru belum menciptakan suasana pembelajaran yang kondosif dan menyenangkan.

1.2.5 Rendahnya aktifitas belajar dan rendahnya hasil belajar.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas , maka dapat disimpulkan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tema keluarga di kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah:


(6)

1. Bagaimana penggunaan media realia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung dalam pembelajaran tema keluarga tahun pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimana penggunaan media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung dalam pembelajaran tema keluarga tahun pelajaran 2012/2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk:

1.Meninngkatkan aktivitas belajar siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung melalui penggunaan media realia pada pembelajaran tema keluarga tahun pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IA SD Xaverius3 Bandar Lampung

melalui media realia pada pembelajaran tema keluarga tahun pelajaran 2012/2013.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Siswa

a). Dapat meninngkatkan aktivitas siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung.

b). Dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung.


(7)

2. Bagi Guru

a) Dapat memiliki kemampuan untuk memperbaiki proses pembelajran tema keluarga pada kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung.

b) Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri pada pembelajran tema keluarga.

c) Memberi masukan kepada guru kelas satu dalam tema keluaga.

3. Bagi Sekolah

a) Dapat memperbaiki hasil pembelajaran bagi siswa sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

b) Dapat memberikan gambaran tingkat aktivitas dan kemampuan siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung tentang penggunaan media realia.

c) Bahan masukan bagi sekolah untuk bahan pertimbangan membuat rencana pendidikan dan pengajaran selanjutnya.


(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman sehingga terjadi perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan ( Suyatna 2011:7 ). Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran ( pengetahuan awal ), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru atau memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa. Pembelajaran merupakan kegiatan partisipasi guru dalam membangun pemahaman siswa. Partisipasi tersebut dapat berwujud sebagai bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi yang tampak bertentangan dengan pemahaman siswa sehingga siswa terdorong untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahamannya. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai membuat otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Dengan kata lain pertisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggungjawab siswa itu sendiri. Misal, bila ada siswa bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu


(9)

dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru memberikan bantuan untuk menjawabnya.

Slameto ( 2003:57 ) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut aliran behaveoristik, belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau berhubunngan antara stimulus dan respon ( Sanjaya 2008:29 ). Menurut peneliti, belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan berdasarkan pengalaman dan latihan yang terus menerus sepanjang hidup.

2.2 PengertianAktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yag menentukan keberhasilan siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Menurut Poerwadarminto (dalam Sugiharto 2011:98 ) aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan.Nasution (dalam Sugiharto 2011:102) mengemukakan aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-duanya harus dihubungkan.

Sardiman ( 2008:100 ) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas Rohani ( 2004:6 )


(10)

juga mengemukakan bahwa belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,bermain, atau bekerja, ia tidak hanya duduk, dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Dan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain (Dimyati & Mudjiono 2006:236-238 ).

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Dierch (dalam Hamalik 2011:90-91) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut :

a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

b. Kegiata-kegiatan lisan (oral): menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, berdiskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrument musik, mendengarkan siaran radio.


(11)

d. Kegiata-kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar : membuat grafik, diagram, peta.

f. Kegiatan-kegiatan matrik : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang.

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa aktivitas belajar adalah interaksi antara guru dan siswa atau siswa dan siswa untuk melakukan kegiatan tertentu sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

1.3 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250–251), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baikbila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Dari sisi guru hasil belajar adalah apabila pesan (kognisi,afeksi,dan psikomotorik) yang disampaikan kepada siswa diterima dengan baik. Menurut Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada


(12)

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut peneliti, hasil belajar adalah hasil akhir dari suatu proses belajar yang dilakukan berulang-ulang dan akan tersimpan dalam waktu lama untuk membentuk pribadi yang lebih baik.

Menurut Sardiman ( 2003:42 ) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar individu. Faktor-faktor

internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis ( Depdikbud1994:153).

a. Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pebelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.

b. Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.


(13)

2. Faktor eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.

a.1 Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.

a.2 Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar, ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.

b. Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial yaitu : b.1 Lingkungan alamiah

Lingkungan alamiah meliputi kondisi udara segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.


(14)

b.2 Faktor instrumental

Perangkat instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti : gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebagainya.

b.3 Faktor materi pelajaran

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

Menurut peneliti, hasil belajar adalah hasil akhir dari suatu proses belajar yang dilakukan berulang-ulang dan akan tersimpan dalam waktu lama untuk membentuk pribadi yang lebih baik.

2.4 Pembelajaran Tematik

2.4.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa ( Suyatna 2011:6 ). Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan


(15)

metode/strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan

Pembelajaran merupakan proses yang terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar. Menurut Komalasari (2011:3) pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajrkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksioal antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbale balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran ( Hermawan dkk. 2007:3 ).

Secara umum pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan di dalam ruangan atau kelas dengan melibatkan antara guru dan murid untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran merupakan usaha sadar yang direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi pembelajaran maupun jenjang pendidikannya.

Majid( 2009:11 )menjelaskan, bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Fathurrohman dan Sutikno ( 2010:8) menyatakan, bahwa setiap belajar-mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan


(16)

pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Menurut Suherman dkk (2003 : 8) pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan yang meliputi proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah seperti guru, sumber/fasilitas belajar, dan teman sesama siswa.

Surya (dalam Hermawan dkk 2007:3) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan pendapat di atas Hamalik (Hermawan dkk 2007:3) juga menjelaskan bahwa pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka menjacapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang direncanakan oleh pengajar menggunakan prosedur dan metode agar dalam kegiatan belajar terjadi proses perubahan perilaku secara komprehensif serta memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(17)

2.4.2 Pembelajaran Tematik

Sesuai dengan tahap perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pengertian Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan ( Poerwadarminta 1983). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Batasan waktu dan cakupan materi kegiatan siswa di sekolah didasarkan pada tema yang

dikembangkan, bukan didasarkan pada jadwal mata pelajaran ( Permendiknas No.22 th.2006 ).

Peserta didik yang berada di sekolah dasar kelas I, II, dan III berada pada rentangan usia dini. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung pada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Sesuai dengan tahap perkembangan anak maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas I, II, dan III, sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Tema merupakan pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema tersebut diharapkan dapat


(18)

memberikan banyak keuntungan diantaranya: (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; (5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari pelajaran lain; dan (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan (KTSP 2006).

Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan, yaitu: (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik; (2) memberi pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik;(3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakana;(4) mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi; (5) menumbuhkan keterampilan melalui kerja sama; (6) memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan


(19)

tanggap terhadap gagasan orang lain, dan (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik (Kunandar 2007:315).

Menurut peneliti pembelajaran tematik adalah proses belajar secara aktif yang direncanakan oleh guru menggunakan prosedur dan metode agar dalam kegiatan belajar terjadi proses perubahan perilaku secara komprehensif yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

2.5 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut : a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata ( konkrit ) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak


(20)

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. ( KTSP 2006)

2.6 Ciri Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki ciri khas tersendiri. Adapun ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik


(21)

bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; (4) membantu keterampilan berfikir siswa; (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik dilingkunganya; dan (6) mengembangkan keterampilan siswa seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain ( KTSP 2006 ).

Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator, serta isi dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubungan bermakna, sebab isi atau materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir ( Kunandar 2007:337 ).

Sehubungan dengan hal di atas, pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh. Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Penanaman konsep atau pengetahuan dan keterampilan pada siswa tidak harus memberikan latihan menghafal berulang-ulang, melainkan siswa belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang sudah dipahami.

( Kunandar 2007:337)

2.7 Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki rambu-rambu sebagai berikut: (1) tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan; (2)dimungkinkan terjadinya


(22)

penggabungan kompetensi dasar lintas semester; (3)kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri; (4) kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri; (5)kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, minat, lingkungan, dan daerah setempat (KTSP 2006).

2.8Arti Penting Pembelajaran Tematik

Pembelajran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara atif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu, oleh karena itu, guru harus mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa


(23)

akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik)

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolah dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi anak sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5)Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai

dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; 6) Mengembangkan keterampilan social siswa, seperti kerjasama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indicator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yagn bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah, 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.(Gestalt dan Piaget 1950)


(24)

2.9Media

2.9.1 Pengertian Media

Kata mediaberasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971:75 ) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah2002:137).Menurut Marshall (dalam Harjanto 2005:246) media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan orang tersebut. Gagne mengartikan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Media menurut Soeparno ( 1998:1) adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber kepada penerima pesan. Sedangkan media pembelajaran menurut Sadiman ( 2005:7 ) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan


(25)

pesan-pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perhatian dan minat, serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi.

Jadi, media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar tujuan pengajaran tercapai.

2.9.2Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran

Ada banyak media pembelajaran, mulai dari yang sangat sederhana hingga yang kompleks dan rumit, mulai dari yang hanya menggunakan indera mata hingga perpaduan lebih dari satu indera. Dari yang murah dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan sangat tergantung pada perangkat keras.

Dalam perkembangannya media mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikroprosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif (Arsyad2006:29). Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:


(26)

1. media hasil teknologi cetak, 2. media hasil teknologi audio-visual,

3. media hasil teknologi berbasis komputer, dan

4. media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Pengelompokkan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow yang dikutip Arsyad (2006:33) dibagi ke dalam dua kategari luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.

1. Pilihan Media Tradisional

a. Visual diam yang diproyeksikan (proyeksi tak tembus pandang, proyeksi overhead, slide, (filmstrips).

b. Visual yang tak diproyeksikan (gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran,kartu, papan info, papan bulu/flanel)

c. Audio (rekaman piringan hitam dan pita kaset)

d. Penyajian multimedia (slide plus suara, paduan gambar-suara, dan multi image)

e. Visual dinamis yang diproyeksikan (film, televisi, video).

f.Cetak (buku teks, modul, teks terprogram, buku kerja, majalah berkala, lembaran lepas atau hand-out).

g. Permainan (teka-teki, simulasi, permainan papan,permainan kartu). h. Realia (model, specimen/contoh, manipulatif (peta, globe, boneka).


(27)

2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir

a. Media berbasis telekomunikasi (teleconference dan telelecture) b. Media berbasis mikroprosesor (pembelajaran berbantuan komputer,

permainan komputer, pembelajaran interaktif, hypermedia, dan compact video disc).

Pengelompokan media yang banyak dianut oleh para pengelola pendidikan adalah seperti yang disampaikan oleh Kemp dan Dayton (da1am Yulianti 2012:17). Oleh mereka, media dikelompokkan dalam delapan jenis, yaitu:

1. Media cetak, 2. Media pajang,

3. Overhead transparacies (OHT) dan Overhead Projector (OHP),

4. Rekaman audiotape, 5. Slide dan filmstrip, 6. Penyajian multi-image, 7. Rekaman video dan film, dan 8. Komputer.

Setiap media sudah pasti memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam penggunaannya. Seorang guru seharusnya dapat mengkaji kelebihan dan keterbatasan itu, kemudian menjadikan kajiannya itu sebagai bahan


(28)

pertimbangan dalam memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

2.9.3 Manfaat dan Fungsi Media

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (dalam Depdiknas, 2003) mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

Fungsi media pembelajaran antara lain:

a. Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar.

b. Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar.


(29)

d. Menambah variasi dalam penyajian materi.

e. Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan. f. Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan 2.9.4 Hakekat Media Realia

1. Kedudukan Media Realia Dalam media Pada Umumnya

Media telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang seharusnya dimanfaatka guru dalam proses pembelajaran . Romiszowski dalam Wibowo (1992:7). Menjelaskan bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda ) kepada penerima pesan yaitu siswa . Sedangkan menurut Pujita (2008:1) Media sebagai alat bantu mengajar berkembang demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi. Ragam dan jenis mediapun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, keungan maupun materi yang akan disampaikan.

Penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu mendapat perhatian dari para guru sehingga guru dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi .Mustolish (2007:5) menjelaskan bahwa: Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efektifitas dan efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan semakin konkrit.


(30)

Hal tersebut menjelaskan bahwa media memiliki fungsi yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Pengalaman belajar yang konkrit dapat diberikan dengan penggunaan media riil atau bisa disebut juga dengan media realia

2. Pengertian Media Realia

Menurut Rusman (2005: 2) Media realia yaitu semua media nyata didalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagai sesuatu kegiatan observasi pada lingkungannya.

Menurut Udin S.W (Patty, 2007 :22) Media realia adalah alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Media ini merupakan objek nyata suatu benda. Seperti mata uang, tumbuhan, hewan bebatuan, air, tanah, benda-benda dan lain sebagainya.Menggunakan benda nyata dalam proses sangat dianjurkan, sebab siswa lebih memahami materi yang diajarkan.

Menurut Pujita ( 2008 :15) mengungkapkan bahwa ciri media realia adalah benda asli benda dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana ujud aslinya.

Dari beberapa pengertian media di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa media realia itu adalah:


(31)

a. Media nyata atau objek nyata yang dapat dilihat,diraba, dipegang, dan dimanipulasi.

b. Media realia adalah media yang tidak mengalami perubahan atau asli dan bukan berupa tiruan atau model dari benda nyata.

c. Media realia tersebut dapat berupa orang, mata uang, tumbuhan, hewan, bebatuaan, air,tanah, benda-benda dan makanan

3. Jenis-jenis Media Realia

Sebelum kita melihat jenis-jenis media realia, ada baiknya kita melihat jenis-jenis media secara umum terlebih dahulu . menurut Heinich (Pujita, 2006:4) membagi media berdasarkan cara penyampaian dan penerimaan menjadi 3 jenis yaitu : media audio, media visual dan media audio visual. a. Media audio seperti : radio dan tape recorder.

b. Media visual seperti :

1). Media grafis/bahan cetak/ sulementary materials (papan tulis, gambar, skets, Kartun, poster, papan planel/ flannel bord and papan bulletin/bolleetin boar.)

2) Objek Fisik seperti : realia

3) Model

c. Media audio visual seperti : televise dan film.

Wibowo (1992 ;41) menggungkapkan jenis-jenis media berdasarkan kesamaan karakteristik dan kekhususannya yaitu:


(32)

b. Media visual seperti: foto, ilustrasi, flashcard, gambar, bingkai filem, trasparan proyektor, diagram, poster, bagan, grafik, gambar kartun, peta, globe.

c. Media audio visual seperti : televise, film, dan video.

d. Media serbaneka seperti : papan tulis, (papan flannel, papan bulletin, papan mengetik, papan listrik.), media tiga demensi ( model, realia, karya wisata)

Kedua penjelasan tentang jenis-jenis media secara umum di atas, maka dapat dilihat bahwa media realia termasuk ke dalam jenis visual dan media serbaneka.

Mengacu kepada pendapat Rusman (2005 :2) media realia yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan. Misalnya tumbuhan , batuan , binatang, insectarium, benda-benda, air, sawah, makanan dan sebagainya.

Hal lain yang mengemukan Halamik (1989:133) bahwa media realia yaitu benda atau obyek yang dapat digunakan untuk membantu pengajaran seperti bunga, batu, Koran, dan sebagainya yang mungkin dibawa oleh siswa atau dibawa oleh guru. Dari beberpa penjelasan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media realia yaitu:


(33)

b. Benda-benda mati seperti : meja, kursi, piring, gelas, buku, majalah, koran, lemari, figure foto, karpet, uang koin, bebatuan, dan makanan.

4. Keunggulan Media Realia

Penggunaan media membawa dampak positif bagi kegiatan belajar mengajar di kelas. Rusman (2005) mengungkapkan secara umum media memiliki kegunaan yaitu:

Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang, tenaga dan daya indera, menimbulkan gairah belajar, interaksi langsung, antara muridnya dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Sedangkan secara khusus, keunggulan media realia diungkapkan oleh Pujita (2006:18), media realia mempunyai keunggulan yaitu:

a. Mudah didapat, pada umumnya media realia dapat ditemui kerena merupakan benda nyata yang ada disekitar lingkungan.

b. Memberikan informasi yang jelas dan akurat, mengingat benda realia merupakan benda yang nyata, maka penjelasan atau informasi yang berkaitan benda tersebut menjadi jelas dan lebih akurat.


(34)

Hal yang sama yang tampak dikemukakan oleh Ibrahim dan Syaodin (2003:119) tentang beberapa keunggulan dalam penggunaan media realia yaitu :

a. Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada anak untuk mempelajari sesuatu ataupu melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.

b. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya.

c. Melatih keterampilan anak dengan menggunakan sebanyak alat indera.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang keunggulan media realia dapat ditari kesimpulan yaitu:

a. Media realia dapat menumbuhkan interaksi langsung antara anak dengan benda-bendanya tersebut.

b. Media realia dapat membantu proses belajar anak menjadi lebih aktif pada saat mengamati menangani, dan memanipulasi.

c. Media realia dapat menanamkan konsep dasar yang bersfat abstrak

d. Media realia lebih membangkitkan motivasi dan rangsangan anak untuk belajar.

5. Kelemahan Media Realia

Penggunaan media realia dalam proses pembelajaran merupakan cara yang cukup efektif apabila dilihat dari beberapa keunggulan media realia


(35)

tersebut. Namun, menurut Pujiata (2006:20), media realia mempunyai kelemahan yaitu:

a. Ukuran kendala utama dalam menghadirkan media realia dalam ruang kelas adalah ukuran yang terlalu besar . Apabila kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam ruang kelas, media realia berukuran besar sulit untuk dibawa ke ruang kelas.

b. Benda nyata yang berharga mahal. Benda-benda nyata yang harganya mahal tentunya sulit untuk digunakan sebagai media realia. Hal ini karena biaya yang tidak mudah untuk dianggarkan, misalnya batu-batu berharga.

Ibrahim dan Syaodah (2003:119) mengungkapkan beberapa kelemahan dalam penggunaan media realia yaitu:

a. Membawa anak-anak ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sebagainya.

b. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata kadang- kadang tidak sedikit, apalagi ditambah degan kemungkinan kerusakan dalam penggunaannya.

c. Tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan dan gambar bagian demi bagian , sehingga pengajaran harus didukung pula dengan media lain.

Beberapa kelemahan media realia yang telah diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa penggunaan medi realia mempunyai kelemahan dari segi:


(36)

a. Ukuran benda tersebut, ada sebagian media realia yang bentuknya terlalu besar untuk anak atau sebaliknya terlalu kecil untuk anak, Sehingga membuat anak kurang memahami makna yang diberikan media tersebut.

b. Harga media realia yang mahal. c. Pemilihan media realia yang mahal.

6. Kreteria Media Realia yang digunakan dalam pembelajaran.

Beberapa jenis media dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Masing-masing media tersebut memiliki keunggu

lan dan kelemahan, namun dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guru dapat menggabungkan beberapa media dengan tujuan agar penggunaan media saling melengkapi satu sama lain dan dapat menutupi kelemahan-kelemahan salah satu media. Oleh sebab itu hendaknya perhatian kreteria media yang akan digunakan di kelas. Sudjana dan Rivai (2007:4) menyebutkan bahwa :” Penggunaan media sangat bergantung kepada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Sama halnya dengan Dick dan Carey dalam Wibowo (1992:67) menyebutkan beberapa patokan yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media yaitu: a. Ketersediaan sumber,b. kesediaan data, tenaga dan fasilitas, c. Keluwesan, kepraktisan dan daya tahan( umur) media, d. Efektivitas media untuk yang panjang.”


(37)

Secara umum, Wibowo (1992:67) menjelaskan factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media atau kreteria memilih media tersebut :

a. Tujuan, artinya ketika guru memilih media yang akan digunakan berda-sarkan tujuan yang telah dirancancang, sebelumnya. Jika tujuannya membuat anak memahami konsep bilangan, maka guru dapat mempergunakan papan planel angka, menyediakan beberapa bentuk angka dan menggunakan benda-benda pada saat mempelajari konsep bilangan

b. Karakteristik Siswa, penyediaan media juga berhubungan dengan jumlah anak, di mana lokasi belajarnya dan bagaimana gaya belajar anak di kelas. Dengan begitu, guru dapat menyediakan media sesuai dengan jumlah anak agar semua anak mendapat kesempatan yang sama untuk mempergunakan media secara optimal.

c. Karakteristik Media, Guru harus mengetahui karakteristik media yang huungannya dengan keunggulan dan kelemahan media tersebut. Misalnya Guru tidak mempergunakan media foto untuk mengajar gerakan, alangkah lebih baiknya apabila guru menggunakan media video.

d. Alokasi waktu, guru harus merencanakan berapa lama anak menggunakan media tersebut dan juga guru harus memperhatikan bagaimana cara merapikan kembali media tersebut. Hal ini berhubungan dengan keefesienan media tersebut.


(38)

e. Ketersediaan, sebelum guru mempergunakan televise di kelas, guru harus memperhatikan ketersediaan alat-alat pendukung televise tersebut seperti ketersediaan stop kontak, aliran listrik dan sebagainya.

f. Efektivitas, berhubungan apakah penggunaan media tersebut efektif dalammencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. g. Kompatibilitas, media yang akan digunakan harus bersfat praktis,

luwesdan tahan lama agar dapat digunakan diwaktu selanjutnya. Kemudian dalam penggunaannya tidak merepotkan guru dan anak sehingga mudah digunakan.

h. Biaya, hal ini terkait dengan perawatan media yang digunakan. Apakahpemeliharaan mudah atau memakai biaya yang sangat mahal. Berdasarkan beberapa penjelasan tentang kreteria pemilihan media secara umum, dapat dilihat bahwa kreteria penggunaan media secara umum dipertimbangkan pada saat memilih media realia. Wibowo (2002:55) menggungakapkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum menggunakan media realia sebagai media pengajaran, yaitu: (1) karena benda nyata itu banyak macamnya , mulai dari benda-benda hidup sampai benda-benda mati ,maka perlu depertanyakan benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien., (2) bagaimanakah caranya agar benda-benda itu sesuai dengan pola mengajar di kelas. (3) darimana kita memperoleh benda-benda itu.

Apabila telah mengetahui kreteria dalam penggunaan media , ada baiknya mempertimbangkan dengan matang sebelum penggunaan media di kelas. Beberapa penjelasan di atas dapat menjadi pertimbangan guru pada saat sebelum


(39)

mempergunakan media dan dapat dijadikan acuan guru pada saat memilih media realia yang akan digunakan di kelas. Maka hendaknya pmanfaatan media realia sebagai media pengajaran dan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar akan semakin efektif.

2.10 Hipotesis

Apabila penggunaan media realia diterapkan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkanaktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tema keluarga pada siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, model yang digunakan yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kasihani (1998: 13), penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

3.2Prosedur Penelitian

Dalam penelitiaan ini, model yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas . Menurut Kasihani (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meninkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Artinya, penelitian tindakan kelas merupakan tindakan praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada. Suharsini dkk (2007:3)

Prosedur tindakan kelas dilaksanakan dalam kegiatan berbentuk siklus . Penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.


(41)

Alur tindakan kelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini !

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan

Tindakan I Tindakan I

Siklus I Refleksi I Pengamatan/

Pengumpulan Data I

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan

Baru Hasil Tindakan II Tindakan II

Refleksi

Siklus II Refleksi II Pengamatan/

Pengumpulan Data II

Apabila Dilanjutkan ke

permasalahan siklus berikutnya belum

terselesaikan

Bagan 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) diadopsi dari Suhardjono ( 2006 : 74 )

3.3 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di SD Xaverius 3 Bandar Lampung . Alasan menggunakan lokasi atau tempat ini, yaitu dengan pertimbangan bahwa penulis bekerja pada sekolah tersebut,


(42)

sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan Januari 2013 sampai dengan Maret tahun 2013.

3.2.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa-siswa kelas I A SD Xaverius 3 Bandar Lampung yang berjumlah 42 orang yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki tahun pelajaran 2012/2013.

3.1.4 Faktor yang Diteliti

Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah aktivitas dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran tematik dengan tema keluarga selama berlangsungnya penelitian ini.

3.2 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kasihani (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Artinya, penelitian tindakan kelas merupakan


(43)

tindakan praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada. Suharsimi dkk ( 2007 : 3 ).

Prosedur tindakan kelas dilaksanakan dalam kegiatan berbentuk siklus ( cycle ). Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan ( observasi ), dan refleksi.

Langkah – langkah Tindakan Kelas (PTK) diadopsi dari Suhardjono (2006:74) SIKLUS I

1. Tahap Perencanaan ( Planning ), mencakup :

a. Bersama dengan observer membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan tema dan sub tema pokok yang akan diajarkan.

b. Mempersiapkan kelengkapan yang digunakan dalam proses pembelajaran seperti Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

c. Merancang model pembelajaran klasikal. d. Mempersiapkan media pembelajaran

e. Menyiapkan instrument penelitian yang berupa, pedoman observasi siswa dan guru, tes akhir.

2. Tahap Pelaksanaan ( Action )

a. Melaksanakan langka-langkah sesuai perencanaan. b. Menerapkan model pembelajaran klasikal.

c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan.


(44)

d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.

e. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.

Tahap Mengamati ( Observasi ), mencakup :

a. Melakukan diskusi dengan observer (guru pendamping atau rekan sejawat) dan kepala sekolah untuk rencana observasi.

b. Observer mengamati kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media realia sesuai kesepakatan.

c. Guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa

d. Observer mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat belajar dengan media realia

e. Melakukan diskusi dengan guru pendamping atau rekan sejawat untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan pada penerapan media visual serta memberikan perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. 3. Tahap Refleksi ( Reflection ), mencakup :

a. Menganalisis temuan saat melakukan observasi.

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan media realia.

c. Melakukan refleksi terhadap penerapan media pembelajaran dengan media realia.


(45)

SIKLUS II

1. Tahap Perencanaan ( Planning ), mencakup :

a. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

b. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran. c. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1

2. Tahap Melakukan Tindakan ( Action ), mencakup : a. Melakukan analisis pemecahan masalah.

b. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan media realia

3. Tahap Mengamati ( Observation ), mencakup :

a. Melakukan pengamatan terhadap penerapan media realia, Mencatat perubahan yang terjadi.

b. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.

4. Tahap Refleksi ( Reflection ), mencakup :

a. Merefleksikan aktivitas siswa pada materi pembelajaran.

b. Merefleksikan hasil belajar siswa dengan penerapan media realia. c. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

d. Menyusun rekomendasi

Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2 hasil yang diharapkan adalah : 1. Peserta didik memiliki kemampuan dan terlibat aktif dalam pembelajaran.


(46)

2. Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan media pembelajaran media realia

3. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar pembelajaran tematik dengan tema keluarga dengan media realia

3.1 Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data hasil observasi belajar siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Data hasil belajar siswa, yaitu data yang diperoleh berupa nilai dari tes yang diberikan pada akhir siklus.

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, Arikunto (2002:125 ). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang daftar nama, jumlah siswa dan data lain yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nama dan jumlah siswa kelas 1 SD Xaverius 3 Bandar Lampung.

2. Tes

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dengan menggunakan media realia


(47)

3. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas belajar siswa (mental activity) dalam kegiatan guru dalam pembelajran tematik dengan menggunakan media realia 3.4.2 Pengumpulan data

Dalam penelitian ini dilakukan melalui tes akhir yang berfungsi untuk mendapatkan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran dan hasil pencapaian tujuan pembelajaran. Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes pada setiap akhir siklus pembelajaran.

3.5 Instrumen Penelitian

Pengamatan yang dilakukan secara kolaborasi yang melibatkan rekan sejawat sebagai observer di kelas menggunakan instrument penelitian sebagai berikut: 1. Lembar Observasi

Lembar observasi siswa dan guru digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan media realia

2. Tes Hasil Belajar

Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus dalam kegitan belajar mengajar. Dalam penelitian ini ada 2 siklus berarti ada 2 tes, yaitu berupa obyektif tes dan tes unjuk kerja ( perfomence test ). Tes ini digunakan untuk


(48)

mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

3.6 Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran, perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif ini dari pengamatan siswa dan guru pada saat pembelajaran sedang berlangsung sesuai indikator observasi yang telah disusun kemudian dipersentasikan peningkatan pada setiap pertemuan. Untuk menghitung persentase hasil observasi terfokus siswa dan guru digunakan rumus :

P = ∑ skor perolehan x 100 %

∑ skor total

Keterangan p = tingkat keberhasilan

Untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran digunakan lima kategori yaitu dapat dilihat pada table berikut :


(49)

Tabel 2. Kriteria Keberhasilan Proses Pembelajaran Siswa dan Guru dalam %.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif didapat dari penilaian latihan dan tes (pre-tes dan post-tes ).

a. Penilaian latihan dan tes mencari nilai rata-rata

Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :

= ∑ x ∑N Keterangan

= nilai rata-rata

∑ x = jumlah semua nilai siswa

∑ N = jumlah siswa yang mengikuti tes ( Sumber: Arikunto 2007 : 264 )

b. Penilaian untuk ketuntasan belajar

Dalam penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar secara individual didapat dari KKM untuk pembelajaran tematik ditetapkan sekolah yaitu No Tingkat Keberhasilan Predikat Keberhasilan

1 86 - 100 % Sangat tinggi

2 71 - 85 % tinggi

3 56 - 70 % sedang

4 41 - 55 % rendah

5 < 40 % Sangat rendah

Rentang 15 %


(50)

siswa dinyatakan tuntas jika telah mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 74 dan di bawah 74 dinyatakan belum tuntas. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan belajar siswa menyeluruh.

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus :

P = jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 x 100 % ∑ Siswa mengikuti tes

( Agung Purwoko,2001:130) Keterangan :

P = Persentase ketuntasan

Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang mendapat nilai ≥ 70 jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85 % dari jumlah siswa seluruhnya. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjutan dalam pertemuan dan siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan metode pembelajaran yang tepat.

3.7 Indikator Keberhasilan

Penggunaan media realia dalam pembelajaran tematik dengan tema keluarga dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila :


(51)

1. Persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya, dan mencapai predikat tinggi atau ≥ 80 % dari kriteria keberhasilan yang digunakan (Agib,2009:41).

2. Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya

3. Tingkat keberhasilan siswa secara klasikal mencapai ≥ 75 % dari total jumlah siswa telah lulus KKM dengan nilai sekurang-kurangnya 74 .


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan refleksi pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran melalui media realia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pembelajaran tematik dengan tema keluarga. Hal ini didasarkan pada beberapa temuan, yaitu:

1. Penggunaan media realia dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran tematik dengan tema keluaraga siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perbandingan pengamatan dari siklus I dan siklus II terdapat peningkatan aktivitas belajar. Pencapaian klasikal sesuai dengan pembelajaran aktivitas belajar pada siklus I mencapai 67.14 dengan kategori “sedang” dan pada siklus II meningkat menjadi 82.62dengan kategori “tinggi.”mengalami peningkatan 15,48.%

2. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik melalui media realia dapat berjalan dengan baik, walaupun masih perlu adanya perbaikan sehingga aktivitas dan hasil belajar dapat lebih ditingkatkan lagi. Untuk hasil observasi kinerja guru pada siklus I dan II mengalami peningkatan sebanyak dengan perolehan nilai rata-rata pada siklus I mencapai


(53)

74.38dengan kategori “sedang” dan siklus II mencapai 81.46dengan kategori “tinggi”.mengalami peningkatan 7,08%.

3. Hasil belajar pembelajaran tematik media realia menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa secara individu, Hal ini terlihat dari hasil perbandingan tes awal dan tes akhir yaitu meningkat nya perolehan hasil tes pada siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung. Pada akhir siklusI 78,41 dari 42 siswa yang terdiri 34 orang siswa mencapai skor ketuntasan minimalatau 80,95% siklus II 84,77 dari 42 siswa yang terdiri dari 40 orang siswa mencapai skor ketuntasan minimal atau sekitar 95.24% dengan rata-rata peningkatan mencapai 6.13dengan kategori “baik” Selain itu yang lebih penting adalah meningkatnya proses belajar siswa yang mendorong aktivitas belajar, beranimenjawab latihan soal melalui media realia, berani mengeluarkan pendapat dan mengajukan pertanyaan.

4. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, ternyata penggunaan media realia mendapat tanggapan yang sangat positif dari siswa. Proses pembelajaran berlangsung dengan aktif dan menyenangkan, guru dan siswa menjadi lebih bersemangat melaksanakan setiap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas


(54)

5. 2Saran

Dalam kesimpulan di atas dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1..Bagi guru

Guru hendaknya menggunakan menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik dengan menggunakan media realia agar meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika. 1. Bagi Sekolah

Kepada sekolah dapat menyarankan para guru untuk menerapkan pendekatan tematik dengan menggunakan media realia untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika sehingga dapat menghasilkan mutu penyelenggaraan pendidikan yang baik.

2. Bagi peneliti

Karena terbukti dapat meningkatkan mutu pembelajaran agar dapat dijadikan pengalaman untuk menambah wawasan tentang pembelajaran sehingga dengan penelitian ini dapat lebih professional.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2011.Pengertian Model Pembelajaran .Di akses 29 September 2012 @20.00 dari : (http://contohmodelterbaru.blogspot.com/2011/06pengertian-model-pebelajaran.html.

Anonim,2011. Media Pembelajaran. Di akses 13 Desember 2012 @ 11.00 WIB dari:

http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/12/media-pembelajaran/

Aqib, Zainal dkk,2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi dkk,2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994/1995. Petunjuk Peningkatan Mutu

Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Departemen Pendidikan Nasional. ( 2006 ) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdikbud.

Dwi Yulianti,2012. Media Pembelajaran . Bandar Lampung :Modul PLPG Unila Hamalik,Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka

Hamalik, Oemar,2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Angkasa

Hananto, Senno.2011. Pengertian Hasil Belajar. Dari :

(http://www.scrib.com/doc/51282702/Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli. Tanggal akses 29 September 2012,@22.00 WIB)

Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka

Rusman,2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada


(56)

Sugiharto,2011. Pengertian Aktivitas Belajar.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2162643-pengertian aktivitas-belajar/#ixzz1flcLpv3.Tanggal Akses 25 November 2012,@ 09.30 WIB

Suharsimi,Arikunto.2002 Prosedur Penelitian Edisi Revisi : Bumi Angkasa. Suharsimi, Arikunnto.2007 Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Rineka Cipta


(1)

50

1. Persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya, dan mencapai predikat tinggi atau ≥ 80 % dari kriteria keberhasilan yang digunakan (Agib,2009:41).

2. Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya

3. Tingkat keberhasilan siswa secara klasikal mencapai ≥ 75 % dari total jumlah siswa telah lulus KKM dengan nilai sekurang-kurangnya 74 .


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan refleksi pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran melalui media realia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pembelajaran tematik dengan tema keluarga. Hal ini didasarkan pada beberapa temuan, yaitu:

1. Penggunaan media realia dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran tematik dengan tema keluaraga siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perbandingan pengamatan dari siklus I dan siklus II terdapat peningkatan aktivitas belajar. Pencapaian klasikal sesuai dengan pembelajaran aktivitas belajar pada siklus I mencapai 67.14 dengan kategori “sedang” dan pada siklus II meningkat menjadi 82.62dengan kategori “tinggi.”mengalami peningkatan 15,48.%

2. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik melalui media realia dapat berjalan dengan baik, walaupun masih perlu adanya perbaikan sehingga aktivitas dan hasil belajar dapat lebih ditingkatkan lagi. Untuk hasil observasi kinerja guru pada siklus I dan II mengalami peningkatan sebanyak dengan perolehan nilai rata-rata pada siklus I mencapai


(3)

78

74.38dengan kategori “sedang” dan siklus II mencapai 81.46dengan kategori “tinggi”.mengalami peningkatan 7,08%.

3. Hasil belajar pembelajaran tematik media realia menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa secara individu, Hal ini terlihat dari hasil perbandingan tes awal dan tes akhir yaitu meningkat nya perolehan hasil tes pada siswa kelas IA SD Xaverius 3 Bandar Lampung. Pada akhir siklusI 78,41 dari 42 siswa yang terdiri 34 orang siswa mencapai skor ketuntasan minimalatau 80,95% siklus II 84,77 dari 42 siswa yang terdiri dari 40 orang siswa mencapai skor ketuntasan minimal atau sekitar 95.24% dengan rata-rata peningkatan mencapai 6.13dengan kategori “baik” Selain itu yang lebih penting adalah meningkatnya proses belajar siswa yang mendorong aktivitas belajar, beranimenjawab latihan soal melalui media realia, berani mengeluarkan pendapat dan mengajukan pertanyaan.

4. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, ternyata penggunaan media realia mendapat tanggapan yang sangat positif dari siswa. Proses pembelajaran berlangsung dengan aktif dan menyenangkan, guru dan siswa menjadi lebih bersemangat melaksanakan setiap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas


(4)

79

5. 2Saran

Dalam kesimpulan di atas dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1..Bagi guru

Guru hendaknya menggunakan menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik dengan menggunakan media realia agar meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika. 1. Bagi Sekolah

Kepada sekolah dapat menyarankan para guru untuk menerapkan pendekatan tematik dengan menggunakan media realia untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika sehingga dapat menghasilkan mutu penyelenggaraan pendidikan yang baik.

2. Bagi peneliti

Karena terbukti dapat meningkatkan mutu pembelajaran agar dapat dijadikan pengalaman untuk menambah wawasan tentang pembelajaran sehingga dengan penelitian ini dapat lebih professional.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2011.Pengertian Model Pembelajaran .Di akses 29 September 2012 @20.00 dari : (http://contohmodel terbaru.blogspot.com/2011/06pengertian-model-pebelajaran.html.

Anonim,2011. Media Pembelajaran. Di akses 13 Desember 2012 @ 11.00 WIB dari:

http://wyw1d.wordpress.com/2009/10/12/media-pembelajaran/

Aqib, Zainal dkk,2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi dkk,2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994/1995. Petunjuk Peningkatan Mutu

Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Departemen Pendidikan Nasional. ( 2006 ) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdikbud.

Dwi Yulianti,2012. Media Pembelajaran . Bandar Lampung :Modul PLPG Unila Hamalik,Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka

Hamalik, Oemar,2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Angkasa

Hananto, Senno.2011. Pengertian Hasil Belajar. Dari :

(

http://www.scrib.com/doc/51282702/Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli. Tanggal akses 29 September 2012,@22.00 WIB)

Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka

Rusman,2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada


(6)

81

Sugiharto,2011. Pengertian Aktivitas Belajar.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2162643-pengertian

aktivitas-belajar/#ixzz1flcLpv3.Tanggal Akses 25 November 2012,@ 09.30 WIB

Suharsimi,Arikunto.2002 Prosedur Penelitian Edisi Revisi : Bumi Angkasa. Suharsimi, Arikunnto.2007 Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Rineka Cipta


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIKSISWA KELAS I C SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERHITUNG PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEKNIK TANGAN PINTAR BAGI SISWA KELAS III SD XAVERIUS 3 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 22 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KEGEMARAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS II SD SETIA BUDI TELUK BETUNG SELATAN BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

6 64 56

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP XAVERIUS 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 83

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI I WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 82

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA LINGKUNGAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I WAY KANDIS BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

1 18 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE LATIHAN DENGAN MEDIA REALIA SISWA KELAS IV SD KARUNIA IMANUEL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 33 58

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA LINGKUNGAN MELALUI METODE BERMAIN KARTU SISWA KELAS I A SD XAVERIUS I TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEMA KELUARGA MELALUAI MEDIA REALIA SISWA KELAS IA SD XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 17 56

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76