69
dan 6 siswa perempuan. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang termasuk ke dalam 3 kategori yaitu sangat rendah, rendah, dan sedang.
4.3 Pengumpulan Data Dan Pelaksanaan Eksperimen
Proses pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Maret 2012 dengan menyebarkan skala kemandirian belajar yang terdiri dari 58 item
pertanyaan kepada siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang yang berjumlah 27 siswa. Skala kemandirian belajar diisi langsung oleh siswa
pada jam itu juga dan penulis menunggu sampai selesai diisi. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam pengisian skala
kemandirian belajar, kesalahan persepsi siswa terhadap butir-butir pertanyaan, dan kelengkapan skala kemandirian belajar pada waktu dikembalikan. Hasil dari
pengisian skala kemandirian belajar tersebut digunakan sebagai data pre test. Setelah data pre test terkumpul maka dilakukan analisis untuk mengetahui
berapa siswa yang perlu mendapatkan layanan konseling kelompok behavioral. Selanjutnya dilakukan post test setelah seluruh pemberian layanan konseling
kelompok behavioral selesai, untuk mengetahui apakah layanan koseling kelompok behavioral yang diberikan penulis dapat meningkatkan kemandirian
belajar siswa. Penulis melakukan eksperimen kepada 8 siswa yang terpilih menjadi
kelompok eksperimen mulai tanggal 28 Maret 2012 sampai dengan 16 April 2012 dengan rangkaian kegiatan konseling kelompok behavioral sebagai berikut :
70
Uraian Kegiatan 1 Pertemuan pertama tanggal 28 Maret 2012
Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan
sebagai pemimpin kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penulis sebagai pemimpin kelompok menjelaskan pengertian,
tujuan, cara-cara
dan asas-asas
kegiatan konseling
kelompok. Dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri yang dimulai dari
pemimpim kelompok penulis dan kemudian anggota kelompok pertama sebelah kiri pemimpin kelompok dengan menyebutkan nama,
dilakukan berurutan sampai anggota terakhir ke 8. Dan untuk mengakrabkan
suasana, pemimpin
kelompok penulis
membuat permainan kecil yaitu menyanyikan lagu lingkaran kecil, lingkaran besar
dan diperagakan terbalik. Jadi kalau lingkaran kecil diperagakan lingkaran besar dan kalau lingkaran besar diperagakan lingkaran kecil,
kalau ada yang salah memperagakan nanti ada hukuman dari yang memperagakan benar. Setelah permainan selesai kegiatan akan diakhiri
dengan bersalaman dan akan dilanjutkan pada tanggal 30 Maret 2012. 2 Pertemuan ke dua pada tanggal 30 Maret 2012
Pada pertemuan ke dua konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Dan juga
anggota kelompok diajak untuk melakukan permainan telur, ulat,
71
kepompong, kupu-kupu. Pemimpin menjelaskan kembali pelaksanaan konseling kelompok behavioral, satu persatu konseli mengungkapkan
permasalahan yang sedang dihadapinya dan diharapkan konseli ikut berpartisipasi dalam pemberian alternatife pemecahan masalah dari
berbagi konseli. Setelah semua konseli mengungkapkan permasalahnya, pemimpin menunjuk salah satu permasalahan yang akan dibahas dahulu.
Masalah yang pertama yaitu siswa minder jika guru menjelaskan materi yang pelajaran yang tidak disukai konseli, konseli merasa takut tidak
bisa mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi itu. Tindak lanjut dari pemimpin untuk menyelesaikan permasalahan itu dengan konseling
kelompok behavioral dengan teknik asertife. Tujuan dari permainan ini untuk
melatih konseli
agar dapat
melatih ketegasan.
Cara permainannya,. Konseli
sebagai siswa yang minder dalam pelajaran sulit. Sedangkan temannya sebagai guru yang mengajar pelajaran yang
dianggap sulit. Kemudian konseli diminta untuk mengungkapkan segala emosi, perasaan yang mengganjal di hati. Pada kesempatan ini, konseli
melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang minder tidak bisa mengerjakan pelajaran yang sulit
sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran yang sulit. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mendengarkan
penjelasan materi dan mencoba mengerjakan materi yang konseli anggap sulit. Setelah proses konseling kelompok selesai, pemimpin
mengakhiri pertemuan dengan berdoa dan akan dilanjutkan pada tanggal
72
3 April 2012. 3 Pertemuan ke tiga pada tanggal 3 April 2012
Pada pertemuan ini konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok,
membuka pertemuan
memberikan salam
dan doa.
Selanjutnya memilih permasalahan yang akan dibahas dalam pertemuan ini. Masalah dari konseli yaitu takut mengajukan pendapat. Untuk
mengatasi permasalahan konseli, pemimpin kelompok akan membantu menyelesaikan
permasalahannya dengan
konseling kelompok
pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat bersikap lebih percaya diri dalam
mengutarakan pendapat. Caranya, pemimpin akan mengajak konseli untuk melakukan role playing bermain peran. Tujuan dari permainan
ini adalah untuk melatih konseli agar dapat melatih kepercayaan diri.. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam
bermain peran, konseli sebagai siswa yang akan mengutarakan pendapat kepada guru. sedangkan konseli lain berperan sebagai guru yang
mendengarkan pendapat
konseli. Kemudian
konseli diminta
mengungkapkan segala emosi, perasaan yang mengganjal di hatinya. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya
dengan tegas untuk mengutarakan pendapatnya. Setelah permainan selesai, perasaan konseli berbeda dengan sebelumnya, konseli dapat
melatih diri untuk berani mengatakan dengan tegas pendapatnya sendiri dan mampu mengutarakan pendapat di depan kelas dan di depan guru.
73
Dengan demikian proses konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif berhasil dalam menyelesaikan permasalahan
konseli. Pemimpin kelompok menjelaskan bahwa kegiatan ini akan berakhir dan akan dilanjutkan pada tanggal 5 April 2012. Kegiatan
diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 4 Pertemuan ke empat pada tanggal 5 April 2012
Pada pertemuan
kali ini,
Konselor bertindak
pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum
pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya , pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi
konseling. Hasilnya konseli bisa dan mampu bersikap lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas dan pelajaran yang diberikan guru baik mudah
ataupun sulit.
Karena konseli
yang kemarin
sudah tidak
ada permasalahan,
maka pemimpin
melanjutkan ke
permasalahan berikutnya, yaitu konseli sulit untuk belajar sendiri tanpa ada yang
membantu belajar.
Teman-teman konseli
mulai menanggapi
permasalahan dan memberikan tanggapan serta membantu dalam penyelesaian
permasalahannya. Pemimpin
mencoba membantu
mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat
bersikap mandiri dalam hal belajar tanpa ada bantuan dari orang lain ataupun keluarga.
74
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang tidak bisa mandiri
dalam belajar dan harus didampingi orangtua untuk belajar. Sedangkan kedua konseli lain sebagai orangtua yang mendampingi belajar. Kedua
siswa yang sebagai orangtua awalnya mendampingi dengan memberikan tebakkan tapi setelah itu hanya diam saja. Tetapi di dalam bermain
peran, konseli yang awalnya tidak mandiri mulai membuat tebakkan dari kertas sesuai dengan materi yang dipelajarinya dan dapat melakukannya
dengan baik tanpa harus dibantu oleh kedua orangtuanya. Kesan-kesan konseli setelah bermain peran yaitu konseli merasa
senang dan mampu mengetahui kekurangan yang ada pada diri saya yaitu saya tidak mampu mandiri dalam belajar. Setelah selesai,
pemimpin segera mengakhiri pertemuan ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 9 april 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan
dan doa. 5 Pertemuan ke lima pada tanggal 9 April 2012
Kegiatan ini dimulai dengan berdoa yang dipimpin oleh pemimpin kelompok penulis. Sebelum pemimpin melanjutkan ke
pembahasan selanjutnya , pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli
sudah berani mengajukan pendapat pada waktu pelajaran berlangsung. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka
75
pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, yaitu konseli melakukan belajar kalau disuruh orang tua, kadang orang tua sampai
marah-marah dulu baru konseli mau belajar. Pemimpin membuka tanggapan kepada konseli yang lain untuk mencoba menanggapi dan
membantu memecahkan permasalahan konseli. Teman konseli ada yang berpendapat untuk membuat jadwal belajar. Setelah teman-teman lain
selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik
asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat mempunyai kesadaran dalam belajar tanpa harus disuruh oleh orangtua dan
bertanggung jawab melaksanakan jadwal yang telah dibuat. Pada kesempatan ini, konseli dibantu teman-teman dan konselor menyusun
jadwal belajar yang harus dilaksanakan konseli setiap harinya. Tanpa harus menunggu orangtua menyuruhnya belajar. Dalam penyusunan
jadwal belajar
konseli sangat
bersemangat dan
antusias serta
mengutarakan niatnya dengan tegas akan melaksanakan jadwal yang telah disusun bersama-sama ini. Konseli merasa senang dengan
menyusun jadwal belajar, dan lebih bersemangat untuk belajar tanpa disuruh orang tua. Kesan dari konseli yaitu setelah melakukan konseling
kelompok dengan pendekatan behavioral, konseli mempunyai kesadaran untuk belajar demi kebaikan konseli tanpa orang tua menyuruh belajar.
Selain itu konseli juga mampu mengetahui kekurangan pada diri konseli yaitu kurangnya kesadaran akan belajar sendiri dan mengatur waktu
76
yang sesuia untuk belajar. Karena kegiatan ini akan berakhir, maka sesi berikutnya akan dilanjutkan pada tangal 10 April 2012. Setelah itu
kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 6 Pertemuan ke enam pada tanggal 10 April 2012
Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum pemimpin melanjutkan ke
pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli
mampu bersikap mandiri dalam belajar tanpa harus bergantung pada keluarga untuk menemani konseli belajar. Karena konseli yang kemarin
sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, yaitu konseli tidak berani mengajukan
pertanyaan jika kurang paham terhadap materi pelajaran. Dari permasalahan konseli tersebut , pemimpin memberi kesempatan kepada
teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, banyak sekali tanggapan-tanggapan
dari teman-teman
yang ingin
membantu menyelesaikan permasalahan koseli. Setelah teman-teman lain selesai
memberi tanggapan,
pemimpin mencoba
membantu mengatasi
permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat bersikap
berani dan mampu mengajukan pertanyaan ketika tidak paham materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
77
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang tidak paham akan
materi pelajaran yang telah diajarkan. sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran. Tetapi di dalam bermain peran, konseli
mampu mengutarakan pertanyaan dengan berani tentang suatu materi yang konseli belum jelas. Pernyataan dari konseli setelah bermain peran
, konseli dapat melatih untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani mengajukan pertanyaan yang konseli tidak mengerti dan
mengetahui kekurangan yang ada pada diri konseli yaitu tidak berani mengungkapkan pertanyan kepada guru ketika ada materi pelajarn yang
konseli tidak mengerti dan konseli menjadi lebih tenang dalam mengajukan pertanyaan. Setelah konseli tidak ada keluhan lagi, maka
pemimpin kelompok akan segera mengakhiri kegiatan konseling kelompok pada sesi ini , dan akan dilanjutkan pada tanggal 11 April
2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 7 Pertemuan ke tuju pada tanggal 11 April 2012
Pada pertemuan ke tuju konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum
pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi
konseling. Hasilnya konseli sudah menerapkan jadwal belajar dan melaksanakan walaupun masih belum terbiasa, tapi konseli bertekad
78
akan terus mencoba agar bisa menjadi mandiri dalam belajar. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin
melanjutkan ke permasalahan berikutnya, permasalahan pada sesi ini konseli merasa rendah diri apabila pendapat konseli berbeda dengan
pendapat teman-teman lainnya. Dari permasalahan konseli tersebut , pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi
permasalahan konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman-teman lain
selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik
asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih kepercayaan diri konseli. Pada kesempatan ini, konseli melakukan
bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda dengan teman-temannya.
sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang mempunyai pendapat yang hampir sama. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu
mempertahankan pendapatnya dan tidak tergoda untuk mengikuti pendapat teman-temannya. Pernyataan dari konseli setelah bermain
peran, konseli bisa melatih untuk berani mempertahankan pendapatnya dan mampu mengetahui kakurangan yang ada pada diri konseli. Konseli
mengucapkan terima kasih kepada pemimpin karena konseli merasa senang dapat mempertahankan pendapatnya dengan cara melakukan
konseling kelompok. Karena konseli sudah tidak ada permasalahan lagi,
79
maka pemimpin akan mengakhiri pertemuan pada sesi ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 12 April 2012. Setelah itu kegiatan kelompok
doakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 8 Pertemuan ke delapan pada tanggal 12 April 2012.
Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan
sebagai pemimpin kelompok. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan
kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah mencoba mengutarakan pertanyaan kepada guru ketika ada
beberapa materi yang konseli tidak mengerti, awalnya konseli masih takut dan gugup tapi konseli tetap berusaha melakukannya karena
konseli bisa jadi memahami materi secara keseluruhan. Karena konseli yang kemarin
sudah tidak
ada permasalahan,
maka pemimpin
melanjutkan ke permasalahan berikutnya, permasalahan pada sesi ini yaitu konseli lebih suka kalau diajak teman mengobrol dari pada
mendengarkan guru menerangkan. Inti dari permasalahan konseli, konseli tidak bisa menangkap pelajaran saat dikelas dan malas untuk
memperhatikan guru saat menerangkan pelajaran. Dari permasalahan konseli tersebut , pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman
untuk menanggapi permasalahan konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman-
80
teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan
teknik asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih kedisiplinan. Konseli setuju dengan pendapat pemimpin dan bersedia
melakukan proses konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif.
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang diajak mengobrol
waktu pelajaran sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang mengajak mengobrol. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu
mengutarakan niatnya dengan tegas untuk mengobrol waktu pelajaran lagi kepada teman-temannya. Perasaan konseli sesudah proses konseling
selesai, konseli merasa senang karena dapat melatih konseli untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani menolak ajakan teman untuk
mengobrol pada waktu jam pelajaran. Konseli memutuskan untuk terus berlatih agar bisa merubah perilakunya yang membawa dampak negatif
pada dirinya dan merubah kedalam hal yang positif. Karena konseli sudah merasa puas, maka pemimpin akan segera mengakhiri proses
konseling ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 14 April 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa.
9 Pertemuan ke sembilan pada tanggal 14 April 2012 Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih
81
dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Sebelum pemimpin melanjutkan ke
pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli
sudah mencoba untuk tetap mempertahankan pendapat konseli meskipun bertentangan dengan teman, pada awalnya masih tidak percaya diri
dengan pendapatnya, tapi konseli terus berusaha mencoba tetap berpegang pada pendapatnya. Konseli juga mampu bersikap percaya diri
dengan pendapat konseli sendiri. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan
berikutnya, permasalahan pada sesi ini yaitu konseli sering terlambat mengumpulkan tugas atau tidak tepat waktu dalam mengumpulkan
tugas. Dari
permasalahan konseli
tersebut, pemimpin
memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan
konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman-teman lain selesai memberi
tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang
bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih ketegasan. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam
bermain peran, konseli sebagai siswa yang dipaksa mengumpulkan tugas terlambat sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang memaksa
mengumpulkan tugas terlambat. Tetapi di dalam bermain peran, konseli
82
mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk tidak mau lagi mengumpulkan tugas terlambat kepada teman-temannya.
Perasaan konseli sesudah proses konseling selesai, konseli merasa senang karena konseli menjadi mampu mengutarakan niat
konseli untuk tidak mau mengumpulkan tugas terlambat lagidan konseli mampu memahami kesalahan pada diri konseli kalau konseli benar-
benar tidak berani menolak ajakan teman untuk mengumpulkan tugas terlambat. Karena konseli sudah merasa puas dengan proses konseling
kelompok, maka kegiatan kelompok akan segera diakhiri dan akan bertemu lagi pada tanggal 16 April, kegiatan kelompok diakhiri dengan
kesan-kesan dan doa. 10 Pertemuan ke sepuluh pada tanggal 16 April 2012
Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Dan juga anggota kelompok diajak untuk
melakukan bernyanyi. Pada pertemuan sekarang ini adalah dimana proes konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik asertif akan
segera diakhiri. Pemimpin merasa senang dapat bersama-sama dengan konseli dan konseling kelompok yang telah dilakukan dari sesi pertama
sampai saat
ini. Sebelum
menutup, konseli
diminta untuk
mengungkapkan kesan-kesan dalam mengikuti konseling kelompok dari awal sampai akhir. Setelah kesan-kesan pemimpin mengucapkan
terimakasih atas pertisipasi dari semua konseli dalam konseling
83
kelompok ini. Kegiatan diakhiri dengan bersalam-salaman. Setelah penulis mengelompokkan siswa dalam kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol maka penulis segera melakukan analisis data pre test. Pre test ini menggunakan format skala kemandirian belajar dan hasil pre test ini akan
menjadi data perbandingan pada data pre test dan data post test. Tujuan dari pre test adalah untuk mengetahui berapa jumlah dan kategori siswa yang memiliki
kategori kemandirian belajar sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Teknik pengujian yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan
teknik uji Mann-Whitney dengan program SPSS release 16.0. Pengujian pertama dilakukan pada data pre test untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan
antara dua sampel dalam hal ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang sebelum diberikan
kegiatan layanan konseling kelompok behavioral.
Tabel 4.1 Kategori kemandirian belajar Siswa Kelas VIII H
No. Kategori
Frekuensi Persen
1. Sangat rendah
5 18,52
2. Rendah
6 22,22
3. Sedang
5 18,52
4. Tinggi
6 22,22
5. Sangat tinggi
5 18,22
Total 27
100
84
Pada Tabel 4.1 di atas bisa dilihat bahwa siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar sangat
rendah sebanyak 5 siswa 18,52, kategori kemandirian belajar rendah sebanyak 6 siswa 22,22,
untuk kategori kemandirian belajar sedang sebanyak 5 siswa 18,52, kategori kemandirian
belajar tinggi sebanyak 6 siswa 22,22, dan kategori kemandirian belajar tinggi sebanyak 5 siswa 18,52.
4.4 Temuan Penelitian