Pengumpulan Data Dan Pelaksanaan Eksperimen

69 dan 6 siswa perempuan. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang termasuk ke dalam 3 kategori yaitu sangat rendah, rendah, dan sedang.

4.3 Pengumpulan Data Dan Pelaksanaan Eksperimen

Proses pengumpulan data dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Maret 2012 dengan menyebarkan skala kemandirian belajar yang terdiri dari 58 item pertanyaan kepada siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang yang berjumlah 27 siswa. Skala kemandirian belajar diisi langsung oleh siswa pada jam itu juga dan penulis menunggu sampai selesai diisi. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam pengisian skala kemandirian belajar, kesalahan persepsi siswa terhadap butir-butir pertanyaan, dan kelengkapan skala kemandirian belajar pada waktu dikembalikan. Hasil dari pengisian skala kemandirian belajar tersebut digunakan sebagai data pre test. Setelah data pre test terkumpul maka dilakukan analisis untuk mengetahui berapa siswa yang perlu mendapatkan layanan konseling kelompok behavioral. Selanjutnya dilakukan post test setelah seluruh pemberian layanan konseling kelompok behavioral selesai, untuk mengetahui apakah layanan koseling kelompok behavioral yang diberikan penulis dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Penulis melakukan eksperimen kepada 8 siswa yang terpilih menjadi kelompok eksperimen mulai tanggal 28 Maret 2012 sampai dengan 16 April 2012 dengan rangkaian kegiatan konseling kelompok behavioral sebagai berikut : 70 Uraian Kegiatan 1 Pertemuan pertama tanggal 28 Maret 2012 Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penulis sebagai pemimpin kelompok menjelaskan pengertian, tujuan, cara-cara dan asas-asas kegiatan konseling kelompok. Dilanjutkan dengan saling memperkenalkan diri yang dimulai dari pemimpim kelompok penulis dan kemudian anggota kelompok pertama sebelah kiri pemimpin kelompok dengan menyebutkan nama, dilakukan berurutan sampai anggota terakhir ke 8. Dan untuk mengakrabkan suasana, pemimpin kelompok penulis membuat permainan kecil yaitu menyanyikan lagu lingkaran kecil, lingkaran besar dan diperagakan terbalik. Jadi kalau lingkaran kecil diperagakan lingkaran besar dan kalau lingkaran besar diperagakan lingkaran kecil, kalau ada yang salah memperagakan nanti ada hukuman dari yang memperagakan benar. Setelah permainan selesai kegiatan akan diakhiri dengan bersalaman dan akan dilanjutkan pada tanggal 30 Maret 2012. 2 Pertemuan ke dua pada tanggal 30 Maret 2012 Pada pertemuan ke dua konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Dan juga anggota kelompok diajak untuk melakukan permainan telur, ulat, 71 kepompong, kupu-kupu. Pemimpin menjelaskan kembali pelaksanaan konseling kelompok behavioral, satu persatu konseli mengungkapkan permasalahan yang sedang dihadapinya dan diharapkan konseli ikut berpartisipasi dalam pemberian alternatife pemecahan masalah dari berbagi konseli. Setelah semua konseli mengungkapkan permasalahnya, pemimpin menunjuk salah satu permasalahan yang akan dibahas dahulu. Masalah yang pertama yaitu siswa minder jika guru menjelaskan materi yang pelajaran yang tidak disukai konseli, konseli merasa takut tidak bisa mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi itu. Tindak lanjut dari pemimpin untuk menyelesaikan permasalahan itu dengan konseling kelompok behavioral dengan teknik asertife. Tujuan dari permainan ini untuk melatih konseli agar dapat melatih ketegasan. Cara permainannya,. Konseli sebagai siswa yang minder dalam pelajaran sulit. Sedangkan temannya sebagai guru yang mengajar pelajaran yang dianggap sulit. Kemudian konseli diminta untuk mengungkapkan segala emosi, perasaan yang mengganjal di hati. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang minder tidak bisa mengerjakan pelajaran yang sulit sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran yang sulit. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mendengarkan penjelasan materi dan mencoba mengerjakan materi yang konseli anggap sulit. Setelah proses konseling kelompok selesai, pemimpin mengakhiri pertemuan dengan berdoa dan akan dilanjutkan pada tanggal 72 3 April 2012. 3 Pertemuan ke tiga pada tanggal 3 April 2012 Pada pertemuan ini konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Selanjutnya memilih permasalahan yang akan dibahas dalam pertemuan ini. Masalah dari konseli yaitu takut mengajukan pendapat. Untuk mengatasi permasalahan konseli, pemimpin kelompok akan membantu menyelesaikan permasalahannya dengan konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat bersikap lebih percaya diri dalam mengutarakan pendapat. Caranya, pemimpin akan mengajak konseli untuk melakukan role playing bermain peran. Tujuan dari permainan ini adalah untuk melatih konseli agar dapat melatih kepercayaan diri.. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang akan mengutarakan pendapat kepada guru. sedangkan konseli lain berperan sebagai guru yang mendengarkan pendapat konseli. Kemudian konseli diminta mengungkapkan segala emosi, perasaan yang mengganjal di hatinya. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk mengutarakan pendapatnya. Setelah permainan selesai, perasaan konseli berbeda dengan sebelumnya, konseli dapat melatih diri untuk berani mengatakan dengan tegas pendapatnya sendiri dan mampu mengutarakan pendapat di depan kelas dan di depan guru. 73 Dengan demikian proses konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif berhasil dalam menyelesaikan permasalahan konseli. Pemimpin kelompok menjelaskan bahwa kegiatan ini akan berakhir dan akan dilanjutkan pada tanggal 5 April 2012. Kegiatan diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 4 Pertemuan ke empat pada tanggal 5 April 2012 Pada pertemuan kali ini, Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya , pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli bisa dan mampu bersikap lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas dan pelajaran yang diberikan guru baik mudah ataupun sulit. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, yaitu konseli sulit untuk belajar sendiri tanpa ada yang membantu belajar. Teman-teman konseli mulai menanggapi permasalahan dan memberikan tanggapan serta membantu dalam penyelesaian permasalahannya. Pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat bersikap mandiri dalam hal belajar tanpa ada bantuan dari orang lain ataupun keluarga. 74 Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang tidak bisa mandiri dalam belajar dan harus didampingi orangtua untuk belajar. Sedangkan kedua konseli lain sebagai orangtua yang mendampingi belajar. Kedua siswa yang sebagai orangtua awalnya mendampingi dengan memberikan tebakkan tapi setelah itu hanya diam saja. Tetapi di dalam bermain peran, konseli yang awalnya tidak mandiri mulai membuat tebakkan dari kertas sesuai dengan materi yang dipelajarinya dan dapat melakukannya dengan baik tanpa harus dibantu oleh kedua orangtuanya. Kesan-kesan konseli setelah bermain peran yaitu konseli merasa senang dan mampu mengetahui kekurangan yang ada pada diri saya yaitu saya tidak mampu mandiri dalam belajar. Setelah selesai, pemimpin segera mengakhiri pertemuan ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 9 april 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 5 Pertemuan ke lima pada tanggal 9 April 2012 Kegiatan ini dimulai dengan berdoa yang dipimpin oleh pemimpin kelompok penulis. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya , pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah berani mengajukan pendapat pada waktu pelajaran berlangsung. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka 75 pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, yaitu konseli melakukan belajar kalau disuruh orang tua, kadang orang tua sampai marah-marah dulu baru konseli mau belajar. Pemimpin membuka tanggapan kepada konseli yang lain untuk mencoba menanggapi dan membantu memecahkan permasalahan konseli. Teman konseli ada yang berpendapat untuk membuat jadwal belajar. Setelah teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat mempunyai kesadaran dalam belajar tanpa harus disuruh oleh orangtua dan bertanggung jawab melaksanakan jadwal yang telah dibuat. Pada kesempatan ini, konseli dibantu teman-teman dan konselor menyusun jadwal belajar yang harus dilaksanakan konseli setiap harinya. Tanpa harus menunggu orangtua menyuruhnya belajar. Dalam penyusunan jadwal belajar konseli sangat bersemangat dan antusias serta mengutarakan niatnya dengan tegas akan melaksanakan jadwal yang telah disusun bersama-sama ini. Konseli merasa senang dengan menyusun jadwal belajar, dan lebih bersemangat untuk belajar tanpa disuruh orang tua. Kesan dari konseli yaitu setelah melakukan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral, konseli mempunyai kesadaran untuk belajar demi kebaikan konseli tanpa orang tua menyuruh belajar. Selain itu konseli juga mampu mengetahui kekurangan pada diri konseli yaitu kurangnya kesadaran akan belajar sendiri dan mengatur waktu 76 yang sesuia untuk belajar. Karena kegiatan ini akan berakhir, maka sesi berikutnya akan dilanjutkan pada tangal 10 April 2012. Setelah itu kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 6 Pertemuan ke enam pada tanggal 10 April 2012 Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli mampu bersikap mandiri dalam belajar tanpa harus bergantung pada keluarga untuk menemani konseli belajar. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, yaitu konseli tidak berani mengajukan pertanyaan jika kurang paham terhadap materi pelajaran. Dari permasalahan konseli tersebut , pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, banyak sekali tanggapan-tanggapan dari teman-teman yang ingin membantu menyelesaikan permasalahan koseli. Setelah teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk mendorong konseli agar dapat bersikap berani dan mampu mengajukan pertanyaan ketika tidak paham materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. 77 Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang tidak paham akan materi pelajaran yang telah diajarkan. sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan pertanyaan dengan berani tentang suatu materi yang konseli belum jelas. Pernyataan dari konseli setelah bermain peran , konseli dapat melatih untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani mengajukan pertanyaan yang konseli tidak mengerti dan mengetahui kekurangan yang ada pada diri konseli yaitu tidak berani mengungkapkan pertanyan kepada guru ketika ada materi pelajarn yang konseli tidak mengerti dan konseli menjadi lebih tenang dalam mengajukan pertanyaan. Setelah konseli tidak ada keluhan lagi, maka pemimpin kelompok akan segera mengakhiri kegiatan konseling kelompok pada sesi ini , dan akan dilanjutkan pada tanggal 11 April 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 7 Pertemuan ke tuju pada tanggal 11 April 2012 Pada pertemuan ke tuju konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah menerapkan jadwal belajar dan melaksanakan walaupun masih belum terbiasa, tapi konseli bertekad 78 akan terus mencoba agar bisa menjadi mandiri dalam belajar. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, permasalahan pada sesi ini konseli merasa rendah diri apabila pendapat konseli berbeda dengan pendapat teman-teman lainnya. Dari permasalahan konseli tersebut , pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih kepercayaan diri konseli. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda dengan teman-temannya. sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang mempunyai pendapat yang hampir sama. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mempertahankan pendapatnya dan tidak tergoda untuk mengikuti pendapat teman-temannya. Pernyataan dari konseli setelah bermain peran, konseli bisa melatih untuk berani mempertahankan pendapatnya dan mampu mengetahui kakurangan yang ada pada diri konseli. Konseli mengucapkan terima kasih kepada pemimpin karena konseli merasa senang dapat mempertahankan pendapatnya dengan cara melakukan konseling kelompok. Karena konseli sudah tidak ada permasalahan lagi, 79 maka pemimpin akan mengakhiri pertemuan pada sesi ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 12 April 2012. Setelah itu kegiatan kelompok doakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 8 Pertemuan ke delapan pada tanggal 12 April 2012. Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah mencoba mengutarakan pertanyaan kepada guru ketika ada beberapa materi yang konseli tidak mengerti, awalnya konseli masih takut dan gugup tapi konseli tetap berusaha melakukannya karena konseli bisa jadi memahami materi secara keseluruhan. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, permasalahan pada sesi ini yaitu konseli lebih suka kalau diajak teman mengobrol dari pada mendengarkan guru menerangkan. Inti dari permasalahan konseli, konseli tidak bisa menangkap pelajaran saat dikelas dan malas untuk memperhatikan guru saat menerangkan pelajaran. Dari permasalahan konseli tersebut , pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman- 80 teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih kedisiplinan. Konseli setuju dengan pendapat pemimpin dan bersedia melakukan proses konseling kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang diajak mengobrol waktu pelajaran sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang mengajak mengobrol. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk mengobrol waktu pelajaran lagi kepada teman-temannya. Perasaan konseli sesudah proses konseling selesai, konseli merasa senang karena dapat melatih konseli untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani menolak ajakan teman untuk mengobrol pada waktu jam pelajaran. Konseli memutuskan untuk terus berlatih agar bisa merubah perilakunya yang membawa dampak negatif pada dirinya dan merubah kedalam hal yang positif. Karena konseli sudah merasa puas, maka pemimpin akan segera mengakhiri proses konseling ini dan akan dilanjutkan pada tanggal 14 April 2012. Kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 9 Pertemuan ke sembilan pada tanggal 14 April 2012 Sebelum kegiatan konseling kelompok dilaksanakan terlebih 81 dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh penulis yang berperan sebagai pemimpin kelompok. Sebelum pemimpin melanjutkan ke pembahasan selanjutnya, pemimpin bertanya tentang perkembangan kepada konseli yang kemarin sudah diberi konseling. Hasilnya konseli sudah mencoba untuk tetap mempertahankan pendapat konseli meskipun bertentangan dengan teman, pada awalnya masih tidak percaya diri dengan pendapatnya, tapi konseli terus berusaha mencoba tetap berpegang pada pendapatnya. Konseli juga mampu bersikap percaya diri dengan pendapat konseli sendiri. Karena konseli yang kemarin sudah tidak ada permasalahan, maka pemimpin melanjutkan ke permasalahan berikutnya, permasalahan pada sesi ini yaitu konseli sering terlambat mengumpulkan tugas atau tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Dari permasalahan konseli tersebut, pemimpin memberi kesempatan kepada teman-teman untuk menanggapi permasalahan konseli, ternyata teman-teman sangat antusias sekali dalam menanggapi permasalahan konseli. Setelah teman-teman lain selesai memberi tanggapan, pemimpin mencoba membantu mengatasi permasalahan konseli dengan pendekatan behavioral dengan teknik asertif yang bertujuan untuk melatih konseli agar dapat melatih ketegasan. Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain peran, konseli sebagai siswa yang dipaksa mengumpulkan tugas terlambat sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang memaksa mengumpulkan tugas terlambat. Tetapi di dalam bermain peran, konseli 82 mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk tidak mau lagi mengumpulkan tugas terlambat kepada teman-temannya. Perasaan konseli sesudah proses konseling selesai, konseli merasa senang karena konseli menjadi mampu mengutarakan niat konseli untuk tidak mau mengumpulkan tugas terlambat lagidan konseli mampu memahami kesalahan pada diri konseli kalau konseli benar- benar tidak berani menolak ajakan teman untuk mengumpulkan tugas terlambat. Karena konseli sudah merasa puas dengan proses konseling kelompok, maka kegiatan kelompok akan segera diakhiri dan akan bertemu lagi pada tanggal 16 April, kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa. 10 Pertemuan ke sepuluh pada tanggal 16 April 2012 Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan salam dan doa. Dan juga anggota kelompok diajak untuk melakukan bernyanyi. Pada pertemuan sekarang ini adalah dimana proes konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik asertif akan segera diakhiri. Pemimpin merasa senang dapat bersama-sama dengan konseli dan konseling kelompok yang telah dilakukan dari sesi pertama sampai saat ini. Sebelum menutup, konseli diminta untuk mengungkapkan kesan-kesan dalam mengikuti konseling kelompok dari awal sampai akhir. Setelah kesan-kesan pemimpin mengucapkan terimakasih atas pertisipasi dari semua konseli dalam konseling 83 kelompok ini. Kegiatan diakhiri dengan bersalam-salaman. Setelah penulis mengelompokkan siswa dalam kelompok eksperimen atau kelompok kontrol maka penulis segera melakukan analisis data pre test. Pre test ini menggunakan format skala kemandirian belajar dan hasil pre test ini akan menjadi data perbandingan pada data pre test dan data post test. Tujuan dari pre test adalah untuk mengetahui berapa jumlah dan kategori siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Teknik pengujian yang digunakan dalam menganalisis data menggunakan teknik uji Mann-Whitney dengan program SPSS release 16.0. Pengujian pertama dilakukan pada data pre test untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara dua sampel dalam hal ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang sebelum diberikan kegiatan layanan konseling kelompok behavioral. Tabel 4.1 Kategori kemandirian belajar Siswa Kelas VIII H No. Kategori Frekuensi Persen 1. Sangat rendah 5 18,52 2. Rendah 6 22,22 3. Sedang 5 18,52 4. Tinggi 6 22,22 5. Sangat tinggi 5 18,22 Total 27 100 84 Pada Tabel 4.1 di atas bisa dilihat bahwa siswa yang memiliki kategori kemandirian belajar sangat rendah sebanyak 5 siswa 18,52, kategori kemandirian belajar rendah sebanyak 6 siswa 22,22, untuk kategori kemandirian belajar sedang sebanyak 5 siswa 18,52, kategori kemandirian belajar tinggi sebanyak 6 siswa 22,22, dan kategori kemandirian belajar tinggi sebanyak 5 siswa 18,52.

4.4 Temuan Penelitian

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang T1 132008038 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang T2 942012049 BAB IV

0 0 53

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menurunkan Frekuensi Membolos Melalui Konseling Kelompok di SMP Islam Ngadirejo Temanggung T1 132007084 BAB IV

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Melalui Konseling Kelompok

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Melalui Konseling Kelompok T1 132007083 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Melalui Konseling Kelompok T1 132007083 BAB II

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Melalui Konseling Kelompok T1 132007083 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang Melalui Konseling Kelompok

0 0 79

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB IV

0 0 31

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kemandirian Belajar Berdasar Pola Asuh Orang Tua Siswa Kelas XI SMA Virgo Fidelis Bawen T1 BAB IV

0 0 9