Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang T2 942012049 BAB IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran SMPN 1 Bawen
SMP Negeri 1 Bawen merupakan salah satu sekolah menengah negeri yang berdiri pada 15 Desember 1983 dan terletak di Jalan Soekarno – Hatta no. 54, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi sekolah ini sangat strategis karena terletak di pinggir jalan raya dimana semua angkutan melewati akses jalan tersebut, bahkan di sub-rayon 02 SMPN 1 Bawen adalah sekolah yang paling strategis dibandingkan sekolah menengah lainnya. Bukan hanya lokasinya yang di pinggir jalan raya tetapi juga keberadaan luas sekolah yang memadahi, yaitu sekitar 2 ha.
SMPN 1 Bawen memiliki visi dan misi yang tertuang dalam dokumen sekolah yaitu:
1. Visi
Visi dari SMP Negeri 1 Bawen adalah unggul dalam prestasi, berwawasan IPTEK berdasarkan IMTAQ.
2. Misi
a. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan secara efektif untuk mewujudkan pengembangan visi.
(2)
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menunjang peningkatan kinerja guru dan karyawan.
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dinamika dan kualitas proses pembelajaran pelatihan dan bimbingan. d. Mengupayakan pengadaan, pemanfaatan
dan memelihara fasilitas pendidikan secara optimal.
e. Melaksanakan kegiatan pencapaian ketuntasan kompetensi kelulusan baik pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku.
f. Melaksanakan manajemen berbasis sekolah secara mantap.
g. Mengupayakan pengembangan pembiayaan untuk mendukung kegiatan sekolah secara menyeluruh.
h. Melaksanakan penilaian secara menyeluruh dan berkesinambungan.
4.1.1 Data Peserta didik
SMPN 1 Bawen hampir tidak pernah
kekurangan peserta didik, bahkan
kecenderungannya menolak peserta didik ketika penerimaan peserta didik baru. Jumlah nilai UN peserta didik yang diterima berkisar antara 22 s.d.
(3)
23, atau jika dirata-rata 7,3 s.d. 7,6. Sesungguhnya input atau kemampuan dasar peserta didik di SMPN 1 Bawen bisa dikatakan cukup bagus jika dibandingkan dengan sekolah menengah di sub rayon 02. Jumlah peserta didik dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang dikarenakan adanya penambahan rombongan belajar (rombel). Yang biasanya hanya 21 robel menjadi 27 rombel. Berikut ini tabel jumlah peserta didik 4 tahun terakhir:
Tabel 4.1
Jumlah Peserta didik 4 Tahun Terakhir
No Th Kelas
VII VIII IX
1 2010/2011
L 116 119 126
P 158 122 126
Jumlah 274 241 252
Total 767
2 2011/2012
L 164 121 90
P 129 138 159
Jumlah 293 259 249
Total 801
3 2012 2013
L 157 121 89
P 130 139 158
Jumlah 287 260 247
Total 749
4 2013/2014
L 154 162 113
P 138 129 138
Jumlah 298 291 251
Total 840
(4)
4.1.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.2
Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMPN 1 Bawen
No Jabatan PNS WB Jml Keterangan L P L P
1 Kepsek 1 - - - 1
Guru :
1 Agama 3 2 - - 5
3 guru berasal dari sekolah lain.
2 Pkn - 3 - - 3 1 guru dari sekolah lain
3 B. Indonesia - 5 - - 5 1 guru dari sekolah lain
4 IPA 2 5 - - 7
5 Matematika - 4 - - 4
6 IPS - 5 - - 5
7 B. Inggris 3 1 1 5
8 B. Jawa 2 - - - 2
9 BK - 2 1 3 1 guru dari
sekolah lain.
10 Penjasorkes 2 - 1 - 3 1 guru dari
sekolah lain
11 Tatabusana - 2 - - 2
12 TIK - 2 - - 2
13 Kesenian 2 - - - 2 1 guru dari sekolah lain
14 Satpam - - 2 - 2
15 Penjaga 1 - 2 - 3
16 Tatausaha 2 1 1 1 5
17 Tenaga
Perpustakaan - - - 1 1
18 Teknisi komputer - - 1 - 1
Jumlah 18 32 8 2 60 Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah
(5)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah guru yang mengajar di SMPN 1 Bawen adalah sebanyak 48 guru. Ditambah dengan 1 kepala sekolah, 2 petugas keamanan, 3 penjaga dan petugas kebersihan, 5 petugas tatausaha, 1 tenaga perpustakaan dan 1 teknisi komputer. SMPN 1 Bawen terdiri dari 27 rombel dengan 27 wali kelas. Sementara itu ada beberapa guru yang berasal dari sekolah lain (penambahan beban mengajar 24 jam), seperti: 1 guru agama islam, 1 guru agama kristen, 1 guru agama katholik, 1 guru kesenian, 1 guru bahasa indonesia, 2 guru olah raga, dan 1 guru BK. Dari 48 guru ada sebanyak 45 PNS dan 3 guru wiyata bhakti (WB).
Tabel 4.3
Kualifikasi Akademik Guru SMPN 1 Bawen
No Jabatan
PNS WB
Jml S2 S1 D3 D2 SMA S2 S1 SMA
1 Kepala
Sekolah 1 - - - 1
2 Tenaga
Pendidik 1 44 - 1 - - 2 - 48
3
Tenaga Kependidik an
- - 1 - 2 - 2 6 11
Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah
Tenaga pendidik (guru) SMPN 1 Bawen hampir semua berkualifikasi S1, hanya tinggal 1 guru yang berijasah D2. Dari guru PNS maupun
(6)
wiyata bhakti semuanya ada 98 % yang sudah memenuhi kualifikasi pendidikan S1.
4.1.3 Sarana Prasarana 1. Sarana
Berdasarkan hasil pengamatan dan studi dokumen dapat dijelaskan bahwa SMPN 1 Bawen memiliki sarana pembelajaran yang yang sudah cukup lengkap. Adapun sarana yang dimaksud adalah: buku teks pelajaran, alat peraga (globe, atlas, alat peraga matematika, alat peraga IPA, alat peraga kesenian, alat peraga olah raga, dan lain-lain), media yang berkaitan dengan TIK ( 8 LCD proyektor, 6 Laptop, Komputer, TV, pengeras suara, VCD, dan lain sebagainya), sarana kegiatan ektrakurikuler (1 set alat musik band, matras dan perlengkapan pencak silat, 1 set alat musik perskusi rebana, peralatan olah raga: bola voli, basket, sepak bola, bulu tangkis, tolak peluru, atletik. Selain itu sekolah juga memiliki fasilitas keterampilan menjahit yang cukup memadahi, yaitu sejumlah 35 mesin jahit dan beberapa alat obras kain.
2. Prasarana
Prasarana SMPN 1 Bawen sudah cukup lengkap meskipun masih ada yang kurang atupun rusak, diantaranya: 6 jamban peserta
(7)
didik rusak berat, ruang UKS yang masih kurang luas. Untuk melihat lebih jelas dari kondisi prasarana SMPN 1 Bawen dapat diamati melalui Tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Keadaan Prasarana Pendidikan SMPN 1 Bawen
Sumber: Data sekolah, diolah
No Jenis Ruang Kedaan Ukuran Jml. Ket. Baik Rsk
1 Kelas 26 7 x 9 26 Proses
penambahan.
2 Laboratorium IPA 1 8 x 12 1
3 Ruang
keterampilan 1 10 x 12 1
4 Lab. Komputer 1 8 x 12 1
5 Perpustakaan 1 7 x 9 1
6 Kantor Guru 1 7 x 17 1
7 Kantor Kepsek 1 6 x 7 1
8 kantor Pimpinan 1 6 x 7 1
9 Aula 0 0 0 Proses
pembgn.
10 Mushola 1 10 x 10 1
11 UKS 1 5 x 4 1
12 Koperasi 1 5 x 6 1
13 Kantin 2 4 x 5 2
14 Jamban Guru 3 2 x 2 3
15 Jamban Peserta
didik 15 6 2 x 2 21
16 Gudang 1 4 x 5 1
17 Ruang BK 1 4 x 6 1
18 Ruang OSIS 1 6 x 7 1
19 Ruang Band 1 3 x 7 1
20 Ruang TU 1 7 x 9 1
21 Lapangan sepak
bola 1 60 x 40 1
22 Lapangan Basket 1 24 x 14 1
23 Lapangan Bola
Voli 1 9 x 8 1
24 Pos Keamanan 1 3 x 3 1
(8)
4.2
Hasil Penelitian
Berdasarkan pada langkah-langkah
pengembangan, maka hasil penelitian adalah sebagai berikut:
4.2.1 Potensi dan Masalah
Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen
Pada bagian ini akan disajikan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan guru SMPN 1 Bawen tentang yang sudah dilakukan terhadap rencana strategis (renstra) untuk meningkatkan mutu sekolah. Berikut ini hasil wawancara dengan kepala SMPN 1 Bawen:
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SMPN 1 Bawen didapatkan bahwa renstra yang selama ini dibuat belum sepenuhnya dibuat oleh stakeholder sekolah.
Renstra disusun dengan mengadopsi dari sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Proses-proses yang seharusnya dilewati dalam penyusunan renstra belum dijalankan sebagaimana mestinya, hal tersebut terbukti dengan tidak adanya dokumen-dokumen yang
menunjukkan proses penyusunan renstra
seperti rapat – rapat pleno, notulen proses
penyusunan renstra, daftar hadir, dan lain-lain. Selanjutnya kepala sekolah menyatakan:
(9)
sesungguhnya isi dari renstra yang dimiliki oleh sekolah saat ini sudah cukup baik namun masih belum mampu menjawab persoalan-persoalan yang semakin kompleks dan dinamis begitu yang dihadapi oleh sekolah. Hal tersebut dikarenakan dalam proses penyusunan renstra tidak menyentuh akar rumput masalah yang ada di sekolah. Selain itu juga adanya beberapa kata atau kalimat dalam renstra yang masih belum operasional sehingga sedikit ada masalah dalam implementasinya.
Wakil kepala SMPN 1 Bawen selanjutnya menyatakan:
sekolah masih menggunakan acauan renstra dari sekolah lain yang kemudian diadaptasi dengan situasi dan kondisi sekolah, sehingga alurnya atau prosesnya tidak dimulai dari hulu sampai hilir. Meski demikian sekolah sudah mencoba untuk melibatkan stakeholder sekolah
untuk proses penyusunan tersebut dan
melakukan sosialisasi kepada guru. Menyusun renstra yang ideal sangat sulit karena harus
melalui tahapan-tahapan dan harus
meluangkan waktu untuk mewujudkannya, sementara itu kesibukan kepala sekolah, unsur pimpinan, guru dan komite cukup padat
sehingga rasanya sulit untuk
merealisasikannya.
Sementara itu menurut mantan waka bidang kurikulum menyatakan bahwa:
(10)
sekolah sudah mencoba untuk melibatkan semua stakeholder sekolah untuk merumuskan rencana strategis sekolah meskipun dalam proses penyusunan tersebut sekolah masih menggunakan acaun dengan renstra sekolah lain untuk diadopsi dan sesuaikan.
Melihat hasil wawancara dengan di atas maka dapat disimpulkan bahwa selama ini sekolah belum melakukan proses yang semestinya dalam menyusun renstra sekolah. Hal tersebut dapat menjadi faktor yang menghalangi perkembangan mutu sekolah dari waktu ke waktu.
4.2.2 Draft Awal Strategi (SWOT) 1.Analisis SWOT
Analisa SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman untuk peningkatan mutu sekolah di SMP Negeri 1 Bawen yang berdasarkan pada hasil FGD dalam 3 aspek yaitu input, proses dan output yang diuraikan sebagai berikut ini.
a.Aspek Input
Menurut Lewis dan Smith (dalam Tjiptono & Diana, 2003) yang termasuk dalam aspek input adalah: kemampuan peserta didik, sumber daya finansial, fasilitas, program dan jasa pendukung.
(11)
Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek
input, serta pemberian skor sampai diperoleh IFAS
dapat dilhat pada tabel 4. 5 berikut ini:
Tabel 4.5
Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
No
Faktor-faktor Internal
Bobot Skor Tota
l Skor Kekuatan
1 Lokasi sekolah sangat trategis 0,30 5 1,50 2 98 % guru berpendidikan S1 0,20 4 0,80 3 Kemampuan dasar peserta didik baik 0,15 4 0,60 4 Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta
didik mencukupi 0,15 3 0,45
5 Kemampun manajemen kepala sekolah sudah baik 0,10 3 0,30 6 Dana untuk operasi sekolah mencukupi 0,06 4 0,24
7 Fasilitas cukup lengkap 0,04 3 0,12
Total Skor 1 4,01
Kelemahan 1
Supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh tim dan kepala sekolah masih belum optimal.
0,30
4 1,20 2 Guru belum memahami visi, misi sekolah 0,15 3 0,45 3
Kurang optimalnya pembimbingan/
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dalam mencapai target yang diharapkan.
0,15 3 0,45 4 Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan
Keuangan) belum optimal. 0,15 2 0,30
5 Belum memadai ruang untuk kegiatan
ekstrakurikuler. 0,10 2 0,20
6 Pemanfaatan laboratorium (Bahasa, IPA dan
Komputer) masih kurang optimal. 0,10 3 0,30 7 Lingkungan sekolah kurang hijau, bersih dan nyaman. 0,05 2 0,10
Total Skor 1 3,00
Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,01
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Berdasarkan tabel diatas, kekuatan yang paling berpengaruh atau menonjol adalah lokasi sekolah yang
(12)
sangat strategis dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 kabupaten semarang menurut para guru, staf dan komite sekolah dengan bobot 0,30 dan skor 5. Namun bagi kepala sekolah sesungguhnya yang paling penting dalam pencapain mutu sekolah adalah sumber daya manusianya (SDM) terlebih dahulu selanjutkan akan diikuti dengan hal yang lainnya. Hanya 1 guru yang masih berpendidikan D-2, sementara guru yang lain sudah S1 bahkan ada yang sudah S2. Pendidikan guru memiliki bobot 0,20 dengan skor 4, artinya tertinggi nomor 2. Kemampuan dasar peserta didik SMPN 1 Bawen cukup baik dengan syarat minimal nilai rata-rata 7,30 pada saat masuk. Kemampuan dasar peserta didik ini diberi bobot 0,15 dengan bobot 0,60. Sementara itu untuk ketersediaan buku ajar untuk guru dan peserta didik sudah mencukupi, hal ini tercermin dari buku paket untuk peserta didik sudah hampir mencukupi serta banyaknya koleksi buku materi di perpustakaan. Bobot dari ketersediaan buku ajar ini adalah 0,15 dengan skor 3.
Kemampuan manajemen kepala sekolah yang baik dan program-programnya menjadi kekuatan bagi sekolah. Dengan manajemen yang baik maka sekolah mulai dikelola dengan baik dan terarah untuk mewujudkan visi, misi sekolah. Disamping itu dana untuk operasi penyelenggaraan kegiatan sekolah sudah mencukupi,
(13)
meskipun dana untuk kegiatan non akademis (ekstrakurikuler) masih belum optimal dikarenakan begitu banyaknya kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Hal ini menjadi pertimbangan sekolah untuk menggali sumber-sumber dana baik dari orang tua melalui komite ataupun dengan instansi atau lembaga lain. Fasilitas SMPN 1 Bawen sudah cukup lengkap dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 Kabupaten Semarang. Meskipun sudah cukup lengkap namun dalam hal pemanfaatan masih belum optimal. Hal ini disebabnya karena kurangnya kesadaran guru pentingya penggunaan fasilitas sekolah untuk mencapai pembalajaran yang lebih efektif. Jika para guru mampu mengoptimalkan fasilitas yang telah disediakan sekolah maka output yang dihasilkan akan lebih baik dari pada saat ini.
Kekuatan tersebut diatas menjadi dasar untuk memulai meningkatkan mutu sekolah khususnya pada mutu aspek input. Total bobot masing-masing kekuatan dikalikan dengan skor masing-masing kekuatan untuk faktor kekuatan aspek input adalah 4,01.
Meskipun memiliki beberapa kekuatan yang cukup potensial untuk dikembangkan, sekolah juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diatasi seperti supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tim yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,30 dengan skor 4. Disamping itu banyak guru yang belum
(14)
memahami visi, misi sekolah sehingga mempengaruhi kinerjanya yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Masih kurang optimalnya pengajar atau pelatih ekstrakurikuler dalam memberikan pembimbingan, yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan Keuangan) masih belum optimal, yang diberi bobot 0,15 dan skor 2. Sementara itu untuk tempat atau ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler masih belum memadahi, yang diberi bobot 0,10 dan skor 2.
Pemanfaatan laboratorium IPA, Bahasa dan komputer masih belum optimal. Hal ini dikarenakan masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam mengajar peserta didik. Pada bagian ini diberi bobot 0,10 dan skor 3. Sementara itu lingkungan sekolah yang kurang hijau, bersih dan aman masih menjadi perhatian sekolah, yang diberi bobot 0,05 dan skor 2. Dari kelemahan-kelemahan aspek input di atas dapat dijadikan dasar untuk memperbaikinya. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 3,00. Totol skor akhir kekuatan dikurangi kelemahan untuk aspek input adalah 1,01, yang artinya faktor kekuatan masih lebih tinggi dari pada faktor kelemahan. Hal ini berarti sekolah dapat memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek input dapat dilihat pada Tabel 4.6 yang selanjutnya diberi
(15)
bobot dan skor serta dilakukan perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik External Factors Analysis Summary (EFAS) sebagai berikut:
Tabel 4.6
Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)
No
Faktor-Faktor Eksternal
Bobot Skor Total Skor Peluang
1. Minat tinggi orang tua untuk menyekolahkan
anaknya di SMPN 1 Bawen. 0,30 4 1,20
2.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dan semakin mudah untuk didapatkan/ diakses.
0,20 3 0,60 3. Hubungan yang sangat baik dengan dinas
pendidikan kabupaten. 0,20 3 0,60
4. Semakin meningkatnya peran komite 0,20 4 0,80 5. Banyak fihak/ instansi luar yang tertarik
untuk bekerjasama dengan sekolah. 0,10 3 0,30
Total Skor 1 3,50
No Ancaman Bobot Skor Total
Skor 1.
Beberapa guru kurang siap dengan perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah.
0,30 3 0,90
2.
Beberapa guru masih berorientasi pada uang dalam menjalankan tugas pokok fungsingya
(money oriented).
0,20 3 0,60
3. Persaingan antar sekolah menengah pertama semakin tinggi.
0,20 3 0,60 4. Banyak sekolah menengah pertama memiliki
fasilitas yang lebih baik dan lengkap.
0,20 2 0,40
5.
Maraknya pengaruh negatif dari penggunaan peralatan TIK (handpone, game online, dan
internet)
0,10 2 0,20
Total Skor 1 2,70
Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman) 0,80
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Peluang-peluang tersebut sangat strategis bagi peningkatan mutu dan menjadi
(16)
modal yang sangat besar bagi sekolah. Menurut pihak sekolah peluang yang memiliki bobot paling tinggi adalah minat tinggi orang tua peserta didik menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Bawen yang diberi bobot 0,30 dan skor 4. Perkembangan TIK yang sangat pesat dan mudah untuk diakses merupakan peluang yang sangat stategis untuk meningkatkan mutu sekolah dari aspek input, yang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Sementara itu untuk hubungan baik dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang diberi skor oleh pihak sekolah 0.20 dan skor 3. Peran komite semakin meningkat adalah peluang yang sangat penting dan strategis bagi sekolah untuk merealisasikan program sekolah, yang diberi bobot 0,20 dan skor 4. Sementara itu fihak/ instansi yang semakin tertarik bekerjasama dengan sekolah adalah sebuah peluang yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah di sub rayon 02. Untuk aspek ini diberikan bobot oleh pihak sekolah 0,10 dan skor 3.
Selain peluang sekolah juga memiliki ancaman dimana beberapa guru kurang siap bahkan menolak perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah adalah ancaman yang paling tingginya, diberi bobot oleh sekolah 0,30 dan skor. Instansi seperti sekolah akan mengalami peningkatan mutu jika setiap orang yang terlibat di dalamnya mau dan selalu siap yang perubahan. Memang diakui bahwa
(17)
sekolah negeri cukup dikenal dengan budaya aman dan nyaman dalam bekerja sehingga jika perubahan dimana peruhan tersebut tidak membuat nyaman dan aman maka penolakan adalah jawaban. Bahkan tidak jarang menjadi konflik yang bersifat frontal. Maka dari itu kepala sekolah perlu memikirkan bagaimana untuk menanamkan sikap terbuka terhadap perubahan dan selalu siap sedia dengan perubahan. Tentunya untuk kegiatan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan program outbond, retret, seminar, dan lain sebagainya. Ancaman yang kedua adalah ada beberapa guru yang masih berorientasi pada uang atau materi dalam menjalankan tugas pokok fungsinya oleh sekolah diberi bobot 0,20 dan skor 3. Persaingan antar sekolah menengah yang semakin ketat menempati urutan ketiga yang diberi bobot oleh sekolah 0,20 dan skor 2. Sementara itu untuk fasilitas sekolah lain yang semakin lengkap dan baik menjadi acaman urutan keempat dimana sekolah memberikan bobot 0,20 dan skor 2. Untuk pengaruh negatif perkembangan teknologi dan informasi menempati urutan yang terakhir yang diberi bobot oleh sekolah sebasar 0,10 dan skor 2.
a. Aspek Proses
Komponen proses meliputi kemampuan guru, metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran, kurikulum,
(18)
media dan evaluasi. Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan untuk aspek proses dapat dilihat pada Tabel 4. 7 berikut ini
Tabel 4.7
Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary) No Faktor-faktor Internal Bob
ot
Sko r
Total Skor Kekuatan
1. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan
pelajaran yang diampu 0,30 4 1,20
2. KKM sekolah minimal 75 0,20 5 1,00
3.
Adanya banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah (band, pramuka, silat, karate, rebana, bola voli, renang, basket, PMR, paduan suara, seni lukis, baca tulis alquran).
0,15 4 0,60
4. Kemampuan manajemen kepala sekolah
cukup baik. 0,15 4 0,60
5. Adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas
IX. 0,10 2 0,20
6.
Guru mengikuti kegiatan pengembangan profesi (MGMP, Workshop, Seminar, Pelatihan).
0,10 3 0,20
Total Skor 3,80
Kelemahan 1
Kedisiplinan guru yang masih kurang, khususnya dalam menjalankan tugas pokok fungsinya.
0,30 3 0,90
2
Masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran, serta belum mengoptimalkan media pembelajaran.
0,20 3 0,60
3 Guru kurang memberikan motivasi kepada
peserta didik. 0,15 3 0,45
4
Kerjasama (team work) antar guru dan lembaga dalam internal sekolah masih belum optimal.
0,15 2 0,30 5 Pelaksanaan supervisi belum tuntas dan
optimal. 0,10 3 0,30
6. Fasilitas pembelajaran yang masih belum optimal
0,10 2 0,20
Total Skor 1 2,75
Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,05
(19)
Faktor kekuatan yang paling berpengaruh pada aspek proses adalah kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampunya yang selanjutnya diberi bobot 0,30 dan skor 4. Tidak semua sekolah di sub rayon 02 yang kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampunya, bahkan hampir sebagian besar terdapat guru yang mengajar belum sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sementara itu KKM sekolah yang minimal 75 yang diberi bobot 0,20 dan skor 5. KKM akan menjadi pemicu para guru agar peserta didik dapat mencapainya bahkan melampauinya.
Adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam diberikan bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,15 dan skornya 4. Jika sekolah dapat lebih mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler (non akademis) tidak hanya dari sisi kuantitas tetapi juga kualitasnya maka tidak mustahil kualitas sekolah akan semakin meningkat dan semakin dipercaya oleh masyarakat dan instansi lainnya.
Kemampuan manajemen kepala sekolah yang sudah baik diberikan bobot 0,15 dan skornya 4. Sekolah memiliki kepala sekolah dengan kemampuan manajemen baik sejak 2 tahun terahir ini. Kemampuan manajemennya kepala sekolah sebelumnya belum bisa mengikuti perkembangan pendidikan yang terus berkembang atau dinamis. Ke depan sekolah berpeluang
(20)
untuk dapat memperbaiki mutu dengan manajemen yang lebih efektif dan efisien.
Pelajaran tambahan untuk kelas IX diberi bobot 0,10 dan skor 2. Sekolah sebenarnya tidak hanya memberikan pelajaran kepada semua peserta didik, tetapi juga bagi peserta didik yang 25 terbaik dari masing-masing mata pelajaran UN dengan target 10 peserta didik tesebut mendapatkan nilai 100 pada masing-masing nilai mapel UN tersebut.
Guru besedia mengikuti kegiatan pengembangan profesi baik yang diselenggarakan oleh intenal sekolah (MGMP, IHT, Seminar dan pengembangan lainnya) ataupun oleh fihak lain (workshop, seminar, pelatihan). Dari kekuatan ini diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total bobot dikalikan dengan skor untuk faktor kelemahan yaitu 3,80.
Sementara itu untuk beberapa kelemahan yang dimiliki oleh sekolah dalam aspek proses adalah kedisiplinan guru yang masih kurang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Hal itu tercermin dari seringnya para guru terlambat datang sekolah dan masuk ruang kelas. Selain itu dari sisi kedisplinan administatatif guru yang sering kurang, khususnya hal menyusun perangkat pembelajaran, analisa, evaluasi dan tidak lanjut. Selain itu masih ada beberapa guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional (ceramah) dan kurang
(21)
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, yang selanjutnya oleh sekolah diberi bobot 0,20 dan skor 3. Untuk kurangnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik diberi bobot 0,15 dan skor 3.
Kerjasama antar guru dan lembaga dalam internal sekolah yang masih kurang diberikan bobot 0,15 dan skor 2. Selain itu pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tim belum optimal diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Sebenarnya supervisi sudah ada jadwal dan pembagian tim namun dalam implementasinya masih belum dijalankan sesuai jadwal. Sementara itu untuk fasilitas yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,10 dan skor 2.
Totol bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 2,75. Sementara itu untuk total skor akhir faktor kekuatan dikurangi faktor kelemahan adalah 1,05. Dari faktor proses ini didapatkan bahwa faktor kekuatan menjadi faktor yang lebih dominan dibandingakan dengan faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang dominan. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek proses dapat dilihat pada Matrix External Factors Analysis
(22)
Tabel 4.8
Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)
No Faktor-Faktor Eksternal Bobot Skor Total Skor
Peluang
1. Semakin meningkatnya kesadaran orang
tua pentingnya kualitas pendidikan. 0,30 3 0,90
2.
Sekolah berada di wilayah industri, pasar, perkantoran sehingga memungkinkan untuk menjalin kerjasama (pembelajaran kontektual, beapeserta didik, penggalian dana).
0,20 5 1,00
3.
Semakin banyaknya kegiatan
pengembangan kompetensi guru, baik itu workshop, MGMP, Seminar, ToT, dll.).
0,20 4 0,80 4. Semakin melimpahnya media pembelajaran. 0,10 4 0,40 5. Adanya perhatian khusus dari pemerintah
kabupaten terhadap sekolah. 0,10 3 0,30 6.
Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut baik ke universitas dalam negeri maupun luar negeri
0,10 2 0,20
Total Skor 1 3,60
No Ancaman Bobot Skor Total
Skor 1. Semakin kritisnya masyarakat terhadap
kualitas guru 0,30 3 0,90
2.
Proses Belajar Mengajar (PBM) sekolah favorit lain yang sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih lengkap.
0,20 3 0,60 3. Daya dukung masyarakat terhadap sekolah
masih belum optimal. 0,20 3 0,60
4.
Beberapa guru mengajar di sekolah lain untuk menambah jam mengajar (minimal 24 jam).
0,10 2 0,20 5. Masih lemahnya pengawasan dan evaluasi
pemerintah terhadap guru. 0,10 3 0,30 6.
Intervensi pemerintah pusat dalam
penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat kelulusan.
0,10 3 0,30
Total Skor 1 2,90
Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman) 0,70
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Dari aspek peluang semakin meningkatnya kesadaran orang tua pentingnya kualitas suatu pendidikan menempati posisi teratas dengan bobot 0,30
(23)
dan skor 3. Hal ini sangat penting untuk menanamkan pemahaman kepada peserta didik dari keluarga. Jika hal itu terjadi maka sekolah tidak mengalami kesulitan untuk meningkatkan mutu sekolah dari sisi akademis ataupun non akademis. Keberadaan sekolah yang berada di wilayah industri, pasar, dan perkantoran diberi bobot 0,20 dan bobot 5. Peluang ini sangat memungkinkan peserta didik untuk mengembangankan model pembelajaran kontekstual dan juga pastinya sangat mendukung pembelajaran berbasis kurikulum 2013. Semakin banyaknya kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh fihak internal dan eksternal diberi bobot oleh sekolah sebesar 0,20 dan skor 4. Hal tersebut sangat berpeluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Perhatian pemerintah Kabupaten Semarang terhadap sekolah mendapat bobot 0,10 dan skor 0,30. Sementara itu kesempatan guru untuk melanjutkan studi diberi bobot 0,10 dan skor 2. Total bobot dikalikan skor untuk faktor peluang adalah 3,60.
Untuk faktor ancaman yang memiliki bobot tinggi adalah semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas guru yaitu dengan bobot 0,30 dan skornya 3. Tersebut ditandai dengan adanya keluhan orang tua peserta didik dengan model pembelajaran yang guru lakukan. Sementara itu proses pembelajaran (PBM) sekolah lain sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih
(24)
lengkap diberi bobot 0,20 dan skor 3. Untuk daya dukung masyarakat terhadap sekolah belum optimal diberi bobot 0,20 dan skor 3. Beberapa guru mengajar di sekolah lain untuk pemenuhan jam mengajar (24 jam) diberikan bobot 0,10 dan skor 2. Selanjutnya untuk pengawasan yang masih lemah dari dinas pendidikan terhadap guru dan penyelenggaraan pembelajaran diberikan bobot sebesar 0,10 dengan skor 3. Untuk intervensi pemerintah pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat kelulusan diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total bobot dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 2,90 sehingga total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah 0,70.
Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diatas diketahui bahwa SMPN 1 Bawen memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan.
b. Aspek Output
Komponen output meliputi prestasi peserta didik
dan pasca kelulusan peserta didik. Hasil analisis faktor
kekuatan dan faktor kelemahan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
(25)
Tabel 4.9
Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
No Faktor-faktor Internal Bobot Skor Total Skor Kekuatan
1.
Pencapaian prestasi beberapa kegiatan non-akademis (ekstrakurikler) semakin baik. Seperti; pencak silat, band, sepak bola, keagamaan.
0,4 5 2,00
2. Peringkat sekolah dari tahun ke tahun
mulai mengalami peningkatan. 0,25 3 0,75
3. Prosentase jumlah kelulusan meningkat
dari tahun ketahun. 0,25 3 0,75
4. Banyak peserta didik yang diterima di
sekolah favorit. 0,10 2 0,20
Total Skor 1 3,70
Kelemahan
1 Prestasi akademis dan non-akademis
belum optimal 0,30 3 0,90
2
Sekolah belum mengupdate secara rutin
data output peserta didik yang
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak melanjutkan.
0,25 3 0,75
3 Belum memiliki jaringan alumni yang
kuat. 0,25 2 0,50
4
Bebarapa lulusan kurang memiliki karakter yang kuat seperi: menghormati orang lain, tanggung jawab, disiplin, dan mandiri.
0,20 3 0,45
Total Skor 1 2,60
Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan)
1,10
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Kekuatan yang paling menonjol dari aspek output adalah pencapaian prestasi beberapa kegiatan non-akademis (ekstrakurikler) semakin baik. Seperti; pencak silat, band, sepak bola, keagamaan yang diberi bobot 0,40 dan skor 5. Hal ini dapat mengangkat prestasi akademis yang sampai saat ini belum mampu optimal.
(26)
Peringkat sekolah dari tahun ke tahun mulai mengalami peningkatan diberi bobot oleh sekolah 0,25 dengan skor 3. Selanjutnya Prosentase jumlah kelulusan meningkat dari tahun ketahun diberi bobot 0,25 dengan skor 3. Banyak peserta didik yang diterima di sekolah favorit diberi bobot 0,10 dan skor 2.
Sementara itu sekolah juga memiliki kelemahan-kelemahan dari aspek output. Faktor kelemahan yang memiliki bobot yang tertinggi adalah belum optimalnya prestasi akademis dan non akademis, yang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Hal tersebut tercermin dari prestasi lulusan yang belum pernah menjadi yang terbaik di wilayah sub rayon 02 Kabupaten Semarang. Selain itu prestasi non akademis juga baru sebagian yang mencapai target yang diharapkan oleh sekolah.
Data output peserta didik tidak diupdate secara rutin diberi bobot 0,25 dan skor 3 oleh sekolah. Hal ini menyebabkan kesulitan sekolah untuk mengetahui kondisi lulusan melanjutkan atau tidak. Sementara itu untuk sekolah belum memiliki jaringan alumni yang kuat diberi bobot 0,25 dan skor 2. Pemberdayaan peran alumni sangat mungkin dilakukan oleh sekolah melihat output banyak yang berhasil baik di instansi pemerintah ataupun swasta.
Belum kuatnya karakter lulusan yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Hal tersebut disebabkan karena keluarga
(27)
yang sibuk dengan pekerjaannya. Sebagian besar orang tua peserta didik bekerja sebagai buruh pabrik. Selain itu kehidupan lingkungan sekolah begitu keras dan kurang berpihak kepada anak menyebabkan anak cenderung untuk kurang bertanggung jawab, kurang disiplin, dan kurang mandiri.
Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan pada aspek output adalah 3,20 sehingga total skor akhir IFAS pada aspek output adalah 0,40. Dari kedua faktor yang mempengaruhi output SMPN 1 Bawen tersebut ditemukan bahwa faktor kekuatan menjadi faktor yang lebih dominan daripada faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan.
Analisis faktor peluang dan ancaman aspek output dapat dilihat pada Tabel 4.10. Selanjutnya faktor-faktor tersebut diberi bobot dan skor, serta dilakukan perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik Eksternal
(28)
Tabel 4.10
Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)
No Faktor-Faktor Eksternal Bobot Skor Total Skor
Peluang
1. Kepercayaan masyarakat terhadap
sekolah tinggi. 0,40 4 1,60
2.
Harapan orang tua agar lulusan bukan hanya berprestasi dalam bidang akademis saja tetapi juga bidang non akademis
(ekstrakurikuler)
0,30 4 1,20
3.
Lulusan memiliki karakter kuat, dalam aspek kemandirian, tanggung jawab, kedisiplinan, kerohanian, dan menghormati orang lain.
0,20 3 0,60
4.
Peluang menjalin hubungan kerjasama yang lebih erat dengan masyarakat dan alumni.
0,20 4 0,80
Total Skor 1 4,20
No Ancaman Bobot Skor Total Skor
1. Semakin meningkatnya syarat
kualifikasi lulusan dari stakeholder.
0,40 4 1,60
2. Semakin kompleknya tuntutan
masyarakat terhadap mutu sekolah.
0,25 3 0,75
3.
Masyarakat yang menilai
keberhasilan peserta didik dari sisi hasil/ nilainya, bukan dilihat dari sisi proses.
0,25 3 0,75
4. Kekhawatiran masyarakat terhadap
sulitnya mencari sekolah favorit.
0,10 2 0,20
Total Skor 1 3.30
Total Skor Akhir
(Peluang-Ancaman)
0,90 Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah menjadi faktor peluang yang terkuat dari aspek output yang diberikan bobot 0,40 dan skor 4.
(29)
Hal tersebut jika sekolah dengan sungguh-sungguh menggarap mutu sekolah maka tidak mustahil masyarakat akan semakin yakin dengan sekolah. Selanjutnya harapan orang tua peserta didik bukan hanya berprestasi dalam bidang akademis tetapi juga bidang non akademis diberikan bobot 0,30 dan skor 4. Kemudian harapan orang tua peserta didik agar lulusan memiliki karakter yang kuat diberikan bobot 0,20 dan skor 3. Yang terakhir untuk peluang menjalin hububungan kerjasama yang lebih erat dengan alumni dan masyarakat diberi bobot 0,20 dan skor 4. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor peluang aspek output sebesar 4,20.
Untuk faktor ancaman yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya syarat kualifikasi lulusan dari
stakeholder diberi bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,40
dan bobot 4. Hal tersebut menyebabkan guru menjadi kurang objektif dalam memberikan penilaian kepada peserta didiknya. Semakin kompleknya tuntutan masyarakat terhadap sekolah menjadikan ancaman yang serius jika sekolah tidak dapat memfasilitasi tuntutan masyarakat tersebut. Hal tersebut diberi bobot oleh fihak sekolah 0,25 dan skor 3. Sementara itu untuk penilaian keberhasilan peserta didik yang dilihat hanya dari sisi hasil, bukan dilihat dari sisi proses diberi bobot 0,25 dan skor 3. Ancaman berikutnya adalah kekhawatiran
(30)
masyarakat terhadap sulitnya mencari sekolah favorit diberi bobot 0,10 dan skor 2. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 3,30. Selanjutnya total akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah 0,90.
Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut dapat diketahui SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan. Meskipun masih ada beberapa hal yang menjadi ancaman dalam aspek output yang harus diperhatikan, namun sekolah dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman-ancaman yang ada.
2. Rencana Strategis
a. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek
Input
Tabel 4.11
Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Input
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor
Kekuatan (S) 4,01 Peluang (O) 3,50
Kelemahan (W)
3,00 Ancaman (T) 2,70
(31)
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 1,01 dan total skor akhir EFAS adalah
0,80. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini:
Gambar 4.1 Matriks SWOT
- 4 - 3
- 2
- 1
- -1
- -2
- -3
- -4
I I I I I I I I -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Ancaman
Kekuatan Kelemahan
Peluang
Kuadran 1 ( S – O)
Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap peluang yang ada
(32)
Tabel 4.12
Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT Faktor Eksternal Peluang
Faktor Internal Min
a t t in g g i o ra n g t u a m e n y e k o la h k a n a n a k k e S M P N 1 B a w e n . P er e k e m b a n g a n T IK se m a k in m u d a h u n tu k d ia k se s H u b u n g a n y a n g sa n g a t b a ik d en g a n d in a s p en d id ik a n k a b u p a te n S e m a k in m e n in g k a tn y a p er a n k o m it e B a n y a k f ih a k l u a r y a n g ter ta ri k u n tu k b ek er ja sa m a
1 2 3 4 5
Kekuatan
Strategi S - O (Strength - Opportunity)
Lokasi sekolah sangat strategis
1. Mengembangkan lingkungan sekolah
menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K
(Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan,
Kenyamanan, dan Kekeluargaan).
2. Membentuk klub-klub prestasi untuk
mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis.
3. Memberdayakan tenaga pendidik dan
kependidikan melalui
pelatihan-pelatihan intensif sehingga akan meningkatkan kinerja.
4. Pengembangan fasilitas sekolah
berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik.
5. Dibentuk Tim Evaluasi program dan
kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.
98 % guru
berpendidikan S1 Kamampuan dasar peserta didik baik Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik Dana untuk operasi sekolah mencukupi Fasilitas cukup lengkap
(33)
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan); (2) Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis; (3) Mengoptimalkan peran kepala sekolah dalam memberdayakan dan melatih kepemimpinan dan manajerial tenaga pendidik dan dan tenaga kependidikan; (4) Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik; (5) Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.
b. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Proses
Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek proses kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut ini:
(34)
Tabel 4.13
Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Proses
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor
Kekuaran (S) 3,80 Peluang (O) 3,60
Kelemahan (W)
2,75 Ancaman (T) 2,90
Total (S-W) 1,05 Total (S-T) 0,70
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 1, 05 dan total skor akhir EFAS adalah 0,70. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini:
Gambar 4.2
Matriks SWOT
- 4 - 3
- 2
- 1
- -1
- -2
- -3
- -4
I I I I I I I I -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Ancaman
Kekuatan Kelemahan
Peluang
Sel 1 ( S – O)
Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap peluang yang ada
(35)
Tabel 4.14
Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT
Faktor Eksternal
Peluang
Faktor Internal Sem
a k in m e n in g k a tn y a k es a d a ra n o ra n g t u a p en ti n g n y a k u a li ta s p en d id ik a n L o k a si se k o la h d iw il a y a h i n d u st ri , p a sa r, d a n p er k a n to ra n se h in g g a id ea l u n tu k p em b el a ja ra n k o n te k st u a l. S em a k in b a n y a k n y a k eg ia ta n p en g e m b a n g a n p ro fes i g u ru S em a k in m e li m p a h n y a m e d ia p em b e la ja ra n A d a n y a p er h a ti a n k h u su s d a ri p em er in ta h k a b u p a te n t er h a d a p sek o la h . A d a n y a b ea p eser ta d id ik b a g i g u ru u n tu k m e la n ju tk a n p en d id ik a n k e u n iver si ta s d a la m n eg er i m a u p u n l u a r n eg er i.
1 2 3 4 5 6
Kekuatan
Strategi S - O (Strength - Opportunity)
Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu.
1. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan
pengembangan profesi guru baik di tingkat lokal sekolah ataupun diluar sekolah dengan menitik beratkan kualitas bukan sekedar mengikuti kegiatan sebagai formalitas.
2. Mengembangkan pembelajaran yang aktif,
Inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sesuai dengan K.13
3. Dibentuk Tim Evaluasi yang efektif dan
efisien untuk memantau dan memastikan kemampuan profesi guru berkembang dari sisi kualitas.
4. Mengoptimalkan program dan kegiatan
ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang diharapkan.
5. Lebih meningkatkan kerjasama dengan
pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mengoptimalkan mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler).
6. Mengembangkan program character
building untuk peserta didik. KKM sekolah minimal 75
Terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah
Kemampun manajemen kepala sekolah cukup baik
Adanya jam tambahan untuk kelas IX
Guru mau mengikuti kegiatan pengembangan profesi.
(36)
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat lokal sekolah ataupun di luar sekolah dengan menitikberatkan kualitas bukan sekedar mengikuti kegiatan sebagai formalitas; (2) Mengembangkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sesuai dengan K.13; (3) Dibentuk Tim Evaluasi yang efektif dan efisien untuk memantau dan memastikan kemampuan profesi guru berkembang dari sisi kualitas; (4) Mengoptimalkan program dan kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang diharapkan; (5) Lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mengoptimalkan mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler); (6) Supervisi dan monitoring efektif dan efisien yang dilakukan oleh kepala sekolah.
c. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek
Output
Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek output
(37)
kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagi berikut ini:
Tabel 4.15
Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Output
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor
Kekuatan (S) 3,70 Peluang (O) 4,20
Kelemahan (W) 3,20 Ancaman (T) 3,30
Total (S-W) 0,50 Total (O-T) 0,90
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 0,50 dan total skor akhir EFAS adalah
0,90. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini:
Gambar 4.3 : Matriks SWOT
- 4 - 3
- 2
- 1
- -1
- -2
- -3
- -4
I I I I I I I I -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Ancaman
Kekuatan Kelemahan
Peluang
Kuadran 1 ( S – O) Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap peluang yang ada
(38)
Tabel 4.16
Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT
Faktor Eksternal Peluang
Faktor Internal Kep
er ca ya a n m a s ya ra k a t ter h a d a p se k o la h t in gg i H a ra p a n o ra n g t u a a ga r tu a a ga l u lu s a n t id a k h n ya b er p res ta s i d a la m b id a n g a k a d em is tet a p i ju ga n o n a k a d em is L u lu sa n m e m il ik i k a ra k ter k u a t. P el a u n g m en ja li n h u b u n g a n k er ja s a m a y a n g l e b ih er a t d en g a n m a s y a ra k a t d a n a lu m n i.
1 2 3 4
Kekuatan
Strategi S - O (Strength - Opportunity)
Pencapaian prestasi non akademis kegiatan non akademis
(ekstrakurikuler) semakin lebih baik.
a. Meningkatkan prestasi
non-akademis sekolah dengan seoptimal mungkin.
b. Meningkatkan pembelajaran
yang menitikkan pada
pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image positif.
c. Membangun jaringan alumni
yang lebih efektif dan terorganisir.
d. Melakukan
terobosan-terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis. Peringkat sekolah dari
tahun ke tahun mulai meningkat
Prosentase jumlah kelulusan dari tahun ke tahun meningkat. Banyak peserta didik diterima di sekolah favorit.
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan
(39)
seoptimal mungkin; (2) Meningkatkan pembelajaran yang menitikkan pada pembangunan karakter peserta didik un tuk membangun image positif; (3) Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan terorganisir; (4) Melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis.
4.3
Pembahasan
4.3.1
Analisis SWOT Aspek Input, Proses, dan Outputa. Analisis SWOT Aspek Input
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek input SMPN 1 Bawen maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek input (kekuatan – kelemahan) adalah 1,01. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan lokasi sekolah yang sangat strategis, 98 % guru berkualifikasi pendidikan S1, kemampuan dasar yang baik, jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi, dana untuk operasi sekolah mencukupi, kemampuan manajemen kepala sekolah sudah baik, dan fasilitas yang sudah cukup lengkap dapat mampu mengatasi kelemahan untuk menangani belum optimalnya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah ataupun tim, kurangnya pemahaman
(40)
guru terhadap visi misi sekolah, kurang optimalnya pembimbingan kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya kinerja staff TU (TU dan bendahara), belum memadahinya ruang atau tempat untuk kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya pemanfaatan laboratorium dalam proses belajar mengajar, masih rendahnya motivasi belajar peserta didik dan lingkungan sekolah masih kurang bersih, hijau dan aman.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek input (peluang-ancaman) adalah 0,80. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,01; 0,80), posisi tersebut berada pada kuadran SO (strength -
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup
menguntungakan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar.
(41)
b. Analisis SWOT Aspek Proses
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek proses SMPN 1 Bawen maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek proses (Kekuatan – Kelemahan) adalah 1,05. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan kualifikasi pendidikan guru sudah sesuai dengan pelajaran yang diampu, KKM sekolah 75, beragamnya kegiatan ekstrakurikuler, kemampuan menjemen kepala sekolah seudah baik, adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX, keterlibatan guru dalam kegiatan pengembangan profesi.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek proses (peluang-ancaman) adalah 0,70. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,05; 0,70), posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup
(42)
dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar.
c. Analisis SWOT Aspek Output
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan
eksternal aspek output SMPN 1 Bawen maka diperoleh
hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek output (Kekuatan – Kelemahan) adalah 1,10. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan pencapaian prestasi kegiatan non akademis semakin membaik, peringkat sekolah mengalami peningkatan, prosesntase lulusan meningkat dan banyaknya peserta didik yang diterima disekolah favorit.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek ouptut (peluang-ancaman) adalah 0,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,10; 0,90), posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -
(43)
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar.
4.3.2
Rencana Strategis
a. Rencana Strategis Aspek Input
Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek input maka strategi yang perlu dibuat SMPN 1 Bawen untuk meningkatkan mutu pada aspek input adalah sebagai berikut ini:
Renstra pertama Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan). Meskipun posisi sekolah sangat strategis namun pengelolaan pengembangan lingkungan sekolah belum optimal terutama dalam hal kebersihan, kepedulian dan ketertiban. Kepedulian warga sekolah terhadap kebersihan, ketertiban dan keindahan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sampah yang berserakan di mana-mana. Sekolah
(44)
sudah mengambil kebijakan untuk menambah petugas kebersihan namun belum berdampak terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan sekolah. Hal yang sangat penting adalah membangun kesadaran rasa memiliki seluruh warga sekolah yang selama ini belum terbangun dengan baik. Seringkali warga sekolah masih membuang sampah sembarangan tanpa rasa malu dan kurang perduli terhadap lingkungan sekolah yang tidak tertib dan nyaman. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan kesepakatan bersama antar warga sekolah dan membuat regulasi yang mendukung terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan sekolah. Selain itu perlu dibangun memiliki rasa memiliki terhadap sekolah dengan cara outbond, menciptakan lagu-lagu yang membangkitkan semangat terhadap sekolah (Marsh, Hymne), gerakan cinta sekolah, gerakan anti sampah, dan lain-lain. Sekolah juga perlu memperindah diri dengan gerakan
green school dengan cara memperindah taman sekolah
diseluruh area sekolah serta merencanakan perawatan yang berkelanjutan. Selain itu juga perlu ditambah tanaman-tanaman peneduh agar sekolah lebih nyaman dan layak untuk kegiatan bagi setiap warga sekolah. Sekolah juga perlu memikirkan keamanan warga sekolah pada saat menyeberang
(45)
jalan raya. Warga sekolah sangat rentan terhadap kecelakaan dikarenakan jalan yang sangat ramai. Sekolah sudah memiliki 2 petugas dan seorang polisi yang menyeberangkan warga sekolah namun perlu dipikirkan untuk membangun jembatan layang agar keselamatan terjamin. Sekolah dapat bekerjasama dengan instansi-instansi atau alumni untuk membangun jembatan tersebut.
Renstra kedua Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis. Sekolah sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap sehingga memungkinkan untuk diadakannya kegiatan klub prestasi untuk memfasilitasi peserta didik yang berprestasi untuk lebih menggali potensinya sehingga nantinya akan menyumbangkan prestasi-prestasi yang mampu meningkatkan mutu sekolah. Klub yang sangat mungkin untuk dilaksanakan disekolah antara lain; klub bahasa, klub sains, klub olahraga, klub seni, dan klub jurnalistik.
Renstra ketiga Memberdayakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan melalui pelatihan-pelatihan intensif sehingga akan meningkatkan kinerja. Alokasi anggaran peningkatan SDM sekolah semestinya
(46)
ditambah untuk pengembangan-pengembangan yang selama ini masih minim.
Renstra keempat Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik. Masih minimnya penggunaan TIK dalam proses pembelajaran baik oleh guru ataupun peserta didik menjadi hambatan sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah. Sekolah perlu memperkuat jaringan internet, baik jaringan wifi ataupun jaringan kabel, dimana saat ini masih belum optimal dan terbatas.
Renstra kelima Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien. Sekolah belum memiliki tim evaluasi program, dimana peran tim ini sangat penting untuk mengevaluasi yang selanjutnya untuk menyusun program sekolah yang lebih baik. Sebaiknya sekolah segera untuk membentuk tim evaluasi program sekolah agar kekurangan atau kelemahan yang ada dapat segera dideteksi yang selanjutnya akan diperbaiki. Melihat jumlah dan potensi guru yang cukup banyak maka tidak sulit untuk membentuk tim tersebut.
(47)
b. Rencana Strategis Aspek Proses
Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menunjukkan strategi di kuadran SO
(Strengths – Opportunities), yaitu strategi agresif yang
mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar sekolah. Berikut ini adalah rencana strategis yang dapat dibuat untuk meningkatkan mutu dari aspek proses SMPN 1 Bawen.
Renstra peratama, mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat lokal sekolah ataupun diluar sekolah dengan menitikberatkan kualitas. Melihat kualifikasi guru yang sudah sesuai dengan pelajaran yang diampunya serta didukung oleh kemampuan kepala sekolah yang sudah baik sangat memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan profesi guru.
Renstra kedua, mengembangkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, salah satunya adalah berjeraring dengan instansi atau lingkungan yang mendukung pembelajaran kontekstual seperti pasar, instansi pemerintah lainnya (bank, kecamatan, kepolisian, TNI, rumah sakit, dll.)
(48)
serta instansi swasta (pabrik, poliklinik, dll.). Selain itu sekolah harus aktif untuk mencarikan beasiswa bagi guru agar mau melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kualitas profesinya. Salah satunya adalah dengan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan dinas pendidikan kabupaten agar diberikan akses terhadap hal tersebut. Hal lain yang perlu ditangkap adalah mengaktifkan guru dalam
kegiatan-kegiatan pengembangan yang
diselenggarakan oleh intenal sekolah ataupun eksternal tentunya dengan evaluasi yang lebih optimal.
Renstra ketiga, mengoptimalkan program dan kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang diharapkan. Prestasi kegiatan ekstrakurikuler masih sangat perlu ditingkatkan terus
karena baru beberapa cabang kegiatan
ekstrakurikuler saja yang berprestasi seperti pencak silat, sepak bola, baca tulis alquran, dai cilik, band, bulu tangkis. Jika sekolah mampu mengelolanya secara optimal kegiatan ekstrakurikuler maka kepercayaan masyarakat pasti akan semakin tinggi terhadap sekolah.
(49)
Renstra keempat, lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih baik dari luar ataupun dari dalam sekolah untuk mengoptimalkan mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler). Penyebab beberapa cabang kegiatan esktrakurikuler kurang produktif adalah kerjasama yang kurang efektif dengan pelatih atau pengajar. Koordinasi sekolah yang hampir tidak pernah dengan beberapa pelatih atau pengajar menyebabkan kurang terarah dan terpantaunya kegiatan ekstrakurikuler.
c. Rencana Strategis Aspek Output
Renstra pertama Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan seoptimal mungkin. Peningkatan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatkan anggaran untuk kegiatan
ekstrakurikuler baik untuk pengadaan fasilitas ataupun untuk meningkatkan honor pengajar atau pelatih. Harapan orang tua peserta didik agar lulusan tidak hanya berprestasi dibidang akademis dan non akademis menjadi keuntungan sekolah untuk melibatkan mereka dalam hal penggalian anggaran melalui komite. Setelah melengkapi fasilitas dan meningkatkan honor pengajar, sekolah perlu mengevaluasi total kinerja dan prestasi dari masing-masing pengajar. Jika tidak produktif dan motivasinya
(50)
rendah dalam proses pembimbingan maka sekolah harus berani mengganti dengan pengajar yang lebih produktif dan memiliki motivasi tinggi.
Renstra kedua Meningkatkan pembelajaran yang menitikberatkan pada pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image positif. Visi misi sekolah sangat jelas mengarahkan pembelajaran untuk meningkatkan karakter peserta didik. Maka dari itu sekolah harus terus meningkatkan kualitas lulusan dari sisi karakternya dengan cara lebih mengoperasionalkan visi sekolah menjadi misi-misi yang mudah difahami dan laksanakan untuk mengembangkan karakter peserta didik.
Renstra ketiga Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan terorganisir. Sesungguhnya ada beberapa alumni yang sudah berperan aktif untuk ikut meningkatkan mutu sekolah, namun belum ada jaringan atau wadah yang jelas sehingga tidak semua alumni dapat terlibat aktif dalam mengembangkan sekolah. Sekolah perlu menangkap peluang ini dengan memfasilitasi alumni menjadi jaringan yang kuat untuk mendorong perkembangan mutu sekolah. Perlu ada pertemuan-pertemuan yang intens antara pihak
(51)
sekolah dengan alumni untuk merumuskan beberapa strategi menignkatkan mutu sekolah.
Renstra keempat Melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis. Dengan semakin meningkatnya tingkat kerjasama dengan instansi pengembangan dibidang akademis seperti lembaga pendidikan Ganesa Operation, Primagama, dapat dijadikan strategi untuk mempercepat peningkatan prestasi akademis peserta didik. Sekolah perlu memikirkan agar kegiatan pengembangan ini dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik, salah satunya mengupayakan agar kegiatan dilakukan di lingkungan sekolah pada waktu siang atau sore hari. Selain itu perlu adanya kesepakatan-kesepatan yang jelas untuk mencapai percepatan peningkatan prestasi akademis antara sekolah dengan lembaga-lembaga tersebut. Sekolah harus berani mengevaluasi setiap tahap dalam proses pengembangan tersebut. Jika dievaluasi tidak sesuai dengan yang diharapkan maka sekolah hendaknya menghentikan kerjasama tersebut dan mencari lembaga yang lebih baik.
(52)
4.3.3 Pendapat Pakar
Draft rencana strategis yang telah disusun oleh penulis diuji oleh dua orang pakar. Adapun evaluasi dan masukan dari pakar yang pertama adalah sebagai berikut:
1. Latar belakang
Latar belakang harus lebih tajam dan konkrit yaitu dengan mamasukkan unsur penting (urgent) dan mendesak mengapa muncul draft alternatif rencana strategis.
2. Penambahan Data Profil Sekolah
Perlu ditambahkan unsur data eksisting
sekolah yang berbasis analisis
lingkungan. Hal tersebut diperlukan
karena untuk mempertajam dan
melengkapai sebuah rencana strategis.
Selanjutnya masukkan dan evaluasi dari pakar ke dua adalah sebagai berikut:
1. Latar belakang
Latar belakang draft alternatif rencana strategis SMPN 1 Bawen masih kurang kongkrit dan tajam. Jika ingin usulan draft ini dapat menjadi rujukan bagi sekolah maka perlu diperbaiki dan ditambahkan pada bagian pendahuluan agar nantinya draft menjadi lebih layak.
2. Rancangan Program
Rancangan program yang dibuat penulis
(53)
diperhatikan mana yang memang menjadi prioritas sekolah. Selain itu draft perlu mempertegas mana program yang sudah ada namun masih belum
optimal dan mana program yang
memang belum ada di sekolah.
4.3.4 Hasil Revisi berdasarkan Pendapat Pakar
Revisi draft rencana strategis SMPN 1 Bawen berdasarkan uji pakar dapat dilihat di lampiran 6 halaman 119 s/d 157.
(1)
serta instansi swasta (pabrik, poliklinik, dll.). Selain itu sekolah harus aktif untuk mencarikan beasiswa bagi guru agar mau melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kualitas profesinya. Salah satunya adalah dengan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan dinas pendidikan kabupaten agar diberikan akses terhadap hal tersebut. Hal lain yang perlu ditangkap adalah mengaktifkan guru dalam kegiatan-kegiatan pengembangan yang diselenggarakan oleh intenal sekolah ataupun eksternal tentunya dengan evaluasi yang lebih optimal.
Renstra ketiga, mengoptimalkan program dan kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang diharapkan. Prestasi kegiatan ekstrakurikuler masih sangat perlu ditingkatkan terus karena baru beberapa cabang kegiatan ekstrakurikuler saja yang berprestasi seperti pencak silat, sepak bola, baca tulis alquran, dai cilik, band, bulu tangkis. Jika sekolah mampu mengelolanya secara optimal kegiatan ekstrakurikuler maka kepercayaan masyarakat pasti akan semakin tinggi terhadap sekolah.
(2)
Renstra keempat, lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih baik dari luar ataupun dari dalam sekolah untuk mengoptimalkan mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler). Penyebab beberapa cabang kegiatan esktrakurikuler kurang produktif adalah kerjasama yang kurang efektif dengan pelatih atau pengajar. Koordinasi sekolah yang hampir tidak pernah dengan beberapa pelatih atau pengajar menyebabkan kurang terarah dan terpantaunya kegiatan ekstrakurikuler.
c. Rencana Strategis Aspek Output
Renstra pertama Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan seoptimal mungkin. Peningkatan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan anggaran untuk kegiatan ekstrakurikuler baik untuk pengadaan fasilitas ataupun untuk meningkatkan honor pengajar atau pelatih. Harapan orang tua peserta didik agar lulusan tidak hanya berprestasi dibidang akademis dan non akademis menjadi keuntungan sekolah untuk melibatkan mereka dalam hal penggalian anggaran melalui komite. Setelah melengkapi fasilitas dan meningkatkan honor pengajar, sekolah perlu mengevaluasi total kinerja dan prestasi dari masing-masing pengajar. Jika tidak produktif dan motivasinya
(3)
rendah dalam proses pembimbingan maka sekolah harus berani mengganti dengan pengajar yang lebih produktif dan memiliki motivasi tinggi.
Renstra kedua Meningkatkan pembelajaran yang menitikberatkan pada pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image positif. Visi misi sekolah sangat jelas mengarahkan pembelajaran untuk meningkatkan karakter peserta didik. Maka dari itu sekolah harus terus meningkatkan kualitas lulusan dari sisi karakternya dengan cara lebih mengoperasionalkan visi sekolah menjadi misi-misi yang mudah difahami dan laksanakan untuk mengembangkan karakter peserta didik.
Renstra ketiga Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan terorganisir. Sesungguhnya ada beberapa alumni yang sudah berperan aktif untuk ikut meningkatkan mutu sekolah, namun belum ada jaringan atau wadah yang jelas sehingga tidak semua alumni dapat terlibat aktif dalam mengembangkan sekolah. Sekolah perlu menangkap peluang ini dengan memfasilitasi alumni menjadi jaringan yang kuat untuk mendorong perkembangan mutu sekolah. Perlu ada pertemuan-pertemuan yang intens antara pihak
(4)
sekolah dengan alumni untuk merumuskan beberapa strategi menignkatkan mutu sekolah.
Renstra keempat Melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis. Dengan semakin meningkatnya tingkat kerjasama dengan instansi pengembangan dibidang akademis seperti lembaga pendidikan Ganesa Operation, Primagama, dapat dijadikan strategi untuk mempercepat peningkatan prestasi akademis peserta didik. Sekolah perlu memikirkan agar kegiatan pengembangan ini dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik, salah satunya mengupayakan agar kegiatan dilakukan di lingkungan sekolah pada waktu siang atau sore hari. Selain itu perlu adanya kesepakatan-kesepatan yang jelas untuk mencapai percepatan peningkatan prestasi akademis antara sekolah dengan lembaga-lembaga tersebut. Sekolah harus berani mengevaluasi setiap tahap dalam proses pengembangan tersebut. Jika dievaluasi tidak sesuai dengan yang diharapkan maka sekolah hendaknya menghentikan kerjasama tersebut dan mencari lembaga yang lebih baik.
(5)
4.3.3 Pendapat Pakar
Draft rencana strategis yang telah disusun oleh penulis diuji oleh dua orang pakar. Adapun evaluasi dan masukan dari pakar yang pertama adalah sebagai berikut:
1. Latar belakang
Latar belakang harus lebih tajam dan konkrit yaitu dengan mamasukkan unsur penting (urgent) dan mendesak mengapa muncul draft alternatif rencana strategis.
2. Penambahan Data Profil Sekolah
Perlu ditambahkan unsur data eksisting
sekolah yang berbasis analisis
lingkungan. Hal tersebut diperlukan
karena untuk mempertajam dan
melengkapai sebuah rencana strategis.
Selanjutnya masukkan dan evaluasi dari pakar ke dua adalah sebagai berikut:
1. Latar belakang
Latar belakang draft alternatif rencana strategis SMPN 1 Bawen masih kurang kongkrit dan tajam. Jika ingin usulan draft ini dapat menjadi rujukan bagi sekolah maka perlu diperbaiki dan ditambahkan pada bagian pendahuluan agar nantinya draft menjadi lebih layak.
2. Rancangan Program
Rancangan program yang dibuat penulis
(6)
diperhatikan mana yang memang menjadi prioritas sekolah. Selain itu draft perlu mempertegas mana program yang sudah ada namun masih belum
optimal dan mana program yang
memang belum ada di sekolah.
4.3.4 Hasil Revisi berdasarkan Pendapat Pakar
Revisi draft rencana strategis SMPN 1 Bawen berdasarkan uji pakar dapat dilihat di lampiran 6 halaman 119 s/d 157.