b Faktor Presipitasi
Menurut Stuart 2012, faktor presipitasi dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Faktor presipitasi dapat dikelompokan dalam dua
kategori yaitu; 1
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas pisiologi yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari. 2
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
2.1.3 Proses Terjadinya Kecemasan
Menurut Stuart 2012, kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya, kecamasan merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kecemasan diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang berat dapat tidak sejalan dengan kehidupan dan dapat menyebabkan kelemahan dan kematian. Kecemasan pada
individu dapat menberikan motivasi untuk mencapai suatu tujuan dan merupakan sumber penting dalam usaha untuk memelihara keseimbangan
hidup. Hampir sama dengan pernyataan diatas, menurut Healy 2005, respon
fight or flight adalah peringatan atau alarm sebagai mekanisme pertahanan,
maksudnya tubuh akan menghadapi tekanan tersebut atau akan melarikan diri.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya ketika suatu masalah atau akan menghadapi ujian tubuh akan mengalami reaksi alamiah yang ditandai oleh keluarnya keringat dingin, rasa
takut atau rasa gelisah. Pada beberapa orang, kondisi ini malah akan mempertajam pikiran sehingga dapat mecari jalan keluar secara cepat, ini
merupakan mekanisme fight. Sedangkan mekanisme flight adalah suatu perasaan depresi ketika individu tidak mampu lagi menghadapi masalah yang
datang dan memilih untuk menghindari atau melarikan diri dari masalah. Mekanisme fight or flight ini banyak memakan energi, yang diikuti terjadinya
kelelahan. Saat kelelahan dan kehabisan energi individu tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak heran bila individu yang sedang
mengalami kecemasan dan stres akan mendapati gejala nyeri otot dan sendi, sakit kepala, depresi, cemas dan mudah tersinggung.
2.1.4 Respon Kecemasan
Orang sering mengatakan stres ketika mereka merasa cemas, banyak juga yang mengatakan stres ketika mengalami pertukaran antara kejadian atau situasi
yang menyebabkan ketidaknyamanan tersebut, baik dari perasaan yang dihasilkan, pikiran, dan tingkah laku yang timbul. Secara ilmiah sebenarnya
stressor dan reaksinya adalah respon yang berbeda. Perbedaan ini penting
karena stressor tidak dapat disamakan dengan gangguan kecemasan Fortinash worret, 2003.
Semua respon terhadap kecemasan dapat dipertimbangkan sebagai respon adaptif dalam interpretasi yang luas karena semua respon tersebut menimbulkan
tekanan dan ketidaknyamanan yang menyebabkan kecemasan, respon tersebut
Universitas Sumatera Utara
dianggap tidak berbahaya dan dapat diterima. Sedangkan respon maladaptif dapat membahayakan atau tidak dapat diterima Fortinash Worret, 2003.
Menurut Fortinash Worret 2003, kecemasan menimbulkan dua respon, yaitu respon adaptif dan maladaptif.
a Respon Adaptif
Jika kecemasan timbul dan individu mampu meregulasi dan mengatur kecemasan, hal yang positif mungkin akan timbul. Tidak semua kecemasan
merugikan namun, hal itu bisa menjadi tantangan, kekuatan, faktor motivasi untuk memecahkan sebuah masalah, resolusi konflik dan pencapaian fungsi
level yang lebih tinggi. Contohnya seseorang dengan pekerjaan yang buruk dan pengalaman kecemasan yang tidak bisa dihindari akan membuat individu
tersebut kembali mempelajari sesuatu yang baru. Seorang pelajar yang gagal dari ujian karena kurang belajar akan mengalani ancaman terhadap hilangnya
harga diri sebagai pelajar, dukungan dan hal tersebut menyebabkan kecemasan. Seorang motivator bisa membantu pelajar tersebut untuk
mendapatkan bimbingan dan konsenterasi yang lebih untuk melewati ujian. Strategi adaptif lainnya yang digunakan orang-orang untuk mengatasi
kecemasan adalah memanggil teman atau terapis, berolah raga, mempraktikkan teknik relaksasi, membaca novel, beristirahat atau menangis
sebagai pelampiasannya. Banyak lagi metode koping lainnya yang digunakan untuk melepaskan ketegangan dan mengurangi kecemasan.
Universitas Sumatera Utara
b Respon Maladaptif.
Kebiasaan sehari-hari dapat melindungi orang dari kecemasan, bertahan dari ancaman dan memberi kenyamanan bisa mengarah pada pola
respon maladaptif, yang dapat menunjukkan gejala fisik dan psikologis baik dalam lingkungan diri individu, sosial dan gangguan pekerjaan. Contohnya
mekanisme ego untuk denial menolak, represion mengabaikan, projection menyalahkan orang lain dan rationalization memberikan penjelasan
mencari kebenaran akan melindungi sesorang dari kecemasan tetapi juga mencegah penilaian yang sebenarnya dari diri sendiri, orang lain, situasi atau
kejadian. Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu mungkin akan dikatakan mengalami gangguan atau ketidaknormalan oleh orang lain. Pola
koping maladaptif dari kecemasan termasuk didalamnya adalah tingkah agresif, isolasi menarik diri, makan dan minum secara berlebih,
mengguanakan obat-obatan terlarang dan aktivitas seksual yang berlebih. Respon-respon dari kecemasan tersebut dikatakan sebagai gangguan
kecemasan.
2.1.5 Tanda Dan Gejala Kecemasan