Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kecemasan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi
Tingkat kecemasan Frekuensi
n Persentase
Ringan 9 7,2 Sedang 68 54,4
Berat 41 32,8 Panik 7 5,6
Keterangan : Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh hasil mengenai tingkat
kecemasan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi yaitu kecemasan ringan sebanyak 9 orang 7,2, kecemasan sedang sebanyak 68 orang 54,4,
kecemasan berat 41 orang 32,8 sedangkan untuk tingkat panik didapatkan hasil yaitu sebanyak 7 orang 5.6.
5.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti membahas tentang karakteristik responden yang mempengaruhi tingkat kecemasan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi
dan peneliti mencoba untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5.2.1 Karakteristik demografi mahasiswa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil mengenai karakteristik mahasiswa. Ada 2 karakteristik demografi responden
Universitas Sumatera Utara
yang dapat mempengaruhi kecemasan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. Karakteristik demografi responden tersebut yang dapat mempengaruhi
kecemasan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi yaitu umur dan jenis kelamin. a.
Umur Hasil penelitian menunjukan bahwa umur reponden dalam
penelitian ini 1 orang berumur 20 tahun 0,8, 69 orang berumur 21 tahun 55,2, 49 orang berumur 22 tahun 39,2 dan 6 orang
berumur 23 tahun 4,8. Jika dilihat dari data demografi rentang usia responden berada pada rentang remaja akhir yaitu 17-25 tahun Depkes
RI 2006. Usia merupakan salah satu faktor penyebab kecemasan, Menurut Zulkarnain Novliadi 2009, dalam penelitiannya diperoleh
hasil bahwa usia ikut mempengaruhi kecemasan seseorang saat menghadapi ujian, subjek yang berusia 18 tahun memiliki tingkat
kecemasan yang lebih tinggi ketika menghadapi ujian. Sejalan dengan pernyataan diatas Beauty Widodo 2011,
memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan, diantaranya adalah tingkat strategi koping yang baik, dukungan sosial
dan dukungan teman yang kuat dan kondisi individu seperti umur, semakin dewasa umur dari individu semakin dewasa pula
pemikirannya dan akan membuat mahasiswa dapat menentukan langkah dalam menghadapi setiap masalah termasuk dalam
menghadapi tugas akhir skripsi.
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu, 108 orang 86,4 dan
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang 13,6. Jenis kelamin juga dapat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan
seseorang. Menurut Ibrahim 2002, dalam penelitiannya mengatakan gangguan kecemasan memiliki prevalensi 6-7 dari populasi umum,
dimana kelompok perempuan lebih banyak jumlahnya dari pada laki- laki. Pernyataan diatas seakan diperjelas oleh Gunadi 2004, yang
mengatakan bahwa perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan-perasaan cemasnya.
Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan lebih cenderung melihat
peristiwa yang dialaminya secara mendetail, sedangkan laki-laki cara berpikirnya global atau tidak mendetail. Berkaitan dengan kecemasan
pada perempuan dan laki-laki, Myers 1983 dalam Trismiati 2004, mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya
dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif dan lebih berusaha mencari jalan keluar dari masalahnya, sedangan perempuan lebih
sensitif. Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa perempuan lebih rentan terhadap gangguan kecemasan karena
perempuan memiliki perasaan yang lebih peka terhadap masalah yang sedang dihadapinya sehingga kepekaan tersebutlah yang membuat
Universitas Sumatera Utara
perempuan lebih merasa tertekan dan lebih mudah mengalami gangguan kecemasan
5.2.2 Tingkat kecemasan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi.
Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, mayoritas mahasiswa mengalami kecemasan sedang sampai berat, namun dihasil penelitian ditemukan
7 orang mahasiswa mengalami kecemasan pada tingkat panik. Hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya mengenai tingkat kecemasan mahasiswa
dalam penyelesaian skripsi. Hasil dalam penelitian ini bertolak belakang dengan yang dikemukakan oleh Wangmuba 2009, yang menyatakan tingkat
pengetahuan responden dapat mempengaruhi kecemasannya dalam menghadapi stressor. Hal ini dikarenakan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki
seseorang maka orang tersebut akan lebih siap menghadapi masalah. Pengetahuan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir secara rasional dan
mudah menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah serta mencari penyelesaian. Hal serupa juga diungkapkan oleh Soewandi 1987 dalam
Asmika dkk 2012, yang menyatakan bahwa kecemasan sering terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan rendah, disebabkan karena kurangnya
informasi yang diperoleh. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan semester VIII yang seharusnya memiliki pengetahuan
yang lebih luas mengenai kecemasan, namun hasil yang berbeda dari pernyataan diatas, hasil dari penelitian ditemukan dari 125 responden 7 diantaranya
mengalami kecemasan pada tingkat panik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rosma 2008, dalam penelitiannya mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam pengerjaan skripsi, misalnya
faktor internal dan eksternal, faktor eksternal atau dari luar diri misalnya birokrasi kampus yang rumit atau dosen pembimbing yang sulit ditemui. Faktor
internal atau dari dalam diri misalnya kemampuan dasar mahasiswa yang rendah, inteligensi yang rendah, kurang memahami dan menguasai meteri yang
akan dibuat, mahasiswa dengan gangguan kecemasan umum atau mahasiswa yang pencemas, serta mahasiswa yang memiliki pikiran-pikiran negatif atau
penilaian yang tidak realistik. Mahasiswa
yang sedang menyelesaikan skripsi sangat mudah mengalami kecemasan, hal tersebut dikarenakan proses penyusunan skripsi adalah hal baru
yang harus dikerjakan dan harus selesai dengan tepat waktu, banyak perubahan yang terjadi ataupun perbedaan yang timbul dari proses belajar biasa dengan
proses penyusunan skripsi, hal tersebut memicu timbulnya stressor kecemasan. Stressor
psikososial adalah setiap keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut terpaksa beradaptasi dengan
stressor yang timbul Widosari, 2010. Sejalan dengan pernyataan tersebut
menurut Dradjat 1988, dalam penelitiannya mengatakan, perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu faktor pencetus kecemasan dan
depresi pada mahasiswa. Kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan sukses atau tidaknya seseorang dalam pelajaran, tetapi ketenangan
jiwa juga mempunyai pengaruh atas kemampuan untuk dapat menggunakan kecerdasan tersebut. Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, karena
Universitas Sumatera Utara
kecemasan cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi. Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan
memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan yang lain Kaplan Saddock, 2005.
Menurut Mujiyah dkk 2001 dalam Suryadi 2001, dalam penelitiannya memaparkan bahwa mahasiswa dapat mengalami kecemasan akibat kesulitan-
kesulitan dalam proses penyusunan skripsi, seperti kesulitan dalam menentukan latar belakang masalah, teori dan metodologi, ketakutan menghadapi dosen dan
lain-lain. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Darmono Hasan 2008, permasalahan yang biasanya dihadapi mahasiswa dalam proses
penulisan skripsi diantaranya kesulitan mencari literatur, dana yang terbatas, tidak terbiasa menulis karya ilmiah, kurang terbiasa dengan sistem kerja
terjadwal dengan pengaturan waktu sedemikian ketat dan masalah dengan dosen pembimbing skripsi, selain itu kegiatan mahasiswa diluar kampus yang banyak
seperti ekstrakulikuler dan organisasi-organisasi kemahasiswaan yang diikuti membuat mahasiswa menjadi sangat sibuk dan tidak memiliki banyak waktu
untuk mengerjakan skripsinya. Fenomena yang ditemukan peneliti di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara pada semester VIII KBK Stambuk 2010 yang sedang menyelesaikan skripsi, proses penyelesaian skripsi dibarengi dengan proses
belajar mengajar yang padat, hal tersebut menjadi stressor akademik yang dapat memperberat beban dari setiap mahasiswa dan menyebabkan meningkatnya
Universitas Sumatera Utara
kecemasan mahasiswa dalam penyelesaian skripsi sebagai tugas akhir dari perkuliahan dan harus selesai tepat waktu. Menurut Dayfiventy 2012, dalam
penelitiannya, menemukan stressor utama yang dialami mahasiswa KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara adalah jadwal kuliah yang
padat, persiapan waktu ujian yang singkat, bahan yang susah didapat dari dosen dan kekhawatiran dalam menghadapi ujian. Hal ini sejalan dengan Hawari
2006 dalam Zulkifli 2012, menyatakan bahwa stressor dalam kehidupan stressor psikososial adalah setiap kejadian atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun
hal itu tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut, sehingga timbullah keluhan-keluhan antara lain berupa stress, cemas,
dan depresi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN