Menentukan Nilai Menurut PAK

tujuan, maka setelah pengadministrasian dan pengolahan jawaban peserta didik akan dapat dibuat pada penguasaan masing-masing peserta didik terhadap 60 buah indikator tersebut yang telah diselesaikan melalui analisis nilai peserta pembelajaran. Melalui peta jawaban tersebut dapat dibaca tingkat penguasaan setiap peserta didik dan juga dapat dibaca tujuan mana yang telah dikuasai oleh sebagian kecil peserta didik, dan tujuan mana yang hampir semua peserta didik sudah menguasainya. Dalam pendekatan acuan kriteria PAK diharapkan peserta didik menguasai semua tujuan yg telah dibelajarkan, namun dalam kenyataan harapan ini sukar dicapai, sehingga kita perlu ditawarkan adanya batas minimal kriteria ketuntasan minimum, KKM tingkat pencapaia tujuan tersebut. Misalnya seorang siswa SMA Kelas X dikatakan menguasai kegiatan belajar Fiska kalau minimal 75 dari pertanyaan yang tertuang dalam tes formatif dapat dijawab dengan benar. KKM digunakan untuk syarat melanjutkan pada kegiatan belajar materi selanjutnya. Ada persamaan pengembangan butir soal untuk PAN dan PAK, antara lain keduanya menentukan lebih dahulu hasil kemampuan apa yang akan diukur dan cara pengukuran yang bagaimana yang paling tepat untuk melihat kemampuan tersebut dengan tes tulis, lisan, pengamatan dan sebagainya. Pada pengembangan butir soal untuk PAN, tingkat kesukaran soal harus diperhatikan. Butir soal yang dikembangkan tidak seluruhnya mudah dan tidak semuanya harus sukar, tetapi kombinasi butir soal yang mudah, sedang, dan sukar. Sehinggga keseluruhan butir soal tersebut tingkat kesukarannya sekitar 50. Pada pengembangan butir soal untuk PAK tingkat kesukarannya tidak diperhatikan karena maksud soal ini bukan membedakan anak pintar dari yang kurang pintar, tetapi melihat tingkat penguasaan seseorang terhadap bahan atau tujuan instruksional. Juga daya pembeda tidak diperhatikan dalam PAK, justru yang menjadi perhatian adalah daya serap anak didik. Sebiknya semua bahan atau tujuan instruksional dapat dikuasai oleh siswa tingkat penguasaan 100. Jika tidak maka ada lembaga pendidikan yang merasa cukup dengan tingkat penguasaan 75 atau 80.

3. Menentukan Nilai Menurut PAK

Pada bagian sebelumnya telah dicontohkan bahwa tingkat penguasaan minimal KKM Fisika SMA kelas X misalnya 75. Jika si Badu pada akhir semester menurut daftar nilai guru mendapatkan nilai 85, 90, 94, 82 dan 96 maka nilai rata-rata Amir 89,4. Angka rata-rata 89,4 dalam skala 1-100 adalah 89,4, dan dalam skala 1-10 menjadi 8,94. Jika nilai matapelajaran Fisika tadi harus menggunakan konversi huruf A, B, C, D, dan E maka nilai Amir adalah B. Konversi nilainya adalah sebagai berikut: 95 = A 86- 95 = B 81-85 = C, 76-80 = D, 75 = E Metode PAP di atas digunakan pada sistem penilaian skala-100 dan skala-5. Skala- 100 berangkat dari persentase yang mengartikan skor prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes dengan batas minimal angka 0 sampai 100 persen . Pada skala-5 berar i skor prestasi diwujudkan dalam nilai A, B, C, D, dan E atau berturutan mewakili nilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Adapun langkah-langkah PAP sebagai berikut: a. Menentukan skor berdasarkan proporsi Skor = BSt x 100 rumus bila menggunakan skala-100 9.1 B = banyaknya butir yang dijawab benar dalam bentuk pilihan ganda atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butiritem soal pada tes bentuk menguraikan S t = Skor teoritis b. Menentukan batas minimal nilai ketuntasan Nilai ketuntasan adalah nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifikasi penguasaan peserta didik terhadap kompotensi yang telah dikontrakkan dalam pembelajaran. Untuk menentukan batas minimal nilai ketuntasan peserta tes dapat menggunakan pedoman yang ada. Depdikbud RI atau beberapa sekolah biasanya telah menentukan batas minimal siswa dikatakan tuntas menguasai kompetensi yang dikontrakkan misalnya 60. Umumnya pada tingkat pendidikan dasar dan menengah di negara kita menggunakan skala-100 sedangkan skala-5 dipakai di perguran tinggi. Namun sekarang, ada perguruan tinggi yang mengembangkan skala-5 menjadi skala delapan, sembilan, atau tiga belas dengan memodifikasi ragam tingkatannya. Misal, semula ragam nilai skala-5 adalah A, B, C, D, dan E kemudian dimodifikasi dengan menambah ragam tingkatan nilai menjadi delapan sebagai berikut: A, B+, B, C+, C, D+, D, dan E. Pada beberapa perguruan tinggi ada yang mengembangkan lagi menjadi tiga belas variasi seperti berikut: A+, A, A-, B+, B, B-, C+, C, C -, D+, D, D-, dan E.

4. Pemanfaatan PAK