PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN SIFATSIFAT BENDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI ( PTK Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Talang Teluk Betung Selatan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013)

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT BENDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI

( PTK Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Talang Teluk Betung Selatan Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012-2013) Oleh

MIN AZWAZINA

Hasil pengamatan penulis terhadap prestasi belajar IPA siswa di SDN 2 Talang Teluk Betung Selatan kelas IV masih sangat rendah. Hal ini diindikasikan oleh kurang seriusnya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar ketika proses belajar mengajar berlangsung, beberapa siswa ada yang mengobrol, bermain, dan melamun, sehingga tidak semua siswa melakukan kegiatan belajar dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV semester II SDN 2 Talang Teluk Betung Selatan.Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan (planning), implementasi (tindakan), observasi (pengamatan) dan refleksi.Hasil belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata 58,22 dan pada siklus II rata-ratanya 75,33 meningkat 17,11. Meningkatnya persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65 dari siklus I sebesar 40% meningkat pada siklus II menjadi 95,56% atau meningkat 55,56%.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk dapat bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja sama yang efektif. Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar IPA karena proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Hasil pengamatan penulis terhadap prestasi belajar IPA siswa di SDN 2 Talang Teluk Betung Selatan kelas IV masih sangat rendah. Hal ini diindikasikan oleh kurang seriusnya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar ketika proses belajar mengajar berlangsung, beberapa siswa ada yang mengobrol, bermain, dan melamun, sehingga tidak semua siswa melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dari hasil belajar yang diperoleh belum memuaskan.


(3)

Sebagai contoh dapat dilihat dari nilai-nilai ujian semester II tahun pelajaran 2011/2012 seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Nilai IPA Ujian Semester II SDN 2 Talang Teluk Betung Selatan.

Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 2 3

20 – 39 40 – 64 65 – 79 80 - 100

20 19 4 2

44,44 % 42,22 % 8,89 % 4,44 %

45 100 %

Sumber : Data SDN 2 Talang

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sekitar 39 siswa atau 86,66 % memperoleh nilai < 65 dari 45 siswa. Hal ini menunjukkan masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai rendah di bawah KKM.

Hasil tersebut diduga disebabkan oleh, (1) Rendahnya aktivitas belajar siswa, (2) Guru dalam belajar mengajar kurang mampu memotivasi aktivitas belajar siswa dengan baik dan kurang tepat dalam memilih strategi pembelajaran. Yang demikian itu tentu banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Untuk keperluan di atas, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran. Sebuah strategi yang lebih memberdayakan siswa yaitu metode inkuiri, melalui metode ini diharapkan dapat menjadi alternatif belajar bagi siswa dengan mengalami secara langsung, berperan aktif dan merasa senang atau gembira sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri.


(4)

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N 2 Talang Teluk Betung masih

rendah, penyebabnya antara lain: - Kurangnya guru praktikan IPA

- Siswa hanya membaca dan melihat percobaan yang ada di buku dan tidak melakukan praktek langsung

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru menjadi dugaan yang menyebabkan hasil belajar IPA siswa Kelas IV SD N 2 Talang Teluk Betung masih rendah.

3. Guru kurang tepat dalam memilih metode pembelajaran juga merupakan penyebab hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Talang Teluk Betung masih rendah.

1.3 Batasan Masalah

Guna menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka perlu dikemukakan batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilaksanakan pada pelajaran IPA Kelas IV di SD Negeri 2 Talang Teluk Betung Selatan

2. Penerapan pendekatan adalah pembelajaran dengan mengunakan metode inkuiri yang bermakna dan efisien untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Talang Teluk Betung Selatan


(5)

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

”Bagaimana meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan metode inkuiri siswa kelas IV SD Negeri 2 Talang Teluk Betung Selatan Bandar Lampung”?.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

Meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV semester II SDN 2 Talang Teluk Betung Selatan.

b. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1) Siswa

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA sehingga prestasi belajar akan lebih meningkat.

2) Guru

Sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA 3) Sekolah

Meningkatkan prestasi belajar IPA juga akan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.


(6)

Agar tidak terjadi salah penafsiran maka perlu dikemukakan pembatasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa yang relevan pada saat pembelajaran berlangsung yang meliputi memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi, bertanya antara siswa dalam kelompok, membaca atau mengerjakan LKS, dan aktif dalam kerja kelompok serta mempresentasikan hasil kerja kelompok.

2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa dalam tes setiap akhir siklus setelah mengikuti kegiatan belajar dengan menggunakan metode kerja kelompok.


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Pembelajaran

Secara umum pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan di dalam ruangan atau kelas dengan melibatkan antara guru dan murid untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran merupakan usaha sadar yang direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi pembelajaran maupun jenjang pendidikannya.

Majid (2009:11) menjelaskan, bahwa Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Bahwa setiap belajar-mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang direncanakan dan berkesinambungan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.


(8)

2.2 Prestasi Belajar

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa definisi tentang prestasi belajar:

Menurut Hamalik (2001 : 159) menyatakan prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Jadi prestasi adalah hasil maksimal dari sesuatu, baik berupa belajar mapun bekerja.

Menurut Poerwadarmita (1996 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.

Sedangkan definisi belajar menurut para ahli sebagai berikut : Ahmadi dan Supriono (2004 : 128) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu

proses perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hakim (2002) mengartikan belajar adalah suatu proses suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningakatan kecakapan pengetahuan, sikap, pemahaman, keterampilan, daya fakir dan kemampuan lainnya.

Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkahlaku,


(9)

baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian hasil belajar siswa.

2.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto dalam bukunya, Belajar dan Faktor- yang Mempengaruhinya (2003,54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

2.3.1 Faktor-Faktor Intern 1. Faktor Jasmaniah a. Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannyatetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.


(10)

b. Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik ataukurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2. Faktor Psikologis a. Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya memberi pengaruh yang positif. Jia siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan dilembaga pendidikan khusus.

b. Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap


(11)

bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperolah kepuasan.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

d. Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: “ the capacity to learn’. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar disekolah yang sesuai dengan bakatnya.

e. Motif

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang


(12)

berhubungan dengan belajar. Motif-motif diatas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan, kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uraian diatas jelaslah bahwa motif sangatlah perlu dalam belajar, didalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan /kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan /kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.

f. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah matangbelum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

g. Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.


(13)

3. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan itu dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya, sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut;

a. Tidur b. Istirahat

c. Mengusahakan variasi dalam belajar juga dalam bekerja

d. Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah e. Rekreasi dan ibadah yang teratur.

f. Olah raga secara teratur

g. Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.

h. Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli

2.3.2 Faktor-Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1. Faktor Keluarga

a. Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang/ tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat


(14)

menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar.

Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, adalah cara mendidk yang juga salah. Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting. Anak/siswa ang mengalami kesukaran-kesukaran diatas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orangtua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

b. Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.

c. Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam eluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja.


(15)

Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Didalam suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

d. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

e. Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orag tua wajib memberi pengetian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

f. Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2. Faktor Sekolah a. Metode Mengajar

Menurut Slameto (2003:64) metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar itu mempengerui belajar siswa.


(16)

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya dengan tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

b. Relasi Guru dengan Siswa

Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.

c. Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pulaoleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima bahan pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

d. Tugas Rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu dirumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan


(17)

terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan lain.

3. Faktor Masyarakat

a. Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungka terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

b. Mass Media

Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass meia yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh siswa yang suka menonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas, pencabulan, akan berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikaguminya dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orangtua, pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali.

c. Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.


(18)

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua dan pendidik harus cukup bijaksana.

d. Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada disitu. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi.

2.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode ilmiah sehingga perlu diajarkan di SD. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di SD.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Depdiknas (2008 : 147)


(19)

2.5 Metode

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Oemar Hamalik ( 2001 )

2.6 Metode Inkuiri

Metode Inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Wina Sanjaya (2008: 196) Menurut Wina Sanjaya (2008: 201), Secara umum langkah-langkah proses

pembelajaran Inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Orientasi, yaitu mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.

2) Merumuskan masalah, yaitu langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

3) Merumuskan hipotesis, yaitu jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji dengan berlandaskan pada berfikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat rasional dan logis.

4) Mengumpulkan data, yaitu aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

5) Menguji hipotesis, yaitu proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6) Merumuskan kesimpulan, yaitu proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.


(20)

Menurut Roestiyah (2008: 75), Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di dalam kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas.

2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.

3) Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok,

4) Kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.

Menurut Wina Sanjaya (2008:208), keunggulan strategi pembelajaran inkuiri adalah;

a. Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

b. Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Menurut Roestiyah (2008: 76-77), keunggulan dari metode inkuiri adalahsebagai berikut :

a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

d. Mendorong siswa untuk berfikir inkuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.

f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

i. Siswa dapat menghindari belajar secara tradisional.

j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.


(21)

2.7 Kerangka Pikir Penelitian

Metode inkuiri dapat menjadi salah satu alternative dalam pembelajaran IPA. Dalam inkuiri, siswa bertindak sebagai ilmuwan dan melakukan eksperimen.

2.8 Hipotesis

Jika pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri di kelas IV SD Negeri 2 Talang Teluk Betung Selatan Bandar Lampung dengan langkah-langkah yang tepat maka prestasi belajar siswa akan meningkat.

Prestasi belajar IPA meningkat Menggunakan

metode inkuiri Prestasi belajar


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 2 Talang Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung, semester I (satu) tahun pelajaran 2012/2013 metode yang digunakan adalah metode inkuiri. Jumlah siswa sebanyak 45 anak yang terdiri dari 22 anak laki-laki, 23 anak perempuan dan akan dibentuk dalam enam kelompok. Anggota yang dibentuk bersifat heterogen ditinjau dari kemampuan akademiknya, ini dilakukan untuk mempermudah dan mengaktifkan mereka dalam bekerja sama dikelompoknya. Penelitian ini diselenggarakan oleh peneliti, seorang guru mitra dan kepala sekolah sebagai penanggung jawab.

3.2Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan (planning), diteruskan dengan pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan (reflecting) yang dapat digambarkan sebagai berikut.


(23)

Siklus I

Siklus II

Bagan 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diadopsi dari Suhardjono, (2006: 74)

3.3Gambaran Umum Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, berlangsung selama 4 bulan, yaitu bulan September sampai Desember 2012. Persiapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Permasalahan

Permasalahan baru hasil refleksi

Apabila permasalahan belum

terselesaikan

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/

Pengumpulan data I

Perencanaan tindakan II

Pelaksanaan tindakan II

Refleksi II Pengamatan/

pengumpulan data II

Dilanjutkan ke siklus


(24)

a. Menyusun jadwal penelitian, perangkat pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan metode inkuiri.

b. Menyusun tiap-tiap siklus yaitu siklus pertama dilaksanakan dua kali pertemuan serta membuat laporan siklus pertama dan siklus berikutnya dilakukan setelah siklus pertama dilaksanakan, pelaksanaan diamati oleh seorang guru mitra serta pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri, setiap siklus dilaksanakan refleksi guna mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalannya. Setelah berlangsung satu siklus kemudian dilaksanakan analisis sebagai bahan perbaikan pada tindakan siklus berikutnya.

3.4Rincian Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 4 tahap. Tahap-tahap tersebut adalah: tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardjono (2006 : 73).

a. Perencanaan

1) Membuat perangkat pembelajaran yang akan diterapkan.

2) Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diberikan.

3) Mempersiapkan lembar observasi.

b. Pelaksanaan 1) Siklus I


(25)

memotivasi siswa dengan tanya jawab tentang aktivitas yang dilakukan siswa sehari-hari.

b) Untuk merumuskan masalah, guru menyampaikan materi kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.

c) Membagi siswa dalam kelompok dengan cara berhitung 1 sampai 6, sehingga terbentuk enam kelompok.

d) Untuk merumuskan hipotesis, guru membagi tugas kelompok untuk berdiskusi menemukan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan oleh guru.

e) Dalam mengumpulkan data, setiap kelompok berdiskusi Guru mengamati diskusi dan kerja kelompok dengan memberikan bimbingan jika perlu. f) Untuk menguji hipotesis, Setiap kelompok berdiskusi kemudian membuat

catatan laporan hasil diskusi kelompok.

g) Merumuskan kesimpulan, setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerja kelompoknya kedepan kelas, dan kelompok lain saling menanggapi. Kemudian guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi dan kerja kelompok.

i) Siswa mengerjakan evaluasi tugas individu.

j)Apabila ada siswa yang memperoleh hasil dengan nilai < 65 maka dijelaskan kembali materi yang dianggap sulit.

2) Siklus II

a. Pada dasarnya tahap demi tahap pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pada siklus pertama, hanya saja dalam pelaksanaan siklus II ini


(26)

akan diawali dengan perbaikan dari rekomendasi yang dihasilkan pada kegiatan refleksi siklus I. Materi pembelajaran pada siklus II. Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang telah dilakukan guru dan mengkaji aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus berikutnya.

c. Pengamatan

Hal-hal yang akan diamati atau diobservasi dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Kemudian hasil observasi tersebut diolah menjadi data kualitatif dan data kuantitatif sebagai berikut :

1) Data kualitatif yaitu data keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar pada siklus I yang diperoleh dari lembar observasi.

2) Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari ulangan harian pada siklus I.

Adapun yang menjadi indikator aktivitas belajar siswa pada penelitian tindakan kelas ini adalah (1) bertanya, (2) mengeluarkan pendapat, (3) aktif diskusi kelompok, (4) mengambil keputusan. Sardiman (2003: 100)

d. Analisa dan Refleksi

Data yang terkumpul melalui instrumen penelitian ditabulasi kemudian dirata-rata, dideskripsikan dan selanjutnya disimpulkan baik menyangkut keberhasilan maupun kelemahan-kelamahan selama kegiatan yang dilakukan pada siklus


(27)

yang baru dilalui selanjutnya diperbaiki sebagai dasar kegiatan pada siklus berikutnya.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan lembar evaluasi. Lembar observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menghitung persentase keaktifan siswa mengikuti pelajaran dengan metode inkuiri digunakan rumus sebagai berikut :

% 100

x N Xa Pa

Keterangan :

Pa = Persentase jumlah siswa yang aktif Xa = Jumlah siswa yang aktif

N = Jumlah siswa

Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat atau baik jika prosentase yang diperoleh > 75%.

Untuk menghitung hasil belajar siswa digunakan rumus :

% 100

x N Xb Pb

Keterangan :

Pb = Persentase banyak siswa yang mampu memperoleh nilai >65 Xb = Jumlah siswa yang memperoleh nilai >65

N = Jumlah siswa

Hasil belajar siswa dikatakan meningkat atau optimal apabila siswa telah tuntas belajar >75%.


(28)

3.7 Instrument Penilaian

a. Validitas Adalah : Suatu Ukuran Yang Menunjukkan Tingkat Kevalidatisan Dan Kesahihan Instrument, Untuk Menentukan Validitas Butir Soal Dapat Di Gunakan Berapa Tahapan Dan Rumus Sbb:

Rpbis = Mp-Mt P Sdt Q

Analisa Validitas Dari Hasil Uji Coba 10 Butir Soal Terhadap 45 Orang Peserta Tabel 3.1 Tabel Penilaian Validitas Dengan 10 Butir Soal Dan 45 Orang Peserta

No

Nomor Butir Instrumen

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8

4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8

6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 12 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 15 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 21 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7


(29)

30 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 32 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5 35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 36 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 45 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 TOTAL 40 36 33 32 29 31 30 34 38 39 Selanjutnya

Tabel 3.2 Tabel Penilaian Validitas Dengan 10 Butir Soal dan 45 Orang Peserta Penyelesaian

No

Nomor Butiran Soal

Xt Xt2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 49 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 81 3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 64 4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 64 5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 64 6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 49 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 64 9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 49 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 64 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 12 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 49 13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49 14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 49 15 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 49 16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64 17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 64 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 49 20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 49 21 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 49 22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 49


(30)

23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 49 24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 36 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 81 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 81 27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 49 29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7 49 30 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 64 31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 49 32 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 64 33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49 34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5 25 35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 49 36 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 64 37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 49 38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 64 39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 49 40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 49 41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 49 43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 49 44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 49 45 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 64 N 40 36 33 32 29 31 30 34 38 39 342 2642

P 0,88 0,8 0,73 0,71 0,64 0,68 0,66 0,75 0,84 0,86

Q 0,12 0,2 0,27 0,29 0,36 0,32 0,34 0,25 0,16 0,14

Analisa Validitas Dari Soal Di Atas Adalah : Nilai ∑Xt = 342 Nilai ∑Xt2

= 2642

Nilai P Adalah Jumlah Yang Menjawab Benar Pada Butir 1 Yang Menjawab Benar 40 Orang Berarti P = 40/45= 0,88

Nilai Q Adalah 1-P ( Pada Butir 1 Nilai Q Adalah 1-0,88= 0,12 Demikian Untuk Butir Soal Seterusnya

Menghitung Rata-Rata Skor Total : Mt = ∑Xt / N = 342 / 45 = 7,6

Menghitung Mp Setiap Butir Soal ( Rata-Rata Hitung Dari Skor Total Yang Di Jawab Dengan Benar )


(31)

Penyelesaian Perhitungan Mp :

Pada Butir 1 Jumlah Yang Menjawab Benar Ada 40 Orang

(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,17,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29,30,3 1,32,33,35,36,37,38,39,40,41,42,43,45) Skor Dari Tiap Siswa Adalah : (7+9+8+8+8+7+10+8+7+8+10+7+7+7+8+9+7+7+7+7+7+9+9+9+7+7+8+ 7+8+7+7+8+7+8+7+9+7+7+7+8) Total Nya Adalah: Maka Mp Dapat Di Cari Dengan Menggunakan Rumus :Mp = 309/40 = 7,725

Menghitung Standar Deviasi Total :

Sdt = ∑Xt2 – (∑Xt)2 N N

= 2642 – (342)2

45 45 = 58,71 - (57,76)

= 0,95 = 0,97

Maka Dapat Di Ketahui Validitas Dari Butir 7 Adalah : Rpbis = Mp-Mt P

Sdt Q

= 7,725-7,6 0,88 0,97 0,12


(32)

= 0,125 0,88 0.97 0,12 = (0,12) ( 7.3) = (0,35) (2.7)

= 0,9 --- valid

Makin Tinggi Koefisien Korelasi Yang Dimiliki Semakin Valid Butir Instrumen Tersebut, Secara Umum Jika Koefisien Korelasi Sudah Lebih Besar Dari 0,3 Maka Butir Instrument Tersebut Sudah Dikatakan Valid Weiresma And Jurs , 1990

b. Realibilitas

Realibilitas Adalah : Tingkat Keajegan Suatu Test, Sejauh Mana Test Dapat Di Percaya , Analisis Reabilitasi Butir Soal Dengan Metode Kuder- Richardson (Kr20)

Rkr20 = K ( 1-

∑Pq)

K-1 S

2

Kr20 = Koefisien Korelasi Dengan Kr 20

K = Jumlah Butir Soal P = Proporsi Jawaban Benar Q = Proporsi Jawaban Salah ( 1-P)

Untuk Menghitung Harga P Dan Q Sama Dengan Yang Di Uraikan Pada

Pembahasan Validitas Butir Instrument, Sedangkan Mencari Variasi Atau Variant Adalah :


(33)

Analisis Realibilitas Untuk Butir Soal No 1 Adalah Sebagai Berikut :

Tabel 3.3 Tabel Penilaian Reabilitas Dengan 10 Butir Soal dan 45 Orang Peserta Data hasil uji coba 10 butir soal terhadap 45 orang

peserta. NO

Nomor Butiran Soal

Xt Xt2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 15 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 21 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 30 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 32 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 36 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1


(34)

39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 45 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 ∑ P Q J

Selanjutnya

Tabel 3.4 Tabel Penilaian Reabilitas Dengan 10 Butir Soal dan 45 Orang Peserta Penyelesaian

No

Nomor Butiran Soal

Xt Xt2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 49

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 81

3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 64

4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 64

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 64

6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 49

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100

8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 64

9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 49

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 64

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100

12 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 49

13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49

14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 49

15 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 49

16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 64

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81

19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 49

20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 49

21 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 49

22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 49

23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 49

24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 36

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 81


(35)

27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81

28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 49

29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7 49

30 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 64

31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 49

32 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 64

33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49

34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5 25

35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 49

36 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 64

37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 49

38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 64

39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 49

40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 49

41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81

42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 49

43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 49

44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 49

45 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 64

j 40 36 33 32 29 31 30 34 38 39 34 2 264 2 P 0.8 9 0.8 0 0.7 3 0.7 1 0.6 4 0.6 9 0.6 7 0.7 6 0.8 4 0.8 7 Q 0.1 1 0.2 0 0.2 7 0.2 9 0.3 6 0.3 1 0.3 3 0.2 4 0.1 6 0.1 3 ∑p. q 0.1 0 0.1 6 0.2 0 0.2 1 0.2 3 0.2 1 0.2 2 0.1 8 0.1 3 0.1

2 1,75 Hitung Skor Rata-Rata Total Dengan Rumus :

X = ∑Xt / N = 342 / 45 = 7,6 Menghitung Variasi Total : S2 = ∑X2/ N – X2

= 2642 / 45 – 7,62 = 58.71 – 57,76 = 0.95


(36)

Menghitung Realibilitas Dengan Rumus Rkr20 Untuk Butir 1 Sebagai Berikut ; Rkr20 = K ( 1- ∑Pq)

K-1 S2

= 10 (1- 1.75) 10-1 0.95 = 1,11 ( 1- 1,84 ) = 1,11 ( 0,84) = 0.93

= 0,9 ---Reliabel Kesimpulan :

Koefisien Korelasi Berada Antara 0-1, Suatu Instrument Dikatakan Reliable Jika Koefisien Korelasinya ≥ 0,6, Makin Tinggi Koefisien Korelasinya Makin Rliabel Instrument Tersebut.

c. Analisis butir soal

Data Hasil Uji Coba 10 Butir Soal terhadap 45 orang peserta

Tabel 3.5 Tabel Penilaian Analisis Butir Soal Dengan 10 Butir Soal dan 45 Orang Peserta Penyelesaian

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8

4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8

6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 12 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 15 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8


(37)

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 21 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7 30 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 32 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5 35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 36 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 45 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 JUMLAH 40 36 33 32 29 31 30 34 38 39

Hasil perhitungan dan sebaran tingkat kesukaran butir soal berdasarkan data Tabel 3.6 Tabel Hasil Perhitungan dan sebaran tingkat kesukaran butir soal berdasarkan data

No Soal N Sm ∑x p Kriteria

1 45 1 40 0,89 Mudah

2 45 1 36 0,80 Mudah

3 45 1 33 0,73 Mudah

4 45 1 32 0,71 Mudah

5 45 1 29 0,64 Sedang

6 45 1 31 0,69 Sedang


(38)

8 45 1 34 0,76 Mudah

9 45 1 38 0,84 Mudah

10 45 1 39 0,87 Mudah

Cara perhitungan :

Untuk butir soal 1

P = ∑X / Smn maka P = 40 / 1 x 45 = 0,89 Untuk butir soal 2

P = ∑X / Smn maka P = 36 / 1 x 45 = 0,80 Untuk butir soal 3

P = ∑X / Smn maka P = 33 / 1x 45 = 0,73 Dan seterusnya sampai dengan butir soal no 10.

1. Daya pembeda soal pilihan ganda

Untuk menentukan daya pembeda soal bentuk pilihan ganda maka akan kita perhatikan kembali table hasil pelaksanaan uji coba 10 butir test pilihan ganda pada 45 orang siswa dengan langkah sebagai berikut :

Mengurutkan jumlah perolehan skor peserta test dari yang tertinggi sampai yang terendah, hasil dari langkah tersebut dapat di lihat di table berikut : Tabel 3.7 Tabel Uji Pilihan Ganda

No

Nomor Butir Soal

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9


(39)

41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 30 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 32 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 36 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 45 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 12 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 7 13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 15 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 21 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7 31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5

Pada table di atas kita kelompokkan peserta test menjadi dua kelompok, teratas yaitu : 33% dari 45 peserta maka jumlahnya menjadi 15 orang, begitu juga kelompok bawah ada 15 orang hasil dari 33%x45 orang.


(40)

Langkah selanjutnya adalah menghitung proporsi jawaban benar untuk butir soal pada kelompok atas dan kelompok bawah untuk keperluan perhitungan kita buat kedua kelompok tersebut seperti pada table.

Tabel 3.8 Tabel Proposi Jawab Benar

No

Nomor Butiran Soal

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8

∑X 14 13 12 13 13 14 13 13 13 12

N 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 p 0,31 0,29 0,27 0,29 0,29 0,31 0,29 0,29 0,29 0,27

Untuk menghitung proporsi menjawab benar pada baris p, perhitungan menggunakan rumus “tingkat kesukaran” butir soal.

Tabel 3.9 Tabel Proposi Jawab Benar Tingkat Bawah

No Nomor Butiran Soal

Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7

28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7

31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7

33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7


(41)

40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7

44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7

24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6

34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5

∑X 12 10 9 8 8 9 8 13 13 12

N 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0,27 0,22 0,20 0,18 0,18 0,20 0,18 0,29 0,29 0,27

Langkah selanjutnya membandingkan proporsi menjawab benar, butir soal untuk kedua kelompok untuk memudahkan perhitungan daya pembeda butir soal, maka disajikan dalam bentuk table.

Tabel 3.10 Tabel Kategori Benar

KELOMPOK ATAS KELOMPOK BAWAH

1 0,31 0,27 0,04

2 0,29 0,22 0,07

3 0,27 0,20 0,07

4 0,29 0,18 0,11

5 0,29 0,18 0,11

6 0,31 0,20 0,11

7 0,29 0,18 0,11

8 0,29 0,29 0

9 0,29 0,29 0

10 0,27 0,27 0

NOMOR BUTIR

PROPORSI MENJAWAB BENAR


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian bahwa,

Pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Teluk Betung Bandar Lampung. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata 58,22 dan pada siklus II rata-ratanya 75,33 meningkat 17,11. Meningkatnya persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65 dari siklus I sebesar 40% meningkat pada siklus II menjadi 95,56% atau meningkat 55,56%.

5.2Saran

Agar pembelajaran dengan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa maka disarankan :

1. Pembelajaran dengan metode inkuiri dapat membuat siswa lebih aktif, maka diharapkan guru dapat menerapkannya untuk mencapai pembelajaran yang lebih baik.

2. Pembelajaran dengan metode inkuiri dapat merangsang serta melatih nalar siswa untuk lebih kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, merasa nyaman, senang dan merasa dihargai, guru hendaknya lebih kreatif dalam merancang persiapan mengajar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.


(43)

3. Dalam menggunakan pembelajaran dengan metode inkuiri hendaknya guru membuat persiapan yang matang agar tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai.

4. Setiap akhir bahan kajian, guru hendaknya mengadakan tes baik secara lisan, unjuk kerja atau tertulis serta memberi penghargaan individu atau kelompok sehingga siswa lebih termotivasi dan aktif selama kegiatan belajar mengajar.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriono. 2004. Psikologi Pendidikan. Solo. Rienika Cipta.

Arikunto, Suharmi, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. Depdiknas. 2008. Kamus Besar BahasaIindonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Dimyanti dan Mudjiono. 1999. Belajar dan pembelajaran. Jakarta. Rienika Cipta. Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Prenada Media:

Jakarta

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Poerwadarmita. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: PT Kencana

Winataputra S. Udin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka: Jakarta.


(1)

38

41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 30 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 32 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 36 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 38 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 45 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 6 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 12 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 7 13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 15 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 21 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7 31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7 33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 39 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5

Pada table di atas kita kelompokkan peserta test menjadi dua kelompok, teratas yaitu : 33% dari 45 peserta maka jumlahnya menjadi 15 orang, begitu juga kelompok bawah ada 15 orang hasil dari 33%x45 orang.


(2)

Langkah selanjutnya adalah menghitung proporsi jawaban benar untuk butir soal pada kelompok atas dan kelompok bawah untuk keperluan perhitungan kita buat kedua kelompok tersebut seperti pada table.

Tabel 3.8 Tabel Proposi Jawab Benar

No

Nomor Butiran Soal

Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9

27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

41 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8

4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8

8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8

17 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8

∑X 14 13 12 13 13 14 13 13 13 12

N 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0,31 0,29 0,27 0,29 0,29 0,31 0,29 0,29 0,29 0,27 Untuk menghitung proporsi menjawab benar pada baris p, perhitungan menggunakan rumus “tingkat kesukaran” butir soal.

Tabel 3.9 Tabel Proposi Jawab Benar Tingkat Bawah

No Nomor Butiran Soal

Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7

28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

29 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7

31 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 7

33 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

35 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

37 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7


(3)

40

40 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7

42 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

43 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7

44 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7

24 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6

34 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5

∑X 12 10 9 8 8 9 8 13 13 12

N 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45

Sm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

p 0,27 0,22 0,20 0,18 0,18 0,20 0,18 0,29 0,29 0,27

Langkah selanjutnya membandingkan proporsi menjawab benar, butir soal untuk kedua kelompok untuk memudahkan perhitungan daya pembeda butir soal, maka disajikan dalam bentuk table.

Tabel 3.10 Tabel Kategori Benar

KELOMPOK ATAS KELOMPOK BAWAH

1 0,31 0,27 0,04

2 0,29 0,22 0,07

3 0,27 0,20 0,07

4 0,29 0,18 0,11

5 0,29 0,18 0,11

6 0,31 0,20 0,11

7 0,29 0,18 0,11

8 0,29 0,29 0

9 0,29 0,29 0

10 0,27 0,27 0

NOMOR BUTIR

PROPORSI MENJAWAB BENAR


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian bahwa,

Pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Teluk Betung Bandar Lampung. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata 58,22 dan pada siklus II rata-ratanya 75,33 meningkat 17,11. Meningkatnya persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65 dari siklus I sebesar 40% meningkat pada siklus II menjadi 95,56% atau meningkat 55,56%.

5.2Saran

Agar pembelajaran dengan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa maka disarankan :

1. Pembelajaran dengan metode inkuiri dapat membuat siswa lebih aktif, maka diharapkan guru dapat menerapkannya untuk mencapai pembelajaran yang lebih baik.

2. Pembelajaran dengan metode inkuiri dapat merangsang serta melatih nalar siswa untuk lebih kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, merasa nyaman, senang dan merasa dihargai, guru hendaknya lebih kreatif dalam merancang persiapan mengajar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.


(5)

68 3. Dalam menggunakan pembelajaran dengan metode inkuiri hendaknya guru membuat persiapan yang matang agar tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai.

4. Setiap akhir bahan kajian, guru hendaknya mengadakan tes baik secara lisan, unjuk kerja atau tertulis serta memberi penghargaan individu atau kelompok sehingga siswa lebih termotivasi dan aktif selama kegiatan belajar mengajar.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriono. 2004. Psikologi Pendidikan. Solo. Rienika Cipta.

Arikunto, Suharmi, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. Depdiknas. 2008. Kamus Besar BahasaIindonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Dimyanti dan Mudjiono. 1999. Belajar dan pembelajaran. Jakarta. Rienika Cipta. Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Prenada Media:

Jakarta

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Poerwadarmita. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: PT Kencana

Winataputra S. Udin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka: Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 TALANG TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

1 16 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUKARAME II TELUKBETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011-2012

0 6 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUKARAJA KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

0 10 16

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK KECIL (PTK pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sumberrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 24 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN 4 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

0 11 52

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAMENANTI KEDATON BANDAR LAMPUNG

0 7 27

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN 2 GULAK GALIK TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 39

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELAS IV SD NEGERI 5 TALANG TELUK BETUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

0 7 40

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 1 TALANG, TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

0 2 90