Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

(1)

GAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA

PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD

SIDIKALANG

SKRIPSI

Oleh

Noni Valentina Tamba

101101052

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul Penelitian : Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

Nama : Noni Valentina Tamba Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Dewasa ini pelayanan kesehatan dituntut untuk semakin meningkatkan pemberian pelayanan. Salah satunya adalah terbinanya hubungan yang baik antara pemberi pelayanan, khususnya antara perawat dan dokter. Hubungan inilah yang disebut dengan praktik kolaboratif dimana terjadi komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan adanya pembagian pengetahuan dan ketrampilan masing – masing profesi perawat dan dokter untuk melakukan pengaruh yang sinergi kepada kesembuhan pasien. Praktik kolaboratif akan di lihat melalui 4 indikator yaitu kontrol kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan bersama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif antara perawat dan dokter di ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskiptif, dengan jumlah responden 74 orang, dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 24 Maret sampai tanggal 19 April 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu perawat klinis di RSUD Sidikalang memiliki praktik kolaboratif yang baik (86,5%). Dan jika dilihat dari empat indikator maka indikator yang menunjukkan praktik kolaboratif paling baik adalah berdasarkan lingkup praktik (91,8%) dan yang paling rendah adalah kontrol kekuasaan (67,57%). Saran yang dapat diberikan adalah agar pihak manajemen RS lebih memberikan perhatian yang lebih baik terhadap pengembangan mutu pelayanan melalui peningkatan hubungan kolaborasi antara perawat dan dokter melalui diskusi atau rapat bersama serta peningkatan kompetensi dan kecakapan perawat dalam melaksanakan tugas.


(4)

Title : Description of Collaborative Practice Between Nurses and Doctors in Inpatient Room in RSUD Sidikalang.

Name : Noni Valentina Tamba Student Number : 101101052

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Nowadays, health services are required to improve granting service. One of them is by building a proper relationship between giver service, especially between nurses and doctors. This relation is called by collaborative practice where occuring interprofesional communication and decision making consider the division of knowledge and skill each profession nurses or doctors to do influence synergy to restore patients health. Collaborative practice would be seen through 4 indicators: control power, scope practices, common interest and a collective goal. This research aims to do identify the description of collaborative practice between nurses and doctors at inpatient room in RSUD Sidikalang. The design used in this research is descriptive, with 74 respondents, using quantitative method. The results of this study indicate that the majority of the clinical nurses in RSUD Sidikalang have a good collaborative practice (86,5%). If seen from the 4 indicators, the indicators that shows the best collaborative practice is based on the scope of practice (91,8%) and the lowest is power control (67,57%). Advice that can be given is that the management of hospital should give more attention toward the development of a better quality of service through improved collaborative relationship between nurses and doctors through discussion or meetings as well as the improvement of the competence and skills of nurses in carrying out the task.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter di Ruang Rawat Inap di RSUD Sidikalang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif antara perawat dan dokter. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian pedidikan sarjana keperawatan di Fakultas Keperawatan USU.

Selama proses pengerjaan skripsi ini banyak pihak-pihak yang berperan, dengan memberikan masukan maupun dukungan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ikhsanudin .Harahap, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan III dan dosen pembimbing akademik saya.

4. Bapak Achmad Fathi, S.Kep., Ns, MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, masukan, dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji sidang saya yang juga

telah memberi masukan bagi skripsi ini.

6. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep., Ns, M.Kep selaku dosen penguji sidang yang juga telah memberi masukan bagi skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.


(6)

8. Direktur RSUD Kabanjahe yang telah memberikan izin dan membantu untuk uji reliabilitas instrumen.

9. Direktur RSUD Sidikalang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10.Seluruh perawat pelaksana di RSUD Kabanjahe dan RSUD Sidikalang yang telah membantu saya dalam pengambilan data.

11.Orang tua saya yang sangat saya cintai, dan mendiang mama. Terima kasih untuk kasih sayang, doa, pengorbanan dan peluh kalian. Semoga aku bisa menjadi anak kebanggaan kalian.

12.Abang dan adik-adik saya yang selalu mendoakan dan mendukung saya selama ini.

13.Teman-teman senasib seperjuangan angkatan 2010 yang selalu memotivasi dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Penulis juga sangat menyadari bahwa dalam penulisan maupun isi skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis terbuka untuk berbagai kritik dan saran dari para pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2014


(7)

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... ...vi

Daftar Tabel ... ..viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Praktik Kolaboratif ... 6

2.2. Elemen Praktik Kolaboratif ... 7

2.3. Model Praktik Kolaboratif ... 8

2.4. Kriteria Praktik Kolaboratif ... 10

2.5. Indikator Praktik Kolaboratif ... 11

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 18

3.1. Kerangka Konseptual... 18

3.2. Definisi Operasional ... 19

BAB IV METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Desain Penelitian ... 20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel ... 20


(8)

4.5. Instrumen Penelitian ... 21

4.6. Metode Pengumpulan Data... 24

4.7. Analisa Data  ... 24 

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.2. Pembahasan ... 33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 43

6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 44

Daftar Pustaka ... 46

Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden  2. Instrumen Penelitian

3. Validitas dan Reliabilitas 4. Hasil Penelitian

5. Surat Izin Penelitian

6. Surat Keterangan Selesai Penelitian 7. Jadwal Penelitian

8. Anggaran Biaya Penelitian 9. Riwayat Hidup


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Tanggung Jawab Perawat, Tanggung Jawab Dokter, dan Tanggung Jawab Bersama ...14 Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional ... 19 Tabel 5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Sidikalang...27 Tabel 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif ...28 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif di Ruang Rawat Inap di RSUD Sidikalang Berdasarkan Empat Indikator...29 Tabel 5.4 Tabel Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif

Berdasarkan Indikator Kontrol Kekuasaan ...30 Tabel 5.5 Tabel Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif

Berdasarkan Indikator Lingkup Praktik ...31 Tabel 5.6 Tabel Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif

Berdasarkan Indikator Kepentingan Bersama ...32 Tabel 5.7 Tabel Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif


(10)

Judul Penelitian : Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

Nama : Noni Valentina Tamba Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Dewasa ini pelayanan kesehatan dituntut untuk semakin meningkatkan pemberian pelayanan. Salah satunya adalah terbinanya hubungan yang baik antara pemberi pelayanan, khususnya antara perawat dan dokter. Hubungan inilah yang disebut dengan praktik kolaboratif dimana terjadi komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan adanya pembagian pengetahuan dan ketrampilan masing – masing profesi perawat dan dokter untuk melakukan pengaruh yang sinergi kepada kesembuhan pasien. Praktik kolaboratif akan di lihat melalui 4 indikator yaitu kontrol kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan bersama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif antara perawat dan dokter di ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskiptif, dengan jumlah responden 74 orang, dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 24 Maret sampai tanggal 19 April 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu perawat klinis di RSUD Sidikalang memiliki praktik kolaboratif yang baik (86,5%). Dan jika dilihat dari empat indikator maka indikator yang menunjukkan praktik kolaboratif paling baik adalah berdasarkan lingkup praktik (91,8%) dan yang paling rendah adalah kontrol kekuasaan (67,57%). Saran yang dapat diberikan adalah agar pihak manajemen RS lebih memberikan perhatian yang lebih baik terhadap pengembangan mutu pelayanan melalui peningkatan hubungan kolaborasi antara perawat dan dokter melalui diskusi atau rapat bersama serta peningkatan kompetensi dan kecakapan perawat dalam melaksanakan tugas.


(11)

Title : Description of Collaborative Practice Between Nurses and Doctors in Inpatient Room in RSUD Sidikalang.

Name : Noni Valentina Tamba Student Number : 101101052

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Nowadays, health services are required to improve granting service. One of them is by building a proper relationship between giver service, especially between nurses and doctors. This relation is called by collaborative practice where occuring interprofesional communication and decision making consider the division of knowledge and skill each profession nurses or doctors to do influence synergy to restore patients health. Collaborative practice would be seen through 4 indicators: control power, scope practices, common interest and a collective goal. This research aims to do identify the description of collaborative practice between nurses and doctors at inpatient room in RSUD Sidikalang. The design used in this research is descriptive, with 74 respondents, using quantitative method. The results of this study indicate that the majority of the clinical nurses in RSUD Sidikalang have a good collaborative practice (86,5%). If seen from the 4 indicators, the indicators that shows the best collaborative practice is based on the scope of practice (91,8%) and the lowest is power control (67,57%). Advice that can be given is that the management of hospital should give more attention toward the development of a better quality of service through improved collaborative relationship between nurses and doctors through discussion or meetings as well as the improvement of the competence and skills of nurses in carrying out the task.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pelayanan kesehatan dihadapkan pada paradigma baru dalam pemberian pelayanan terbaik kepada pasien. Untuk itu perlu terus menerus diadakan peningkatan kualitas mutu pelayanan. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan kepada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang mencakup berbagai hal. Salah satunya adalah terbinanya komunikasi yang baik antara pihak terkait seperti komunikasi antara profesional – profesional dan profesional – klien. Komunikasi antara profesional – profesional dapat terjadi antara perawat dan dokter, perawat dan ahli gizi, perawat dan tenaga kesehatan lainnya (Musliha & Fatmawati, 2010). Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi sebagai media kolaborasi komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan (Mundakir, 2006).

Gumilowali dan Maliki (2001) dalam Setyawati, Sedyowinarso, dan Palupi (2009) menyatakan bahwa didalam kolaborasi komunikasi menempati kedudukan yang utama sebab orang-orang yang terlibat dalam kerja sama harus dapat menyampaikan apa yang ia kehendaki dan menerima umpan balik, serta dapat menghargai pendapat orang lain yang menjadi mitra kerja.


(13)

Kolaborasi adalah prinsip, perencanaan dan pengambilan keputusan bersama, berbagi saran, kebersamaan, tanggung gugat, keahlian, dan tujuan serta tanggung jawab bersama. Praktik kolaboratif adalah pola yang berpusat pada pasien sebagai outcome pelayanan kesehatan, dan semua pemberi pelayanan harus saling bekerjasama (Siegler & Whitney, 2000). Association Medical American (AMA), 1994, mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktik mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkonstribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat. Kolaborasi merupakan proses kebutuhan yang kompleks yang membutuhkan berbagi pengetahuan dan tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerjasama dalam kesetaraan adalah esensi dasar kolaborasi yang digunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter. Tentunya ada konsekuensi dibalik kesetaraan yang dimaksud. Berdasarkan UU NO.23/1992, profesi keperawatan dan kedokteran harus memberikan pelayanan sesuai peran dan fungsinya masing-masing (Rumanti, 2009). Dengan adanya kolaborasi kedua profesi diharapkan kualitas pelayanan dapat meningkat dan memberikan kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan (Gardner, 2005).

Penelitian Lamb dan Napodano (1984) yang dikutip oleh Siegler dan Whitney (2000) membuktikan bahwa dari ratusan pertemuan oleh pemberi pelayanan pasien hanya ditemui 22 kejadian dimana perawat dan dokter saling berkomunikasi dan hanya 5 dari 22 interaksi tersebut memenuhi kriteria


(14)

kolaborasi. Kriteria tersebut mencakup melibatkan ahli, bersikap tegas dan mau bekerja sama serta mau melaksanakan keputusan bersama. Dengan kata lain kolaborasi bukan hanya sekedar berbincang antara perawat dan dokter tetapi ada tujuan yang ingin dicapai dan apakah kedua pihak sudah saling berbagi dan

mempercayai satu sama lain.

Hasil penelitian Polohindang, Rattu, Umboh, dan Tilaar (2012) di RS. Sam Ratulangi menunjukkan bahwa kolaborasi dokter-perawat menurut informan sudah dilaksanakan, meskipun masih banyak kendala, tetapi hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar proses kolaborasi belum diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan di ruang rawat inap. Hal ini ditandai dengan jarang terjadi berbagi pendapat/usul, perawat tidak melaksanakan tugas otonominya secara lengkap, dokter menganggap perawat sebagai subordinat, dokter-perawat jarang memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien, diskusi jarang dilaksanakan, perawat belum memiliki sifat asertif bertanya kepada dokter dan hanya menunggu instruksi dokter, asuhan keperawatan tidak lengkap, dan dokter terlambat visite. Hal ini sejalan dengan hasil observasi singkat yang dilakukan peneliti ketika mengunjungi pasien di RSUD Sidikalang, bahwa perawat lebih banyak melakukan tugas mencatat dokumentasi daripada dokter, dokter yang lebih mendominasi dan kurangnya intensitas pertemuan antara perawat dan dokter. Sementara pasien rawat inap sangat bergantung kepada kedua profesi ini. Sehingga dirasa sangat perlu komitmen dari pihak-pihak terkait termasuk dokter dan perawat dalam menyelesaikan permasalahan kolaborasi yang ada agar kualitas pelayanan pun dapat ditingkatkan.


(15)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengidentifikasi gambaran pelaksanaan praktik kolaboratif antara perawat-dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran praktik kolaboratif antara perawat dan dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu :

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif antara perawat dan dokter di ruang rawat inap RSUD Sidikalang.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif berdasarkan indikator kontrol kekuasaan

b. Mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif berdasarkan indikator lingkup praktik


(16)

c. Mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif berdasarkan indikator kepentingan bersama

d. Mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif berdasarkan indikator tujuan bersama.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pelayanan Keperawatan

Memberikan gambaran pelaksanaan praktik kolaboratif antara perawat dan dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang.

2. Pendidikan Keperawatan

Sebagai sumber info dalam pendidikan keperawatan untuk meningkatkan dan memperbaiki pendidikan keperawatan selanjutnya sehingga lebih memperhatikan persiapan untuk mengikuti praktik kolaboratif di klinik. 3. Penelitian Keperawatan

Sebagai data awal untuk penelitian keperawatan berikutnya tentang pelaksanaan praktik kolaboratif antara perawat dan dokter.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Praktik Kolaboratif

Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan adanya pembagian pengetahuan dan ketrampilan masing – masing profesi untuk melakukan pengaruh yang sinergi kepada kesembuhan pasien.

American Medical Assosiation (AMA) pada tahun 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi yang panjang dalam kesepakatan hubungan profesional dokter dan perawat, mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktik mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Kolaborasi berarti hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab bersama dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam pemberian (penyediaan) asuhan pasien. Praktik kolaboratif membutuhkan (dapat mencakup) diskusi diagnosis pasien dan kerja sama dalam manajemen dan pemberi layanan. Masing-masing kolaborator dapat saling berkonsultasi dengan baik secara langsung maupun dengan alat komunikasi, tetapi tidak perlu hadir secara fisik pada saat tindakan dilaksanakan. Penyedia layanan kesehatan yang ditunjuk untuk pasien


(18)

bertanggung jawab terhadap keseluruhan arahan dan manajemen perawatan pasien (ANA,1992).

2.2. Elemen Praktik Kolaboratif

Dari beberapa definisi tentang kolaborasi diatas maka ada beberapa elemen yang harus dimiliki oleh 2 pihak profesi yang bekerja sama. Elemen penting kolaborasi adalah ketrampilan komunikasi efektif, saling menghargai, rasa percaya, dan proses pembuatan keputusan (Siegler & Whitney, 2000).

Suatu kolaborasi pasti memiliki konflik atau masalah yang penyelesaian masalah tersebut membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif hanya dapat terjadi bila pihak yang terlibat berkomitmen untuk saling memahami peran profesional masing-masing dan saling menghargai sebagai individu. Selain itu, mereka juga harus peka terhadap perbedaan gaya komunikasi yang terjadi (Musliha & Fatmawati, 2010).

Saling menghargai terjadi saat dua orang atau lebih menunjukkan rasa hormat dan dapat memberikan apresiasi satu sama lain. Rasa percaya terbina saat seseorang merasa percaya terhadap tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Saling menghargai dan rasa percaya keduanya menyiratkan proses dan hasil yang dicapai bersama. Keduanya harus diekspresikan dengan komunikasi baik secara verbal atau non verbal. Meskipun yang paling mempengaruhi komunikasi adalah bahasa non verbal, kata merupakan alat yang sangat penting dalam komunikasi (Musliha & Fatmawati, 2010).

Proses pembuatan keputusan dalam tim mencakup tanggung jawab bersama terhadap hasil. Untuk menemukan solusi, tim tersebut harus mengikuti


(19)

tiap langkah pembuatan keputusan, yang diawali dengan definisi jelas dari masalah. Pembuatan keputusan tim harus diarahkan untuk mencapai tujuan upaya tertentu. Pembuatan keputusan membutuhkan pertimbangan penuh dan saling menghargai sudut pandang yang berbeda. Anggota harus mampu mengatakan perspektif mereka dalam lingkungan yang tidak mengancam. Kelompok profesional perlu memusatkan perhatian pada kesamaan mendasar mereka atau yang sering disebut visi mereka yakni kebutuhan klien (Siegler & Whitney, 2000).

2.3. Model Praktik Kolaboratif

Perawatan kesehatan menurut National Amerika Joint Practice Commission (NJPC) dalam Siegler dan Whitney (2000) mengemukakan tiga model/pola praktik kolaborasi.

Dokter

Registerednurse Pemberi pelayanan lain

Pasien Gambar 1 Model Praktik Hierarkis


(20)

Dokter

Registerednurse Pemberi Pelayanan lain

Pasien

Gambar 2

Model Praktik Kolaboratif

Dokter Registerednurse

Pasien

Pemberi Pelayanan lain

Gambar 3 Pola Praktik Kolaboratif

Pola pertama merupakan model hirarkis (gambar 1), menekankan komunikasi satu arah, kontak terbatas antara pasien dan dokter, dan dokter merupakan tokoh yang dominan. Pola kedua merupakan model praktik kolaborasi (gambar 2) menekankan komunikasi dua arah, tapi tetap menempatkan dokter pada posisi utama dan membatasi hubungan antara dokter dan pasien. Model ketiga pada gambar 3 agak mengubah pola tersebut. Pola ini lebih berpusat pada pasien, dan semua pemberi pelayanan harus saling bekerja sama, juga dengan


(21)

pasien. Model ini tetap melingkar, menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus menerus (Siegler & Whitney, 2000).

Model Kolaborasi gambar 3 adalah yang paling sesuai dengan penelitian ini karena kolaborasi yang dilakukan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya semuanya harus berorientasi kepada pasien (Siegler & Whitney, 2000). Dalam situasi apapun, praktik kolaborasi yang baik harus dapat menyesuaikan diri secara adekuat pada setiap lingkungan yang dihadapi sehingga anggota kelompok dapat mengenal masalah yang dihadapi pasien,sampai terbentuknya diskusi dan pengambilan keputusan (Paryanto,2006).

2.4. Kriteria Praktik Kolaboratif

Siegler dan Whitney (2000) dalam buku Kolaborasi Perawat-Dokter

menuliskan 3 kriteria praktik kolaboratif yaitu harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda yang dapat bekerja sama timbal balik dengan baik, anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama, dan kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.


(22)

2.5. Indikator Praktik Kolaboratif Penilaian praktik kolaboratif dapat di analisis berdasarkan 4 indikator yaitu kontrol – kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama, dan tujuan bersama (Siegler & Whitney, 2000).

1. Kontrol – kekuasaan

Berbagi kekuasaan atau kontrol kekuasaan bersama dapat terbina apabila baik dokter maupun perawat mendapat kesempatan sama untuk mendiskusikan pasien tertentu. Sebelumnya kedua profesi ini harus tahu apa yang menjadi kewenangan profesinya masing-masing. Kekuasaan atau kewenangan profesi dokter adalah dalam hal mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit serta melakukan prosedur pembedahan. Dalam hal ini dokter juga sering berkonsultasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian pengobatan. Dukungan perawat dalam memberi informasi yang akurat tentang keadaan pasien sangat membantu dokter dalam menjalankan kewenangan ini (Siegler & Whitney, 2000).

Kontrol kekuasaan adalah keadaan dimana dokter dan perawat dapat menyadari kewenangannya masing – masing dan mengkomunikasikannya dengan baik kepada setiap anggota tim. Sepuluh Kewenangan dokter menurut UU Praktik Kedokteran no 29 tahun 2004 pasal 35 antara lain 1) Mewawancarai pasien ; 2) memeriksa fisik dan mental pasien; 3) menentukan pemeriksaan penunjang 4) menegakkan diagnosis; 5) menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien; 6) melakukan tindakan kedokteran; 7 ) menuliskan resep obat; 8) menerbitkan


(23)

Kewenangan perawat yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239 / MenKes / SK / XI / 2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat dalam Bab IV pasal 15 mengakatakan bahwa perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk: a) melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan; b) tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a meliputi intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan; c) dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi d) pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berasarkan permintaan tertulis dari dokter.

Hambatan – hambatan yang seringkali terjadi adalah adanya keengganan masing masing profesi untuk menerima dan memberi pendapat, dari pihak perawat sendiri kurang memahami kedudukannya sebagai mitra dokter, sehingga hanya mematuhi setiap perintah yang ditulis dokter dilembar rekam medis (Polohindang, Rattu, Umboh, dan Tilaar (2012). Perawat sebagai salah satu anggota tim kolaborasi membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan termasuk dokter (Tarigan, 2010).


(24)

Pada proses penyembuhan pasien, dokter perlu mendelegasikan kewenangan tertentu kepada perawat. Hal ini dapat terjalin dengan baik apabila dokter maupun perawat membina komunikasi yang efektif. Dokter dan perawat perlu mendapat kesempatan sama untuk mendiskusikan pasien tertentu. Kalau kemungkinan ini tidak ada maka mungkin saja ada informasi penting yang terlewati saat pemberi perawatan merencanakan dan melaksanakan perawatan

pasien (Rumanti, 2009)

2. Lingkup Praktik

Lingkup praktik menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak. Meskipun perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang terpisah dan berbeda sesuai dengan peraturan praktik perawat dan dokter, tapi ada tugas-tugas tertentu yang harus dibina bersama. Maka dari itu perawat dan dokter harus menyadari bahwa kesehatan pasien adalah tanggung jawab bersama

(Rumanti, 2009).

Demi membangun tanggung jawab bersama, perawat dan dokter harus dapat merencanakan dan mempraktikkan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktik dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta menghargai orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat (Siegler & Whiney, 2000).

Peran penting perawat bukan untuk mengobati (cure) melainkan untuk memberikan pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan (caring). (PPNI, 1999). Menurut Tamblyn (1988) dalam Rumanti (2009) tanggungjawab


(25)

masing – masing pihak dan tanggungjawab yang dapat dilakukan bersama adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tanggung jawab perawat , tanggung jawab dokter, tanggung jawab bersama

Bentuk tanggung jawab perawat selama berkolaborasi dengan dokter adalah: mengenal status kesehatan pasien, identifikasi kondisi yang membahayakan jiwa, memberikan tindakan keperawatan yang dapat mengatasi

TANGGUNG JAWAB PERAWAT TANGGUNG JAWAB DOKTER TANGGUNG JAWAB BERSAMA Koordinasi pengawasan

kesehatan pribadi atau keluarga.

Identifikasi adanya kondisi medis darurat dan

kecepatan evaluasi medis.

Pengkajian kesehatan pribadi atau keluarga (riwayat medis/ status kesehatan pasien ).

Identifikasi masalah kesehatan pribadi atau keluarga.

Identifikasi prosedur dan tes laboratorium yang sesuai.

Identifikasi kondisi yang membahayakan jiwa.

Membantu hubungan pribadi atau keluarga dengan sistem kesehatan.

Penjabaran secara cermat mengenai kondisi khusus, penyakit kedokteran yang diderita dan patofisiologi yang mendasarinya.

Keputusan mengenai penanganan kesehatan pribadi dan keluarga.

Identifikasi dan penanganan kebutuhan

fisik yang belum terpenuhi.

Ketentuan terapi medis yang sesuai.

Pendidikan kesehatan pribadi.

Konsultasi pribadi atau keluarga mengenai praktik pencegahan, adaptasi sakit/ ketidakmampuan, dan

penyelesaian situasi krisis perkembangan.

Kepemimpinan dalam

kelompok kesehatan, dokumentasi perawatan kesehatan.

Pengawasan personil


(26)

masalah dan meningkatkan kesehatan pasien, tanggung jawab dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan, dan bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan pasien (Rumanti, 2009).

Tanggung jawab perawat erat kaitannya dengan tugas-tugas perawat. Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar pasien, tugas praktik klinis rutin misalnya memeriksa vital sign pasien. Perawat mampu secara mandiri memutuskan kebutuhan pasien yang belum terpenuhi. Ketika terjadi penurunan kondisi pasien atau kegawatan pasien, perawat mampu memutuskan apa yang seharusnya dilakukan, misalnya segera melakukan pertolongan pertama dan segera menghubungi dokter. Dalam hal ini koordinasi diperlukan untuk efisiensi pengorganisasian dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan (Rumanti, 2009).

Dalam membangun tanggungjawab bersama, perawat dan dokter harus mampu merencanakan dan mempraktikkan bersama sebagai teman sekerja, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta menghargai orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan pasien (AMA, 1994).

3. Kepentingan Bersama

Peneliti yang menganalisa kepentingan bersama sebagai indikator kolaborasi antara perawat dan dokter seringkali menanggapi dari sudut pandang perilaku organisasi. Dijabarkan bahwa kepentingan bersama secara operasional menggunakan istilah tingkat ketegasan masing-masing (usaha untuk memuaskan


(27)

sendiri ) dan faktor kerja sama ( usaha untuk memuaskan kepentingan pihak lain ). Perawat dan dokter harus menyadari bahwa kolaborasi bisa berhasil bila mereka punya satu visi dan tujuan. Untuk itu kebutuhan untuk mengembangkan kembali tujuan awal dan motivasi lebih penting dari sebelumnya (Lindeke & Sieckert,

2005).

Kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang, seperti lembaga atau pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu (KBBI, . Gardner (2005) menyebutkan kerjasama yang efektif antara keperawatan dan profesi kesehatan yang lain untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang semakin baik, semakin penting dan berkembang. Tentunya hal ini tidak bisa dicapai dengan praktis melainkan membutuhkan proses yang akan dihadapkan dengan berbagai konflik. Namun kedua belah pihak harus terbiasa melihat bahwa konflik adalah bagian alami dari kolaborasi. Konflik ini justru memberikan kesempatan bagi pihak yang terlibat untuk duduk berdiskusi untuk mendapat sebuah strategi untuk peningkatan pelayananan.

4. Tujuan Bersama

Tujuan manajemen penyembuhan sifatnya lebih terorientasi kepada pasien dan dapat membantu menentukan bidang tanggung jawab yang erat kaitannya dengan prognosis pasien. Kontiniuitas, kolaborasi, dan koordinasi dalam perawatan berkontribusi untuk keamanan klien dan hubungan antara penyedia layanan kesehatan dan sistem perawatan ( Walker & Elberson, 2005).

Daldiyono (1997) dalam Rumanti (2009) menyatakan bahwa perawat dan dokter memiliki tujuan bersama yang sama yaitu untuk kesembuhan pasien, untuk


(28)

itu peran masing-masing profesinya harus dijaga kelancarannya, dokter tidak lebih penting dari perawat demikian juga sebaliknya. Profesi kedokteran dan profesi keperawatan harus bekerja bersama-sama, serasi, selaras dan seimbang saling menghargai dan saling membina pengertian. Daerah kerja yang tumpang tindih harus dikerjakan bersama-sama bukan saling tarik menarik atau sebaliknya saling melemparkan tanggung jawab.


(29)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengambarkan pelaksanaan praktik kolaboratif antara perawat dan dokter. Kerangka konsep penelitian ini menggunakan teori secara sistematis. Konsep kerja dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

 Baik  Sedang  Buruk Praktik Kolaboratif Perawat dan

Dokter

1. Kontrol kekuasaan 2. Lingkup Praktik 3. Kepentingan bersama 4. Tujuan Bersama (Siegler & Whitney, 2000)


(30)

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional (n=74)

No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Hasil Ukur Skala

1. Praktik Kolaboratif.

Pelaksanaan praktik kolaborasi antara perawat dan dokter di RSUD Sidikalang dilihat dari 4 indikator, yaitu:

1.Kontrol kekuasaan yaitu keadaan dimana dokter dan perawat dapat menyadari kewenangannya masing –

masing dan mengkomunikasikan dengan

baik kepada anggota timnya. 2. Lingkup praktik yaitu tanggung jawab bersama antara perawat dan dokter untuk dapat merencanakan dan mempraktekkannya sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek yang jelas.

3.Kepentingan bersama yaitu ketegasan perawat dalam untuk memuaskan kepentingan diri sendiri dan bekerjasama dengan pihak lain dalam

rangka memuaskan kepentingan orang lain.

4.Tujuan bersama yaitu pusat pelayanan pada kesembuhan pasien dan tanggungjawab terhadap prognosis pasien.

Variabel ini diukur dengan menggunakan kuesioner sebanyak 20 pertanyaan tertutup dengan kriteria

penilaian yaitu : Tidak pernah = 1

Kadang-kadang = 2

Sering = 3 Selalu = 4

Hasil ukur kuesioner yaitu : -baik -sedang -buruk Ordinal


(31)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Sesuai tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan praktik kolaboratif antara perawat dan dokter di RSUD Sidikalang.

4.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Kabupaten Dairi. Alasan pemilihan rumah sakit ini karena rumah sakit ini dikenal dengan baik serta mudah dijangkau peneliti yang memiliki keterbatasan waktu. Selain itu di rumah sakit ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran praktik kolaboratif antara perawat dan dokter. Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2013 sampai bulan April 2014.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Sidikalang sebanyak 81 orang namun hanya 74 orang yang bersedia menjadi responden. Populasi dalam penelitian ini kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian, sehingga penelitian


(32)

ini merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006). Sampel yang didapat adalah 74 orang perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Sidikalang.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah sidang proposal dan revisi proposal yang dilakukan berdasarkan masukan dari dosen penguji, kemudian disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan dan Dekan Fakultas Keperawatan USU. Izin pengumpulan data diperoleh dari Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaannya untuk dijadikan subjek penelitian. Untuk itu peneliti menyiapkan lembar persetujuan (informed concent) yang akan ditandatangani berdasarkan keinginan responden tanpa ada paksaan. Peneliti menjelaskan tujuan, sifat, dan manfaat penelitian. Kuesioner juga akan diberi kode tertentu yang hanya diketahui oleh peneliti agar tetap terjaga kerahasiaannya.

4.5. Instrumen Penelitian

4.5.1. Kuesioner Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai alat pengukur data. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup sehingga responden hanya perlu memilih jawaban yang sudah disediakan peneliti (Siswanto, Susila, & Suyanto, 2013). Kuesioner pada bagian pertama instrumen penelitian berisikan data demografi responden yaitu perawat yang meliputi: usia,


(33)

jenis kelamin, suku, pendidikan terakhir, lama kerja. Kuesioner pada bagian kedua adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan praktik kolaboratif antara perawat dan dokter, terdiri dari 20 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban “tidak pernah” bernilai 1, “kadang-kadang” bernilai 2, “sering” bernilai 3, “selalu” bernilai 4. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 20 dan nilai tertinggi 80 .

Berdasarkan rumus statistik i = menurut Wahyuni (2011)

dimana i merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 60 dan banyak kelas dibagi menjadi 3 kelas untuk nilai baik, sedang, dan buruk sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 20. Dengan i=20 dan nilai terendah 20 sebagai batas kelas bawah pertama. Gambaran praktik kolaboratif dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut: 20-39 artinya buruk, 40-59 artinya sedang, 60-80 artinya baik.

Praktik kolaboratif juga diukur berdasarkan empat indikator yaitu kontrol kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama, dan tujuan bersama. Rentang setiap indikator adalah 15 dan banyak kelas dibagi menjadi 3 kelas yaitu baik, sedang dan buruk. Nilai terendah adalah 5 sebagai batas kelas pertama. Maka rentang nilai dari setia[ indikator adalah : 5-10 artinya buruk, 11-15 artinya sedang, dan 16-20 artinya baik.

4.5.2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum dilakukan penelitian maka peneliti harus terlebih dahulu memeriksa apakah instrumen tersebut valid atau sahih untuk dipergunakan. Maka perlu dilakukan uji validitas untuk menyatakan sejauh mana data yang ditampung


(34)

pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi dan demikian sebaliknya (Arikunto, 2006).

Validitas isi adalah untuk melihat sejauh mana kuesioner tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Oleh karena itu maka peneliti memakai uji validitas isi atau Content Validity Index (Siswanto, Susila, & Suyanto, 2013). Validitas instrumen sudah diuji kelayakannya oleh 3 orang ahli yaitu 2 orang dosen Departemen Keperawatan Dasar dan 1 orang pakar yang bekerja di rumah sakit atau praktisi keperawatan. Hasil yang didapatkan adalah bahwa instrumen ini valid dengan nilai CVI 0,84, maka instrumen ini dinyatakan valid (lampiran 3).

Selain menguji kesahihan sebuah instrumen peneliti juga sudah melakukan uji reliabilitas untuk melihat apakah instrumen dapat dipercaya atau memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten, yaitu dengan menguji di tempat yang berbeda dari tempat penelitian yang sebenarnya sehingga dapat dilihat apakah hasilnya konsisten atau tidak. Uji ini diadakan di RSUD Kabanjahe karena merupakan rumah sakit yang setipe dengan tempat penelitian dengan jumlah responden 30 orang perawat. Dalam hal ini peneliti menggunakan skala Likert dalam penilaian data maka peneliti menggunakan rumus cronbach alpha untuk menentukan apakah instrumen tersebut dapat dipercaya. Hasil yang didapatkan adalah instrumen sudah reliabel dengan nilai 0,78 (lampiran 3).

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kuesioner Praktik Kolaboratif Perawat-Dokter yang dirancang sendiri oleh peneliti sesuai studi


(35)

literatur yang telah dilakukan serta masukan dari 3 orang pakar pada saat uji validitas. Instrumen terdiri dari empat subvariabel yaitu kontrol kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan bersama sehingga pembuatan instrumen ini dikembangkan dan disesuaikan dengan setiap pokok indikator paraktik kolaboratif yang ada di tinjauan pustaka. Setiap indikator mengandung 5 pernyataan yang terdiri dari empat pernyataan positif dan satu pernyataan negatif. Pernyataan positif ada pada nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20 dan pernyataan negatif pada nomor 2, 6, 18. Kuesioner dipakai setelah terlebih dahulu diuji keabsahannya dan keandalannya.

4.6. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari instansi terkait yaitu RSUD Sidikalang, kemudian menjelaskan pada calon responden tentang tujuan penelitian, manfaat dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediaannya untuk menjadi respoden. Jika responden setuju maka peneliti akan memberikan kuesioner untuk diisi. Selama pengisian kuesioner peneliti mendampingi responden dan memberikan kesempatan bertanya kepada responden. Setiap responden akan diberikan waktu maksimal 15 menit untuk mengisi kuesioner. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang tidak lengkap, dilengkapi saat itu juga, selanjutnya data dikumpulkan untuk di analisa.


(36)

4.7. Analisa Data Setelah data dari responden dikumpulkan, selanjutnya peneliti mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil kuesioner dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, menyusun pola, memilih mana data yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Siswanto, Susila, Suyanto, 2013). Data yang didapat akan di periksa terlebih dahulu, diberi kode (coding) dan di kemas dalam tabulasi data (tabulating). Selanjutnya data-data tersebut dimasukkan (entry) ke dalam komputer dan diolah dengan menggunakan teknik komputerisasi. Dalam penelitian ini digunakan analisis univariat yang dilakukan pada satu variabel dari hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari variabel tersebut. Teknik analisis yang dilakukan adalah teknik analisis kuantitatif karena data yang

akan diolah berbentuk angka.

Analisa data untuk mencari kategori praktik kolaboratif menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Data demografi akan dipresentasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.


(37)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 74 perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit. Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret – 19 April 2014 di RSUD Sidikalang. Penyajian data penelitian ini meliputi karakteristik responden dan gambaran praktik kolaboratif perawat dan dokter.

5.1.1. Karakteristik Responden

Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 74 orang. Karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, agama, suku, dan pendidikan terakhir responden. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa rentang usia terbanyak (37,8 %) adalah 33-36 tahun. Hampir seluruh responden (98,6 %) berjenis kelamin perempuan. Lebih dari setengah responden (67,6 %) berasal dari suku Batak Toba. Lebih dari setengah responden (62,2 %) beragama Kristen Protesan. Mayoritas responden (91,9 %) memiliki latar belakang pendidikan D3. Mayoritas responden (81,1%) bekerja kurang dari 10 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.


(38)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Sidikalang (N=74)

Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia : 21-40 41-60 >60 Total 65 9 0 74 87,8 12,2 0 100 Suk u :

Batak Toba Batak Simalungun Batak Karo Batak Pak-Pak Batak Mandailing Lainnya Total 50 8 4 10 1 1 74 67,5 10,8 5,4 13,5 1,4 1,4 100 Pendidikan Terakhir: SPK DIII S1 Total 2 68 4 74 2,7 91,9 5,4 100 Agama : Islam Katolik Protestan Total 13 1 60 74 17,5 1,4 81,1 100 Lama Bekerja :

<10 tahun >=10 tahun Total 60 14 74 81,1 18,9 100


(39)

1.2. Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter

Dari 20 pernyataan yang dapat menunjukkan gambaran praktik kolaboratif yang dilakukan perawat terhadap dokter. Mayoritas perawat bekerja sama dengan dokter untuk mencapai tujuan yang sama yaitu kesembuhan pasien (81,1%), selalu mendiskusikan kepada dokter tentang rencana penanganan dan perawatan pasien (73%), kadang–kadang merencanakan perawatan dan mempraktikkannya bersama dokter (43,2%), sering mempertimbangkan pendapat dokter saat mengembangkan rencana perawatan (51,4%). Dapat dilihat di tabel distribusi frekuensi gambaran praktik kolaboratif antara perawat dan dokter di RSUD Sidikalang (lampiran 4).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas perawat di RSUD Sidikalang memiliki praktik kolaboratif yang baik (86,5). Dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif di Ruang Rawat Inap di RSUD Sidikalang (n=74)

No. Tingkat Kecemasan Pasien Frekuensi (n) Persentase

1 Kolaborasi Baik 64 86,5%

2 3

Kolaborasi Sedang Kolaborasi Buruk

10 0

13,5% 0%


(40)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif di Ruang Rawat Inap di RSUD Sidikalang Berdasarkan Empat Indikator (n=74)

Indikator Frekuensi Persentase (%)

Kontrol Kekuasaan - Baik

- Sedang - Buruk Total 50 24 0 74 67,57 32,43 0 100 Lingkup Praktik

- Baik - Sedang - Buruk Total 68 6 0 74 91,9 8,1 0 100 Kepentingan Bersama

- Baik - Sedang - Buruk Total 51 21 2 74 68,9 28,4 2,7 100 Tujuan Bersama

- Baik - Sedang - Buruk Total 62 12 0 74 83,8 16,2 0 100

1.2.1 Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Berdasarkan Indikator

Kontrol Kekuasaan

Hasil penelitian yang didapatkan dari indikator kontrol kekuasaan adalah mayoritas perawat (67,57%) memiliki praktik kolaboratif yang baik, selalu memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien kepada dokter (54,1%). Namun hanya 45,9% dari perawat yang selalu bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan dokter, hanya 37,8% yang melakukan tindakan medis apabila ada permintaan tertulis yang jelas dari dokter, dan 13,5% yang selalu tidak berani menyatakan tidak pendapatnya. Dapat dilihat pada tabel 5.4.


(41)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter Berdasarkan Indikator Kontrol Kekuasaan (n=74)

NO. Pernyataan TP KK SRG S

f (%) f (%) f (%) f (%)

1. Saya memberi

informasi yang akurat tentang keadaan pasien kepada dokter.

3 (4,1) 3 (4,1) 28 (37,8) 40 (54,1)

2. Saya bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan dokter.

1 (1,4) 11 (14,9) 28 (37,8) 34 (45,9)

3. Saya hanya

melakukan tindakan medis apabila ada permintaan tertulis yang jelas dari dokter.

2 (2,7) 17 (23,0) 27 (36,5) 28 (37,8)

4. Saya tidak berani menyatakan tak sependapat ketika berbeda pendapat dengan dokter dalam hal perawatan pasien.

(20) (27) 32 (43,2) 12 (16,2) 10 (13,5)

5. Saya secara proaktif menghubungi dokter apabila belum melakukan visitasi kepada pasien


(42)

1.2.2 Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter Berdasarkan

Indikator Lingkup Praktik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh perawat (91,9%) memiliki praktik kolaboratif yang baik, selalu menyiapkan data terbaru tentang kondisi umum pasien (53%), selalu melaporkan perkembangan kesehatan paien kepada dokter (55,4%), selalu segera menghubungi dokter bila terjadi penurunan atau kegawatan kondisi pasien (79,7%), selalu bekerja sama dengan dokter dalam mengidentifikasi kondisi yang membahayakan jiwa pasien (59,5%) dan selalu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik (67,6%). Dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter Berdasarkan Indikator Lingkup Praktik (n=74)

NO. Pernyataan TP KK SRG S

f (%) f (%) f (%) F (%)

1. Saya tidak

menyiapkan data terbaru tentang kondisi umum pasien seperti TTV pasien sebelum dokter visit

53 (71,6) 9 (12,2) 11 (14,9) 1 (1,4)

2. Saya melaporkan perkembangan

kesehatan pasien kepada dokter

0 (0) 13 (17,6) 20 (27) 41 (55,4)

3. Ketika terjadi penurunan / kegawatan kondisi pasien saya segera menghubungi dokter


(43)

4. Saya dan dokter bekerjasama dalam mengidentifikasi

kondisi yang membahayakan jiwa

pasien

5 (6,8) 1 (1,4) 24 (32,4) 44 (59,5)

5. Saya

mendokumentasikan asuhan keperawatan yang akurat yang dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi kerjasama saya dengan dokter

0 (0) 4 (5,4) 20 (27) 50 (67,6)

1.2.3 Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter Berdasarkan

Indikator Kepentingan Bersama

Hasil penelitian yang didapatkan adalah lebih dari setengah perawat (69,9%) memiliki praktik kolaboratif yang baik. Mayoritas perawat (78,4%) selalu mengerti bahwa perawat dan dokter mempunyai kepentingan yang sama yaitu memberikan yang terbaik bagi pasien, selalu berkewajiban mendampingi dokter ketika visitasi kepada pasien (66,2%), hanya 16,2% yang selalu mempertimbangkan pendapat dokter saat mengembangkan rencana perawatan, hanya 20,3% mengatakan tidak pernah memberi saran kepada dokter cara pendekatan perawatan pasien yang akan bermanfaat, dan 13,6% yang selalu merencanakan perawatan dan mempraktikkannya bersama dokter. Dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.


(44)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter Berdasarkan Indikator Kepentingan Bersama (n=74)

NO. Pernyataan TP KK SRG S

f (%) f (%) F (%) F (%)

1. Saya mengerti bahwa saya dan dokter punya kepentingan yang sama yaitu memberikan yang terbaik bagi pasien

0 (0) 15 (6,8) 11 (14,9) 58 (78,4)

2. Saya

mempertimbangkan pendapat dokter saat mengembangkan rencana perawatan

8 (10,8) 16 (21,6) 38 (51,4) 12 (16,2)

3. Saya berkewajiban untuk mendampingi dokter ketika visitasi kepada pasien

2 (2,7) 2 (2,7) 21 (28,4) 49 (66,2)

4. Saya memberi saran kepada dokter cara pendekatan perawatan pasien yang akan bermanfaat

15 (20,3) 21 (28,4) 28 (37,8) 10 (13,5)

5. Saya merencanakan perawatan dan mempraktekkannya

bersama dokter

6 (8,1) 32 (43,2) 23 (31,1) 13 (17,6)

1.2.4 Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter Berdasarkan

Indikator Tujuan Bersama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perawat (83,8%) memiliki praktik kolaboratif yang baik. Mayoritas perawat (81,1%) selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama yaitu kesembuhan pasien, selalu


(45)

menghargai keputusan dokter dalam pelayanan medik (66,2%), hampir mayoritas perawat yang selalu mendiskusikan kepada dokter tentang rencana penanganan dan perawatan pasien dan mayoritas perawat (71,6%) selalu memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan bersama dengan dokter untuk mendukung kesembuhan pasien. Hanya 29,7% yang selalu berdiskusi dengan dokter tentang penentuan jadwal kepulangan pasien. Dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter Berdasarkan Indikator Tujuan Bersama (n=74)

NO. Pernyataan TP KK SRG S

F (%) f (%) F (%) f (%)

1. Saya dan dokter bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama yaitu kesembuhan pasien

2 (2,7) 1 (1,4) 11 (14,9) 60 (81,1)

2. Saya berdiskusi dengan dokter tentang penentuan jadwal kepulangan pasien

3 (4,1) 17 (23,0) 32 (43,2) 22 (29,7)

3. Saya tidak

mendiskusikan kepada dokter tentang rencana

penanganan dan perawatan pasien

54 (73,3) 8 (10,8) 8 (10,8) 4 (5,4)

4. Saya menghargai keputusan dokter dalam pelayanan medis

0 (0) 3 (4,1) 22 (29,7) 49 (66,2)

5. Saya dan dokter memberikan penyuluhan

atau pendidikan kesehatan untuk mendukung kesembuhan

pasien


(46)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran praktik kolaboratif yang terjadi antara perawat dan dokter. Hasil yang didapatkan adalah mayoritas perawat (86,5%) memiliki kolaborasi yang baik dengan dokter. Hal ini berpengaruh baik untuk peningkatan kualitas pelayanan terhadap tujuan bersama petugas kesehatan yaitu kesembuhan pasien. Tujuan bersama itu dicapai dengan berkolaborasi, berkoordinasi, bekerja sama dan saling memberikan informasi antara satu petugas pelayanan dengan yang lainnya terkhusus perawat dan dokter (Siegler & Whitney, 2000). Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh usia perawat yakni mayoritas (87,8%) berada pada rentang 21-40 yaitu Masa Dewasa Awal. Pada masa ini seseorang akan lebih produktif, pencarian kemantapan dan berusaha untuk memajukan karier sebaik-baiknya serta menembankan ciri kedewasaan dalam hubungan sosial (Jahja, 2011).

Hasil yang menunjukkan kolaborasi yang baik ini kemungkinan karena perawat dan dokter sudah saling mengenal atau mempunyai hubungan komunikasi interpersonal yang baik. Namun indikator ini tidak dicantumkan dalam kuesioner karena peneliti belum mempunyai pengalaman yang cukup untuk membuat kuesioner yang baik sehingga ada komponen-komponen yang tidak terwakilkan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rumanti (2009) di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, bahwa dari seluruh perawat yang menjadi responden belum ada perawat yang mencapai praktik kolaboratif yang diharapkan. Rumah sakit ini adalah rumah sakit khusus yang hanya melayani pasien kejiwaan maka pekerjaan perawat cenderung menjadi


(47)

rutinitas. Sehingga jarang sekali ditemukan komunikasi bahkan kolaborasi antara perawat dengan dokter. Selain itu tidak adanya kepastian jenjang karier bagi perawat di RSJD juga menyebabkan perawat yang dapat bekerja optimal tidak dapat mengembangkan dirinya sementara pada hakikatnya pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kesuksesan kolaborasi. Hasil penelitian Leticia (2005) mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka profesionalisme pun akan semakin meningkat dan kolaborasi tenaga kesehatan yang lain akan semakin baik.

5.2.1 Gambaran Praktik Kolaboratif Berdasarkan Kontrol Kekuasaan

Kontrol kekuasaan adalah keadaan dimana dokter dan perawat dapat menyadari kewenangannya masing–masing dan mengkomunikasikan dengan baik kepada anggota timmya (Siegler & Whitney, 2000). Komunikasi yang dilakukan dapat secara tatap muka atau tertulis seperti rekam medik. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi dua arah dimana perawat dan dokter saling berbagi ide dan berani menyatakan tidak sependapat apabila memang tidak sesuai dengan pengetahuan perawat (Siegler & Whitney, 2000).

Hasil penelitian yang didapatkan dari indikator kontrol kekuasaan adalah lebih dari setengah perawat (67,57%) memiliki praktik kolaboratif yang baik. Meski sudah melewati nilai setengah tetapi angka ini masih belum optimal. Dalam tabel 5.4 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah perawat (54,1%) selalu memberi informasi yang akurat tentang keadaan pasien kepada dokter. Hal ini sesuai


(48)

dengan hasil observasi yang dialami peneliti ketika melakukan penelitian di rumah sakit seperti ketika visitasi ke ruangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah perawat (45,9%) selalu bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan dokter. Artinya sebagian besar perawat belum mengerti dan menjalankan perannya sebagai penghubung antara pasien dengan dokter (Siegler & Whitney, 2000). Seharusnya perawat mampu memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain yaitu dokter. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah perawat (55,4%) selalu secara proaktif menghubungi dokter apabila belum melakukan visitasi kepada pasien. Sesuai dengan definisi kolaborasi menurut American Medical Assosiation (1994) bahwa profesi yang terlibat harus bekerja dengan saling melengkapi dan saling ketergantungan satu sama lain.

Data yang ada juga menunjukkan bahwa terdapat 13,5% responden menyatakan tidak berani untuk menyampaikan pendapat mereka ketika berbeda pendapat dengan dokter dalam hal perawatan pasien. Hal ini diakibatkan bahwa stigma perawat sebagai pembantu dokter sulit dihilangkan sehingga perawat merasa canggung dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya dalam berkomunikasi dengan dokter sebagi rekan kerjanya (Palupi, Sedyowinarso, & Setyawati, 2009). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hanya 37,8% perawat yang selalu melakukan tindakan medis apabila ada permintaan tertulis yang jelas dari dokter. Seyogianya seluruh perawat mengerti akan hal ini bahwa perawat dan dokter memiliki kewenangan masing-masing. Perawat berperan dalam caring pasien dan curing (medis) adalah peran dokter (Keputusan Menteri


(49)

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239 / MenKes / SK / XI / 2001). Maka dari itu jika dokter memberikan kewenangan tertentu untuk melakukan tindakan medis kepada perawat maka perawat harus memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan secara baik (Siegler & Whitney, 2000).

5.2.2 Gambaran Praktik Kolaboratif Berdasarkan Lingkup Praktik

Lingkup praktik adalah pengetahuan perawat tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam berkolaborasi dengan dokter dan kemandirian perawat sesuai disiplin ilmu yang dimiliki (Rumanti, 2009). Peran perawat sebagai ujung tanduk pelayanan sangat dibutuhkan karena perawat adalah orang yang akan 24 jam mendampingi pasien. Perawat harus mampu mengkaji fisik dan mental pasien sehingga dapat melaporkan kondisi yang buruk kepada dokter.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh perawat (91,9%) memiliki praktik kolaboratif yang baik. Hal ini sesuai dengan data pada tabel 5.5 yang menunjukkan bahwa hampir mayoritas perawat (71,6%) selalu menyiapkan data terbaru tentang kondisi umum pasien seperti tanda-tanda vital (ttv) pasien sebelum dokter visit (71,6%), segera menghubungi dokter ketika terjadi penurunan / kegawatan kondisi pasien (79,7%), selalu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang akurat karena dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi kerjasama dengan dokter (67,6%), dan mayoritas perawat menyatakan mengerti bahwa perawat dan dokter punya kepentingan yang sama yaitu memberikan yang terbaik bagi pasien (78,4%). Hal ini sejalan dengan hasil observasi peneliti di rumah sakit yakni dokter dan perawat memiliki jadwal yang


(50)

rutin untuk kunjungan keliling ke setiap ruangan dan langsung membahas kondisi pasien pada saat visitasi. Dokumentasi atau status pasien mempunyai manfaat yang sangat penting, karena merupakan komunikasi tertulis antara dokter dengan perawat (Siegler & Whitney, 2000). Sehingga jika ada informasi yang ingin diklarifikasi, dapat dilihat di dokumentasi.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah perawat (55,4%) selalu melaporkan perkembangan kesehatan pasien kepada dokter dan 59,5 % perawat selalu bekerjasama dengan dokter dalam mengidentifikasi kondisi yang membahayakan jiwa pasien hanya. Meski sudah melewati setengah dari jumlah perawat namun angka ini masih jauh dari harapan. Sehingga bisa dapat dikatakan bahwa masih ada perawat yang belum mengerti tugas perawat dalam ruang rawat inap (Rumanti, 2009).

5.2.3 Gambaran Praktik Kolaboratif Berdasarkan Kepentingan bersama

Hasil penelitian yang didapatkan berdasarkan kepentingan bersama adalah lebih dari setengah responden (69,9%) memiliki praktik kolaboratif yang baik. Nilai ini cukup baik namun tetap perlu peningkatan dalam hal bekerjasama dan adanya 2,7% responden yang memiliki kolaborasi yang buruk harus menjadi perhatian bagi pihak rumah sakit dan pihak terkait. Jawaban perawat terhadap pernyataan pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa mayoritas perawat (66,2%) selalu berkewajiban untuk mendampingi dokter ketika visitasi kepada pasien. Kenyataannya adalah tidak semua perawat bisa mendampingi dokter ketika


(51)

visitasi karena pada beberapa ruangan mempunyai pasien yang lebih banyak sehingga beban kerja perawat lebih tinggi. Pada shift-shift tertentu jumlah perawat yang bertugas tidak sesuai dengan jumlah pasien, sehingga waktu perawat harus dihabiskan untuk pemenuhan asuhan keperawatan pasien. Hasil yang signifikan juga dilihat dari sebagian besar responden (78,4%) yang mengerti bahwa perawat dan dokter memiliki kepentingan yang sama yaitu memberikan yang terbaik untuk pasien.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perawat (51,4%) sering mempertimbangkan pendapat dokter saat mengembangkan rencana perawatan. Meski perawat adalah orang yang menangani perawatan sementara dokter menangani pengobatan tetapi sebagian besar perawat memandang penting untuk berbagi pendapat dan saling menghargai. Siegler dan Whitney (2000) mengatakan bahwa saling menghargai hanya terjadi saat dua orang atau lebih menunjukkan rasa hormat dan dapat memberikan apresiasi satu sama lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 20,3% responden tidak pernah memberi saran kepada dokter tentang cara pendekatan perawatan pasien yang akan bermanfaat. Mundakir (2006) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah kemiripan, yaitu kecenderungan manusia untuk berkomunikasi dengan orang yang mempunyai kemiripan dengannya misalnya suku, atau daerah asal bahkan kepentingan. Jika ingin komunikasi diperbaiki maka dilihat perlu untuk mengembangkan tujuan awal dan motivasi agar dapat bekerja sama lebih baik karena kesatuan visi dan tujuan sangat penting dalam sebuah hubungan kerjasama (Lindeke & Sieckert, 2005).


(52)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil responden (17,6%) yang selalu merencanakan perawatan dan mempraktikkannya bersama dokter. Dari hasil ini terlihat bahwa intensitas perawat berdiskusi untuk mendiskusikan rencana perawatan masih sangat kurang. Padahal seharusnya jika kedua pihak sudah paham dengan kepentingan bersama maka mereka akan lebih sering untuk diskusi dan mempraktikkannya. Hal ini kemunginan disebabkan karena mayoritas perawat masih bekerja kurang dari 10 tahun sehingga belum memiliki pengalaman yang cukup dalam berkolaborasi. Sejalan dengan Ngadiyono (2009) bahwa pengalaman yang dimiliki mendukung responden dalam membina komunikasi dan berinteraksi dengan rekan kerja termasuk dokter sehingga dapat meningkatkan kinerja dan profesionalitas dalam mengerjakan

tugas-tugas.

Kepentingan bersama adalah ketegasan perawat dalam untuk memuaskan kepentingan diri sendiri dan bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka memuaskan kepentingan orang lain. Ketegasan atau keasertifan harus disampaikan tanpa menyinggung perasaan orang lain. Perawat dan dokter juga sebagai individu mempunyai kepentingan untuk mengaktualisasikan dirinya lewat kegiatan profesionalisme pada pelayanan kesehatan di rumah sakit (Siegler & Whitney, 2000) . Dari hasil penelitian yang didapat, bisa dilihat bahwa secara umum perawat sudah melakukan kolaborasi diukur dari indikator kepentingan bersama. Mayoritas perawat mengerti kewajiban mereka dalam menyatukan pendapat, saling menghargai dan saling percaya serta memelihara sikap ketegasan antar profesi.


(53)

5.2.4 Gambaran Praktik Kolaboratif Berdasarkan Tujuan Bersama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perawat (83,8%) memiliki praktik kolaboratif yang baik. Sehingga tetap perlu ada pengawasan agar kolaborasi ini meningkat bukan cenderung menurun. Hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa mayoritas perawat (81,1%) menyatakan selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama yaitu kesembuhan pasien. Artinya adalah semua pelayanan kesehatan terkhusus yang dilakukan oleh dokter dan perawat adalah berorientasi kepada pasien sesuai dengan model kolaborasi ketiga yang

dicantumkan di tinjauan pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perawat (73%) selalu mendiskusikan kepada dokter tentang rencana penanganan dan perawatan pasien. Dengan kata lain perawat selalu mendiskusikan dengan dokter penanganan dan perawatan pasien. Hasil ini cukup berbeda dengan hasil pada pernyataan sebelumnya yang menyatakan bahwa hanya sedikit perawat yang merencanakan perawatan bersama dokter dan mempraktikkannya. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya keterbatasan penelitian yaitu tidak semua perawat dapat diawasi oleh peneliti satu persatu sehingga ada perawat yang tidak serius mengisi kuesioner. Selain itu kuesioner yang dibuat juga memiliki keterbatasan karena merupakan pengalaman pertama peneliti untuk membuat kuesioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah perawat (66%) selalu menghargai keputusan dokter dalam pelayanan medik. Rasa saling menghargai dan saling percaya sangan diperlukan agar tercapainya kolaborasi yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat


(54)

(71,6%) bersama dengan dokter selalu memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk mendukung kesembuhan pasien. Adanya tujuan bersama sangat mempengaruhi kinerja dari kedua profesi ini (Siegler & Whitney ,2000). Sehingga perawat dan dokter akan memberikan pelayanan terbaik, baik dalam pengobatan, perawatan bahkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

Indikator tujuan bersama terdiri dari 5 pernyataan, dan dapat dilihat di tabel 5.6 atas bahwa perawat di rumah sakit ini pada umumnya sudah melaksanakan kolaborasi yang baik. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat (43,2%) atau 32 orang dari 74 responden menyatakan sering berdiskusi dengan dokter tentang penentuan jadwal kepulangan pasien. Bahkan ada juga yang mengatakan tidak pernah sama sekali (4,1%). Jumlah ini dipandang cukup rendah atau jauh dari harapan. Pengambilan keputusan yang tepat dan baik membutuhkan komunikasi untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara komperensif sehingga hasil yang diharapkan yaitu kepuasan pasien dapat tercapai (Rumanti, 2009). Jadi jika kondisi ini tidak diperbaiki maka akan menimbulkan ketidakpuasan pada pasien dan tentunya kualitas pelayanan pun menurun.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Jika dilihat secara keseluruhan maka mayoritas responden di RSUD Sidikalang memiliki praktik kolaboratif yang baik (86,5%). Sedangkan jika dilihat dari empat indikator maka indikator lingkup praktik menunjukkan praktik kolaboratif baik (91,8%), berdasarkan kontrol kekuasaan (67,57%), berdasarkan kepentingan bersama (68,9%) dan berdasarkan tujuan bersama (83,8%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator yang menunjukkan praktik kolaboratif paling baik adalah lngkup praktik dan yang paling rendah adalah kontrol kekuasaan.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil dari penelitian ini dapat diambil beberapa saran bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Keperawatan

Pihak manajemen rumah sakit lebih memberikan perhatian yang lebih baik terhadap pengembangan mutu pelayanan melalui peningkatan hubungan kolaborasi antara perawat dan dokter. Manajemen perlu meningkatkan kerjasama perawat dokter dengan cara melibatkan kedua belah pihak untuk duduk bersama membuat prosedur–prosedur tetap dimasing–masing ruang rawat inap, membuat kegiatan–kegiatan baik formal misalnya pertemuan audit pelayanan maupun informal misalnya outbond. Kegiatan ini akan menjalin keakraban antara


(56)

perawat dengan tenaga profesi lain termasuk dokter dan mengurangi kesenjangan yang ada di RSUD Sidikalang.

2. Pendidikan Keperawatan

Perlu juga adanya prioritas peningkatan kompetensi dan kecakapan perawat dalam melaksanakan tugas-tugasnya seperti menyelesaikan tugas delegasi dari dokter, melakukan tugas-tugas klinis, pembinaan karakter dan keramahan perawat, dan kemampuan perawat dalam berkomunikasi. Sehingga diharapkan ada sebuah program atau kurikulum yang dapat meningkatkan kolaborasi perawat.

3. Penelitian Selanjutnya

Peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian kualitatif mengenai faktor-faktor yang menghambat kolaborasi dokter dan perawat di RSUD Sidikalang agar pihak manajemen dapat mencari solusi yang lebih tepat. Penelitian berikutnya diharapkan melakukan observasi dan wawancara untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih bagus. Selain itu diharapkan untuk membuat kuesioner yang lebih lengkap yang mengukur komunikasi interpersonal yang terjadi antara perawat dan dokter.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2004) Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Beaulieu, M. D., D’amour, D., Rodriguez, L. S. M., May/ June, 2005. The determinants of succesful collaboration: A review of theoretical and empirical studies. The journal of Interprofesional Care.

Beck, C. T., Loiselle, C., G, Mcgrath. Joanne J. P., Polit. D. F., (2004) Canadian \ Essentials of Nursing Research.

Brodin S, King M, Nelson G. A (2008) Nurse-Physician Collaboration On Medical Surgical Units, Medsurg Nursing.

Pemerintahan Mahasiawa (PEMA) Fak. Keperawatan. (2010) Buku pedoman penulisan proposal dan skripsi sarjana keperawatan.

Erb, Berman, Kozier, Snyder. (2010) Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC.

Gardner, D. B. (2005) Ten Lessons in Collaboration, Online Journal of Issues in Nursing. Vol. 10 No.1, Manuscript 1.

http://www.kbbi.web.id. Edisi 3. Diambil tanggal 1 July.2014

Jahja, Y. (2011) Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Liliweri, M. S. (2007) Dasar-dasar komunikasi kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lindeke, L., Sieckert, A. M. (2005) Nurse-Physician Workplace Collaboration, Online Journal of Issues in Nursing.

Makely, S., (2000) The health Care Worker’s Primer on Profesionalism. USA. Prentice-Hall, Inc

McLean, S. (2005) The basics of interpersonal communication. USA: Pearson Education, Inc.

Mundakir. (2006) Komunikasi keperawatan : Aplikasi dan Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Musliha dan Fatmawati, S. (2010) Komunikasi keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Myers, G. E. dan Myers, M. T. (1992) The dynamics of human communication. Edisi 6., Singapore: McGraw-Hill.


(58)

Palupi, N. W. N, Setyawati, A. dan Sedyowinarso, M. (Januari, 2009). Komunikasi dokter dan perawat sebagai salah satu aspek kolaborasi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 63-65.

Paryanto, A. T. (2009) Analisis pengaruh faktor kolaborasi perawat terhadap kepuasan kerja dokter spesialis di rawat inap paviliun garuda RS. Dr. Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (1999), Panduan Keperawatan & Praktek Keperawatan, Jakarta.

Polohindang, M. I, Ratna, A. J. M, Tilaar, Ch. R, Umbok, J. M. L. (2012) Analisa kolaborasi dokter-perawat di RSUD dr. Sam Ratulangi.

Potter dan Perry. (2005) Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses, & praktek, Edisi 4., Jakarta: EGC.

Ruben, B.D dan Stewart, L.P. (2006) Communication and human behavior. Edisi 5., USA: Pearson Education, Inc.

Rumanti, E. (2009) Analisa pengaruh pengetahuan perawat tentang indikator kolaborasi terhadap praktek kolaborasi perawat dokter di unit rawat inap RSJD Amino Gondohutomo Semarang. Universitas Diponegoro.

Siegler, E.L. dan Whitney, F.W. (2000) Kolaborasi perawat – dokter. Jakarta: EGC.

Siswanto, Susila, Suyanto. (2013) Metodologi penelitian kesehatan dan kedokteran Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Suyanto. (20110 Metodologi dan aplikasi penelitian keperawatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Wahyuni. A.S. (2011) Statistika kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.

Walker, P. H. & Elberson, K. L. (January, 2005). Collaboration: Leadership in a global technological environment. © OJIN: The Online Journal of Issues in Nursing.


(59)

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Saya bernama Noni Valentina Tamba, mahasiswi S-1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di RSUD Sidikalang dengan tujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan praktik kolaboratif antara perawat dan dokter. Penelitian ini adalah salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas skripsi di Program Studi S-1 Keperawatan, Universitas Sumatera Utara. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif kepada Bapak, Ibu sebagai responden. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Peneliti juga menghargai dan menghormati hak responden dengan cara menjaga kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden selama pengumpulan data hingga penyajian data. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak, Ibu sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika Bapak, Ibu tidak bersedia maka Bapak, Ibu berhak untuk menolak karena tidak ada unsur paksaan dalam pengisian kuesioner penelitian. Demikianlah informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi Ibu saya ucapkan terimakasih.

Medan, Januari 2014


(60)

LEMBAR PERSETUJUAN JADI RESPONDEN PENELITIAN

Judul Penelitian :Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

Peneliti :Noni Valentina Tamba

NIM :10110052

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Jalur A Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian tentang Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter di ruang rawat inap RSUD Sidikalang dengan tujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan praktik kolaboratif antara perawat dan dokter. Oleh karena itu saya meminta kesediaan Bapak/ Ibu perawat yang bertugas di rumah sakit ini untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Apabila Bapak/ Ibu bersedia menjadi responden saya akan memberikan formulir persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani sebagai lembar persetujuan.

Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas Bapak/ Ibu dan informasi yang Bapak/ Ibu berikan akan saya simpan dengan baik. Apabila dalam pemberian informasi ada yang kurang di mengerti maka Bapak/ Ibu dapat menanyakannya kepada kepada peneliti.

Atas perhatian dan kerjasama Bapak/ Ibu dalam penelitian ini, saya ucapkan terimakasih.

Sidikalang, Maret 2014

Peneliti Responden


(61)

KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

No. Responden : Hari/ Tanggal : Kuesioner 1 : Data Demografi

Petunjuk Pengisian Responden diharapkan :

1. Menjawab seluruh poin pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia

2. Semua poin pertanyaan harus dijawab seluruhnya

3. Tiap poin pertanyaan dijawab dengan satu pilihan jawaban

4. Bila ada yang kurang di mengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

1. Usia : ... tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Suku : Batak Toba Batak

Simalungun Batak Karo Batak Pak-pak

Jawa Batak Mandailing

dll ...

4. PendidikanTerakhir : SPK S1


(62)

5. Agama : Islam Kristen

Protestan Katolik Hindu

Buddha

6. Lama Bekerja : < 1 Tahun 1-3 Tahun 4-6 Tahun 7-9Tahun ≥10 Tahun


(63)

GAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG

Pertanyaan- pertanyaan ini mengenai praktIk kolaboratif anda dengan dokter saat perawatan pasien. Anda diminta menanggapi setiap pokok pertanyaan dengan memberikan tanda checklist untuk pilihan jawaban yang paling tepat mengambarkan praktik yang Anda lakukan. Kalau Anda memilih angka ke sisi kiri maka Anda tidak pernah bersikap seperti yang disebutkan . Kalau Anda memilih angka ke sisi kanan berarti Anda sering atau selalu bersikap demikian.

No. Pokok pertanyaan Tidak

Pernah

Kadang-kadang

Sering Selalu 1. Saya memberi informasi yang akurat tentang

keadaan pasien kepada dokter.

2. Saya bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan dokter.

3. Saya hanya melakukan tindakan medis apabila ada permintaan tertulis yang jelas dari dokter.

4. Saya tidak berani menyatakan tak sependapat ketika berbeda pendapat dengan pendapat dengan dokter dalam hal perawatan pasien. 5. Saya secara proaktif menghubungi dokter

apabila belum melakukan visitasi kepapa pasien

6. Saya tidak menyiapkan data terbaru tentang kondisi umum pasien seperti TTV pasien sebelum dokter visit

7. Saya melaporkan perkembangan kesehatan pasien kepada dokter

8. Ketika terjadi penurunan / kegawatan kondisi pasien saya segera menghubungi dokter

9. Saya dan dokter bekerjasama dalam mengidentifikasi kondisi yang membahayakan jiwa pasien

10. Saya mendokumentasikan asuhan keperawatan yang akurat yang dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi kerjasama saya dengan dokter

11. Saya mengerti bahwa saya dan dokter punya kepentingan yang sama yaitu memberikan yang terbaik bagi pasien


(64)

saat mengembangkan rencana perawatan 13. Saya berkewajiban untuk mendampingi

dokkter ketika visitasi kepada pasien

14. Saya memberi saran kepada dokter cara pendekatan perawatan pasien yang akan bermanfaat

15. Saya merencanakan perawatan dan mempraktekkannya bersama dengan dokter 16. Saya dan dokter bekerjasama untuk mencapi

tujuan yang sama yaitu kesembuhan pasien 17. Saya berdiskusi dengan dokter tentang

penentuan jadwal kepulangan pasien

18. Saya tidak mendiskusikan kapada dokter tentang rencana penanganan dan perawatan pasien

19. Saya menghargai keputusan dokter dalam pelayanan medik

20 Saya dan dokter memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk mendukung kesembuhan pasien.


(65)

HASIL UJI VALIDITAS INTRUMEN

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3

2x1 = 2 3x5 = 15 4x14 = 56

2x3 = 6 3x13 = 39 4x4 = 16

2x1 = 2 3x10 = 30 4x9 = 36

Total = 73 Total = 61 Total = 68

Jumlah

= 67,33

CVI =

,


(66)

PAKAR UJI VALIDITAS

Instrumen Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter

Judul : Gambaran Praktik Kolaboratif antara Perawat dan Dokter di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

1. Rika Endah Nurhidayah SKp, MPd

Dosen Departemen Keperawatan Dasar Fakultas Keperawatan USU. 2. Fatwa Imelda S.Kep, Ns, M.Biomed

Dosen Departemen Keperawatan Dasar Fakultas Keperawatan USU. 3. Sabarina Sitepu S.Kep, Ns, M.Kep


(67)

Master Data

RESP S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 JLH KATEGORI 1 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 4 3 2 4 4 68 BAIK 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 2 4 4 4 4 4 71 BAIK 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 1 59 BAIK 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 2 4 4 4 4 4 73 BAIK 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 74 BAIK 6 4 4 2 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 66 BAIK 7 4 4 2 3 4 4 2 4 3 4 4 4 2 2 4 1 2 1 3 4 61 BAIK 8 4 4 2 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 66 BAIK 9 3 3 2 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 64 BAIK 10 3 3 2 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 64 BAIK 11 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 65 BAIK 12 3 3 2 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 64 BAIK 13 3 3 2 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 64 BAIK 14 3 3 2 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 2 4 2 4 4 4 64 BAIK 15 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 1 4 4 59 SEDANG 16 3 2 3 2 2 1 2 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 55 SEDANG 17 3 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2 4 4 3 4 3 3 3 3 2 56 SEDANG 18 3 2 3 3 2 2 4 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 1 3 4 57 SEDANG 19 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 61 BAIK 20 4 2 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 4 70 BAIK 21 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 74 BAIK 22 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 74 BAIK 23 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 72 BAIK 24 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 72 BAIK 25 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 74 BAIK 26 4 2 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 4 70 BAIK 27 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 1 4 4 69 BAIK 28 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 4 2 4 4 3 4 4 3 68 BAIK 29 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 4 4 4 4 4 4 71 BAIK 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 1 4 1 4 4 4 70 BAIK 31 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 1 4 1 4 4 4 68 BAIK 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 3 4 74 BAIK 33 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 60 BAIK 34 1 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 57 SEDANG 35 1 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 57 SEDANG 36 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 4 3 4 4 4 69 BAIK


(68)

37 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2 2 4 3 4 3 4 67 BAIK 38 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 1 2 4 3 4 3 3 67 BAIK 39 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 1 2 4 3 4 4 3 67 BAIK 40 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 75 BAIK 41 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 75 BAIK 42 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 70 BAIK 43 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 3 3 4 4 71 BAIK 44 4 2 1 4 2 4 4 3 3 2 2 1 3 1 1 4 2 3 3 3 52 SEDANG 45 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 2 4 2 2 4 2 4 2 4 65 BAIK 46 4 3 3 2 1 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 66 BAIK 47 4 3 3 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 69 BAIK 48 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 72 BAIK 49 3 4 4 2 4 4 3 4 1 4 4 2 4 3 2 4 3 4 4 4 67 BAIK 50 3 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 2 4 2 3 4 3 4 3 3 65 BAIK 51 3 4 4 1 4 4 3 4 1 4 4 2 4 3 2 4 3 4 3 3 64 BAIK 52 3 4 4 1 4 4 3 4 1 4 4 2 4 3 2 4 3 4 3 0 64 BAIK 53 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 68 BAIK 54 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 65 BAIK 55 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 4 1 2 4 1 4 4 2 61 BAIK 56 2 1 2 4 3 4 3 3 3 3 2 1 4 2 2 2 2 3 2 2 50 SEDANG 57 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 2 4 2 4 4 4 68 BAIK 58 4 3 3 3 2 4 2 4 4 4 4 3 4 3 2 3 2 4 4 4 66 BAIK 59 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 73 BAIK 60 3 4 4 1 3 2 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 3 2 4 4 66 BAIK 61 3 4 4 1 3 2 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 3 2 4 4 66 BAIK 62 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 73 BAIK 63 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 72 BAIK 64 3 4 4 2 4 4 3 4 1 4 4 2 4 3 2 4 3 4 3 3 65 BAIK 65 4 2 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 2 2 4 3 2 4 4 65 BAIK 66 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 74 BAIK 67 3 3 3 4 4 4 4 1 3 2 3 1 4 1 1 4 4 4 4 4 61 BAIK 68 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 4 1 1 4 4 4 4 57 SEDANG 69 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 1 1 1 1 4 4 4 4 4 60 BAIK 70 4 4 4 1 3 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 4 70 BAIK 71 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 2 2 1 2 4 2 4 2 4 64 BAIK 72 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 2 64 BAIK 73 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 2 2 4 3 4 4 4 69 BAIK 74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 BAIK


(69)

Responden Usia

(thn) JK Suku Pendidikan Terakhir Agama Lama bekerja

1 37 P Batak Toba DIII Protestan 4-6 thn

2 36 P Batak Simalungun S1 Protestan 7-9 thn

3 32 P Batak Pak-pak DIII Islam 4-6 thn

4 34 P Batak Toba DIII Protestan 7-9 thn

5 35 P Batak Toba SPK Protestan 7-9 thn

6 38 P Batak Simalungun DIII Protestan 4-6 thn

7 33 P Batak Simalungun DIII Protestan 1-3 thn

8 47 P Batak Toba DIII Protestan ≥ 10 thn

9 35 P Batak Toba DIII Protestan 4-6 thn

10 28 P Batak Toba DIII Protestan 4-6 thn

11 36 P Batak Toba DIII Protestan ≥ 10 thn

12 30 P Batak Simalungun DIII Protestan 7-9 thn

13 41 P Batak Toba DIII Protestan ≥ 10 thn

14 41 P Batak Toba DIII Protestan ≥ 10 thn

15 32 P Batak Simalungun DIII Protestan <1 thn 16 29 P Batak Simalungun DIII Protestan <1 thn

17 39 P Batak Toba DIII Protestan 1-3 thn

18 30 P Batak Simalungun DIII Protestan <1 thn 19 35 P Batak Simalungun DIII Protestan <1 thn

20 32 P Batak Pak-pak DIII Protestan 4-6 thn

21 28 P Batak Toba S1 Protestan 1-3 thn

22 35 P Batak Toba DIII Protestan ≥ 10 thn

23 41 P Batak Toba DIII Protestan ≥ 10 thn

24 24 P Batak Toba DIII Protestan 1-3 thn

25 32 P Batak Toba DIII Protestan 4-6 thn

26 33 P Batak Pak-pak DIII Protestan 4-6 thn

27 29 P Batak Toba DIII Protestan 1-3 thn

28 33 P Batak Pak-pak DIII Protestan ≥ 10 thn

29 30 P Batak Karo DIII Islam 1-3 thn

30 24 P Batak Toba DIII Protestan 1-3 thn

31 32 P Batak Pak-pak DIII Protestan 7-9 thn

32 24 P Minang DIII Islam 1-3 thn

33 43 P Batak Toba DIII Protestan ≥ 10 thn

34 37 P Batak Pak-pak SPK Islam 4-6 thn

35 33 P Batak Mandailing DIII Islam <1 thn

36 34 P Batak Toba S1 Protestan ≥ 10 thn


(1)

 

54   


(2)

 

54   


(3)

 

54   


(4)

 

54   


(5)

 

54   


(6)

 

54   


Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Rawat Inap Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Di Badan Rumah Sakit Umum Deli Serdang Tahun 2003

1 29 88

Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang

0 36 110

Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan

3 27 115

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

1 42 140

HUBUNGAN ANTARA ETIKA PELAYANAN PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP Hubungan Antara Etika Pelayanan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Moewardi Surakarta.

0 0 16

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 11

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 25

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 3

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 62

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Antara Beban Kerja Perawat dengan Penerapan Kompensasi Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Muntilan - DIGILIB UNISAYOGYA

0 1 13