Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
setelah dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini tersusun dalam lima Bab, Bab pertama sampai ke lima merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Adapun Bab pertama dengan
Judul, Pendahuluan. Pada Bab ini disusun pertama tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian,
Kerangka Teori dan Konsepsi, Metode Penelitian. Selanjutnya dalam Bab Kedua diberi Judul: Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Terhadap Data Nasabah, yang
terdiri dari Sub Bab, Bab A dengan judul: Tinjauan Umum Mengenai Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912, Sub Bab B dengan judul: Pengertian Perjanjian Asuransi
Pada Umumnya, Sub Bab C dengan Judul: Para Pihak Dalam Asuransi Jiwa Serta Hak dan Kewajibannya. Sub Bab D dengan judul: Pelaksanaan Tanggung Jawab
Perusahaan Asuransi Terhadap Klaim. Sub Bab E dengan judul: Sanksi Hukum atas Ketidaksesuaian data dalam Polis. Selanjutnya dalam Bab Ketiga diberi Judul: Sistem
Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912, yang tediri dari Sub Bab, Bab A dengan judul: Tata Cara Pengajuan Klaim Pada Asuransi
Jiwa Bersama 1912, Sub Bab B dengan judul: Sistem Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912, Sub Bab C dengan judul: Sistem
Perlindungan Hukum Bagi Pelaksanaan Klaim Asuransi Terhadap Kekurangan dan Ketidaklengkapan Data. Selanjuntnya dalam Bab Keempat diberi judul: Hambatan
dan Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Bersama Bumi Putera 1912, yang terdiri dari Sub Bab, Bab A dengan judu: Hambatan Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera
1912, Sub Bab B dengan judul: Cara Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pembayaran Klaim. Selanjutnya dalam Bab Kelima mengenai Kesimpulan dan Saran.
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP DATA
NASABAH A. Tinjauan Umum Mengenai Asuransi Dan Asuransi Jiwa
Bersama Bumi Putera 1912
Sebelum dibahas pengertian asuransi jiwa, ada baiknya telebih dahulu dijelaskan tentang pengertian asuransi secara umum, karena asuransi jiwa merupakan
bagian dari asuransi secara umum. Dapat dikatakan, bahwa asuransi atau pertanggungan selaku gejala hukum di indonesia, baik dalam pengertian maupun
dalam bentuknya berasal dari hukum barat.
19
Asuransi atau pertanggungan
20
berasal dari bahasa Belanda yaitu “Assurantie” atau “Verzekering” dan juga dari bahasa inggris yaitu “Insurance
21
”. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan “Al-ta’miin”.
22
19
Djoko Prakoso, I Ketut Murtika. Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta, Bina Aksara, 1987., Halaman 22
20
Dalam berbagai literature yang membahas mengenai bidang hukum ini, dapat diketahui bahwa dikalangan para ahli hukum perdata dagang dan hukum asuransi belum ada keseragaman pemakaian
istilah, ada yang memakai istilah “pertanggungan” seperti Subekti, Soekardono, Emmy Pangaribuan Simanjuntak, HMN Purwosutjipto, Abdulkadir Muhammad, sedangkan Wirjono Prodjodikoro,
H.Gunanto, Sri Redjeki Hartono dan yang lainnya memakai istilah “asuransi”. Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian memakai istilah tersebut secara
bersamaan, lihat pasal 1 butir 1 dalam undang-undang tersebut. Karena itu dalam penulisan ini kedua istilah tersebut selalu digunakan, baik secara bersama-sama maupun secara tersendiri dan dianggap
kedua istilah tersebut adalah sinonim sama.
21
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan, Pokok-pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran dan Jiwa, Yogyakarta, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas
Gajah Mada, 1982, halaman 6
22
Abdullah Al-Muslih dan Shalah Ash-Shawi, Bunga Bank Haram, Menyikapi Fatwa MUI Menuntaskan Kegamangan Umat, Jakarta, Terjemahan oleh: Abu Umar Basyir, Darul Haq, 2003,
halaman 105
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Alfreo Manes mengatakan, mengenai pengertian teoritis asuransi dewasa ini, yaitu berbeda antara suatu arti dengan lainnya hal ini tercermin dalam kepustakaan
asuransi di Amerika dan Inggris, misalnya asuransi masih dianggap bagian dari ilmu ekonomi, sedang di Jerman asuransi merupakan ilmu tersendiri.
23
Asuransi adalah peniadaan resiko kerugian yang datangnya tidak terduga sebelumnya yang menimpa seseorang dengan cara menggabungkan sejumlah
besar orang yang menghadapi resiko yang sama dengan mereka itu membayar premi yang besarnya cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin menimpa
salah seorang di antara mereka itu Para ahli ekonomi pada umumnya sepakat bahwa pengertian dasar dari
asuransi dapat didefinisikan sebagai berikut:
24
“Insurance may be defenied as advise for reducing risk by combining a sufficient member of exposure unit to make their individual losses collectively predictable”
Mehr dan Commark memberikan pengertian asuransi sebagai berikut:
25
23
Yayasan Dharma Bumiputera, Peran dan Fungsi Asuransi Jiwa, Jakarta, 1995, Halaman 3
24
Yayasan Dharma Bumiputera.,Ibid., Halaman 2
25
Rober L. Mehr and Emerson Commark, Principles of Insurance, Homewood, Illinois, Rechard D. Irwin Inc, 1980, page 29
Dapat diterjemahkan sebagai berikut: Asuransi dapat didefinisikan sebagai alat untuk mengurangi resiko dengan
menggabungkan sejumlah unit yang menyebabkan kerugian guna mengumpulkan taksiran kerugian yang mungkin terjadi.
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Sadar pada kenyataan ini manusia mencari kepastian melalui asuransi, karena dengan asuransi orang mengalihkan resiko yang dapat terjadi dan menimbulkan
kerugian, kepada pihak lain yang disebut penanggung. Pada prinsipnya, semua asuransi bertujuan untuk menciptakan suatu kesiapan
atau kesiagaan dalam menghadapi berbagai resiko yang dapat mengancam kehidupan manusia. Terutama resiko terhadap kehilangan atau kerugian yang membuat orang
secara sungguh-sungguh, memikirkan cara-cara yang paling aman untuk mengatasinya.
26
1 . The possibility of loss;
Lebih lanjut, James L. Athearn menyatakan bahwa resiko sebagai:
2 . The possibility of an unfavorable, deviaton, from expectation because any
unfavorable from excpectation is a loss.
27
Dapat diterjemahkan sebagai berikut, Pertama, kemungkinan kehilangan atau kerugian. Kedua, kemungkinan penyimpangan harapan yang tidak menguntungkan
karena penyimpangan harapan merupakan suatu kerugian. Mengatasi resiko-resiko yang sewaktu-waktu menimpa dalam kehidupannya, orang-orang yang menempuh
cara-cara yang berbeda. Jika kerugian itu dapat diduga, mungkin saja dihindari dengan menerapkan cara-cara pencegahan dan dalam hal jumlah kerugiannya kecil,
mungkin saja akan ditanggulanginya sendiri. Akan tetapi kesulitan akan timbul,
26
A. Abbas Salim.,Op.Cit.,halaman 5
27
James L. Athearn, Risk and Insurance, West Publishing, Company, 1997, page 3.
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
apabila kerugian itu tidak dapat diduga sebelumnya dan dalam jumlah yang besar pula, sehingga tidak mampu dicegah atau dipikulnya sendiri.
28
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tetanggung untuk
membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian
yang tidak pasti. Selanjutnya, arti asuransi atau pertanggungan itu dalam rumusan otentik dapat
dilihat dalam Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang selanjutnya disingkat KUHD yang menyebutkan:
29
Bahwa ketentuan Pasal 246 dimaksud oleh pembentuk Undang-undang sebagai defenisi pertanggungan umum, tetapi pada hematnya ketentuan dalam Pasal
246 KUHD itu mengandung unsur-unsur bagi pertanggungan jiwa. Mengenai pengertian asuransi yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD, H.M.N.
Purwosutjipto berkomentar sebagai berikut:
30
28
Lebih jauh mengenai teori, penggolongan dan jenis-jenis resiko, lihat Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, Mata Pelajaran I: Resiko dan Mata Pelajaran II: Sejarah Asuransi, tanpa tahun
terbitan, lihat juga Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan Dan Perkembangannya, Yogyakarta, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1990, halaman 3
29
R. Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Jakarta, Pradhya Paramita, 1959.
30
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 6 Hukum Pertanggungan, Jakarta, Djambatan, 1990, Halaman 8
Jika deperhatikan dengan teliti dari uraian diatas, ternyata defenisi asuransi yang
tercantum dalam Pasal 246 KUHD ini hanya cocok untuk satu macam asuransi saja, yaitu asuransi kerugian. Sedangkan untuk golongan asuransi atau pertanggungan jiwa
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
tidak tercakup dalam defenisi tersebut. Karena itulah, dalam Undang-Undang tentang Usaha Perasuransian, yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 selanjutnya
disebut Undang-undang Tentang Usaha Perasuransian
31
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
, telah menyempurnakan defenisi asuransi, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir 1, yaitu:
32
a. Adanya pihak tertanggung, yang berjanji akan membayar “premi” kepada
pihak penanggung sekaligus atau secara bertahap; Pasal tersebut dapat dinyatakan ada 3 tiga unsur utama dalam perjanjian
asuransi atau pertanggungan, yaitu:
b. Adanya pihak penanggung, yang berjanji akan membayar “sejumlah uang”
atau ganti kerugian kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara bertahap, semuanya itu apabila terjadi, yaitu;
c. Suatu peristiwa yang semula belum pasti akan terjadi dan yang menimbulkan
kerugian ekonomi bagi tertanggung.
31
Undang-Undang ini mengatur terutama mengenai hal-hal yang bersifat administratif dalam rangka pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian di Indonesia dan bukan mengatur mengenai
substansi kontrak asuransi.
32
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Jelaslah kiranya, bahwa konsep pengertian yang paling umum dari asuransi adalah suatu kesepakatan dari sejumlah orang yang masing-masing berada dalam
keadaan terancam bahaya yang sama, akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga, yang apabila benar-benar terjadi atas salah seorang di antara mereka, maka akan
disumbangkan penggantinya oleh semua orang yang ada dalam kelompok itu. Secara garis besarnya berdasarkan pembagian lama dari para ahli hukum
asuransi, maka ada 2 dua jenis asuransi yaitu asuransi sejumlah uang sommen verzekering dan asuransi ganti kerugian schade verzekering
33
. Selanjutnya, pada perkembangan muncul satu jenis asuransi yaitu asuransi varia varia verzekering
34
Penggolongan di atas, didasarkan pada ditentukan atau tidak ditentukan terlebih dahulu jumlah uang pertanggungan yang harus dibayarkan. Dengan demikian, maka
asuransi kerugian berarti ganti kerugiannya tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi berdasarkan jumlah kerugian yang sesungguhnya diderita.
, yang produk asuransinya gabungan dari asuransi sejumlah uang dan asuransi ganti
kerugian, jadi lebih bervariasi.
35
Sementara itu, dalam KUHD Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak terdapat pengaturan yang jelas tentang penggolongan asuransi. Pasal 247 KUHD
33
Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990, Halaman 36
34
Amiruddin A. Wahab, Op.Cit, Halaman 17, sebagaimana telah dikutip dari Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Pengertian dan Ruang Lingkup Pertanggungan, Makalah : Simposium Hukum Asuransi,
Jakarta, BPHN-Bina Cipta, 1980, Halaman 46
35
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Op.Cit, Halaman 32
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
hanya menyebutkan, bahwa pertanggungan itu dapat mengenai antara lain : “bahaya kebakaran, bahaya yang mengancam hasil pertanian di sawah, jiwa dari seseorang
atau lebih, bahaya-bahaya pengangkutan di darat dan di sungai-sungai serta perairan pedalaman”.
Uraian Pasal 247 KUHD diatas, dapat diketahui penggolongan asuransi dalam KUHD ternyata hanya didasarkan pada jenis-jenis bahaya yang dapat
diasuransikan.
36
1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan
resiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti;
Sementara itu, dari jenis usahanya maka asuransi dapat dibedakan menjadi 3 tiga jenis, sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, yaitu:
2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko
yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan;
3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap resiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.
Selanjutnya, dalam tulisan guna penelitian tesis ini, fokus pembahasan lebih dititikberatkan pada kajian hukum terhadap pelaksanaan pembayaran klaim asuransi
atau pertanggungan jiwa dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan asuransi pada umumnya.
36
Dalam praktek perasuransian dewasa ini, jenis-jenis bahaya atau resiko-resiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang menjadi lebih banyak dan berkembang dari pada yang diatur
dalam Pasal 247 KUHD, seperti resiko akibat terjadi kerusuhan atau huru hara pun telah dapat dijadikan sebagai peristiwa tidak terduga yang dapat diasuransikan, atau para penyanyi yang dapat
mengasuransikan pita suaranya apabila ia khawatir terjadi peristiwa yang tidak terduga yang dapat menyebabkan pita suaranya rusak.
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, tentang perasuransian sebagaimana disebut sebelumnya, dapat diketahui bahwa asuransi jiwa merupakan
salah satu jenis jasa asuransi yang dapat dibedakan dengan jenis jasa asuransi kerugian, karena asuransi jiwa termasuk kedalam asuransi tidak sesungguhnya atau
asuransi tidak murni biasanya disebut asuransi sejumlah uang. Salah satu unsur pada asuransi adalah terdapatnya ganti rugi apabila terjadi
peristiwa tidak terduga yang menimbulkan kerugian, maka kerugian sifatnya harus dinilai dengan uang. Hal ini tidak berlaku dalam asuransi jiwa karena jiwa seseorang
yang meninggal pada prinsipnya tidak dapat dinilai dengan materi uang, sehingga sulit bagi penanggung untuk menentukan berapa besar ganti rugi yang harus
dibayarkan, karena itu jumlah uang pertanggungan ditetapkan terlebih dahulu.
37
Pasal 1 butir 1 Undang-undang Tentang Perasuransian juga mengandung pengertian asuransi jiwa, yaitu pada kalimat,”...atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Pasal 302 sampai dengan Pasal 308 Buku I, Bab 10 bagian ke-3 tiga KUHD, mengatur tentang asuransi atau pertanggungan jiwa. Lebih lanjut Pasal 302 KUHD
memberikan pengertian tentang asuransi jiwa, dengan menyebutkan, “Jiwa seseorang dapat, guna keperluan seseorang yang berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk
selama hidupnya jiwa itu, baik untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian”.
37
R. Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Hukum Dagang Dalam Asuransi Udara, Asuransi Jiwa dan Perkembangan Perseroan Terbatas,Bandung, Remadja Karya C.V,1986,
Halaman 175
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Uraian kedua pasal diatas, dicoba menarik 3 tiga unsur dari batasan asuransi jiwa, yaitu:
1. Unsur Jiwa juga raga seseorang dapat dipertanggungkan; 2. Adanya unsur kepentingan, yaitu seseorang atau lebih yang mempunyai
kepentingan terhadap tertanggung, seperti keluarga tertanggung. 3. Didasarkan atas hidup atau meninggalnya seseorang, atau untuk suatu jangka
waktu sesuai perjanjian. Selanjutnya Molengraaff, sebagaimana dikutip oleh Santoso Poedjosoebroto,
berpendapat tentang asuransi jiwa itu dalam dua pengertian, yaitu: 1.
Asuransi jiwa dalam arti luas meliputi semua perjanjian tentang pembayaran sejumlah uang pokok kapital atau suatu bunga, yang didasarkan atas
kemungkinan hidup atau matinya seseorang dan oleh karena itu pembayaran uang pokok atau pembayaran uang premi atau kedua-duanya bagi segala jenis
asuransi jiwa digantungkan pada hidup atau matinya satu atau beberapa orang tertentu.
2. Dalam arti sempit, asuransi jiwa adalah perjanjian tentang pembayaran uang
pokok atau kapital sejumlah atau sekaligus, pada waktu hidup atau matinya orang yang di tunjuk.
38
Kemudian, R. Ali Rido membagi asuransi jiwa dalam dua pengertian menurut tenggang waktu, yaitu :
1. Asuransi jiwa yang ditutup untuk selama hidup, pembayaran uang
pertanggungannya pun bergantung kepada kematian seseorang. 2.
Asuransi jiwa untuk ditutup untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini apabila jangka waktu yang telah diperjanjikan telah lewat, sedangkan orang
yang bersangkutan masih hidup, maka asuransi akhirnya akan serupa
38
Santoso Poedjosoebroto, Beberapa Aspek Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Jakarta, Bhatara, 1969, Halaman 62
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
dengan penabungan saja, walaupun uang yang dibayarkan tidaklah sama jumlahnya dengan premi yang telah disetorkan.
39
Poin ke-2 dua sebagaimana disebutkan oleh R.Ali Rido, diketahui bahwa asuransi jiwa dapat berfungsi sebagai dana tabungan, apabila ternyata setelah lewat
masa kontrak asuransi jiwanya si tertanggung masih hidup. Selanjutnya H.M.N. Purwosutjipto memberikan pengertian asuransi atau
pertanggungan jiwa adalah sebagai berikut: Pertanggunggan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup pengambil
asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan
penanggung, sebagai akibat langsung dari meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan,
mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup asuransi sebagai penikmatnya.
40
Pengertian asuransi sebagaimana disebutkan diatas, bahwa asuransi jiwa pada hakekatnya adalah suatu pelimpahan resiko risk shifting oleh seseorang kepada
penanggung agar kerugian keuangan financial loss yang diderita seseorang dapat ditanggung oleh penanggung. Resiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah
Jadi asuransi jiwa dapat diartikan sebagai suatu rencana atau alat dalam masyarakat untuk mengumpulkan dana melalui iuran-iuran dari para anggotanya.
Sumbangan-sumbangan itu dibayar dalam bentuk premi, dan sebagai imbalannya setiap anggota berhak menuntut pembayaran sejumlah uang tertentu dari dana
tersebut apabila mengalami peristiwa atau musibah tertentu.
39
R. Ali Rido, Op.Cit, Halaman 182
40
H.M.N.Purwosutjipto, Op.Cit, halaman 141
Juni Surbakti : Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan, 2009.
USU Repository © 2009
resiko hilangnya jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan ekonomi sebagai akibat hilangnya jiwa seseorang atau karena umur tua, sehingga tidak dapat bekerja
atau berpenghasilan lagi. Supardjono, menyatakan tujuan asuransi dapat dibedakan dari sudut pandang
pihak tertanggung dan pihak perusahaan asuransi penanggung sebagai berikut:
41
A. Tujuan pihak tertanggung