BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan  uraian  dalam  bab-bab  sebelumnya,  yaitu  mengenai  Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap Izin Tinggal Orang Asing di Indonesia Studi
Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pengaturan  izin  tinggal  orang  asing  di  Indonesia  berdasarkan  Undang-Undang
Nomor  9  Tahun  1992  tentang  Keimigrasian  terhadap  perbuatan  melampaui batas waktu izin tinggal dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum
yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administratif. Izin tinggal yang diberikan oleh suatu Negara kepada orang asing adalah suatu wujud kedaulatan
Negara  sebagai  suatu  Negara  hukum  yang  memiliki  kewenangan  sepenuhnya untuk menentukan dan mengatur batasan-batasan bagi orang asing untuk tinggal
di  suatu  Negara.  Izin  tersebut  bukanlah  hal  dari  seseorang  asing,  tetapi merupakan  privilege  yang  diberikan  oleh  Negara  kepada  orang  asing.  Karena
izin  tinggal  merupakan  suatu  perijinan  yang  memerlukan  persyaratan  secara administrasi  yang  harus  dipenuhi  oleh  setiap  orang  asing,  maka  izin  tinggal
dapat  dikatakan  masuk  ke  dalam  domain  hukum  administratif.  Selain  itu batasan-batasan  mengenai  izin  tinggal  adalah  untuk  melindungi  kepentingan
bangsa  dari  aspek-aspek  sosial,  budaya,  ekonomi,  ketenagakerjaan,  keamanan dan ketertiban.
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
2. Sistem  pengawasan  keimigrasian  oleh  Kantor  Imigrasi  Kelas  I  Khusus  Medan
dilakukan  yang  Pertama,  Pengawasan    administrasi,  diatur  dalam  Pasal  40 huruf  a,  b,  d  dan  e  Undang-Undang  Nomor  9  Tahun  1992,  yakni:  melakukan
pemeriksaan dan penelitian terhadap surat perjalanan, surat atau dokumen lain, daftar  cekal,  pemotretan,  pengambilan  sidik  jari  dan  pengelolaan  data
keimigrasian  daripada  warga  negara  Indonesia  maupun  orang  asing, pemeriksaan  dilakukan  sewaktu  memberikan  atau  menolak  memberikan
perizinan keimigrasian di tempat pemeriksaan imigrasi, kantor imigrasi, bidang imigrasi  pada  Kantor  Wilayah  Departemen  Hukum  dan  HAM  maupun
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan Direktorat Jenderal Imigrasi. Kedua, Pengawasan  operasional, diatur dalam Pasal 40 huruf c dan e Undang-
Undang  Nomor  9  Tahun  1992.  Yakni  melakukan  kegiatan  rutin  dan  operasi di  lapangan  dengan  melakukan  serangkaian  pemantauan  atau  penyelidikan
secara  wawancara,  pengamatan  dan  penggambaran,  pengintaian,  penyadapan, pemotretan,  penyurupan,  penjejakan,  penyusupan,  penggunaan  informasi  dan
kegiatan lain. Selanjutnya politik hukum keimigrasian saat ini menganut prinsip selective  policy  yang  artinya  hanya  orang-orang  asing  yang  bermanfaat  bagi
kepentingan  Negara  dan  bangsa  serta  tidak  membahayakan  keamanan  dan ketertiban  Negara  dan  yang  mentaaati  peraturan  perundang-undangan  yang
berlaku  yang  diperkenankan  masuk  dan  berada  di  wilayah  Indonesia. Implementasi  kebijakan  selektif  tersebut  menempatkan  kebijakan  keimigrasian
dalam keseimbangan antar pendekatan kesejahteraan dan pendekatan keamanan.
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
Tugas  dan  fungsi  keimigrasian  meliputi  pula  upaya  penegakan  hukum  yang merupakan  bagian  dari  skema  penegakan  hukum  nasional.  Selain  itu  struktur
organisasi  yang  ada  tidak  mendukung  pelaksanaan  penegakan  hukum keimigrasian guna mewujudkan pengawasan terhadap orang asing secara efektif
dan  efisien.  Unit  pelaksana  teknis  keimigrasian  dilapangan  tidak  dalam jangkauan atau jalur komando secara langsungsecara hirarki di bawah Direktur
Jenderal Imigrasi, akan tetapi secara operasional sepenuhya bertanggung jawab kepada  Kepala  Kantor  Wilayah  Departemen  Hukum  dan  HAM  RI  di  setiap
Propinsi.  Kondisi  ini  berakibat  terputusnya  rentang  kendali  yang  seharusnya dimiliki  oleh  Direktur  Jenderal  Imigrasi  sebagai  pembuat  kebijakan  dan
melakukan pengawasanpengendalian secara operasional. 3.
Penindakan  berdasarkan  Undang-Undang  Nomor  9  Tahun  1992  tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal overstay
dilaksanakan  dalam  dualisme  sistem  penegakan  hukum  yaitu  didasarkan  pada hukum  pidana  dan  hukum  administratif,  pelaksanaan  penegakan  hukum  yang
demikian itu mengakibatkan terjadinya ketidakpastian hukum dalam penindakan pelanggaran  melampaui  batas  waktu  izin  tinggal.  Pengaturan  dalam  Pasal  52
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang menyebutkan perbuatan overstay sebagai suatu perbuatan kriminal adalah tidak lazim di dunia
internasional dan di dalam pelaksanaannya hampir sebagian besar dilaksanakan secara  hukum  administratif.  Kriminalisasi  terhadap  perbuatan  overstay
menimbulkan  kerancuan  secara  operasional.  Tindakan  keimigrasian  secara
pdf M a chine -  is a  pdf w r it e r  t h a t  pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h  e a se
Ge t  you r s n ow
“ Thank you very m uch  I  can use Acrobat  Dist iller or t he Acrobat  PDFWrit er bu t   I  consider your pr oduct  a lot  easier  t o use and m uch pr efer able t o Adobes  A.Sar r as -  USA
administratif  lebih  efektif  dan  efesien,  dalam  hal  penegakan  hukum  terhadap perbuatan overstay apabila dilandasi atas asas subsidaritas hukum pidana yakni
mengedepankan  prinsip  ultimum  remedium  dalam  hukum  pidana  maka penyelesaian  secara  adminsitratif  adalah  kebijakan  yang  lebih  tepat  dan
mengenai  sasaran.  Selain  itu  dengan  adanya  dualisme  substansi  hukum  yang berbeda  antara  hukum administratif  dan  hukum  pidana  di  dalam  penerapannya
menjadikan  ketidakjelasan  hukum  karena  kewenangan  yang  dimiliki  terlalu subyektif.
B. Saran