Penilaian Kesehatan Keuangan Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan

(1)

SKRIPSI

PENILAIAN KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN

MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN

OLEH :

EDI OLOAN PUTRA BATUBARA

070503032

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Penilaian Kesehatan Keuangan Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan ” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan,

Edi Oloan Putra Batubara NIM : 070503032


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT dan shalawat serta salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW atas segala berkah, nikmat, dan petunjuk-Nya yang telah menyertai, dan memberikan kemampuan serta kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Penilaian Kesehatan Keuangan Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Dengan Menggunakan Analisis Rasio Keuangan”, yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dirwan Batubara S.Pd, dan Ibunda Nur Syamsiah, terima kasih atas do’a dan kasih sayang serta dukungannya kepada penulis.

Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi.

3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing saya yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, memberikan banyak


(4)

saran dan ilmu, serta dukungan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si, Ak, selaku dosen penguji I dan Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak, selaku dosen penguji II yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Bapak Drs. Khairuddin Nasution, Abanganda Henry Saputra, kakanda Nur ainun, Lely suryani, terima kasih atas do’a dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini

6. Rosalinda Lusiana, terima kasih atas do’a dan dukungannya untuk kesuksesan penulisan skripsi ini. Sahabatku Agustinov dan semua Aks1’07, terima kasih atas do’a dan dukungan serta kerja samanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Penulis,

Edi Oloan Putra Batubara NIM: 070503032


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesehatan keuangan Perusahaan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008, 2009, dan 2010. Rasio keuangan yang dipakai adalah Current Ratio, Return On Assets, dan

Debt to Equity Ratio.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purvosive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 6 perusahaan konstruksi. Model analisis yang digunakan adalah dengan metode Deskriptif.

Hasil analisis menunjukkan bahwa PT. Adhi Karya (persero) Tbk, pada tahun 2008, 2009 dan 2010, memiliki Current Ratio yang tergolong kurang sehat karena nilainya berada dibawah 150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2009, tergolong dalam kategori kurang sehat karena berada dibawah 6,5%. Dan pada tahun 2010 tergolong dalam kategori sehat karena berada di atas 6,5%. Rasio Utang Atas Modal pada tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena berada di atas 130%. PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk, pada tahun 2008 dan 2009, memiliki Current Ratio yang tergolong sehat karena nilainya berada diatas 150%. Sedangkan pada tahun 2010, berada dalam kondisi kurang sehat karena berada dibawah150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2010, tergolong dalam kategori sehat karena berada diatas 6,5%. Sedangkan pada tahun 2009 berada dalam kondisi kurang sehat karena berada dibawah 6,5%. Rasio Utang Atas modal pada tahun 2008, 2009 dan 2010,


(6)

tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilai ini berada diatas 130%. PT. Total Bangun Persada Tbk, pada tahun 2008, memiliki Current Ratio yang tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah150%, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada di atas 150%. Return On Asset pada tahun 2008, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 6,5%. Sedangkan pada tahun 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada diatas 6,5%. Rasio Utang Atas Modal pada tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada diatas 130%. PT. Wijaya Karya (persero) Tbk, pada tahun 2008, 2009 dan 2010, memiliki Current Ratio yang tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2009 tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 6,5%. Sedangkan pada tahun 2010, tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada di atas 6,5%. Rasio Utang Atas Modal tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada di atas 130%. PT. Duta Graha Indah Tbk tahun 2008, 2009 dan 2010, memiliki Current Ratio yang tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada diatas 150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2009, tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berda diatas 6,5%. Sedangkan pada tahun 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 6,5%. Rasio Utang Atas Modal tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada dibawah 130%. PT. Surya Semesta Internusa Tbk pada tahun 2008, 2009 dan 2010, memiliki Current Ratio yang


(7)

tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2009, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 6,5%. Sedangkan pada tahun 2010 tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada diatas 6,5%. Rasio Utang Atas Modal pada tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada diatas 130%.


(8)

ABSTRACT

This watchfulness aims to evaluate registered construction company's finance well-being at indonesia effect exchange in the year 2008, 2009, and 2010. Finance ratio that worn current ratio, return on assets, and debt to equity ratio.

Data that used financial statement that publicized to pass website www.idx.co.id. sample taking method that used purvosive sampling. sample that used as much as 6 construction company. Analysis model that used with Descriptive method.

Analysis result shows that PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, in the year 2008, 2009 and 2010, has current ratio that belong to under the way because the value presents under 150%. Return on asset in the year 2008 and 2009, belong to in under the way category because presents under 6,5%. And in the year 2010 belong to in category wells because reside in on 6,5%. Debt ratio on capital in the year 2008, 2009 and 2010, belong to in under the way category because resides in on 130%. PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk, in the year 2008 and 2009, has current ratio that belong to to well because the value presents on 150%. While in the year 2010, stay in under the way condition because presents membawah150%. Return on asset in the year 2008 and 2010, belong to in category wells because present on 6,5%. While in the year 2009 stay in under the way condition because presents under 6,5%. Debt ratio on capital in the year 2008, 2009 and 2010, belong to in under the way category because this value presents on 130%. PT. Total Bangun Persada Tbk, in the year 2008, has current


(9)

ratio that belong to in under the way category because the value presents membawah150%, While in the year 2009 and 2010 belong to in category wells because the value resides in on 150%. Return on asset in the year 2008, belong to in under the way category because the value presents under 6,5%. While in the year 2009 and 2010, belong to in category wells because the value presents on 6,5%. Debt ratio on capital in the year 2008, 2009 and 2010, belong to in under the way category because the value presents on 130%. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, in the year 2008, 2009 and 2010, has current ratio that belong to in under the way category because the value presents under 150%. Return on asset in the year 2008 and 2009 belong to in under the way category because the value presents under 6,5%. While in the year 2010, belong to in category wells because the value resides in on 6,5%. Debt ratio on capital year 2008,2009 and 2010, belong to in under the way category because the value resides in on 130%. PT. Duta Graha Indah Tbk year 2008, 2009 and 2010, has current ratio that belong to in category wells because the value presents on 150%. Return on asset in the year 2008 and 2009, belong to in category wells because the value berda on 6,5%. While in the year 2010, belong to in under the way category because the value presents under 6,5%. Debt ratio on capital year 2008, 2009 and 2010, belong to in category wells because the value presents under 130%. PT. Surya Semesta Internusa Tbk in the year 2008, 2009 and 2010, has current ratio that belong to in under the way category because the value presents under 150%. Return on asset in the year 2008 and 2009, belong to in under the way category because the value presents under 6,5%. While in the year 2010 belong to in category wells because


(10)

the value presents on 6,5%. Debt ratio on capital in the year 2008, 2009 and 2010, belong to in under the way category because the value presents on 130%.


(11)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1. Pengertian dan fungsi konstruksi indonesia ... 7


(12)

2.1.1.2. Fungsi Konstruksi Indonesia... 9

2.1.2. Penilaian Kesehatan Perusahaan ... 11

2.1.3. Pengertian Laporan Keuangan ... 12

2.1.4. Jenis Laporan Keuangan ... 15

2.1.5. Rasio Keuangan ……… 15

2.1.6. Analisis Rasio Keuangan ... 16

2.1.7. Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 16

2.1.8. Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan ... 20

2.1.9. Indikator Kesehatan Keuangan Perusahaan Konstruksi ... 21

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25

2.3. Kerangka Konseptual ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 34

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3. Populasi dan Sampel ... 35

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5. Teknik Analisis Data ... 37

3.6. Jadwal Penelitian ... 39

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Data Penelitian ... 40

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 40

A. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk ....………...…….……… 40


(13)

C. PT. Total Bangun Persada Tbk ………. 45

D. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk ……….. 45

E. PT. Duta Graha Indah Tbk ……….... 52

F. PT. Surya Semesta Internusa Tbk ………. 53

4.2. Analisis Data Penelitian ……….. 54

A. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk ……….. 54

B. PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk …………... 59

C. PT. Total Bangun Persada Tbk ………. 63

D. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk ……….. 67

E. PT. Duta Graha Indah Tbk ……… 71

F. PT. Surya Semesta Internusa Tbk ……… 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 83

5.3. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ……….... 84


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman Tabel 2.1 Indikator Kesehatan Keuangan Perusahaan Konstruksi

Menurut Peterson ………. 22

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ……… 25

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ………. 36


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ……….. 33


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman Lampiran 1 Data Perusahaan Tahun 2008 ……….………….. 87

Data Perusahaan Tahun 2009 ……….. 88

Data Perusahaan Tahun 2010 ……….. 89 Lampiran 2 Hasil Analisis Rasio Perusahaan Konstruksi tahun 2008 … 90

Hasil Analisis Rasio Perusahaan Konstruksi tahun 2009 ... 91 Hasil Analisis Rasio Perusahaan Konstruksi tahun 2010 … 92


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesehatan keuangan Perusahaan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008, 2009, dan 2010. Rasio keuangan yang dipakai adalah Current Ratio, Return On Assets, dan

Debt to Equity Ratio.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purvosive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 6 perusahaan konstruksi. Model analisis yang digunakan adalah dengan metode Deskriptif.

Hasil analisis menunjukkan bahwa PT. Adhi Karya (persero) Tbk, pada tahun 2008, 2009 dan 2010, memiliki Current Ratio yang tergolong kurang sehat karena nilainya berada dibawah 150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2009, tergolong dalam kategori kurang sehat karena berada dibawah 6,5%. Dan pada tahun 2010 tergolong dalam kategori sehat karena berada di atas 6,5%. Rasio Utang Atas Modal pada tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena berada di atas 130%. PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk, pada tahun 2008 dan 2009, memiliki Current Ratio yang tergolong sehat karena nilainya berada diatas 150%. Sedangkan pada tahun 2010, berada dalam kondisi kurang sehat karena berada dibawah150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2010, tergolong dalam kategori sehat karena berada diatas 6,5%. Sedangkan pada tahun 2009 berada dalam kondisi kurang sehat karena berada dibawah 6,5%. Rasio Utang Atas modal pada tahun 2008, 2009 dan 2010,


(18)

tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilai ini berada diatas 130%. PT. Total Bangun Persada Tbk, pada tahun 2008, memiliki Current Ratio yang tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah150%, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada di atas 150%. Return On Asset pada tahun 2008, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 6,5%. Sedangkan pada tahun 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada diatas 6,5%. Rasio Utang Atas Modal pada tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada diatas 130%. PT. Wijaya Karya (persero) Tbk, pada tahun 2008, 2009 dan 2010, memiliki Current Ratio yang tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2009 tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 6,5%. Sedangkan pada tahun 2010, tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada di atas 6,5%. Rasio Utang Atas Modal tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada di atas 130%. PT. Duta Graha Indah Tbk tahun 2008, 2009 dan 2010, memiliki Current Ratio yang tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada diatas 150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2009, tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berda diatas 6,5%. Sedangkan pada tahun 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 6,5%. Rasio Utang Atas Modal tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada dibawah 130%. PT. Surya Semesta Internusa Tbk pada tahun 2008, 2009 dan 2010, memiliki Current Ratio yang


(19)

tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 150%. Return On Asset pada tahun 2008 dan 2009, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada dibawah 6,5%. Sedangkan pada tahun 2010 tergolong dalam kategori sehat karena nilainya berada diatas 6,5%. Rasio Utang Atas Modal pada tahun 2008, 2009 dan 2010, tergolong dalam kategori kurang sehat karena nilainya berada diatas 130%.


(20)

ABSTRACT

This watchfulness aims to evaluate registered construction company's finance well-being at indonesia effect exchange in the year 2008, 2009, and 2010. Finance ratio that worn current ratio, return on assets, and debt to equity ratio.

Data that used financial statement that publicized to pass website www.idx.co.id. sample taking method that used purvosive sampling. sample that used as much as 6 construction company. Analysis model that used with Descriptive method.

Analysis result shows that PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, in the year 2008, 2009 and 2010, has current ratio that belong to under the way because the value presents under 150%. Return on asset in the year 2008 and 2009, belong to in under the way category because presents under 6,5%. And in the year 2010 belong to in category wells because reside in on 6,5%. Debt ratio on capital in the year 2008, 2009 and 2010, belong to in under the way category because resides in on 130%. PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk, in the year 2008 and 2009, has current ratio that belong to to well because the value presents on 150%. While in the year 2010, stay in under the way condition because presents membawah150%. Return on asset in the year 2008 and 2010, belong to in category wells because present on 6,5%. While in the year 2009 stay in under the way condition because presents under 6,5%. Debt ratio on capital in the year 2008, 2009 and 2010, belong to in under the way category because this value presents on 130%. PT. Total Bangun Persada Tbk, in the year 2008, has current


(21)

ratio that belong to in under the way category because the value presents membawah150%, While in the year 2009 and 2010 belong to in category wells because the value resides in on 150%. Return on asset in the year 2008, belong to in under the way category because the value presents under 6,5%. While in the year 2009 and 2010, belong to in category wells because the value presents on 6,5%. Debt ratio on capital in the year 2008, 2009 and 2010, belong to in under the way category because the value presents on 130%. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, in the year 2008, 2009 and 2010, has current ratio that belong to in under the way category because the value presents under 150%. Return on asset in the year 2008 and 2009 belong to in under the way category because the value presents under 6,5%. While in the year 2010, belong to in category wells because the value resides in on 6,5%. Debt ratio on capital year 2008,2009 and 2010, belong to in under the way category because the value resides in on 130%. PT. Duta Graha Indah Tbk year 2008, 2009 and 2010, has current ratio that belong to in category wells because the value presents on 150%. Return on asset in the year 2008 and 2009, belong to in category wells because the value berda on 6,5%. While in the year 2010, belong to in under the way category because the value presents under 6,5%. Debt ratio on capital year 2008, 2009 and 2010, belong to in category wells because the value presents under 130%. PT. Surya Semesta Internusa Tbk in the year 2008, 2009 and 2010, has current ratio that belong to in under the way category because the value presents under 150%. Return on asset in the year 2008 and 2009, belong to in under the way category because the value presents under 6,5%. While in the year 2010 belong to in category wells because


(22)

the value presents on 6,5%. Debt ratio on capital in the year 2008, 2009 and 2010, belong to in under the way category because the value presents on 130%.


(23)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Persaingan bisnis yang ketat seiring dengan perkembangan perekonomian mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerjanya, dan melakukan perluasan usaha agar terus dapat bertahan dan bersaing (Admin, 2009:1).

Kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bersaing sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan. Agar kelangsungan hidup suatu perusahaan tetap terjaga, maka pihak manajemen harus dapat mempertahankan atau terlebih lagi memacu peningkatan kinerjanya. Secara umum kinerja suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang di publikasikan (Admin, 2009:1)

(Soemardi, 2011:1), Seperti halnya pada industri lain, pasar jasa konstruksi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh daya beli dari masyarakat dan pemerintah, dimana daya beli ini berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi makro Indonesia yang mengalami gangguan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998 tersebut. Sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997, Biro Pusat


(24)

Statistik (BPS, 2006a) mencatat adanya pertumbuhan di sektor konstruksi yang mencapai 13,71% per tahun. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 7,85%. Akan tetapi setelah krisis ekonomi menyerang Indonesia, konstruksi merupakan sektor yang paling merasakan imbas dari krisis ekonomi tersebut dimana sektor konstruksi pada tahun 1998 terpuruk hingga minus 36,4% dan mengalami pertumbuhan yang paling parah dibandingkan sektor ekonomi yang lainnya seperti manufaktur dan pertanian. Dalam kurun waktu tersebut perusahaan-perusahaan jasa konstruksi sangat terpukul pada saat terjadinya krisis ekonomi karena volume pekerjaan konstruksi berkurang drastis, proyek ditangguhkan atau dihentikan sementara oleh pemiliknya dan juga pemilik proyek banyak yang kesulitan melakukan pembayaran kepada kontraktor. Sementara dalam waktu yang bersamaan, kontraktor memiliki kewajiban membayar kepada pihak ketiga, terutama pengusaha golongan ekonomi lemah, disamping harus membayar bunga pinjaman kepada pihak perbankan yang mana pada saat itu suku bunga perbankan melonjak drastis sampai mencapai sekitar 25-26% per tahunnya.

(Soemardi, 2011:1), Menurunnya tingkat suku bunga deposito perbankan saat ini (berkisaran antara 8-10% per tahun) dapat mendorong masyarakat untuk bergerak ke sektor riil untuk berinvestasi, terutama ke sektor properti. Demikian juga halnya dengan adanya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) rakyat Indonesia yang berarti suatu refleksi mulai pulihnya daya beli masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan terhadap produk-produk konstruksi seperti misalnya perumahan, perkantoran dan sebagainya. Perbaikan


(25)

beberapa indikator ekonomi makro seperti yang diuraikan di atas membuka peluang bagi pasar swasta untuk berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, pada saat ini pangsa pasar di sektor konstruksi nasional terus tumbuh hingga kisaran 8,6 % dari PDB nasional, atau setara dengan Rp. 52,3 triliun pada triwulan II 2006 (BPS,2006b).

Namun, dalam hal kelangsungan usaha, industri konstruksi telah terus menerus mengalami relatif tingginya proporsi kegagalan bisnis dibandingkan dengan industri lainnya (Yin, 2006). Menurut (Edum-Fotwe et al, 1996), kegagalan industri konstruksi merupakan penomena global. Sebuah studi baru-baru ini oleh (Enshassi et al, 2006), menunjukkan bahwa ketergantungan pada pinjaman Bank dan pembayaran bunga yang tinggi (yaitu: biaya dan modal) merupakan faktor utama dibalik kegagalan perusahaan kontraktor. Seperti yang disarankan oleh (Edum-Fotwe, 1996), perusahaan konstruksi harus melakukan evaluasi kinerja secara berkala untuk memastikan strategi tepat waktu dan tepat untuk mempertahankan usaha mereka. (Kangari, 1992), menunjukkan bahwa memahami penyebab dan gejala kegagalan bisnis akan membantu mengidentifikasi peringatan awal dari suatu yang akan datang dari krisis keuangan. Menganalisis keuangan informasi yang dapat membantu memberikan jawaban untuk membenarkan kesehatan keuangan perusahaan.

Penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Laporan keuangan berupa neraca memberikan informasi kepada pihak diluar perusahaan misalnya masyarakat umum, investor dan pemerintah. Laporan laba rugi menggambarkan


(26)

kesehatan dan perkembangan perusahaan. Informasi mengenai kondisi suatu perusahaan dapat digunakan oleh pihak-pihak eksternal untuk mengevaluasi kinerja dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, keputusan terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku, dan manajemen resiko.

Kondisi kinerja perusahaan dapat diketahui berdasarkan hasil analisis laporan keuangan. Hasil analisis laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan tersebut dipakai sebagai dasar penentu kebijakan bagi pemilik, menager dan investor. Analisis atas laporan keuangan dan interpretasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan dan potensi atau kemajuan suatu perusahaan melalui laporan keuangan tersebut dan dari laporan keuangan tersebut dapat dilakukan analisis berdasarkan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan (Admin, 2009:1).

Ada beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan suatu perusahaan yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas. Rasio Likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya maka perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan likuid. Rasio Solvabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua


(27)

utang-utangnya. Rasio Profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu periode tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penilaian tingkat kesehatan perusahaan konstruksi melalui analisis rasio dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “PENILAIAN KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan penelitian yang dilakukan adalah: bagaimana penilaian tingkat kesehatan perusahaan konstruksi dengan menggunakan analisis rasio pada perusahaan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun periode 2008-2010?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian tingkat kesehatan perusahaan konstruksi melalui analisis rasio pada perusahaan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, tetapi juga bagi perusahaan, dan peneliti selanjutnya.


(28)

1. Bagi peneliti

Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan dan memperdalam pengetahuan serta pemahaman peneliti tentang penilaian tingkat kesehatan perusahaan konstruksi melalui analisis rasio sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai kesesuaian antara teori yang ada dengan fakta yang terjadi di lapangan.

2. Bagi perusahaan konstruksi

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan konstruksi dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan perusahaan konstruksi melalui analisis rasio.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dan bahan referensi tambahan dalam penelitian di bidang lainnya.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pengertian Dan Fungsi konstruksi Indonesia 2.1.1.1. Pengertian

Pengertian "konstruksi" adalah suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana yang meliputi pembangunan gedung (building construction), pembangunan prasarana sipil (Civil Engineer), dan instalasi mekanikal dan elektrikal (Trianto, 2011:1). Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai suatu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang dirangkai menjadi satu unit bangunan, itulah sebabnya ada bidang/sub bidang yang dikenal sebagai klasifikasi.

Pada umumnya kegiatan konstruksi dimulai dari perencanaan yang dilakukan oleh konsultan perencana (team Leader) dan kemudian dilaksanakan oleh kontraktor konstruksi yang manager proyek/kepala proyek. Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan pelaksanaan dilapangan dilakukan oleh mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Transfer perintah tersebut dilakukan oleh Pelaksana Lapangan. Dalam pelaksanaan bangunan ini, juga diawasi oleh konsultan pengawas (Supervision Engineer) (Trianto, 2011:1).


(30)

Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan metode penentuan besarnya biaya yang diperlukan, rancangan bangunan, dan efek lain yang akan terjadi saat pelaksanaan konstruksi. Sebuah jadwal perencanaan yang baik, akan menentukan suksesnya sebuah bangunan yang terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan, keamanan lingkungan, ketersediaan material, logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan pekerjaan konstruksi, persiapan dokumen tender, dan lain sebagainya (Trianto, 2011:1).

Menurut Undang-undang tentang Jasa konstruksi, "Jasa Konstruksi" adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. "Pekerjaan Konstruksi" adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain (Trianto, 2011:1).

Dari pengertian dalam UUJK tersebut maka dalam masyarakat terbentuklah "Usaha Jasa Konstruksi", yaitu usaha tentang "jasa" atau servis di bidang perencana, pelaksana dan pengawas konstruksi yang semuanya disebut "Penyedia Jasa" yang dulu lebih dikenal dengan bowher atau owner” (Trianto, 2011:1).

Disisi lain muncul istilah "Pengguna Jasa" yaitu yang memberikan pekerjaan yang bisa berbentuk orang perseorangan, badan usaha maupun instansi


(31)

pemerintah. Sehingga pengertian utuhnya dari Usaha Jasa Konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang berhubungan dengan suatu perencanaan atau pelaksanaan dan pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam pelaksanaan penggunaan atau pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidup (Trianto, 2011:1).

2.1.1.2. Fungsi konstruksi Indonesia

Konstruksi Indonesia adalah sarana informasi dan komunikasi dunia konstruksi nasional untuk menumbuhkembangkan kepercayaan dan kebanggaan masyarakat terhadap kemampuan pelaku konstruksi nasional dalam menghasilkan produk-produk infrastruktur, meningkatkan kompetensi dan profesionalisme para pelaku konstruksi nasional, serta sebagai ajang promosi dalam rangka membangkitkan investasi dan gairah konstruksi nasional.

Di sisi lain perkembangan pasar industri konstruksi tidak saja hanya dipengaruhi oleh sektor ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan politik baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama tingkat regional. Kebijakan penerapan otonomi daerah pada tahun 2000 menyebabkan beralihnya pengelolaan proyek-proyek dari pusat ke daerah-daerah. Konsumen yang tadinya terkonsentrasi di Jakarta akan terbagi bagi ke daerah-daerah potensial. Hal ini akan berpengaruh pada penerapan strategi meraih pangsa pasar dari masing-masing pelaku jasa konstruksi. Selain otonomi daerah, saat ini


(32)

kontraktor nasional juga dihadapkan dengan era globalisasi yang ditandai dengan diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003 yang menyebabkan kontraktor-kontraktor asing dapat dengan bebas ikut bersaing memperebutkan proyek-proyek pada pasar konstruksi di Indonesia. Dengan masuknya kontraktor-kontraktor asing tersebut di tengah belum pulihnya kondisi pasar industri konstruksi saat ini, tentunya akan menyebabkan semakin ketatnya persaingan di antara pelaku bisnis konstruksi di Indonesia (Soemardi, 2011).

Di tengah ketatnya kondisi persaingan bisnis jasa konstruksi ini, para pelaku bisnis jasa konstruksi di Indonesia, dalam hal ini adalah kontraktor jasa konstruksi, berupaya keras untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Terjaganya eksistensi suatu perusahaan diantaranya tergantung pada kemampuan perusahaan tersebut untuk melihat peluang-peluang pasar yang ada. Dalam kondisi seperti ini, bidang pemasaran perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam hal melihat peluang-peluang pasar yang ada. Bidang pemasaran ini memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal perusahaan. Tidak saja berfungsi untuk melihat peluang pasar, namun secara keseluruhan bidang pemasaran difungsikan untuk memenangkan ketatnya persaingan pasar. Sayangnya dalam banyak kasus di industri konstruksi, kontraktor masih kurang memberikan perhatian pada fungsi pemasaran ini (Pearce dalam Soemardi, 2011). Dalam studinya Pearce menyatakan bahwa kontraktor percaya bahwa bagian terpenting dari suatu organisasi adalah bagian produksi, sehingga mereka lebih berorientasi pada produksi dibandingkan dengan pemasaran. Mereka lebih melihat peluang-peluang yang dirasakan cocok dengan kemampuannya sebagai


(33)

kontraktor, dibandingkan dengan beradaptasi untuk keadaan saat ini dan peluang pasar di masa depan. Walaupun hasil penelitian tersebut menyatakan demikian, namun pada kenyataannya kontraktor jasa konstruksi di Indonesia khususnya, sampai saat ini masih tetap eksis. Keadaan tersebut tentunya merupakan suatu hal yang menarik untuk diamati. Menjawab hal tersebut Babiarz (2000), memberi Contoh praktis bagaimana industri konstruksi dapat belajar dari apa yang sudah umum dilakukan di industri produk dan jasa lainnya.

2.1.2. Penilaian kesehatan Perusahaan

Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak.Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen yang ada atau disebut dengan rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Peningkatan kinerja harus selalu dikaitkan dengan penerapan prinsip efisiensi. Artinya, dalam upaya menampilkan kinerja yang memuaskan suatu sistem bekerja sedemikian rupa sehingga hasilnya menggunakan sebagai sarana, daya dan dana yang dialokasikan untuk menyelenggarakannya (Sondang, 1996:50).

Mengetahui tingkat kesehatan perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan manager dapat mengambil keputusan untuk menyusun rencana yang lebih baik dan dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang selama ini ditempuh sudah tepat atau belum. Mempertahankan kelancaran proses industrinya perusahaan perlu menganalisis dan menginterpretasikan laporan keuangannya.


(34)

Perusahaan juga perlu memperhatikan efisiensi operasinya, karena hal tersebut dapat meningkatkan rentabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Apabila suatu perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan mempunyai likuiditas yang baik. Selain itu, solvabilitas juga merupakan faktor penting karena solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang maupun jangka pendeknya, maka jelas bahwa tingkat kesehatan perusahaan perlu diperhatikan demi kelancaran operasinya (Riyanto dalam ari, 2009).

Masyarakat luas pada dasarnya mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan yang dilihat dari kinerja manajemen. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktivitas atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Laporan laba rugi merupakan salah satu laporan keuangan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode akuntansi tertentu pada perusahaan (Wahyudin dan Suprihatin dalam ari, 2009).

2.1.3. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan yang merupakan ringkasan dar tahun buku yang bersangkutan (Person, 2010)


(35)

(Person, 2010), Pengertian laporan keuangan menurut Standar Keuangan:

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus informasi tambahan yang berkaitan dengan keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan

Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada

Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi (Person, 2010).

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dan proses akuntansi yang dapat digunakan untuk alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan data


(36)

keuangan suatu perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut menurut (S. Munawir, 1997:2 ) adalah :

1. Pemilik Perusahaan

Pihak ini sangat berkepentingan untuk mengetahui suatu laporan keuangan perusahaannya, karena dengan melihat laporan keuangannya maka pemilik dapat menilai apakah dia benar-benar dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Kesuksesan ini biasanya dinilai dari laba yang diperoleh oleh perusahaan.

2. Manajer Perusahaan

Setelah mengetahui laporan keuangan, maka manajer dapat menilai kebijakan-kebijakan yang telah dijalankannya, dan jika ada kekurangan bias untuk menyusun sistem kebijaksanaan yang lebih baik lagi.

3. Investor

Laporan keuangan berguna dalam hal keperluan mereka untuk menanamkan modal mereka ke suatu perusahaan.

4. Kreditur dan Banker

Berhubungan dengan pemberian kredit bagi suatu perusahaan. Dengan melihat laporan keuangan mereka bisa mengambil keputusan apakah akan menyetujui atau bahkan menolak pemberian kredit kepada perusahaan yang bersangkutan. 5. Pemerintah

Pemerintah memerlukan laporan keuangan untuk menentukan berapa besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh pemilik perusahaan.


(37)

2.1.4. Jenis Laporan Keuangan

Menurut (Ridho, 2010), Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan keuangan utama menurut PSAK hanya ada tiga, yaitu:

1. Neraca, yaitu yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu

2. Laporan rugi/laba yang menggambatkan jumlah hasil, biaya dan laba atau rugi perusahaan pada suatu periode tertentu

3. Laporan arus kas yang menggambarkan aliran sumber dana dan pengeluaran kas perusahaan pada suatu periode tertentu

2.1.5. Rasio keuangan

Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu (Erich A Helfert, 1996 : 87). Rasio merupakan alat yang digunakan dalam artian relative

maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Syafaruddin Alwi, 1994:107). Pengertian lain tentang rasio keuangan menurut (Bambang Riyanto, 2001:329) adalah rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam arithmaticalterm

yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.

Rasio keuangan merupakan perbandingan dari dua data yang terdapat dalam laporan keuangan peusahaan. Rasio keuangan digunakan kreditur untuk


(38)

mengetahui kinerja suatu perusahaan dengan melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya (Dennis, 2006).

2.1.6. Analisis Rasio Keuangan

Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ketahun (Rahmad, 2011:1).

(Dennis, 2006) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan metode yang paling baik digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Menurut (Usman, 2003), analisis ini berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan.

2.1.7. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas (Riyanto, 1995).


(39)

1) Rasio Likuiditas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir (2004), rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:

a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar

b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan terhadap hutang lancar.

c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva.

2) Rasio Solvabilitas/Leverage

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ang, 1997, Mahfoedz, 1994 dan Ediningsih, 2004):

a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang

lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang.


(40)

e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang lancar terhadap persediaan.

f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang.

3) Rasio Aktivitas

Menurut Ang (1997) rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:

a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah aktiva

b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata

c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang rata-rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.

d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih terhadap modal kerja.

4) Rasio Profitabilitas

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1994), rasio profitabilitas/rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan


(41)

aktivanya, efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan:

a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total penjualannya.

b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap penjualan bersih.

c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah aktiva.

d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak terhadap modal sendiri.

Dalam Penelitian ini Jenis-jenis Rasio Keuangan yang digunakan adalah:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR). Current Ratio (CR) merupakan salah satu ratio financial yang sering digunakan. Tingkat Current Ratio (CR) dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara Current Asset dengan Current Liabilities.

2. Rasio Solvabilitas/Leverage

Rasio Solvabilitas/Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Debt to Equity Ratio (DER). Ratio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menutupi utang-utang kepada pihak luar menggunakan


(42)

modal pemiliknya. Untuk keamanan pihak luar Rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang.

Debt to Equity Ratio =

3. Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). Return On Assets (ROA) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari keseluruhan aktiva yang ada dan yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Return On Assets (ROA) memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen memperoleh profitabilitasnya dan manejerial efisiensi secara menyeluruh. Rasio Return On Assets (ROA)

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan, semakin besar Return On Assets (ROA)

semakin besar pula tingkat keuntungan dan semakin baik pula posisi keuangan perusahaan dari segi penggunaan aktiva. Rasio Return On Assets (ROA) dapat di hitung dengan:

Return On Assets =

2.1.8. Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan

1. Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat


(43)

bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah rata-rata industri.

2. Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis) Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan membandingkan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan trend dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya

2.1.9. Indikator kesehatan keuangan Perusahaan Konstruksi

Indikator kesehatan keuangan Perusahaan konstruksi merupakan alat yang digunakan oleh peneliti sebagai ukuran dalam menilai kesehatan keuangan perusahaan konstruksi yang sedang diteliti. Peterson (2005), menyarankan penggunaan rata-rata industri dan kisaran sebagai titik perbandingan analisis rasio untuk mendapatkan gambaran yang akurat dalam menilai kesehatan keuangan perusahaan. Tetapi dalam penelitian ini Indikator kesehatan keuangan perusahaan konstruksi hanya menggunakan beberapa rasio keuangan dengan rata-rata industrinya sesuai jenis rasio yang digunakan dalam penelitian.


(44)

Tabel 2.1

Indikator kesehatan keuangan Perusahaan Konstruksi menurut Peterson

N o

Ratios Industry Average

Comments

1 Current ratio (CR) 1.5:1 CR adalah pengukuran kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva lancar untuk membayarnya lancar. 2 Quick ratio (QR) 1.2:1 QR adalah pengukuran kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan kas atau aktiva dekat-tunai.

3 Current liabilities-to-net worth ratio(CL/NW)

1.12:1 Ini adalah pengukuran resiko bahwa kreditur jangka pendek berasumsi saat memperluas kredit untuk perusahaan.

4 Debt-to-equity ratio (DER)

1.3:1 Hal ini juga dikenal sebagai rasio utang terhadap nilai atau rasio total nilai kewajiban-ke-net.

5 Fixed assets-to-net worth ratio

(FA/NW)

0.24:1 Ini adalah pengukuran ekuitas pemilik terikat dalam aktiva tetap, seperti peralatan


(45)

6 Current Assets-to-total assets ratio (CA/TA)

- Ini adalah pengukuran likuiditas aset perusahaan konstruksi itu. A perusahaan debgan rasio yang tinggi akan memiliki mayoritas aset dalam bentuk arus dan dilikuidasi aset.

7 Collection period (CP)

48 days CP adalah pengukuran rata-rata waktu yang diperlukan perusahaan untuk

mengumpulkannya Rekening piutang. CP adalah juga ukuran berapa lama modal perusahaan digunakan untuk membiayai proyek konstruksi klien-nya.

8 Average age of accounts payable (AAAP)

45 days 45 hari-ini merupakan waktu rata-rata sebuah perusahaan yang diperlukan untuk membayar tagihan tersebut. Ini adalah ukuran seberapa luas perusahaan menggunakan pembiayaan perdagangan.

9 Assets-to-revenue ratio (ARR)

29% Ini adalah pengukuran efisiensi perusahaan dalam mempergunakan aset. Hal ini juga dikenal sebagai aset-rasio-penjualan. 10 Working capital

tums (WCT)

12.1:1 WCT adalah pengukuran efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan kerja modal (WC), yang merupakan dana yang tersedia untuk operasi masa depan.


(46)

Sumber: (Peterson, 2005) 11 Accounts

payable-to-revenue ratio (APRR)

7.9% Ini adalah pengukuran sejauh mana perusahaan menggunakan pemasok dan subkontraktor sebagai sumber dana. 12 Gross profit

margin (GPM)

17% 17% - Marjin laba kotor adalah persentase dari pendapatan yang tersisa setelah membayar konstruksi dan biaya peralatan. 13 General overhead

ratio (GOR)

Less than 10%

Ini adalah persentase dari pendapatan digunakan untuk membayar biaya overhead umum atau biaya administrasi.

14 After tax profit margin (ATPM)

2.2% Ini adalah persentase dari pendapatan

dikonversi menjadi laba setelah pengurangan pajak.

15 Return on assets (ROA)

6.5% Ini adalah pengukuran efisiensi dari sebuah perusahaan konstruksi dalam memanfaatkan aset.

16 Return on equity (ROE)

16.7% Hal ini juga disebut sebagai pengembalian investasi bagi pemegang saham.

17 Degree of fixed asset newness (DFAN)

- Tingkat kebauran aktiva tetap adalah pengukuran kebauran dari aset perusahaan.


(47)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian 1 Chatrin C.M. Siregar

(2008) Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Analisa CAMELS Studi Kasus Pada Bank SUMUT Faktor permodalan, Faktor Kualitas

Asset, Faktor rentabilitas, dan Faktor Likuiditas

Faktor permodalan tergolong dalam kategori sangat baik. Faktor kualitas

asset tergolong dalam kategori baik. Faktor rentabilitas tergolong dalam kategori sangat baik. Faktor likuiditas tergolong


(48)

dalam kategori sangat baik. 2 Luciana Spica

Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005) Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002 CAR,ATTM,APB, NPL,PPAP, terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA,ROI,NIM, BOPO, LDR ( sampel penelitian terdiri dari 16 Bank Sehat. 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan). Rasio yang memilki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 2000-2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAP, ROA, NIM, BOPO,

dimana CAR

mempunyai pengaruh yang negative dan signifikan,


(49)

APB,ROA dan NIM mempunyai pengaruh yang negative dan tidak signifikan,

NPL dan

PPAP berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan BOPO berpengaruh signifikan dan positif

3 Tabita Juliana Sitinjak(2008) Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Working Capital to Total Assets, Retained

Earning to Total

Rasio altman

mempunyai pengaruh secara positif


(50)

Kesehatan Perusahaan Perbankan di Indonesia Periode 2001-2003 assets, Earning Before interst and taxes to total assets, market value of equity to book value of total debt, dan sales to total assets

terhadap prediksi kesehatan bank yaitu rasi Earning before interest taxes / total assets, dan yang mempunyai pengaruh secara negative terhadap prediksi kondisi kesehatan adalah rasio working capital / total assets, retained earning / total assets, market


(51)

value of equity/ book value of total assets, dan

sales/ total assets

4 Syahputera Pane Ade (2010) Penilaian Tingkat Kesehatan Bank melalui Analisis Ratio pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Loan to Defosit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Return on Assets,

dan Rasio BOPO

Tidak terdapat perbedaan tingkat kesehatan Bank, baik Bank Pemerintah maupun Bank swasta nasional apabila dilihat dari rasio Likuiditas, Solvabilitas. Namun apabila


(52)

dilihat dari rasio

Profitabilitas

ada perbedaan tingkat

kesehatan Bank antara Bank pemerintah dan Bank Swasta Nasional

Sumber: (Diolah Oleh Peneliti, 2011)

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Chatrin, 2008) mengenai penelitian tingkat kesehatan Bank dengan analisa CAMELS Studi Kasus pada Bank SUMUT. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor pemodalan, faktor

Rentabilitas, faktor Likuiditas tergolong dalam kategori sangat baik dan faktor kualitas asset tergolong dalam kategri baik terhadap kesehatan Bank dengan analisa CAMELS Studi kasus pada Bank SUMUT.

2. Penelitian yang dilakukan oleh (Almilia dan Herdiningtyas, 2005) mengenai Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi bermasalah


(53)

Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Dan penelitian ini menggunakan Variable CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP, terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROI, NIM, BOPO, LDR (sampel penelitian terdiri dari 16 Bank Sehat. 2 Bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 Bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan). Penelitian ini menyimpulkan bahwa Rasio yang memilki perbedaan yang signifikan antara Bank-Bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 2000-2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAP, ROA, NIM, BOPO,

dimana CAR mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan, APB, ROA

dan NIM mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, NPL dan

PPAP berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan BOPO

berpengaruh signifikan dan positif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Juliana, 2008) mengenai Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kesehatan Perusahaan Perbankan di Indonesia Periode 2001-2003. Penelitian ini menggunakan Variable Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total assets, Earning Before interst and taxes to total assets, market value of equity to book value of total debt, dan sales to total assets. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Rasio altman mempunyai pengaruh secara positif terhadap prediksi kesehatan Bank yaitu rasio Earning before interest taxes / total assets, dan yang mempunyai pengaruh secara negatif terhadap prediksi kondisi kesehatan adalah rasio working capital / total assets,


(54)

retained earning / total assets, market value of equity/ book value of total assets, dan sales/ total assets.

4. Penelitian yang dilakukan oleh (Ade, 2010) mengenai Penilaian Tingkat Kesehatan Bank melalui Analisis Ratio pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi. Penelitian ini menggunakan variable Loan to Defosit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Return on Assets, dan

Rasio BOPO. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Tidak terdapat perbedaan tingkat kesehatan Bank, baik Bank Pemerintah maupun Bank swasta nasional apabila dilihat dari rasio Likuiditas, Solvabilitas. Namun apabila dilihat dari rasio Profitabilitas ada perbedaan tingkat kesehatan Bank antara Bank pemerintah dan Bank Swasta Nasional.

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar

variable yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dalam penelitian berbentuk kualitatif,


(55)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini akan dibahas masalah penilaian kesehatan keuangan perusahaan Konstruksi melalui analisis rasio. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Rasio likuiditas, Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas. Rasio Likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Assets. Rasio Solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio. Rasio Profitabilitas yang digunakan dalam penelitin ini adalah Rasio

Return on Assets.

Perusahaan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi

Penilaian Kesehatan Keuangan Perusahaan Konstruksi

Analisis Rasio


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Studi Deskriptif (Descriptive Study) yaitu Penelitia terhadap Fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subyek berupa individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain (Erlina, 2008:20).

Studi deskriptif menjelaskan karakteristik suatu fenomena yang dapat di gunakan sebagai dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis (Indriantoro, dkk , 1999:88)

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang di kumpulkan adalah data Sekunder,yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan di publikasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2008:24).

Data yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari mendownload dari situs www.idx.co.id.


(57)

3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah Perusahaan-perusahaan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010 yang berjumlah 12 perusahaan.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Menurut (Erlina, 2008:80), secara umum ada dua metode pengambilan sampel yang digunakan, yaitu:

a. Probability Sampling, metode penganbilan sampel dimana setiap elemen populasi mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Metode ini di bedakan atas:

1. Simple random sampling

2. Complex random sampling

b. Non Probability Sampling, Metode pengambilan sampel dimana elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini terdiri atas:

1. Convenience sampling, yaitu pengambilan sampel secara nyaman dimana peneliti mengambil sampel sekehendak hatinya


(58)

2. Purpusive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan criteria tertentu

3. Judgement Sampling, yaitu penganbilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Sampel yang digunakan peneliti ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun yang menjadi criteria dalam pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010.

2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan yang sudah di audit tahun 2008-2010.

3. Perusahaan tersebut memiliki laba positif tahun 2008-2010.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaaan Kriteria

1 2 3 S 1 2 3 4 ADHI JKON TOTL WIKA

PT. Adhi Karya (Persero) Tbk

PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk PT. Total Bangun Persada Tbk

PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 1 2 3 4


(59)

5 6 7 8 9 10 11 12 DGIK SSI TRUB BKTU DEWA PTRA INDY ELSA

PT. Duta Graha Indah Tbk PT. Surya Semesta Internusa Tbk

PT. Truba Alam Manunggal Engineering Tbk PT. Bukaka Teknik Utama Tbk

PT. Darma Henwa Tbk PT. Petrosea Tbk PT. Indika Energy Tbk PT. Elnusa Tbk

√ √ x x x x x x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5 6 --

Sumber: (Diolah Oleh Peneliti, 2011)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui dua tahap:

1. Study pustaka yang mencari literature yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Mengumpulkan data dengan mendownload data dari situs Bursa Efek Indonsia

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Deskriptif. Metode Deskriptif adalah Suatu metode dimana data dikumpulkan


(60)

disusun, di interpretasikan, di analisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Rasio keuangan yang digunakan meliputi rasio Likuiditas (Current Ratio), rasio Solvabilitas (Debt to Equity Ratio), rasio Profitabilitas ( Return On Assets).

a. Current Ratio merupakan salah satu ratio financial yang sering digunakan. Tingkat Current Ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara Current Asset dengan Current Liabilities.

× 100%

b. Return On Assets adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari keseluruhan aktiva yang ada dan yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Return On Assets memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen memperoleh profitabilitasnya dan manejerial efisiensi secara menyeluruh. Rasio Return On Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan, semakin besar Return On Assets semakin besar pula tingkat keuntungan dan semakin baik pula posisi keungan perusahaan dari segi penggunaan aktiva. Rasio Return On Assets dapat di hitung dengan:

Return On Asset =

c. Debt to Equity Ratio, ratio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menutupi utang-utang kepada pihak luar menggunakan modal


(61)

pemiliknya. Untuk keamanan pihak luar Rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang.

Debt to Equity Ratio = × 100%

3.6. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

Sumber: (Diolah Oleh Peneliti, 2011) Tahap Penelitian

Juni 2011 Juli 2011 Agust 2011

Sept 2011 Okt 2011 Novem

2011

Desem 2011

Januari 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Proposal

skiripsi Bimbingan dan perbaikan Seminar proposal skiripsi

Bimbingan dan penulisan skiripsi Ujian Komprehensif


(62)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Data Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan A. PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.

Kiprah ADHI dimulai sejak 11 Maret 1960 saat Menteri Pekerjaan Umum menetapkan Architecten-Ingenicure-en Annnemersbedrijf “Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V.” (Associatie N.V.), salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi, menjadi PN Adhi Karya. Nasionalisasi ini ditujukan untuk memacu pembangunan infrastruktur di Indonesia. Status ADHI berubah menjadi sebuah Perseroan Terbatas pada tanggal 1 Juni 1974 dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman. ADHI 100% dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sampai pada akhir tahun 2003 saat Negara Republik Indonesia melalui Menteri Negara BUMN, selaku Kuasa Pemegang Saham, melepas 49% kepemilikannya atas saham ADHI untuk ditawarkan kepada masyarakat melalui Initial Public Offering (IPO). Keputusan tersebut diikuti oleh pendaftaran saham ADHI di Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) yang sekaligus menjadikan ADHI sebagai BUMN konstruksi pertama yang terdaftar pada bursa.

Mencermati kondisi eksternal termasuk kebutuhan dan keinginan konsumen serta perkembangan kemampuan Perseroan dari waktu ke waktu, maka setelah melalui kajian yang panjang, Perseroan menetapkan visi dan misi barunya. Sejalan dengan itu ADHI menambah bidang usaha EPC yang merupakan extended


(63)

business dan bidang investasi sebagai expanded businessnya. Namun demikian, jasa konstruksi tetap menjadi core business ADHI. Dalam mengembangkan bisnisnya, ADHI selalu membatasi area pengembangannya disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki. Hal ini dilakukan agar komitmen untuk selalu memberikan kualitas pelayanan terbaik dapat dipertahankan. Dalam kegiatan operasionalnya. ADHI didukung oleh sembilan divisi yang tersebar di seluruh Indonesia dan Luar Negeri. Dimana beberapa divisi diarahkan sebagai divisi spesialis, yaitu spesialis gedung, spesialis infrastruktur dengan teknologi tinggi, dan spesialis EPC.

ADHI mengelompokkan proyek-proyek Jasa Konstruksi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Proyek Infrastruktur

Terdiri dari proyek-proyek infrastruktur seperti jalan dan jembatan, pengairan, pembangkit listrik, pelabuhan, dan lain-lain.

2. Proyek Bangunan

Terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan gedung bertingkat seperti hotel dan perkantoran; pembangunan fasilitas umum seperti rumah sakit dan sekolah; bangunan komersial; perumahan; kawasan industri dan manufaktur; pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada gedung dan industri, transmisi kelistrikan dan gardu


(64)

induk, otomatisasi bangunan, pembangkit listrik, tata udara dan tata suara, radio, telekomunikasi, dan instrumentasi serta pemipaan.

EPC, yang merupakan extended business ADHI, adalah perpanjangan bisnis jasa konstruksi yang dipilih karena bisnis ini masih sangat berkaitan dengan

core business Perseroan. Kompetensi ADHI di bidang jasa konstruksi merupakan modal kekuatan yang positif untuk memenangkan proyek EPC. Mengingat kompetensi dan sumber daya yang dimiliki Perseroan, ADHI membatasi pekerjaan EPC yang diambil hanya pada pembangunan pembangkit listrik dan oil & gas. Begitu juga dengan wilayah operasinya, Divisi EPC dibatasi hanya beroperasi di wilayah Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan mengingat bisnis merupakan bisnis baru bagi ADHI, walaupun sebenarnya proyek EPC menawarkan margin keuntungan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan jasa konstruksi.

Investasi merupakan expanded business yang dipilih oleh ADHI. Bisnis ini mempunyai value creation yang tinggi, walaupun untuk masuk dalam bisnis ini mempunyai tantangan yang cukup berat karena dibutuhkan pola pikir yang lebih jangka panjang, dan syarat kompetensi yang berbeda dengan yang telah dimiliki Perseroan. Dengan memasuki bidang investasi, diharapkan ADHI dapat menciptakan bisnis EPC dan konstruksi sendiri. Tentunya selain mendapatkan keuntungan dari bisnis investasinya. Dalam bisnis ini, ADHI membatasi hanya terjun ke bidang investasi yang dekat dengan bidang konstruksi saja, misalnya jalan tol, properti dll.


(65)

B. PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.

PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk didirikan pada tanggal 23 Desember 1982 sesuai dengan Akta Notaris Hobropoerwanto, SH, No.45 tahun 1982, yang telah diubah dengan akta No.21 tanggal 20 Mei 1983 dari Notaris yang sama dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 96 tanggal 2 Desember 1983, Tambahan No.1031. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No.109 tanggal 9 Juni 2009 dari Notaris Aulia Taufani, SH, pengganti dari Sutjipto, SH, M.Kn. di Jakarta. Perubahan anggaran dasar ini telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Keputusan No. AHU-40770.AH.01.02.Tahun 2009, tanggal 21 Agustus 2009. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah berusaha dalam bidang pembangunan, perdagangan, perindustrian dan jasa. Secara garis besar ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menjalankan usaha-usaha di bidang pembangunan, yang meliputi bertindak sebagai pengembang pemborong pada umumnya (general contractor) pemasangan komponen bangunan (berat/heavy-lifting)

pembangunan konstruksi segala bangunan pemasangan instalasi pengembangan wilayah pemukiman pemborongan bidang pertambangan minyak, gas dan panas bumi; pemborong bidang pertambangan umum; pemborong bidang petrokimia pembangunan sarana dan prasarana jaringan telekomunikasi konstruksi besi dan baja;


(66)

pembangunan lapangan golf penyelenggaraan proyek jalan tol konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api, usaha penunjang ketenagalistrikan.

b. Menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan, yang meliputi : ekspor dan impor perdagangan besar lokal distributor, agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan-perusahaan.

c. Menjalankan usaha-usaha di bidang perindustrian : industri manufakturing dan fabrikasi; industri beton; industri peralatan pengolahan air bersih dan limbah industri material bangunan industri aspal industri plat cetak.

d. Menjalankan usaha-usaha di bidang jasa yang meliputi jasa penjernihan dan pengolahan air bersih dan limbah, termasuk melakukan investasi dan pembangunan instalasi air bersih, limbah dan sampah. Perusahaan beralamat di Kantor Taman Bintaro Jaya Gedung B, Jalan Bintaro Raya, Jakarta. Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Jaya dan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1982.

Pada tanggal 26 Nopember 2007, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) berdasarkan Surat Keputusan No. S-5976/BL/2007 tanggal 26 Nopember 2007 untuk melakukan penawaran umum atas 300.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 615 per


(67)

saham. Saham Perusahaan tersebut telah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tanggal 4 Desember 2007.

C. PT. Total Bangun persada Tbk.

PT Total Bangun Persada Tbk, didirikan dengan nama PT Tjahja Rimba Kentjana tanggal 4 September, 1970 berdasarkan Akta Pendirian Nomor 3 Tahun

Henk Limanow (Liem Toeng Kie), Notaris di Jakarta. Akta Pendirian ini disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No JA.5/3.8/18 tanggal 27 Maret, 1971 dan diumumkan dalam Berita Negara No 43, tanggal 28 , 1971, Tambahan No 244. Berdasarkan Akta No 29 tanggal 24 Juli, 1981 dibuat di hadapan Hobropoerwanto, Notaris di Jakarta, nama Perseroan diubah dari PT Tjahja Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No YA5/501/23 tanggal nya 4 November, 1981 dan diumumkan dalam Berita Negara No 34 tanggal 27 April, 1982, Tambahan No 499. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam konstruksi dan lainnya yang terkait layanan. Dengan pengalaman lebih dari 38 tahun, Perusahaan terkenal di industri untuk mengembangkan kualitas perkembangan properti tinggi di seluruh Indonesia. Perusahaan berkedudukan di Jl. Letjen S. Parman., Kav. 106 Tomang, Jakarta Barat, 11440, Indonesia.

D. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah salah satu perusahaan


(68)

Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang menjadi pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan tinggi. Di awal tahun 1970, WIKA memperluas usahanya menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan. Perusahaan memasuki babak baru pada 20 Desember 1972. Melalui Akta No. 110, dibuat di hadapan Notaris Djojo Muljadi, perusahaan berubah status menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero). WIKA selalu melakukan terobosan. Berevolusi menjadi perusahaan infrastruktur yang terintegrasi melalui pengembangan sejumlah anak perusahaan. Diantaranya WIKA Beton, WIKA Intrade, dan WIKA Realty. Pertumbuhan WIKA sebagai perusahaan infrastruktur terintegrasi yang kuat semakin mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Perseroan sukses dalam melaksanakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) sebanyak 35% kepada public pada 29 Oktober 2007, di Bursa Efek Indonesia. Setelah IPO, pemerintah Republik Indonesia memegang 68,4%, sementara sisanya dimiliki oleh masyarakat, termasuk karyawan, melalui Management Stock Ownership Program (MSOP), Employee Stock Allocation (ESA), dan Employee/ Management Stock Option (E/MSOP). Perolehan dana segar dari IPO dipergunakan untuk mendukung pertumbuhan dan inovasi yang dilakukan oleh WIKA. Posisi WIKA menjadi kuat, dimana saat itu krisis ekonomi dunia mulai memperlihatkan dampaknya di dalam


(69)

negeri. Struktur permodalan yang kuat sangat mendukung WIKA dalam meluaskan operasinya ke luar negeri dan terus mengembangkan Engineering Procurement and Construction (EPC), serta berinvestasi dan mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur, khususnya proyek-proyek yang menjadi program pemerintah terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Karena peraturan pemerintah yang mengharuskan BUMN kembali kebisnis intinya. Maka usaha usaha di luar konstruksi dipecah menjadi anak perusahaan, yaitu :

1.

WIKA BETON adalah salah satu dari anak perusahaan yang telah berdiri sejak 11 Maret 1997, anak perusahaan ini merupakan perluasan WIKA di bidang industri beton pracetak. WIKA telah memulai konsentrasi pada industri beton pracetak di tahun 1977 dengan mengembangkan produk beton pracetak untuk teras perumahan. Sejak saat itu, WIKA bertekad mempertahankan pengembangan produk tersebut untuk mengantisipasi adanya pengembangan perencanaan dan datangnya proyek-proyek infrastuktur lain. Pengembangan produk tersebut telah menciptakan beberapa hasil seperti tiang beton untuk jalur pendistribusian energi dan bantalan beton pracetak serta produk lainnya seperti bantalan - bantalan rel kereta api, produk beton untuk jembatan, pipa, dinding penahan tanah dan bangunan gedung dan perumahan yang diimplementasikan untuk berbagai macam proyek. Produk-produk ini


(70)

dihasilkan pada waktu yang tepat dan diprediksikan akan menjadi produk pemimpin di pasaran.

Terlepas dari usaha keras dalam pengembangan produk, WIKA juga melanjutkan pengembangan produk-produk infrastruktur dengan menambah jumlah pabrik di beberapa lokasi. Kini, WIKA BETON telah memiliki 7 pabrik di seluruh Indonesia, seperti di Sumatera Utara, Lampung, Bogor, Majalengka, Boyolali, Pasuruan dan Sulawesi Selatan. Didukung dengan kepemilikan pabrik sendiri, produk yang bervariasi seperti halnya manajemen yang profesional, WIKA BETON telah menjadi penghasil utama dan pemimpin dalam industri beton pracetak di Indonesia. Dalam hal konsistensi jaminan kualitas, WIKA BETON telah melaksanakan “Quality Management System” yang selaras dengan ISO 9000.

2.

WIKA REALTY fokus pada pengembangan bisnis realty dan property yang juga meliputi layanan konsultasi, perencanaan, layanan konstruksi dan pembukaan lahan. WIKA REALTY telah membangun beberapa perumahan sejak tahun 1985. Ribuan unit rumah telah dibangun dengan konsep Tamansari, yaitu konsep taman perumahan dengan dukungan fasilitas terbaik bagi keluarga. Lokasinya berada di: Tamansari Pesona Bali di selatan Jakarta, Tamansari Persada Bogor, Tamansari Bukit Damai di Parung, Bogor, Tamansari Bukit Bandung, Tamansari


(71)

Manglayang Regency di Bandung, Tamansari Bukit Mutiara di Balikpapan.

WIKA Realty telah meraih beberapa penghargaan untuk kesuksesannya dalam pengembangan bidang realty baik dalam skala regional maupun nasional, seperti: The Winner of Ecologically Environment Real Estate in West Java pada tahun 1993, The Winner of Enchantment Tour in Bekasi Region pada tahun 1995, The Winner of Wirastana Adistana Environmental Design of REI National Grade 1995, The Winner of Nusa Adikualita, National Application Award pada tahun1997, The Winner of Environmental Garden Estate in Bandung Region pada tahun 1997. Untuk memastikan pengembangan kualitas dan kepuasan konsumen, WIKA REALTY telah melaksanakan Manajemen Kualitas ISO 9001 di setiap produknya, hal ini merupakan jawaban dari setiap tantangan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen yang dibuktikan melalui perolehan peningkatan pertumbuhan.

3.

WIKA INTRADE adalah anak perusahaan PT WIKA yang berasal dari penggabungan dua divisi yaitu Divisi Produk Metal dan Divisi Perdagangan PT WIKA. Tujuannya adalah untuk meningkatkan perhatian pada manajemen bisnis, untuk lebih mandiri dan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik. Tiga bisnis unit terdiri dari: Perdaganan Umum, Metal dan Konversi Energi. Yakin bahwa “quality is


(72)

our way of live” menjadi aset mendasar dalam membangun kepercayaan konsumen akan kualitas produk WIKA INTRADE. Ini dibuktikan dengan konsistensi komitmen manajemen dalam menjalankan ISO 9000, QS 9000, 5R, K3 dan Total Quality Management (TQM) sebagai salah satu parameter kesuksesan bisnis. Karenanya, telah dibentuk penempatan bisnis dan diferensiasi di setiap SBU agar dapat bertahan dalam era persaingan pasar global yang semakin kompetitif.

4.

Pada tanggal 24 Oktober 2008, WIKA secara resmi mendirikan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung (WIKA Gedung/WG). WG berdiri dengan modal dasar sebesar Rp 200 miliar, serta modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp 50 miliar dengan komposisi kepemilikan saham oleh WIKA sebesar 99 persen dan Koperasi Karyawan WIKA sebesar satu (1) persen. Dengan dijadikannya WG sebagai entitas tersendiri, gerak langkah dan pengambilan keputusan dalam rangka perolehan proyek menjadi lebih ringkas dan cepat. Sehingga akan memperkuat kinerja fundamental WIKA selaku perusahaan induk.

Jenis pekerjaan yang menjadi lingkup bisnis WG adalah :

1. Gedung Fasilitas meliputi pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan gedung bukan tempat tinggal seperti gedung perkantoran, pendidikan, tempat peribadatan, sarana kesehatan,


(1)

LAMPIRAN I

DATA PERUSAHAAN TAHUN 2008

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

N o Nama Perusahaan Current Assets Current Liabilities Laba Sebelum Pajak Total Aktiva Total Utang Modal

1 PT.ADHI KARYA (PERSERO ) Tbk 4.652.976. 411.278 3.963.050. 896.862 122.539.13 8.264 5.125.368. 541.520 4.525.46 8.985.33 7 584.279. 189.639

2 PT. JAYA KONSTRU KSI MANGGA LA PRATAM A Tbk. 1.114.198. 482.212 742.704.6 29.311 170.266.31 5.726 1.369.148. 932.912 781.128. 667.858 580.595. 433.876

3 PT. TOTAL BANGUN PERSADA Tbk. 1.147.299. 863.062 825.535.3 18.337 52.547.319. 965 1.337.630. 638.957 892.452. 166.610 445.178. 472.347

4 PT. WIJAYA KARYA Tbk. 5.229.930. 307 3.620.586. 590 256.414.87 7 5.771.423. 810 4.303.02 6.399 1.384.64 1.206

5 PT. DUTA GRAHA INDAH Tbk. 986.221.2 95.617 462.037.6 18.512 97.748.895. 797 1.378.179. 489.324 512.952. 445.940 864.977. 043.384

6 PT. SURYA SEMESTA INTERNU SA Tbk. 711.908.4 23.214 752.834.8 73.611 13.406.158. 557 2.251.369. 383.772 1.476.98 8.733.39 0 736.624. 952.426

Sumber


(2)

DATA PERUSAHAAN TAHUN 2009

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

N o Nama Perusahaan Current Assets Current Liabilities Laba Sebelum Pajak Total Aktiva Total Utang Modal

1 PT.ADHI KARYA (PERSERO ) Tbk 5.204.366. 361.603 4.352.268. 432.391 331.773.34 8.809 5.629.454. 335.393 4.888.58 1.325.14 2 731.199. 659.939

2 PT. JAYA KONSTRU KSI MANGGA LA PRATAM A Tbk. 1.247.199. 010.265 826.846.7 55.033 196.528.68 6.955 1.538.696. 405.885 864.165. 556.479 663.910. 083.341

3 PT. TOTAL BANGUN PERSADA Tbk. 1.118.027. 890.144 726.276.3 24.081 104.105.29 3.475 1.289.548. 788.907 797.569. 689.842 491.832. 010.502

4 PT. WIJAYA KARYA Tbk. 4.962.530. 398 3.435.524. 547 348.108.99 3 5.700.613. 602 4.064.89 8.812 1.532.94 1.234

5 PT. DUTA GRAHA INDAH Tbk. 1.093.872. 232.550 536.231.4 67.209 104.342.81 4.693 1.494.791. 050.488 577.061. 818.363 916.451. 732.125

6 PT. SURYA SEMESTA INTERNU SA Tbk. 616.114.1 94.450 611.218.0 42.482 112.830.31 4.772 2.235.441. 508.554 1.353.70 0.035.62 5 758.093. 078.970

Sumber:


(3)

DATA PERUSAHAAN TAHUN 2010

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

N o Nama Perusahaan Current Assets Current Liabilities Laba Sebelum Pajak Total Aktiva Total Utang Modal

1 PT.ADHI KARYA (PERSERO ) Tbk 3.943.832. 511.662 3.450.703. 172.062 320.820.35 0.738 4.927.696. 202.275 4.059.94 1.228.78 1 861.113. 484.045

2 PT. JAYA KONSTRU KSI MANGGA LA PRATAM A Tbk. 1.556.768. 835.745 1.152.755. 976.213. 169.077.61 8.133 1.952.978. 239.516 1.192.55 1.544.18 0 742.957. 823.722

3 PT. TOTAL BANGUN PERSADA Tbk. 1.365.427. 830.952 907.072.9 34.682 126.664.75 2.386 1.589.349. 600.405 989.120. 637.434 558.420. 313.453

4 PT. WIJAYA KARYA Tbk. 5.122.672. 881 3.642.026. 776 473.326.03 4 6.286.304. 902 4.364.53 6.958 1.801.62 3.781

5 PT. DUTA GRAHA INDAH Tbk. 1.487.036. 814.695 973.125.9 88.333 111.195.42 0.744 1.959.238. 097.462 987.955. 642.124 970.004. 955.338

6 PT. SURYA SEMESTA INTERNU SA Tbk. 765.168.5 33.764 750.818.6 64.763 195.858.09 8.854 2.382.641. 539.976 1.328.91 0.957.37 8 869.080. 379.878

Sumber:


(4)

LAMPIRAN II

HASIL ANALISIS RASIO PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUN 2008

No

Nama Perusahaan

Current Ratio

Return On

Assets

Rasio Utang

Atas Modal

1

PT.ADHI KARYA

(PERSERO) Tbk

117,4%

2,39%

774,5%

2

PT. JAYA

KONSTRUKSI

MANGGALA

PRATAMA Tbk.

150,0%

12,4%

134,5%

3

PT. TOTAL

BANGUN

PERSADA Tbk.

138,9%

3,9%

200,4%

4

PT. WIJAYA

KARYA Tbk.

114,4%

4,4%

310,8%

5

PT. DUTA GRAHA

INDAH Tbk.

213,4%

7,0%

59,3%

6

PT. SURYA

SEMESTA

INTERNUSA Tbk.

94,5%

0,59%

200,5%


(5)

HASIL ANALISIS RASIO PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUN 2009

N

o

Nama Perusahaan

Current Ratio

Return On

Assets

Rasio Utang

Atas Modal

1 PT.ADHI KARYA

(PERSERO) Tbk

119,5%

5,89%

668,5%

2 PT. JAYA

KONSTRUKSI

MANGGALA

PRATAMA Tbk.

150,8%

1,2%

130,1%

3 PT. TOTAL

BANGUN

PERSADA Tbk.

153,4%

8,0%

162,1%

4 PT. WIJAYA

KARYA Tbk.

144,4%

6,1%

265,1%

5 PT. DUTA GRAHA

INDAH Tbk.

203,9%

6,9%

62,9%

6 PT. SURYA

SEMESTA

INTERNUSA Tbk.

100,8%

5,0%

178,5%


(6)

HASIL ANALISIS RASIO PERUSAHAAN KONSTRUKSI TAHUN 2010

N

o

Nama Perusahaan

Current Ratio

Return On

Assets

Rasio Utang

Atas Modal

1 PT.ADHI KARYA

(PERSERO) Tbk

114,2%

6,51%

471,4%

2 PT. JAYA

KONSTRUKSI

MANGGALA

PRATAMA Tbk.

135,0%

8,6%

160,5%

3 PT. TOTAL

BANGUN

PERSADA Tbk.

150,5%

7,9%

177,1%

4 PT. WIJAYA

KARYA Tbk.

140,6%

7,5%

242,2%

5 PT. DUTA GRAHA

INDAH Tbk.

152,8%

5,6%

101,8%

6 PT. SURYA

SEMESTA

INTERNUSA Tbk.

101,9%

8,2%

152,9%