Analisis Multivariat HASIL PENELITIAN

ini memperoleh imunisasi campak tinggi yaitu 89 orang 70,6, dan memperoleh imunisasi campak rendah yaitu 37 orang 29,4 , sedangkan tindakan petugas imunisasi menurut responden dengan kategori kurang baik memperoleh imunisasi campak tinggi yaitu 42 orang 49,4 , memperoleh imunisasi campak rendah yaitu 43 orang 50,6 . Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan probabilitas p lebih kecil dari 0,003 0,05 berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh tindakan petugas imunisasi terhadap perolehan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar 2007.

4.4. Analisis Multivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui variabel independen yang paling dominanan pengaruhnya faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong terhadap variabel dependen perolehan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro Kecamatan Kuta Baro kabupaten aceh Besar tahun 2007. Dari hasil uji bivariat didapatkan variabel independen yang mempengaruhi perolehan imuniasi campak adalah variabel faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, pendidikan, ekonomi dan faktor pendorong yaitu tindakan petugas imunisasi. Kemudian dilakukan uji statistik regresi linier berganda untuk melihat diantara variabel independen tersebut mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen perolehan imunisasi campak. Dalam pemodelan ini semua kandidat dicobakan secara bersama-sama, kemudian variabel yang memiliki nilai p-Value 0.05 akan dikeluarkan secara berurutan dimulai dari nilai p-Value terbesar backward selection, seperti terlihat pada tabel 4.14 berikut ini. Emi Hartati : Pengaruh Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja…, 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 4.14. Identifikasi Koefisien Terhadap Variabel Dependen Yang Akan Masuk Dalam Model Dengan P 0,05 dikelu arkan dalam analisi s regresi selanjutnya nilai p 5 Variabel Independents R t Sig. Constant Pendidikan Ekonomi Pengetahuan Sikap Tindakan Petugas Imunisasi 0,109 0,119 0,084 0,088 0,081 0,146 1,113 2,185 2,067 2,103 1,791 2,217 0,267 0,030 0,040 0,037 0,075 0,028 Dari tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa dari analisis regresi berganda pertama diperoleh variabel sikap mempunyai nilai p value yaitu 0,075 dan nilai ini lebih besar dari 5, artinya variabel sikap tersebut tidak dapat dilakukan Uji Regresi Berganda lanjutan. Emi Hartati : Pengaruh Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja…, 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 4.15. Identifikasi Koefisien Determinasi Dan Uji Kecocokan Fitness Terhadap Variabel Dependen Yang Akan Masuk Dalam Model Dengan P 0,05 Variabel Entered Model R R Square p Constant 0,358 0,128 0,000 Predictors : Constant : pendidikan, ekonomi, pengetahuan, dan tindakan petugas imunisasi ANOVA : Dependent Variabel : Perolehan imunisasi campak Dari hasil di atas dapat dikaji nilai-nilai koefisien determinasi dari nilai R Square yaitu besarnya 0,128 untuk variabel independen yang dijadikan model artinya persamaan garis regresi yang diperoleh menerangkan bahwa 12,8 variasi perolehan imunisasi campak atau persamaan garis yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan variabel perolehan imunisasi campak dari variabel pendidikan, ekonomi, pengetahuan dan tindakan petugas imunisasi. Selanjutnya untuk kecocokan fitness dari model terhadap data yang ada, pada tabel di atas diperoleh nilai p untuk variabel independen model adalah sebesar 0,000, ini berarti bahwa pada alpha 5 kita dapat menyimpulkan bahwa model regresi berganda cocok fit dengan data yang ada. Emi Hartati : Pengaruh Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja…, 2008 USU e-Repository © 2008 Tabel 4.16. Hasil Analisis Regresi linier berganda Pemodelan Faktor Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 Variabel Independents r R Square B P value 95 C I Constant Pendidikan Ekonomi Pengetahuan Petugas Imunisasi 0,358 0,128 0,195 0,125 0,095 0,090 0,153 0,023 0,023 0,020 0,033 0,021 0,027 – 0,363 0,017 – 0,232 0,015 – 0,175 0,007 – 0,173 0,023 – 0,284 Berdasarkan tabel 4.16 di atas uji statistik untuk koefisien regresi diketahui nilai p adalah sebesar 0,023 untuk pendidikan, 0,020 untuk ekonomi, 0,033 untuk pengetahuan dan 0,021 untuk tindakan petugas imunisasi. Jadi pada alpha 5 ada hubungan linier antara pendidikan dengan perolehan imunisasi campak dengan nilai b = 0,125 yang berarti bahwa perolehan imunisasi campak rendah pada bayi disebabkan sebesar 0,125 kali oleh pendidikan yang rendah, 0,095 kali oleh ekonomi yang rendah, 0,090 kali oleh pengetahuan yang kurang baik dan 0,153 oleh tindakan petugas yang kurang baik di wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007. Dari hasil analisis multivariat dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi perolehan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 adalah petugas imunisasi. Emi Hartati : Pengaruh Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja…, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Perolehan Imunisasi Campak

Menurut Model Kepercayaan Kesehatan Becker, 1974 perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Sangatlah penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang obyektif ialah yang diidentifikasikan oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaiannya secara profesional, yaitu adanya gejala yang dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya, individu menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit, berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri. Pendapat atau kepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, namun dapat pula berbeda dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan kenyataan, pendapat subyektif inilah yang justru merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan. Atau dengan kata lain perilaku ditentukan oleh apakah seseorang percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu, menganggap masalah ini serius, meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan, tidak mahal dan menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan. Sebagai contoh, seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya apabila : si ibu telah mengetahui manfaat dari imunisasi, melihat kesehatan dan status ekonomi tetangganya menjadi buruk karena anaknya tidak diimunisasi, mendengar bahwa imunisasi menunjukkan efektivitas sebesar 95, sementara itu imunisasi aman dan tidak dipungut biaya, serta dianjurkan oleh petugas kesehatan supaya mengimunisasikan anaknya. 63 Emi Hartati : Pengaruh Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja…, 2008 USU e-Repository © 2008