Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang.

(1)

EFEKTIFITAS BUNGA ROSELLA UNTUK MENURUNKAN

TEKANAN DARAH TINGGI DI DESA SUNGGAL KANAN

DUSUN V DELI SERDANG

SKRIPSI Oleh Aisyah Rezki

091121056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang Nama : Aisyah Rezki

NIM : 091121056

Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2011

Abstrak

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Bunga rosella merupakan salah satu penatalaksanaan nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan tujuan untuk mengidentifikasi efektivitas bunga rosella terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Pemberian seduhan bunga rosella segar dalam penelitian ini dilakukan dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut, melibatkan 12 orang responden yang diambil berdasarkan teknik total sampling. Uji paired t-test digunakan mengidentifikasi keefektifan seduhan bunga rosella segar dengan membandingkan tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar.

Hasil penelitian menemukan bahwa 66.7 % (8 orang) responden berada pada hipertensi ringan sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar. Sedangkan setelah pemberian seduhan bunga rosella segar didapatkan 75 % (9 orang) responden tekanan darah menjadi normal, 16.7 (2 orang) normal tinggi dan hanya 8.3% (1 orang ) hipertensi ringan. Perbedaan tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar menunjukkan signifikansi dengan sistolik: t = 5.5, p = 0.000 dan diastolik: t = 6.6, p = 0.000).

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa bunga rosella efektif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

Kata Kunci: Tekanan darah tinggi, bunga rosella


(5)

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tidak terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Eektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi di Desa Sungga Kanan Dusun V Deli Serdang”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses peneyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Bapak Ikhsanudin Ahmad Harahap, S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing I skripsi.

3. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing II skripsi. 4. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji.

5. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan USU yang telah membagikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi saya.

6. Kedua orang tua saya. Terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah menjadikan motivasi dan dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, serta sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu melahirkan goresan-goresan indah setiap ananda melangkah.

7. Terima kasih juga kepada saudara-saudara saya atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan.


(6)

8. Ucapan terima kasih yang terkhusus kepada semua sahabat F.Kep ‘09 Jalur B semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas kebersamaannya, dukungan serta semangat yang selalu kalian berikan.

Semoga Allah SWT yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah menolong saya dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat dibidang kesehatan terutama keperawatan.

Medan, 10 Januari 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI.... ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Masalah Penelitian... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Tekanan Darah Tinggi ... 7

1.1 Pengertian Tekanan Darah Tinggi... 7

1.2 Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi ... 7

1.3 Etiologi Tekanan Darah Tinggi ... 9

1.4 Patofisiologi Tekanan Darah Tinggi ... 13

1.5 Gejala Tekanan Darah Tinggi... 14

1.6 Komplikasi Tekanan Darah Tinggi... 15


(8)

2. Bunga Rosella ... 22

2.1 Morfologi Bunga Rosella ... 22

2.2 Kandungan Bunga Rosella ... 23

2.3 Manfaat Bunga Rosella ... 24

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN... 28

1. Kerangka Konseptual... 28

2. Kerangka Penelitian ... 28

3. Defenisi Operasional ... 29

4. Hipotesa ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi Penelitian ... 30

3. Sampel Penelitian ... 30

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

5. Pertimbangan Etik ... 31

6. Instrumen Penelitian ... 32

7. Alat dan Bahan ... 33

8. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

9. Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...36

1. Hasil Penelitian ... 36


(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 47

1. Kesimpulan ... 47

2. Rekomendasi ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Protap Cara Membuat Seduhan Bunga Rosella Segar Lampiran 5 Curivulum Vitae

Lampiran 6 Taksasi Dana Lampiran SPSS


(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Kerangka Penelitian ... 29


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tabel klasifikasi Tekanan Darah Tinggi... 8 Tabel 2. Tabel distribusi frekuensi dan persentase karekteristik demografi

responden.. ... ...38 Tabel 3. Tabel distribusi frekuensi dan persentase tekanan darah responden

sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar ... ...40 Tabel 4. Tabel tekanan darah responden sebelum pemberian seduhan bunga

rosella segar ... ...41 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase tekanan darah responden setelah

pemberian seduhan bunga rosella segar ... ...42 Tabel 6. Tabel tekanan darah responden setelah pemberian seduhan bunga rosella

segar ... ...43 Tabel 7. Tabel perbedaan rata-rata pre dan post pemberian seduhan bunga rosella


(12)

Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang Nama : Aisyah Rezki

NIM : 091121056

Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2011

Abstrak

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Bunga rosella merupakan salah satu penatalaksanaan nonfarmakologis yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan tujuan untuk mengidentifikasi efektivitas bunga rosella terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Pemberian seduhan bunga rosella segar dalam penelitian ini dilakukan dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut, melibatkan 12 orang responden yang diambil berdasarkan teknik total sampling. Uji paired t-test digunakan mengidentifikasi keefektifan seduhan bunga rosella segar dengan membandingkan tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar.

Hasil penelitian menemukan bahwa 66.7 % (8 orang) responden berada pada hipertensi ringan sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar. Sedangkan setelah pemberian seduhan bunga rosella segar didapatkan 75 % (9 orang) responden tekanan darah menjadi normal, 16.7 (2 orang) normal tinggi dan hanya 8.3% (1 orang ) hipertensi ringan. Perbedaan tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar menunjukkan signifikansi dengan sistolik: t = 5.5, p = 0.000 dan diastolik: t = 6.6, p = 0.000).

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa bunga rosella efektif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

Kata Kunci: Tekanan darah tinggi, bunga rosella


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut Seronsen (1996), tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Lancet (2008), menyatakan bahwa jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Muhammadun (2010) mengungkapkan di India jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002, di Cina 98,5 juta orang yang mengalami hipertensi, di bagian Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi dan di Amerika 65 juta orang mengidap hipertensi.

Di Indonesia angka kejadian hipertensi mencapai 17-21 % dari populasi dan kebanyakan tidak terdeteksi (Muhammadun, 2010). Astaman (2002), menjelaskan bahwa hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2009 menunjukkan rata-rata penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 orang.

Seperti halnya di desa Sunggal Kanan dusun V, Deli Serdang, berdasarkan data kelurahan tahun 2009, jumlah penduduk di kelurahan tersebut sebanyak 1465 orang, 893 diantaranya pada rentang usia dewasa awal sampai lansia yang beresiko terserang tekanan darah tinggi. Dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 8 % yaitu 71 orang melaporkan Berdasarkan analisis prevalensi yang dilakukan oleh Puslitbang dan Kebijakan Kesehatan (2008), hasilnya menunjukkan bahwa 34.9 % penduduk Indonesia terkena hipertensi. Prevalensi terbesar terdapat di propinsi Kepulauan Riau sebesar 45.0 %, Papua sebesar 24.7 %, Jawa dan Bali sebesar 22.24 % dan Sumatera sebesar 9,17 %.


(14)

mengeluh pusing, mual dan panas di kepala dan hasil pengukuran tekanan darahnya rata-rata di atas 140/90. Berdasarkan data medik puskesmas pembantu tersebut awal tahun 2010 yaitu bulan Januari, Februari dan Maret terdapat 12 orang yang berbeda mengalami tekanan darah tinggi. Jumlah ini belum termasuk mereka yang tidak memeriksakan diri ke puskesmas pembantu Desa Sunggal Kanan. Berdasarkan hasil wawancara kepada lima orang wagra desa Sunggal Kanan dusun V yang mengalami tekanan darah tinggi tetapi tidak memeriksakan diri ke puskesmas pembantu Desa Sunggal Kanan, beberapa hal penyebab mereka tidak memeriksakan diri karena tidak adanya waktu untuk berobat, tidak mau meminum obat ataupun mereka lebih senang membeli obat-obatan yang dijual di warung.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi telah menjadi penyakit yang umum, apalagi bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan. Tekanan darah tinggi atau hipertensi menjadi salah satu faktor penyebab stroke, serangan jantung, dan juga gagal ginjal dan akibat terburuknya adalah kematian (swebee.com, 2009). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan problem kesehatan masyarakat dan memerlukan penanganan secara sungguh-sungguh untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi langsung maupun tak langsung (Kartari, 1988). Penyakit hipertensi saat ini merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Penyakit ini banyak terdapat di negara maju, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan pola dan gaya hidup.

Pengobatan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan nonfarmakologis. Salah satu cara pengobatan nonfarmakologis ialah mengkonsumsi tumbuhan herbal yang diyakini mampu

Maka dari itu penyakit ini harus dicegah (swebee.com, 2009).


(15)

menurunkan tekanan darah tinggi. Beberapa contoh tumbuhan herbal yang berkhasiat menurunkan tekanan darah seperti daun dan buah alpukat, mengkudu, mentimun, daun seledri, daun selada air, bawang putih, daun dan buah belimbing bintang, dan bunga rosella (Sheps, 2010).

Bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) dewasa ini sering digunakan sebagai pengobatan alternatif. Salah satu kandungan bunga rosella (Hibiscus

Sabdariffa Linn) yang dikenal khasiatnya sebagai diuretik adalah anthocyanin, gossipetin dan hibicin (Maryani & Kristana, 2008). Seorang

ahli farmakognosi di Senegal telah merekomendasikan kelopak bunga rosella untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Bunga rosella dapat dijadikan berbagai olahan makanan maupun minuman. Salah satu minuman bunga rosella yang sangat mudah untuk diolah adalah seduhan bunga rosella segar.

Keuntungan dari seduhan bunga rosella segar ini adalah dapat dibuat sendiri di rumah oleh anggota keluarga dan bahannya juga mudah didapat dengan harga ekonomis, sehingga memungkinkan pasien dan keluarga melakukan upaya dalam mengontrol tekanan darah. Hal ini dapat membantu kemandirian pasien dan keluarga dalam menjaga kesehatannya, khususnya bagi pasien yang tidak ingin mengatasi tekanan darah tinggi dengan menggunakan terapi farmakologis. Selain itu seduhan bunga rosella segar juga tidak membutuhkan biaya yang besar sehingga dapat diberikan kepada masyarakat mulai dengan tingkat ekonomi atas hingga masyarakat ekonomi bawah dan tanaman bunga rosella ini juga banyak dijumpai di desa Sunggal Kanan.


(16)

Maka berdasarkan uraian diatas saya tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang”.

2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, apakah seduhan bunga rosella segar efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi di desa Sunggal Kanan dusun V Deli Serdang?

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Mengetahui keefektifan seduhan bunga rosella segar terhadap penurunan tekanan darah tinggi di desa Sunggal Kanan dusun V , Deli Serdang.

3.2 Tujuan Khusus

3.2.1 Mengidentifikasi tekanan darah sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar pada penderita tekanan darah tinggi di desa Sunggal Kanan dusun V, Deli Sedang.


(17)

3.2.2 Mengidentifikasi tekanan darah setelah pemberian seduhan bunga rosella segar pada penderita tekanan darah tinggi di desa Sunggal Kanan dusun V, Deli Sedang.

3.2.3 Mengidentifikasi perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian seduhan bunga rosella segar pada penderita tekanan darah tinggi di desa Sunggal Kanan dusun V, Deli Sedang.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk pengembangan dan informasi dalam ilmu keperawatan sehingga asuhan keperawatan secara mandiri dapat dilakukan dengan lebih baik lagi

4.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri dengan lebih baik lagi.

4.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian keperawatan mengenai efektifitas bunga rosella untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita tekanan darah tinggi, sehingga memberikan ide selanjutnya bagi penelitian keperawatan untuk meneliti dengan waktu


(18)

penelitian yang lebih lama dan jumlah populasi yang lebih banyak pada daerah kejadian hipertensi yang lebih tinggi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penjelasan aspek-aspek yang terkait dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Tekanan Darah Tinggi

1.1Pengertian Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi adalah peningkatan pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 120 mmHg (Sharon, 1996). Menurut Sorensen (1996), tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (Hearrison, 1997). Tekanan darah tinggi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter & Perry, 2005).

1.2Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi

1.2.1 Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, tekanan darah tinggi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Tekanan darah tinggi esensial

Tekanan darah tinggi esensial adalah tekanan darah tinggi yang tidak jelas atau belum diketahui pasti penyebabnya (Rusyanuddin, 2006). Tekanan


(20)

darah tinggi esensial disebut juga tekanan darah tinggi primer atau idiopatik (Setiawati & Bustami, 2005). Lebih dari 90% kasus tekanan darah tinggi termasuk dalam kelompok tekanan darah tinggi esensial (Setiawati & Bustami, 2005). Penyebab tekanan darah tinggi esensial adalah multifaktor, antara lain faktor genetik, faktor perilaku, faktor usia dan faktor psikis (Sobel & Bakris, 2005).

b. Tekanan darah tinggi skunder

Tekanan darah tinggi skunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, dan penggunaan obat-obatan (Setiawati & Bustami, 2005).

1.2.2 Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan mmHg tekanan darah dibagi menjadi beberapa kategori seperti yang tertera pada tabel 1. di bawah ini:

Kategori Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal < 130 < 85

Normal Tinggi 130 - 139 85 - 89

Hipertensi

Tingkat 1 (ringan) 140 - 159 90 - 99 Tingkat 2 (sedang) 160 - 179 100 - 109 Tingkat 3 (berat) 180 - 209 110 - 119 Tingkat 4 (sangat berat) 210 atau lebih 120 atau lebih Table 1. Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, AS dalam Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995


(21)

1.3Etiologi Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1.3.1 Faktor Genetik

Menurut Muhummadun (2010), faktor genetik mempunyai hubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi pada orang-orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita hipertensi. Seseorang dengan orangtua yang menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi (Anindya, 2009). Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi (swebee.com, 2009)

1.3.2 Faktor Perilaku

Faktor perilaku yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah gaya hidup yang kurang baik misalnya:

a. Mengkonsumsi Makanan Tinggi Lemak & Kolestrol

Jika seseorang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol dapat menyebabkan penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah (Muhummadun, 2010). Penimbunan lemak tersebut akan menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar dan menyempitkan aliran pembuluh darah tersebut (Muhummadun, 2010). Penyempitan dan penyumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat


(22)

memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat (Muhummadun, 2010).

b. Obesitas

Semakin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh (Muhummadun, 2010). Ini berarti bahwa volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding pembuluh darah dengan kata lain tekanan darah akan meningkat (Muhummadun, 2010).

c. Mengkonsumsi Alkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi (Sheps, 2002). Apabila saraf pusat terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula (Muhummadun, 2010). Pada seseorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi (Muhummadun, 2010).

Alkohol juga bisa meningkatkan keasaman darah (Sheps, 2002). Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup (Muhummadun, 2010). Akibatnya tekanan darah jadi meningkat.

e. Merokok

Merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, hal ini disebabkan karena rokok banyak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh


(23)

seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida (Muhummadun, 2010). Nikotin merangsang sekresi hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdebar-debar, meningkatkan tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah (Muhummadun, 2010).

f. Tingginya Asupan garam

Mengkonsumsi garam secara berlebihan (5 -15 gram/hari) dapat meningkatkan tekanan darah (Muhummadun, 2010). Pengaruh asupan garam terhadap tekanan darah tinggi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Muhummadun, 2010).

Garam menarik cairan di luar sel agar tidak keluar (Sheps, 2002). Hal ini menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Penumpukan cairan ini akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Muhummadun, 2010).

g. Kurang olahraga

Kurang olah raga dan bergerak bias menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat (swebee.com, 2009). Aktifitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah (Sheps, 2002). Aktifitas fisik dapat membuat jantung lebih kuat (Sheps, 2002). Jantung mampu memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha (Sheps, 2002). Makin ringan kerja jantung untuk memompa darah maka makin sedikit pula beban tekanan pada arteri (Muhummadun, 2002).

h. Faktor Usia

Pada usia yang semakin tua, pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah


(24)

(Muhummadun, 2010). Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat (Muhummadun, 2010).

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Sheps, 2010). Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah (Muhummadun, 2010).

Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang (Muhummadun, 2010). Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar (Asdie, 2000). Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Sehingga tekanan di pembuluh darah meningkat (Muhummadun, 2010).

i. Faktor Psikis

Faktor psikis, misalnya stress. Pada saat stress seseorang akan merasa cemas dan mudah marah (Muhummadun, 2010). Saat stress tubuh melepaskan hormon catecholamine. Hormon ini berpengaruh terhadap peningkatan resistensi perifer dan pembuluh darah sehingga tekanan darah akan meningkat (Muhummadun, 2010).

Pada saat keadaan stress, saraf simpatis juga merangsang pengeluaran hormon adrenalin (Sheps, 2010). Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi


(25)

(Muhummadun, 2010). Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah.

1.4Patofisiologi Tekanan Darah Tinggi

Mekanisme terjadinya hipertensi di dalam tubuh dikendalikan oleh baroreseptor, pengaturan volume cairan tubuh, system rennin-angiotensin dan autoregulasi (Anindya, 2009). Berdasarkan penjelasan tentang etiologi hipertensi atau tekanan darah tinggi, hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti obesitas, kurang olah raga, keturunan, konsumsi garam yang berlebih, makanan yang berlemak dan kolesterol tinggi, alkohol, merokok, penyakit ginjal, penggunaan obat-obatan dan kelainan hormonal (Setiawati & Bustami, 2005)

Seseorang dalam keadaan seperti diatas tersebut akan merangsang pelepasan hormon rennin dan angiotensinogen (Muhummadun, 2010). Rennin diproduksi oleh ginjal. Angiotensinogen merupakan protein yang tidak aktif di dalam darah dan diproduksi di hati. Rennin bertemu dengan angiotensinogen akan diubah menjadi angiotensin I (Muhummadun, 2010).

ACE (Angitensin Converting Enzyme) yang terdapat di paru-paru, memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah (Muhummadun, 2010). Angitensin I oleh ACE diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki kunci peranan penting dalam menaikkan tekanan darah (Asdie, 2010).

Angiotensin II menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal (Muhummadun, 2010). Aldosteron merupakan hormon steroid yang


(26)

memiliki peranan penting pada ginjal. Aldosteron berfungsi mengatur keseimbangan volume cairan dalam tubuh (Muhummadun, 2010). Aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl untuk mengatur volume cairan ekstra seluler. Aldosteron akan mereabsorpsi NaCl dari tubulus ginjal sehingga konsentrasi NaCl meningkat (Muhummadun, 2010)

Angiotensin II juga meningkatkan sekresi antidiuretik hormone (ADH). ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar puitari). ADH bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin (Muhummadun, 2010). Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis). Urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya (Asdie, 2010).

Konsentrasi NaCl dan osmolalitas urin yang meningkat akan diencerkan (Muhummadun, 2010). Volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat. Volume darah meningkat, tekanan darah juga akan meningkat (Asdie, 2010).

1.5Gejala / Keluhan Tekanan Darah Tinggi

Sebagian besar penderita tekanan darah tinggi tidak mengalami gejala spesifik yang menunjukkan peningkatan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2006). Jika hipertensinya berat dan tidak segera diobati, maka timbul gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur dan penurunan kesadaran (Ruhyanuddin, 2006).


(27)

1.6Komplikasi Tekanan Darah Tinggi

Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat dari semakin lamanya tekanan yang berlebihan pada dinding arteri antara lain pada organ-organ vital seperti:

1.6.1 Sistem Kardiovaskuler a. Arteriosklerosis

Kata arteriosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengerasan arteri (Sheps, 2002). Tingginya tekanan pada dinding pembuluh darah akan mengakibatkan pembuluh darah menjadi tebal dan kaku (Sheps, 2002). Pada penderita hipertensi hal ini akan berlangsung lama sehingga terjadi pengerasan pembuluh darah atau arteriosklerosis (Asdie, 2002).

b. Aterosklerosis

Kata aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti bubur (Sheps, 2002). Arterosklerosis merupakan timbunan lemak di dalam pembuluh darah (Sheps, 2002). Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak di dalam dan di bawah lapisan dinding arteri (Sheps, 2002). Hal ini dapat terjadi karena pada penderita tekanan darah tinggi volume dan tekanan darah meningkat. Meningkatnya volume dan tekanan darah akan membanyak lemak dan kolestrol yang melekat pada dinding pembuluh darah (Muhummadun, 2010). Pada penderita hipertensi hal ini akan berlangsung lama sehingga menimbulkan timbunan lemak di dalam darah yang disebut dengan aterosklerosis (Sheps, 2002).


(28)

c. Aneurisma

Pada penderita hipertensi kerja pompa jantung dan tekanan pada pembuluh darah meningkat (Sheps, 2002). Meningkatnya kerja jantung dan pembuluh darah mengakibatkan pembuluh darah menjadi tidak elastis (Sheps, 2002). Pada pembuluh darah yang tidak elastis akan ditemukan titik-titik tertentu pada dinding yang menggelembung, dan titik-titik tersebut akan mudah robek ataupun bocor. Hal seperti ini disebut dengan aneurisma (Sheps, 2002).

d. Gagal jantung

Menurut Suryadipraja (1999), pada penderita hipertensi, volume dan tekanan darah meningkat sehingga kerja otot-otot jantung semakin berat (Sheps, 2002). Jantung berusaha menormalkan beban pada sel otot jantung Hal ini merupakan suatu mekanisme adaptasi jantung sehingga terjadi hiperteropi otot-otot jantung. Hiperteropi otot-otot jantung yang cukup luas akan menyebabkan takikardia, pengisian ventrikel memanjang dan kekuatan kontraksi ventrikel berkurang, curah jantung yang rendah dan penumpukan cairan atau edema (Sheps, 2002).

e. Otak

1. Stroke Iskemik

Menurut Sheps (2002), tekanan darah tinggi juga bisa mengakibatkan aterosklerosis yaitu penumpukan lemak (plak) di dinding pembuluh darah seperti yang dijelaskan sebelumnya. Plak ini membuat permukaan dalam arteri menjadi kasar sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar plak.


(29)

Hal ini merangsang terjadinya pembentukan gumpalan darah. Gumpalan darah ini berjalan mengikuti aliran darah dari pembuluh darah yang lebih besar ke yang lebih kecil di dalam otak. Gumpalan tersebut akan tersangkut dalam pembuluh darah yang tidak bisa dilaluinya lagi. Penyumbatan tersebut akan menghambat suplai darah ke sebagian otak dan menyebabkan stroke iskemik (Sheps, 2002).

2. Stroke Hemoragis

Menurut Sheps (2002), tekanan darah tinggi menyebabkan aneurisma yaitu robek atau bocornya pembuluh darah. Jika pembuluh darah robek atau pecah di dalam otak, darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah dan mengenai jaringan otak dan sekitarnya. Jaringan-jaringan otak akan rusak karena kekurangan darah dan mengakibatkan terjadinya stroke hemoragis (Sheps, 2002).

f. Ginjal

Lesi arteriosklerotik dari arteriole afferent dan efferent dan jumbai kapiler glomerulus adalah lesi vaskuler renal yang paling sering pada hipertensi (Asdie, 2000). Keadaan seperti ini akan mengakibatkan turunnya tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubulus (Asdie, 2000). Aliran darah ke nefron juga akan menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produksi sisa dari dalam darah. Lama-kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Muhummadun, 2000).


(30)

g. Mata

Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata (Sheps, 2002). Arteri-arteri kecil ini akan menebal dan sempit. Pembuluh-pembuluh darah akan membentuk sumbatan yang menekan vena di sekitarnya dan mengganggu aliran darah di dalam vena (Sheps, 2002).

Hipertensi juga menyebabkan pembuluh darah halus dalam retina robek. Darah menembus jaringan disekitar retina. Syaraf-syaraf yang membawa sinyal-sinyal dari mata ke otak akan mulai membengkak hingga menyebbakan kebutaan (Sheps, 2002).

1.7Penatalaksanaan Tekanan Darah Tinggi

Penatalaksanan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi.

1.7.1 Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan darah tinggi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Beberapa jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini, antara lain:

a. Diuretik

Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati & Bustami, 2005). Meningkatkan ekskresi pada ginjal akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah (Sheps, 2002).


(31)

b. Penghambat Adrenergik

Menurut Sheps (2002), penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan

alfa-beta-bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna untuk menghambat

pelepasan rennin, angiotensin juga tidak akan aktif. Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan TD (Setiawati & Bustami, 2005).

c. Vasodilator

Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung (Setiawati & Bustami, 2005). Obat vasodilator mempengaruhi pembuluh darah untuk melebar dengan merelaksasikan otot-otot polos arteriol (Setiawati & Bustami, 2005).

d. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin

Penghambat ACE mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Setiawati dan Bustami, 2005).


(32)

Menurut Sheps (2002), cara kerja antagonis kalsium hamper sama dengan vasodilatot. Antagonis kalsium adalah obat antihipertensi yang memperlebar pembuluh darah.

1.7.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi

Penatalksanaan non farmakologis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Beberapa contoh penatalaksanaan non farmakologis antara lain:

a. Berhenti Merokok

Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi. Obat bisa tidak bekerja dengan optimal atau tidak memberi efek sama sekali. Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Sheps, 2002).

b. Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Alkohol dalam darah merangsang pelepasan epineprin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit dan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Minum minuma beralkohol yang berlebihan juga menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium (Sheps, 2010).

c. Diet

Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) per hari menjadi 80-100 mmol (4.7 - 5.8 gr) per hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg (Joewono, 2003). Untuk mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan natrium dalam makanan. Selain membatasi natrium, mengurangi makanan berlemak, makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan,


(33)

sayuran dan produk susu rendah lemak akan meningkatkan kesehatan kita secara menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan darah tinggi (Sheps, 2002).

d. Olahraga teratur

Olahraga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko tekanan darah tinggi juga (Shep, 2002).

e. Penanganan Faktor Psikologis dan Stress

Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stress menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stress dan sejauh mana kita dapat mengatasinya. Penanganan stress yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah (Sheps, 2002).

f. Cara-cara Lain

Cara lain untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi salah satunya adalah dengan mengkonsumsi tumbuhan-tumbuhan herbal yang dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Beberapa contoh tumbuhan herbal yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi antara lain bunga rosella (hibiscus Sabdariffa Linn), buah mengkudu, kumis kucing, mentimun, bawang putih, pegagan, belimbing daun dan buah


(34)

alpukat, daun seledri, daun selada air, bawang putih, dan lain-lain (Sheps, 2002).

Salah satu contoh tanaman herbal yang akan saya bicarakan dalam skripsi ini adalah bunga rosella (hibiscus Sabdariffa Linn). Salah satu kandungan bunga rosella yang dikenal khasiatnya sebagai diuretik adalah

anthocyanin, gossipetin dan hibicin (Maryani & Kristana, 2008). Seorang

ahli farmakognosi di Senegal telah merekomendasikan kelopak bunga rosella untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

2. Bunga Rosella

2.1Morfologi Bunga Rosella

Nama latin bunga rosella adalah Hibiscus sabdariffa Linn. Klasifikasi bunga rosella yaitu termasuk dalam kingdom Plantae (tumbuhan). Subkingdomnya adalah Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh). Super divisi

Spermatophyta (menghasilkan biji). Divisi Magnoliophyta (tumbuhan

berbunga). Kelas magnoliopsida (berkeping dua/dikotil). Subkelas

Dilleniidae, ordo Malvales, fami

Rosella adalah sejenis tanaman bunga-bungaan dengan tangkai panjang menjuntai ke atas. Batangnya bulat, tegak, berkayu, dan berwarna merah. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, dan pangkal nerlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm, tangkai daun berwarna hijau, dengan panjang 4-7 cm.


(35)

Tinggi tanaman bunga Rosella ini bisa mencapai 0.5-3 meter (Maryani & Kristana, 2008).

Bunganya tumbuh ketika tanaman ini dewasa. Bunga rosella berwarna merah. Bunga rosella yang keluar dari ketiak daun adalah bunga tunggal, artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8 -11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah (Maryani & Kristana, 2008).

Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helai, panjangnya 3-5 cm. Tangkai sari yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan lebar sekitar 5 mm, putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah (Maryani & Kristana, 2008).

Buahnya berbentuk kotak kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu (Maryani & Kristana, 2008).

2.2Kandungan Bunga Rosella

Menurut DEP.KES.RI.No.SPP.1065/35.15/05, setiap 100 gr rosella segar mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2, kalsium 486 mg, omega 3, magnesium, beta karotin serta asam amino esensial seperti lysine dan agrinine. Bunga rosella juga kaya akan serat yang bagus untuk kesehatan saluran pencernaan.


(36)

Penelitian yang dilakukan oleh Didah tahun 2005 menunjukkan bahwa kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin. Peneliti Faculty of Agriculture, Kagoshima University, De-Xing Hou menemukan adanya kandungan delphinidin 3-sambubioside dan cyanidin 3- sambubioside,

antosianin pada bunga rosella yang ampuh mengatasi kanker darah atau

leukeimia. Cara kerjanya adalah dengan menghambat terjadinya kehilangan membran mitokondrial dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke sitosol. Jika molekul mengandung elektron seperti guanine, DNA akan terserang, kesalahan replikasi DNA mudah terjadi.

Berdasarkan Menkes RI no.235/men.kes.par/VI/79, kandungan kelopak bunga rosella segar dalam 100 gr yaitu air 9.2 gr, protein 1.145 gr, lemak 2.61 gr, serat 12.0 gr, abu 6.90 gr, kalsium 1,263 mg, fosforus 273.2 mg, zat besi 8.98 mg, karotena 0.029 mg, thiamine 0.117 mg, riboflavin 0.277 mg, niacin 3.765 mg, asid askorbik 6.7 mg.

2.3Manfaat Bunga Rosella

Penelitian yang dilakukan oleh Didah tahun 2005 menunjukkan bahwa kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang mempunyai efek diuretik, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik (obat kuat).

Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan kelopak bunga rosella dan bersifat antioksidan. Kadar


(37)

antioksidan yang tinggi pada kelopak rosella dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan bunga rosella antara lain kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, dan kanker (Robinson, 2008).

Kadar antioksidan dalam bunga rosella menjadi berkurang jika dikeringkan dengan proses pemanasan (dipanggang dalam oven). Kadar antosianin yang terkandung dalam kelopak bunga rosella

Uji praklinis yang dilakukan oleh Chang, menemukan bahwa pigmen alami dari kelopak bunga rosella terbukti efektif dalam menghambat dan sekaligus mematikan sel kanker HL-60 (kanker darah atau leukemia).

berada pada tingkat tertinggi jika dikonsumsi dalam bentuk segar (Robinson, 2008).

Williams telah melakukan studi terhadap 70 orang dengan tingkat penyakit hipertensi ringan hingga sedang (140/90 mmHg - 179/109 mmHg) yang berada dalam kondisi sehat dan tidak melakukan pengobatan sejak sebulan sebelum penelitian diujikan. Secara acak, sebagian orang diminta untuk mengonsumsi teh rosella sebanyak satu setengah liter sebelum sarapan setiap hari. Sebagian lagi mengonsumsi 25 mg obat antihipertensi. Setelah empat minggu, ternyata tekanan darah diastolik berkurang hingga sepuluh angka untuk 79 % orang yang mengonsumsi teh rosella dan 84% pada orang yang mengonsumsi obat antihipertensi. Belum pernah dilaporkan efek samping yang serius akibat konsumsi kelopak bunga rosella selain jantung berdebar (Robinson, 2008).


(38)

Faraji & Tarkhani menguji sifat antihipertensi secara klinis. Sebanyak 54 pasien bertekanan darah tinggi di Tehran’s Shariati Hospital dihitung tekanan diastolik dan sistoliknya 15 hari sebelum dan sesudah pengujian. Pasien diberi konsumsi secangkir teh seduhan 3 kuntum bunga rosela. Setelah 12 hari, nilai sistolik pasien rata- rata turun 11.2%, tekanan diastolik turun 10.7%. Namun, saat konsumsi rosella dihentikan 3 hari, tekanan sistolik meningkat 7.9%, diastolik 5.6%. Itu membuktikan rosella memang berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi.

Kelopak bunga rosela berkhasiat sebagai antibiotik, aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), diuretik (melancarkan buang air kecil), pelarut, sedative (penenang), dan tonik. Sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan Chung San Medical University di Taiwan, Chau-Jong Wang, mengkonsumsi bunga rosella digunakan sebagai salah satu cara baru untuk mengurangi risiko penyakit jantung.

Bunga rosella terbukti secara klinis mampu mengurangi jumlah plak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Tidak hanya itu, rosela juga memiliki potensi untuk mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL) dan lemak dalam tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa rosela juga bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi), membantu program diet bagi penderita kegemukan (obesitas), melancarkan peredaran darah, menurunkan demam umum, melancarkan dahak bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan untuk melancarkan buang air besar (Maniar, 2009).


(39)

Menurut Arellano (2004), pemberian 10 gram kelopak bunga rosella yang di seduh dengan 0.52 liter air hangat. Dimana seduhan ini mengandung 9,6 miligram anthocyanin. Pemberian seduhan bunga rosella ini dilakukan setiap hari selama 4 minggu. Mampu menurunkan tekanan darah yang hampir sama dengan pemberian captopril 50 mg/hari. Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11.2 % dan tekanan diastolic sebesar 10.7%. Setelah diberi terapi seduhan bunga rosella selama 12 hari pada 31 penderita hipertensi sedang (Faraji, 1999).


(40)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Tekanan darah tinggi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan (sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg) secara terus menerus pada dinding pembuluh darah yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor. Salah satu penatalaksanaan tekanan darah tinggi secara nonfarmakologi yaitu dengan mengkonsumsi seduhan bunga rosella segar yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Sebelum dilakukan pemberian bunga rosella segar, tekanan darah diukur begitu pula sesudah dilakukan pemberian bunga rosella segar tekanan darah kembali diukur.

2. Kerangka Penelitian

Berdasarkan pemaparan pada kerangka konseptual di atas, maka dirumuskan kerangka penelitian sebagai berikut:

Skema 1. Kerangka Penelitian Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan Darah tinggi

Seduhan bunga rosella segar

Tekanan darah tinggi TD pre

intervensi

TD post intervensi


(41)

3. Defenisi Operasional

3.1 Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi dalam penelitian ini didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik pada rentang 140-180 mmHg dan diastolik 90-120 mmHg, diukur dengan menggunakan sphygmomanometer GEA dan stetoskop GEA sebelum dan sesudah diberikan minuman seduhan bunga rosella segar dan disajikan dalam bentuk lembar observasi tekanan darah dengan satuan mmHg.

3.2 Seduhan Bunga Rosella

Seduhan bunga rosella dalam penelitian ini didefenisikan sebagai minuman yang dibuat dari 3 kelopak bunga rosella segar yang direndam dengan 200 ml air putih hangat sampai warna air tersebut berubah menjadi merah segar, dikonsumsi dua kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan selama tujuh hari berturut-turut.

4. Hipotesa Penelitian

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian adalah hipotesa alternative (Ha) dan hipotesa null (Ho). Hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh antara seduhan bunga rosella segar dengan penurunan tekanan darah tinggi. Hipotesa nol (Ho) yaitu tidak ada pengaruh antara seduhan bunga rosella segar dengan penurunan tekanan darah tinggi.

Jika nilai p ≤ 0.05, maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan Hipotesa alternatif (Ha) gagal ditolak.


(42)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen dengan pre dan post test untuk mengidentifikasi pengaruh seduhan bunga rosella segar terhadap tekanan darah tinggi. Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2003).

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi ringan dan sedang dengan ktegori ringan (tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg) dan kategori sedang (tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan diastolik 1000-109 mmHg) yang merupakan warga Desa Sunggal Kanan dusun V Deli Serdang yaitu sebanyak 12 orang.

3. Sampel Penelitian

Penentuan jumlah sempel dalam penelitian ini berdasarkan Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian oleh Nursalam dengan teknik total sampling adalah 12 orang.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1. Penderita tekanan darah tinggi kategori ringan dan sedang, dimana


(43)

diastoliknya 90-99 mmHg; kategori sedang tekanan darah sistoliknya 160-179 mmHg dan diastoliknya 100-109 mmHg

3.2. Pria dan wanita

3.3. Tidak mengkonsumsi obat antihipertensi 3.4. Bersedia menjadi sampel penelitian 3.5. Tidak menderita penyakit maag

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Sunggal Kanan dusun V, Deli Sedang. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian dikarenakan desa tersebut memiliki penduduk yang banyak mengeluh pusing, mual dan panas di kepala pada usia yang beresiko terserang hipertensi. Berdasarkan medical

record Puskesmas Pembantu desa Sunggal Kanan, tahun 2009 hampir 8 %

dari jumlah penduduk yang berusia 20-60 tahun di desa tersebut melaporkan mengalami sakit kepala dan tekanan darahnya rata-rata diatas 140/90 mmHg, yaitu sebanyak 54 orang selama setahun dan berdasarkan data pustu tersebut selama awal tahun 2010 tiap bulannya 4 orang pasien yang mengalami tekanan darah tinggi. Dan lokasi ini merupakan daerah tempat tinggal peneliti sehingga peneliti sudah memahami keadaan lokasi ini. Sehingga dapat memudahkan peneliti dalam memantau keadaan sampel. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal Januari 2010 sampai dengan Januari 2011.

5. Pertimbangan Etik Penelitian

Pertimbangan etik dalam penelitian ini yaitu pertama peneliti mengajukan surat permohonan izin untuk pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas


(44)

Keperawatan USU, mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian kepada Kepala Puskesmas Pembatu Desa Sunggal Kanan. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Pembatu Desa Sunggal Kanan peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan menjadi responden penelitian kepada calon responden, agar rsponden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu responden menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk menjadi responden penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagi responden. Selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami isi surat persetujuan tersebut. Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan tersebut. Lembar persetujuan dapt dilihat pada Lampiran I.

6. Instrumen Penelitian

6.1. Lembar Observasi Tekanan Darah Pre dan Post Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Instrumen penelitian ini adalah lembar observasi tekanan darah pre dan post intervensi. Hasil pengukuran tekanan darah pre dan post intervensi disajikan dalam bentuk lembar observasi dengan skala mmHg. Dapat dilihat pada lampiran 2 dengan tujuan untuk melihat efektifitas seduhan bunga rosella segar untuk menurunkan tekanan darah tinggi.


(45)

7. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sphygmomanometer GEA, stetoskop GEA, bunga rosella segar, lembar cara membuat seduhan bunga rosella segar.

Alat dan bahan ini sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reabilitas pada 6 orang yang mengalami tekanan darah tinggi. Validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip kehandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2008). Reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008).

Spygmomanometer dan stetoskos yang digunakan dengan merek yang sama pada semua responden. Spygmomanometer jarumnya tepat pada angka nol.

8. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

8.1. Mengajukan surat permohonan izin untuk pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU

8.2. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian kepada Kepala Puskesmas Pembatu Desa Sunggal Kanan

8.3. Mengumpulkan calon responden dengan datang dari rumah ke rumah calon responden yang sebelumnya mendapatkan data nama-nama


(46)

pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan tekanan darah 140/90 mmHg – 179/109 mmHg

8.4. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, prosedur pengumpulan data, kriteria sampel dan cara membuat seduhan bunga rosella segar pada calon responden di rumah setiap responden.

8.5. Peneliti memberikan informed consent kepada responden. 8.6. Peneliti menjelaskan jadwal kontrak kegiatan.

8.7. Peneliti mengukur tekanan darah pre test pada responden

8.8. Peneliti membagikan lembar cara pembuatan seduhan bunga rosella segar dan mengajarkan serta mendemonstrasikan cara pembuatan seduhan bunga rosella segar tersebut. Cara pembuatan bunga rosella tersebut yaitu ambil 3 kelopak bunga rosella segar kemudian cuci dengan air mengalir hingga bersih. Seduh kelopak bunga tersebut dengan 200 ml air panas. Diamkan lima menit sampai air berubah menjadi warna merah segar. Kemudian saring dan segera langsung dapat diminum.

8.9. Peneliti memberikan bunga rosella segar kepada responden untuk diolah oleh responden menjadi seduhan bunga rosella segar, yang kemudian dikonsumsi 2 kali sehari pada sore hari setelah dilakukan pengukuran tekanan darah dan pagi hari masing-masing 3 kelopak bunga rosella segar setiap kali minum selama 3 hari berturut-turut.


(47)

8.10. Peneliti mengukur kembali tekanan darah responden pada sore hari setiap hari selama 3 hari berturut-turut dan mencatatnya di lembar observasi.

9. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden adalah data demografi dan data tekanan darah pre dan post intervensi. Selanjutnya dilakukan pengelolaan dengan mengunakan kompurerisasi. Untuk menganalisa perbedaan tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar pada responden dengan menggunakan analisa statistik Paired T-Test (uji T dependent). Uji T dependent adalah uji beda rata-rata pada dua kelompok data yang saling tergantung satu dengan lainnya. Tujuan uji statistik ini adalah untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data yang dependent.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 21 Juli 2010 sampai 26 Juli Juli 2010. Penelitian ini melibatkan sejumlah 12 orang responden. Setiap responden dilakukan intervensi pemberian seduhan bunga rosella segar setiap pagi dan sore hari selama tiga hari berturut-turut.

Hasil penelitian ini di paparkan sebagai berikut; data demografi responden, tekanan darah responden pre pemberian seduhan bunga rosella segar, tekanan darah responden post pemberian seduhan bunga rosella segar dan perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian seduhn bunga rosella segar.

1.1Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah penderita hipertensi ringan dan sedang di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang 42-58 tahun yaitu usia dewasa madya dengan rata-rata usia 50 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengah responden adalah perempuan (58,3 %). Lebih dari setengah responden dalam penelitian ini (58.3 %) memiliki berat badan 57-63 kg, dengan tinggi badan berkisar antara 155 cm – 175 cm. Jika dilihat dari BMI (Body Mass Index) sebanyak 41,7 % adalah berat badan


(49)

ideal, begitu juga dengan berat badan lebih sebanyak 41,7 % dan hanya 16.7 % yang obesitas. Jenis aktivitas dari responden yaitu lebih dari setengah responden (58.3 %) adalah ibu rumah tangga (IRT). Menurut kategori suku responden hampir setengah responden (41.7 %) bersuku Mandailing. Hampir setengah dari responden telah menderita hipertensi 6 – 12 bulan (41.7 %). Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.

Table 2.

Tabel distribusi frekuensi dan persentase karekteristik demografi responden (n = 12)

Karakteristik Data Demografi

Responden

Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia

40 - 59 thn 12 100 %

2. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 5 7 41.7 % 58.3 % 3. TB (cm)

151 – 155 cm 156 – 160 cm 161 – 165 cm 166 – 170 cm 171 – 175 cm

1 1 3 4 3 8.3 % 8.3 % 25 % 33.3 % 25 % 4. BB (kg)

57 - 63 64 - 70 71 - 77 78 - 84

7 2 2 1 58.3 % 16.7 % 16.7 % 8.3 % BMI (Body Mass

Index) = BB / TB

BBI 2 BBL Obesitas 5 5 2 41.7 % 41.7 % 16.7 % 5. Pekerjaan/aktifitas

POLRI PNS Wiraswasta IRT 3 1 1 7 25% 8.3% 8.3 % 58.3 %


(50)

6. Suku Mandailing Padang Jawa 5 4 3 41.7 % 33.3 % 25% 7. Lama Menderita

Hipertensi 6-12 bulan 13-14 bulan 25-36 bulan > 36 bulan

5 4 2 1 41.7 % 33.3 % 16.7 % 8.3 %

1.2Tekanan Darah Responden Sebelum Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Responden diukur tekanan darahnya dengan menggunakan spymomanometer dan stetoskop. Pengukuran tekanan darah pre dilakukan sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar. Tekanan darah pre 1 dilakukan di hari pertama pada sore hari sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar, pre 2 dilakukan di hari ke dua pada waktu sore hari dan pre 3 dilakukan di hari ke tiga pada sore hari.

Dari hasil pengukuran tekanan darah ditemukan bahwa tekanan darah pre pemberian seduhan bunga rosella segar lebih dari setengah responden (66.7 %) berada pada klasifikasi hipertensi ringan dan selebihnya hipertensi sedang (33.3 %). Klasifikasi tekanan darah responden sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Tabel distribusi dan frekuensi tekanan darah responden sebelum pemberian seduhan bunga rosella segar berdasarkan klasifikasi tekanan darah (n = 12)


(51)

Tekanan darah Range (mmHg) Frekuensi (n) %

Ringan 140 - 159 8 66. 7

Sedang 160 - 179 4 33.3

.

Dari hasil pengukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik responden pre 1, pre 2, dan pre 3 pemberian seduhan bunga rosella segar yaitu rata-rata tekanan darah sistolik pre 1 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 156.5 mmHg (SD: 9.1), pre 2 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 140.92 mmHg (SD: 7.2), pre 3 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 131.5 mmHg (SD: 7.5). Rata-rata tekanan darah diastolik responden pre 1, pre 2, dan pre 3 pemberian seduhan bunga rosella segar yaitu rata-rata tekanan darah diastolik pre 1 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 110.3 mmHg (SD: 15.3), pre 2 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 93.75 mmHg (SD: 10.7), pre 3 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 85.4 mmHg (SD: 5.5).

Tekanan darah responden pre pemberian seduhan bunga rosella segar dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.

Tekanan darah responden pre pemberian seduhan bunga rosella segar (n = 12)

Tekanan Darah

Mean Tekanan Darah (mmHg)

Pre 1 Pre 2 Pre 3

Sistolik 156 [SD : 9.1] 140.92 [SD : 7.2] 131.5 [SD : 7.5]


(52)

1.3Tekanan Darah Responden Sesudah Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Responden diukur tekanan darahnya dengan menggunakan spymomanometer dan stetoskop. Pengukuran tekanan darah post dilakukan setelah pemberian seduhan bunga rosella segar. Tekanan darah post 1 dilakukan pada pagi hari setelah pemberian seduhan bunga rosella segar, post 2 dilakukan di hari ke tiga pada waktu pagi hari dan pre 3 dilakukan di hari ke empat pada pagi hari. Setelah dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar selama tiga hari berturut-turut terjadi penurunan tekanan darah pada responden, 75 % dari responden turun ke klasifikasi normal, 16.7 % turun menjadi klasifikasi normal tinggi dan 8.3 % turun ke klasifikasi ringan. Hasil pengukuran tekanan darah post pemberian seduhan bunga rosella segar dicatat dalam lembar observasi tekanan darah dengan satuan mmHg.

Klasifikasi tekanan darah responden setelah pemberian seduhan bunga rosella segar dapat di lihat pada tabel 5.

Tabel 5.

Tabel distribusi frekuensi dan persentase tekanan darah responden setelah pemberian seduhan bunga rosella segar berdasarkan klasifikasi tekanan darah (n = 12) .

Tekanan darah Range (mmHg) Frekuensi (n) %

Normal < 130 9 75

Normla tinggi 130 - 139 2 16.7

Tekanan darah tinggi ringan


(53)

Dari hasil pengukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik responden post pemberian seduhan bunga rosella segar yaitu rata-rata tekanan darah sistolik post 1 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 144 mmHg (SD: 7.8), post 2 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 137.1 mmHg (SD: 7.9), post 3 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 127.3 mmHg (SD: 8.1). Rata-rata tekanan darah diastolik responden post 1 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 99.2 mmHg (SD: 11.7), post 2 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 90.9 mmHg (SD: 9.9), post 3 pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 84.1 mmHg (SD: 6.8).

Tekanan darah responden post pemberian seduhan bunga rosella segar dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.

Tekanan darah responden post pemberian seduhan bunga rosella segar

Tekanan Darah Mean Tekanan Darah

(mmHg)

Post 1 Post 2 Post 3

Sistolik 144 [SD : 7.8] 137.1 [SD : 7.9] 127.3 [SD : 8.1]

Diastolik 99.2 [SD : 11.7] 90.9 [SD : 9.9] 84.1 [SD : 6.8]

1.4Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Pre dan Post Pemberian

Seduhan Bunga Rosella Segar

Uji statistik paired t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada penurunan tekanan darah antara pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar, (sistolik: t = 5.5 , p = 0.000 ;


(54)

diastolik: t = 6.5 , p = 0.001). Data ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan

tekanan darah sistolik/diastolik yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian seduhan bunga rosella segar . Perbedaan tekanan darah pre dan post dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7.

Perbedaan rata-rata tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar

Tekanan darah Mean total TD

(mmHg)

t p

Pre Post

Sistolik 142.9 134.8 5.5 0.000

Diastolik 96.5 91.4 6.6 0.000

2. Pembahasan

2. 1. Tekanan Darah Responden Pre Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Data awal pengukuran tekanan darah pada penelitian ini didapatkan sebanyak 66.67 % termasuk klasifikasi hipertensi ringan dan selebihnya termasuk hipertensi sedang yaitu sebesar 33.33 % dari jumlah responden. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pederita hipertensi ringan lebih banyak dari pada penderita hipertensi sedang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya usia responden, jenis kelamin, berat badan, pekerjaan/aktifitas, suku, dan lama menderita hipertensi.

Berdasarkan usia responden dalam penelitian ini berada pada rentang 42-58 tahun, seluruh responden merupakan usia dewasa madya dengan nilai mean =


(55)

50.4, SD = 5.03, min – max = 42 – 58. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi pada rentang usia tersebut (dewasa madya) dalam kategori hipertensi ringan. Pada rentang usia dewasa lanjut kemungkinan akan ditemukan hipertensi sedang atau berat, semakin bertambahnya umur semakin rentan terhadap penyakit. Bertambahnya usia dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Pada umumnya tekanan darah akan meningkat dengan bertambahnya umur terutama setelah 40 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur di bawah umur 40 tahun masih berada di bawah 10%, tetapi di atas 50 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20-30%, sehingga ini sudah menjadi masalah yang serius untuk diperhatikan (Depkes RI, 2000). Sesuai dengan pendapat Yundini (2006) yang mengatakan bahwa dari berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8 % – 28.6 % penduduk berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Informasi lain juga sependapat dengan Yundini dimana Sheps (2005) mengatakan hipertensi paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun keatas. Sama halnya seperti yang dikatakan Muhummadun (2010) tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan umur, pada usia yang semkin tua tekanan darah menjadi meningkat.

Berdasarkan jenis kelamin, responden pada penelitian ini lebih dari setengah adalah perempuan (58.3 %). Perempuan memiliki resiko menderita hipertensi daripada pria. Sesuai dengan pendapat Lewington (2002, dalam Kaplan, 2006) bahwa angka kematian dengan penyebab penyakit tekanan darah tinggi lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini sesuai juga dengn pendapat


(56)

Yundini (2006) yang mengatakan bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Sama halnya di dalam penelitian ini dimana peneliti juga menemukan jumlah responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Adapun berat badan responden bila diukur berdasarkan BMI (Body Mass

Index) dari WHO dengan perhitungan berat badan (kg) dibagi tinggi badan yang

dikuadratkn (m2) untuk mencari berat badan ideal maka (41.7 %) responden memiliki berat badan berlebih (BBB) dan (16.7 %) responden adalah obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa responden penderita hipertensi memiliki masalah kelebihan berat badan dan mebuktikan bahwa ada kaitan antara kelebihan berat badan dengan hipertensi. Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 juga merupakan salah satu faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Kelebihan berat badan akan memaksa jantung bekerja lebih keras. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas (Yundini, 2006). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rabitha (2008) yang mengatakan ada hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Berdasarkan lama menderita hipertensi sebanyak 41.7 % menderita hipertensi 6-12 bulan


(57)

terakhir, semakin lama menderita hipertensi semakin besar resiko yang ditimbulkan terhadap peningkatan tekanan darah.

Penyakit hipertensi jika tidak segera disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal. Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, dan demensia. Apabila tidak ditanggapi serius maka dapat memperpendek umur penderitanya (Sheps, 2005).

Oleh karena itu sangat penting dilakukan penatalaksanaan hipertensi salah satunya terapi non farmakologis yaitu dengan menggunakan bunga rosella yang dapat menurunkan hipertensi (Robinson, 2008). Menurut Didah (2005) kandungan yang dimiliki oleh bunga rosella terdiri dari senyawa gossipetin,

antosianin, dan glukosida hibiscin yang mempunyai efek diuretik, memperlancar

peredaran darah dan mencegah tekanan darah tinggi.

2.2. Tekanan Darah Responden Post Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

Pada penelitian ini dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar dari 3 kelopak bunga rosella segar yang diseduh dengan 200 ml air panas. Seduhan bunga rosella segar ini dikonsumsi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan selama 3 hari berturut-turut. Responden dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan spygmomanometer dan stetoskop yang kemudian hasilnya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar.


(58)

Setelah dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar selama tiga hari berturut-turut diperoleh hasil 75 % dari responden mengalami penurun tekanan darah menjadi tekanan darah normal, 16.67 % turun menjadi klasifikasi normal tinggi dan 8.33 % turun ke klasifikasi ringan. Kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa gossipetin, antosianin, dan

glukosida hibiscin yang mempunyai efek diuretik, memperlancar peredaran

darah dan mencegah tekanan darah tinggi (Maryani & Kristiana, 2008). Kadar antioksidan yang tinggi pada kelopak rosella dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan bunga rosella antara lain kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, dan kanker (Maryani & Kristiana, 2008). Kadar antosianin yang terkandung dalam kelopak bunga rosella

2.3. Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Pre dan Post Pemberian Seduhan Bunga Rosella Segar

berada pada tingkat tertinggi jika dikonsumsi dalam bentuk segar (Maryani & Kristiana, 2008). Hal ini juga dikemukakan oleh Didah (2005) dimana penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosella terdiri atas senyawa

gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang bersifat diuretik.

Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan. Hal ini dapat dilihat bahwa mean total pre pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 142.9/96.5 mmHg dan mean total post pemberian seduhan bunga rosella segar adalah 134.8/91.4 mmHg. Tekanan darah sistolik memiliki mean difference = 8.2 dengan


(59)

nilai p = 0.000 dan tekanan darah diastolik memiliki mean difference = 5.1 dengan level of significant = 0.000. Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan darah responden pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai p yang diperoleh p<0.05. Dalam penelitian ini terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan setelah diberikan seduhan bunga rosella segar selama tiga hari berturut-turut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Arellano (2004) pemberian seduhan bunga rosella segar mampu menurunkn tekanan darah secara signifikan. Sama halnya dengan hasil penelitian Faraji mengemukakan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11.2 % dan tekanan darah diastolik 10.7% setelah mengkonsumsi bunga rosella pada penderita hipertensi.


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan seduhan bunga rosella segar terhadap penurunan teknan darah pada penderita hipertensi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Proses pengumpulan data dilakukan selama seminggu yaitu dari tanggal 21 Juli 2010 sampai dengan 26 Juli 2010. Pengumpulan data diawali dengan mengukur tekanan darah pada responden dengan menggunakan spygmomanometer dan stetoskop yang hasilnya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar dengan skala mmHg. Pengolahan data dengan menggunakan program komputer dengn uji paired t-test.

1. Kesimpulan

Penelitian ini mendapatkan tekanan darah responden sebelum dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar delapan orang adalah hipertensi ringan.

Setelah dilakukan pemberian seduhan bunga rosella segar sembilan orang mengalami penurunan tekanan darah menjadi normal.

Berdasarkan hasil uji paired t-test., diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna tekanan darah pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pre dan post pemberian seduhan bunga rosella segar dalam waktu tiga hari berturut-turut sebanyak dua kali seharí.


(61)

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa “Bunga rosella efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderitahipertensi ringan dan sedang”

2. Rekomendasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pendidikan, praktek, dan penelitian keperawatan. Adapun rekomendasi yang peneliti tawarkan hádala sebagai berikut:

Pendidikan keperawatan

Dari hasil penelitian diketahui terdapat efektifitas seduhan bunga rosella segar terhadap penurunan tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, bunga rosella dapat juga dijadikan sebagai informasi dalam ilmu keperawatan sehingga asuhan keperawatan secara mandiri dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Keefektifan bunga rosella juga dapat dijadikan topik pembahasan salah satu cara penatalaksanaan hipertensi pada seminar.

Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini memproleh bukti bahwa terdapat keefektifan seduhan bunga rosella segar terhadap penurunan tekanan darah tinggi, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh intervenís mandiri perawat dalam penatalaksanaan non-farmakologis hipertensi untuk membantu menurunkan tekanan darah.

Penelitian Keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan seperti waktu pelaksanaan pemberian seduhan bunga rosella segar yaitu hanya


(62)

tiga hari sehingga penurunan tekanan darah yang diperoleh juga masih kecil sehingga untuk penelitian yang akan datang peneliti mengharapkan agar waktu pelaksanaan penelitian lebih lama yaitu minimal seminggu dengan jumlah populasi yang lebih banyak pada daerah kejadian hipertensi yang lebih tinggi misalnya di padang.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Asdie, Ahmad H. (2000). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, volume 3, edisi 13., Jakarta: EGC

Aura. (2008). Darah Tinggi atau Hipertensi. Diambil tanggal 5 Maret 2010 dari

Burner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Danim, Sudarwen. ( _ ). Riset Keperawatan, Sejarah dan Metodelogi. Jakarta: EGC

Dinas Pertanian & Kehutanan. (2010). Pengolahan Bunga Rosella. Diambil tanggal 28 Februari 2010 dari http://cncbatu.web.id

Joewono, Boedi Soesetyo. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press

Kartari. (2009). Review Hipertensi di Indonesia Tahun 1980 ke Atas. Diambil tanggal 19 Maret 2010 dari Maryani, Herti & Kristiana, Lusi. (2008). Khasiat dan ManfaatRosella.

Jakarta: Agromedia Pustaka

Muhummadun. (2010). Hidup Bersama Hipertnsi. Yogyakarta: in-books

Notoatmojo, Soekidjo. (1993). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


(64)

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter, Patricia A; Anne Griffin Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC

Robinson, Dean. (2008). Sejarah Tentang Teh Merah Bunga Rosella. Diambil tanggal 20 Mei 2010 dari

Rusyanudin, Faqih. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler, Malang: UMM Press

Sheps, Sheldon G (2002). Mayo Clinic Hipertensi, Jakarta: Intisari Sweebee tech (2009). Mengatasi Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi.

Diambil tanggal 19 Maret 2010 dari

Wibowo, Adi. (1998). Hipertensi: Pedoman Klinis Diagnosa dan Terapi, Jakarta: Hipokrates

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan

Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Wahyuni, A Sari. (_). Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta Timur: ISBN


(65)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan seduhan bunga rosella segar untuk menurukan tekanan darah tinggi di desa Sunggal Kanan dusun V, Deli Serdang.

Saya mengharapkan kesediaan saudara menjadi sampel penelitian ini. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko dan efek samping pada saudara. Saudara dapat mengundurkan diri jika tidak bersedia menjadi peserta penelitian ini.

Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas, saudara dipersihlakan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak dan mengundurkan diri tanpa ada sangsi apapun.

Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani formulir persetujuan di bawah ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi yang saudara berikan.

Medan, Juli 2010 Responden


(66)

No. Responden

Kuesioner data Demografi

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Usia : tahun

Berat Badan : kg Tinggi Badan : cm Pekerjaan/aktivitas : PNS

Polri/TNI Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga

Suku : Jawa

Batak Mandailing

Padang Melayu Lama menderita hipertensi :

6 bulan - 12 bulan 13 bulan - 24 bulan 25 bulan - 36 bulan Diatas 36 bulan


(67)

Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

Hari pertama

No.

Tekanan Darah Responden (mmHg) Sampel penelitian

Pre 1

Post 1

Sistolik

Diastolik

Sistolik

Diastlik

1.

Responden 1 153 96 146 92

2.

Responden 2 157 102 142 96

3.

Responden 3 152 98 147 99

4.

Responden 4 164 126 143 102

5.

Responden 5 172 143 156 124

6.

Responden 6 168 124 154 105

7.

Responden 7 149 104 141 83

8.

Responden 8 162 118 153 112

9.

Responden 9 156 107 142 99

10.

Responden 10 142 96 136 83

11.

Responden 11 158 116 139 104


(68)

Hari kedua

No.

Tekanan Darah Responden (mmHg) Sampel penelitian

Pre 2

Post 2

Sistolik

Diastolik

Sistolik

Diastlik

1.

Responden 1 138 88 132 84

2.

Responden 2 140 93 138 90

3.

Responden 3 141 86 135 81

4.

Responden 4 140 97 137 93

5.

Responden 5 152 113 147 109

6.

Responden 6 154 100 152 96

7.

Responden 7 137 76 134 78

8.

Responden 8 149 108 147 106

9.

Responden 9 140 95 135 92

10.

Responden 10 132 81 128 80

11.

Responden 11 136 100 132 97


(69)

Hari ketiga

No.

Tekanan Darah Responden (mmHg) Sampel penelitian

Pre 3

Post 3

Sistolik

Diastolik

Sistolik

Diastlik

1.

Responden 1 127 86 123 82

2.

Responden 2 129 86 122 87

3.

Responden 3 131 80 126 78

4.

Responden 4 128 83 124 80

5.

Responden 5 145 90 142 93

6.

Responden 6 140 91 138 89

7.

Responden 7 128 82 125 80

8.

Responden 8 142 89 138 92

9.

Responden 9 133 85 129 83

10.

Responden 10 121 76 116 73

11.

Responden 11 132 96 127 94


(70)

Lampiran 4

Protap Cara Membuat Seduhan Bunga Rosella Segar

1. Pengertian

Seduhan bunga rosella segar yaitu merupakan minuman yang dibuat dari kelopak bunga rosella segar yang direndam/diseduh dengan air putih hangat sampai warna air tersebut berubah menjadi merah segar.

2. Indikasi

Seduhan bunga rosella segar diindikasikan untuk penderita tekanan darah tinggi.

3. Manfaat

Seduhan bunga rosella segar bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

4. Prosedur

Alat

• 1 buah gelas ukuran 200 ml • 1 buah sendok makan Bahan

• 3 kelopak bunga rosella segar • 200 ml air putih hangat

Cara membuat seduhan bunga rosella segar • Sediakan 3 kelopak bunga rosella segar • Cuci bunga tersebut dengan air mengalir

• Letakkan di dalam sebuah gelas, kemudian tuangkan air putih hangat sebanyak 200 ml

• Biarkan selama ± 5 menit, kemudian aduk-aduk hingga warna air putih tersebuh berubah warna menjadi merah segar

• Seduhan bunga rosella siap untuk diminum.

5. Frekuensi


(71)

Lampiran 5

CURICULUM VITAE

Nama : Aisyah Rezki NIM : 091121056

Tempat/Tgl Lahir : Lubuk Sikaping/ 10 Juli 1988 Agama : Islam

Tahun Ajaran : 2009/2010

Pendidikan : SD Negeri 060820 Medan (1994-2000) SLTP Negeri 30 Medan (2000-2003) SMA Negeri 15 Medan (2003-2006) Prog. Studi D3 Kep. F. Kep USU Medan (2006-2009) Prog. S1 Kep. Ekstensi F. Kep USU Medan (2009-2011)


(1)

(2)

T-TEST PAIRS=PreS WITH PostS (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.

T-Test

[DataSet0]

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre Sistol 142.967 12 7.5927 2.1918

Post Sistol 134.758 12 6.6819 1.9289

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre Sistol & Post Sistol 12 .748 .005

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

Pre Sistol - Post Sistol


(3)

T-TEST PAIRS=PreD WITH PostD (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.

T-Test

[DataSet0]

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre Diastol 96.467 12 9.6556 2.7873

Post Diastol 91.392 12 9.0683 2.6178

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre Diastol & Post Diastol 12 .961 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper


(4)

(5)

(6)